bhineksa
KASKUS Plus
yang gue heran, dulu mereka hidupin anaknya gimana ya? yang gue denger si dari paman dan bibi
gue itu mereka gak lulus SR (SD di zaman dulu Sekolah Rakyat.)
Kerjanya ada yang dagang keliling, ada yang calo tanah, macem - macem, cuma bisa gitu ya
mereka bertahan hidup?
Nah, kali ini gue mau bedain update-an ini, gue gak nge-share poin yang gue dapet, tapi gue mau
nanya.
Kalo orang zaman dulu bisa hidup tenang dan mudah dengan anak keturunan banyak, tanah luas,
kerjaan gak terlalu menekan bahkan tanpa teknologi yang begitu mumpuni (di bayangan gue sih pas
mereka nyeritain kisah dulu nya) .
kenapa di zaman sekarang yang teknologi nya udah mantap kok malah kayanya kehidupan
sekarang kurang bisa dikisahkan kaya zaman dulu ya? banyak yang takut menikah, takut punya
keturunan banyak, Takut cari rezeki halal, banyak pemikiran yang absurd yang masuk ke pikiran
generasi - generasi baru.
"Gak kerja, gak bisa hidup!"
"duit dari mana?"
"mau makan apa?"
"Pagi makan, mikirin sore. Sore makan mikirin malam, malam makan mikirin besok." (gitu aja terus
sampai kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Kayanya seolah hidup sekarang ini hal yang mengancam, hal yang darurat. Bukankah di zaman
sekarang ini apa - apa semakin mudah ya? harusnya sih lebih mudah juga hidup di zaman sekarang
ini, jadi apa yang perlu dikhawatirkan? apa yang perlu ditakutkan?
kebutuhan hidup makin mahal kah ?
Yailah, "mahal" itu cuma suatu kata aja kok, gak harus juga kan kita membuat meme "dimana ada
biaya hidup mahal, disitu ada ketakutan menghadapi hari esok" ?
Sehingga takut itulah yang membuat kita takut kehilangan pekerjaan, takut sama boss, sikut sikutan, yang paling parah jadi ogah berbagi alias pelit, medit, Koret. jangan kan berupa materi,
senyum juga kadang males
Padahal yang berharga itu bukan hanya harta benda kita, tapi positifnya pikiran banyak orang ketika
menilai diri kita.
Dengan banyaknya pikiran positif orang lain ketika mereka menilai diri kita, perlahan tapi pasti kita
akan menjadi semakin positif baik itu buat diri sendiri dan buat banyak orang.
Kaya Pocong aja deh, pocong itu menakutkan karena emang udah dicap menakutkan oleh orang
Indonesia dari zaman dulu. Padahal bentuknya kaya guling yang setiap hari kita peluk.
Begitupun kalau banyak orang yang menilai kita ini menyenangkan, baik hati, tidak sombong,
senang berbagi, murah senyum, tidak pelit, berhati mulia, dermawan, kaya raya.
Nanti perlahan - lahan kehidupan kita akan berubah seperti apa yang mayoritas pikirkan tentang
kita.
entah karena termotivasi, entah karena ada kepuasan batin dianggap seperti itu, entah karena
memang ingin terus dianggap seperti itu.
Ya selama perubahan itu baik kenapa nggak?
(SUMBER:motivanjrit.com)