Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KANKER OVARIUM

PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT

Disusun Oleh:
Kelompok 6
KELAS B-2
1. Novi Purwanti
(1520303200)
2. Nugrah Yasni Angraini Toluhula(1520303201)
3. Nur Kholidah Zia
(1520303202)

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2015

I.

PENDAHULUAN
Sistem reproduksi wanita terdiri dari vagina, tuba fallopi, sepasang ovarium,
dan uterus. Setiap bulan, pada wanita usia subur salah satu ovarium menghasilkan
telur. Telur lolos ke tuba fallopi ke dalam rahim (uterus). Jika telur tidak dibuahi oleh
sperma yang lolos keluar dari rahim dan gudang, bersama dengan lapisan rahim,
sebagai bagian dari peroide bulanan. Ovarium juga memproduksi hormone seks
wanita, estrogen dan progesterone. Sebagai seorang wanita mendekati menopause
indung telur membuat kurang hormone-hormon ini, dan periode secara bertahap
berhenti.
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari
seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker
ini umumnya didiagonosis terlambat, kerena belum adanya metode deteksi dini yang
akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang dapat
terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan wanita
yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan biasanya
terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan
wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau
kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia
di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan
menurunkan kanker ovarium sebanyak 30-60%.
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan penyebab
kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, padahal fiveyears survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak mengalami kemajuan
yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium ditemukan dengan proporsi
sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua
golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan
pada masa reproduksi kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhirakhir ini diperkirakan terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi
antara neoplasma ovarium jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplasma
ovarium borderline yang penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli.
Diperkirakan sekitar 9,2% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma

kelompok ini, yang angka ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun
kemungkinan rekurensi dan kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini
disebabkan karena neoplasma kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke
organ-organ jauh diluar genitalia interna.
Berdasar data Departemen Kesehatan (Depkes, 2001), di Indonesia terdapat
90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahun terjadi 200.000
kasus kanker leher rahim. Sekitar 70-80% kanker ovarium ditemukan pada waktu
telah terjadi anak sebar. Karena gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70%
penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Lebih kurang
setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan pada perempuan yang telah
berusia lebih dari 60 tahun.
II.

PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada

neoplasia

tropoblastik

gestasional

(hydatidiform

mole

dan

choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, Hcg


menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH DAN LH) atau terkadang

clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila


disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliperasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dalam jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan
paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi
kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma
serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik,
termasuk jenis ini adalah tumor sel granulose dari sex cord sel dan germ sel tumor
dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen
dari 3 lapisan germinal embrional, ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.
III.

ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak
teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya :
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan invitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal sel-sel kanker ovarium.

IV.

GEJALA
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur.
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat.
3. Meniragia.

4. Nyeri tekan pada payudara.


5. Menopause dini.
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen.
7. Dispepsia.
8. Tekanan pada pelvis.
9. Sering berkemih.
10. Flatulenes.
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil.
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat.
V.

STADIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of
Ginecologies and Obstetricians) 1987, adalah :
STADIUM I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang
berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel
ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar
atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau
dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul.
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya.
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu
atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asietas yang mengandung sel
ganas dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM III : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis
kecil tetapi sel histology terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negativ
tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya
pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor menganai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2
cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdomen dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga
metastasis ke permukaan liver.
VI.

PENEGAKAN DIAGNOSA
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker
ovarium).
Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
1. Kista cepat membesar.
2. Kista pada usia remaja atau pascamenopause.
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan.
4. Kista dengan bagian padat.
5. Tumor pada ovarium.
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
-

USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah.

Jika diperlukan pemeriksaan CT-Scan/ MRI.

Pemeriksaan tumor maker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta HCG dan
alfafetoprotein.

VII.

PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat
diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan.
Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3-4 minggu sekali dengan
melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap
sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saraf dan
sistem kardiovaskular.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
-

Operasi (stadium awal).

Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal).

Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut).

VIII. KASUS
Ny. K masuk RS pada tanggal 11 Juni 2013, pasien hendak kemoterapi siklus ke IV,
rencana kemoterapi 6 seri. Pasien tidak mengeluhkan mual dan muntah pada saat
masuk rumah sakit. Berdasarkan hasil PA 13000097, pasien terdiagnosa Ca Ovarii
pada tanggal 10 Januari 2013. Pasien telah melakukan operasi di RS. Ngawi. Untuk
kemoterapi ke III telah dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013 dan direncanakan
kemoterapi ke IV pada tanggal 12 Juni 2013. Pasien merupakan istri dari 1 orang
suami dan ibu dari 2 orang anak, seorang ibu rumah tangga dan pendidikan terakhir
adalah SD. Identitas pasien adalah sebagai berikut:
Pasien

: Ny. K

Tgl Lahir : 8 Mei 1972


Umur

: 41 tahun/ 1 bulan/ 3 hari

No. RM

: 01.62.47.27

BB

: 54 kg

TB

: 148 cm

Ruang

: Bougenville 3

Kelas

: III

Tgl MRS : 11 Juni 2013


Tgl KRS : 15 Juni 2013
Alamat

: Balong Rt 4 Rw 7 Gerih, Kecamatan Gerih, Ngawi, Jawa Timur

Jaminan

: Jamkesmas IKS kelas 3

Kondisi MRS :

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi (HR)

: 82 x/menit

RR

: 20 x/menit

Temperatur

: 360 C

Diagnosis : Ca. Ovarii


Pemeriksaan penunjang:
10 januari 2013
Dilakukan kistektomi ovarium kiri ukuran 19 x 17 x 12 cm
Pemeriksaan histologi

16 Januari 2013
Asal jaringan
: ovarium kiri
Diagnosis : kistoma ovarii
Hasil
: cyst adeno carcinoma ovarii musinosum papiliform
Pemeriksaan Radiologi

EKG tanggal 11 Juni 2013 menunjukkan hasil sinus takikardia dengan heart rate 100
x/menit dan iskemik anteroseptal.
Pemeriksaan hasil R/O Thorax::

2 Mei 2013
Pulmo normal, kardiomegali, tidak ada metastatase

Catatan perkembangan pasien:


TANGGAL
URAIAN

11/6/13

12/6/1

13/6/13 14/6/13 15/6/13

3
Kondisi fisik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Gatal pada leher

Kesadaran

Penggunaan obat:

TANGGAL

OBAT

DOSIS

RUTE

Infus NaCl 0,9 %

20 tpm

iv

Cetirizine 10 mg

1x1 tablet

po

Deksamethason

4 ampul

iv

Setrovell 5 mg

1 ampul

iv

Ranitidin 50 mg

1 ampul

iv

Diphenhydramine

1 ampul

im/iv

300

Drip iv

11/6/13

12/6/13

13/6/13

14/6/13

15/6/13

5 mg

50 mg
Paxus

mg

dalam

3 jam

intralit
500cc
Carboplatin

800

mg

iv

dalam
NaCl
0,9% 400
cc

habis

dalam

jam
Tanda-tanda vital:
Pemeriksaan

Satuan

Tanggal
11/6/2013

12/6/2013

13/6/2013

14/6/2013

15/6/13

TD

mmHg

120/70

110/70

120/80

110/80

110/70

Nadi

x/mnt

82

84

84

84

82

RR

x/mnt

20

18

18

20

20

36

36

36,5

36

36,5

Data Laboratorium:
Parameter

11/6/2013

Nilai normal

Satuan

Keterangan

Hb

10.4

14 18

g/ dL

WBC

7.5

4.8 10.8 . 10

/ L

RBC

2.92

4.7 6.1. 10

/ L

HCT

29.2

PLT

296

130 400. 10

/ L

HbSAg

0.676

< 0.9

SGOT

12

< 40

U/ L

SGPT

23

< 32

U/ L

BUN

6.9

6 20

Mg/ dL

Cr

0.48

0.6 1.3

Mg/ dL

Asam urat

4.3

2.4 5.7

Mg/ dL

Albumin

4.55

3.4 - 5.4

g/ dL

GDS

67

80 140

Mg/ dL

Na

142

135 - 145

Mmol/ L

3.58

3.7 - 5.2

Mmol/ L

Cl

100

98 - 110

Mmol/ L

Nonreaktif

FORM DATA BASE PASIEN


UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. K

No Rek Medik

: 01.62.47.27

Tempt/tgl lahir: 8 mei 1972 (41 tahun)

Dokter yg merawat

Alamat

: balong rt 4 rw 7 Gerih, Ngawi, Jawa Timur

Ras

:-

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Sosial

: -

: -

Riwayat masuk RS
Operasi di RS Ngawi
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat Sosial
Kegiatan
Pola makan/diet
- - Vegetarian

Ya / tidak

Merokok

tidak

Meminum Alkohol

tidak

Meminum Obat herbal

tidak

Riwayat Alergi :
Keluhan / Tanda Umum
Tanggal
10 Januari
2013

Subyektif

Obyektif
Diagnosa : Kanker Ovarium
Dilakukan kistektomi ovarium

kiri ukuran 19 x 17 x 12 cm
16 Januari

Hasil pemeriksaan histopatologi

2013

Asal jaringan : ovarium kiri


Diagnosis

: kistoma ovarii

Hasil

carcinoma

cyst

ovarii

adeno

musinosum

papiliform
2 Mei 2013

Kondisi Fisik : Baik

Pulmo

normal,

kardiomegali,

tidak ada metastatase


22 Mei

Dilakukan kemoterapi ke III

2013
11 Juni

Kondisi Fisik Baik, Gatal

2013 (Pada

pada leher, Sadar

Kondisi MRS :
Tekanan darah

saat MRS)

: 120/70 mmHg
Nadi (HR)

: 82 x/menit

RR

: 20

Temperatur

x/menit

360 C

Hb 10,4 (low)

RBC 2.92 (low)

HCT 29,2 (low)

HbSAg 0,676 (non


reaktif)

Cr 0,48 (low)

GDS 67 (low)

K 3,58 (low)

12 Juni

Kondisi Fisik Baik, Gatal

2013

pada leher, Sadar

EKG tanggal 11 Juni

2013

menunjukkan

sinus

hasil

takikardia dengan heart rate 100


x/menit dan iskemik anteroseptal.

13 Juni

Kondisi Fisik Baik, Gatal

2013

pada leher, Sadar

14 Juni

Kondisi Fisik Baik, Gatal

2013

pada leher, Sadar

15 Juni

Kondisi Fisik Baik, Gatal

2013

pada leher, Sadar

TD 110/70, Nadi 84/menit, RR


18/menit, Suhu 36
TD 120/80, Nadi 84/menit, RR
18/menit, Suhu 36,5
TD 110/80, Nadi 84/menit, RR
20/menit, Suhu 36
TD 110/70, Nadi 82/menit, RR
20/menit, Suhu 36,5

No
.
1

Nama obat

Infus NaCl 0,9

OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI


Rute
Indikasi
Dosis
Interaksi
pemberian
Elektrolit
20 tpm

pengganti cairan

Cetirizine 10

tubuh
Mengatasi gejala

1x1

mg

alergi seperti

tablet

ESO

Injeksi
Oral

Alkohol

Sakit kepala,
pusing,

rinitis alergi

mengantuk,

musiman dan

agitasi, rasa

tahunan, urtikaria

tidak nyaman

kronik

pada

Outcome
terapi

gastronintestinal
, reaksi kulit,

Deksamethason

edema
Retensi air dan

5 mg

ampul

garam, edema,
Efektivitas
berkurang
dengan

Alergi, penyakit

fenitoin,

kolagen,

fenobarbital,

reumatik,

rifampisin,

leukimia dan

vitamin A,

limfoma, syok,

tetrasiklin,

Injeksi i.v

penyakit

dan

pernafasan,

antibiotik

gangguan

lain, tiazid.

hematologi,

Antikoagula

edematus

n oral, obat
hipoglikemi
k oral, dan
salisilat

hipertensi,
amenore,
hiperhidrosis,
gangguan
mental,
pankreatitis
akut,
osteonekrosis,
lemah otot,
sindrom
cushing,
peningkatan
TIO, gangguan
penglihatan,
atrofi lokal,
nafsu makan
meningkat,
pertumbuhan
terlambat

Setrovell 5 mg

Pencegahan mual

(Tropisetron

dan muntah yang

ampul

HCl)

diinduksi oleh

Rifampisin

Sakit kepala,

dan obat

konstipasi,

lain yang

pusing, rasa lela,

kanker, post

menginduks

nyeri abdomen,

operasi dan

i enzim hati

diare

Warfarin

Sakit kepala,

kemoterapi

Ranitidin 50 mg

Injeksi i.v

radiasi
Hiperasiditas,

tukak peptik,

ampul

esofagitis

Injeksi i.v

tidak enak
badan, pusing,
mengantuk,

Mual
muntah
pasca
kemoterapi
kanker dapat
teratasi

insomnia,
vertigo, agitasi,
depresi,
halusinasi,
takikardi,
konstipasi, nyeri
abdomen, reaksi
hipersensitivitas

Diphenhydrami

ne 50 mg

ampul

Pengobatan
gejala

Injeksi i.v

hipersensitivitas

Dapat
meningkat
kan efek
Alcohol,
CNS
depressant
s:.
MAOIs:
Dapat
meningkat
kan efek
antikoliner
gik

Paxus

Terapi lini

300

Alopesia,ganggu

(Paclitaxel)

pertama dan

mg

an GI, supresi

terapi subsekuen

dalam

sumsum tulang,

karsinoma

intralit

neuropati

ovarium dan
kanker paru jenis

perifer,

500cc

hipersenstivitas,

sel kecil stadium

hipotensi,

lanjut dalam

Carboplatin

Injeksi i.v

bradikardi, EKG

kombinasi

abnormal,.

dengan sisplatin.

Jarang,

Terapi kanker

konduksi

payudara yang

jantung

gagal dengan

abnormal,

kemoterapi

bangkitan grand

kombinasi
Terapi kanker

800

Injeksi i.v

Obat yang

mal.
Supresi sumsum

mg

tulang,

dalam

leukopenia,

NaCl

trombositopenia,

0,9%

anemia, mual
muntah, diare,

400 cc

konstipasi,

habis

peningkatan

dalam

bersihan

1 jam

kreatinin,
peningkatan
bersifat
nefrotoksik

ovarium stadium

dan

lanjut

mielosupres
an

asam urat,
nitrogen urea
darah dan
kreatinin serum.
Neuropati
perifer,
disgeusia,
ototoksisitas,
peningkatan
enzim hati,
reaksi alergi,
alopesia,
sindroma
menyerupai flu,
reaksi pada
tempat injeksi

ASSESMENT
Problem
medik

Subyektif

Obyektif

Paclitaxel
Carboplati
n

Kanker
ovarium
Anemia

Terapi

Hb:10,4

Analisis
Kemoterapi
dapat
menyebabkan
anemia

DRP
ADR
Potensial :
Anemia
Untreated

Problem
medik

Subyektif

Obyektif

Analisis

Terapi

RBC:2,92

Indication
Pasien kanker
umumnya
mengalami
malnutrisi

Cr : 0,48
K : 3,58
GDS : 67

malnutrisi
Gatal pada
leher

Alergi

DRP

Untreated
Indication

cetrizine

Care Plan :
1. Interaksi platinum dengan platin menyebabkan toksisitas paklitaksel meningkat.
Paklitaksel diberikan dahulu baru kemudian karboplatin dengan jeda waktu
pemberian jam.
2. Anemia diterapi dengan eritropoetin.
3. Kekurangan nutrisi ditangani dengan cara merubah diet (cara makan) dan
menambah asupan suplemen.
4. Dosis paklitaksel over dosis untuk pasien tersebut.
5. Handling sitotoksik :
-

Dilakukan secara aseptik.

Pemberian dalam biological safety cabinet.

Petugas yang bekerja harus terlindungi.

Menjamin mutu produk.

Dilakukan oleh petugas yang terlatih.

Adanya protap.

Monitoring
-

efek samping obat-obat sitotoksik.

Hb

RBC

GDS

Cr

PERHITUNGAN DOSIS :

BB x TB

LPT =

3600

54 x 148
3600

= 1,49 m2

GFR =

( 140age ) x BB
x 0,85
72 X Cr
( 14041 ) x 54
x 0,85
72 X 0,48

= 131,48
Dosis Karboplatin = AUC x (GFR + 25)
= 4 7 (131,48 + 25)
= 625,92 1.095,36
Dosis Paklitaksel = 135 175 mg/m2

IX.

= 135 x LPT

= 175 x LPT

= 135 x 1,49 = 201,15

= 175 x 1,49 = 260,75

DAFTAR PUSTAKA

Augusfarly, 2008. Askep dengan klien ovarium

http://medlinux.blogspot.com/2007/09/kistoma ovarii.html. Diakses tanggal 08

Desember 2010.
http://www.blogdokter.net/2008/05/30/kista-ovarium/. Diakses tanggal 08
Desember 2010.

Wiknjosastro.et.all. (1999). Ilmu kandungan, Edisi II. Jakarta : YBP SP

Anda mungkin juga menyukai