Disusun Oleh:
Kelompok 6
KELAS B-2
1. Novi Purwanti
(1520303200)
2. Nugrah Yasni Angraini Toluhula(1520303201)
3. Nur Kholidah Zia
(1520303202)
I.
PENDAHULUAN
Sistem reproduksi wanita terdiri dari vagina, tuba fallopi, sepasang ovarium,
dan uterus. Setiap bulan, pada wanita usia subur salah satu ovarium menghasilkan
telur. Telur lolos ke tuba fallopi ke dalam rahim (uterus). Jika telur tidak dibuahi oleh
sperma yang lolos keluar dari rahim dan gudang, bersama dengan lapisan rahim,
sebagai bagian dari peroide bulanan. Ovarium juga memproduksi hormone seks
wanita, estrogen dan progesterone. Sebagai seorang wanita mendekati menopause
indung telur membuat kurang hormone-hormon ini, dan periode secara bertahap
berhenti.
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari
seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker
ini umumnya didiagonosis terlambat, kerena belum adanya metode deteksi dini yang
akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang dapat
terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan wanita
yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan biasanya
terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan
wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau
kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia
di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan
menurunkan kanker ovarium sebanyak 30-60%.
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan penyebab
kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, padahal fiveyears survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak mengalami kemajuan
yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium ditemukan dengan proporsi
sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua
golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan
pada masa reproduksi kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhirakhir ini diperkirakan terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi
antara neoplasma ovarium jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplasma
ovarium borderline yang penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli.
Diperkirakan sekitar 9,2% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma
kelompok ini, yang angka ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun
kemungkinan rekurensi dan kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini
disebabkan karena neoplasma kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke
organ-organ jauh diluar genitalia interna.
Berdasar data Departemen Kesehatan (Depkes, 2001), di Indonesia terdapat
90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahun terjadi 200.000
kasus kanker leher rahim. Sekitar 70-80% kanker ovarium ditemukan pada waktu
telah terjadi anak sebar. Karena gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70%
penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Lebih kurang
setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan pada perempuan yang telah
berusia lebih dari 60 tahun.
II.
PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada
neoplasia
tropoblastik
gestasional
(hydatidiform
mole
dan
ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak
teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya :
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan invitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal sel-sel kanker ovarium.
IV.
GEJALA
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur.
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat.
3. Meniragia.
STADIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of
Ginecologies and Obstetricians) 1987, adalah :
STADIUM I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang
berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel
ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar
atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau
dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul.
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya.
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu
atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asietas yang mengandung sel
ganas dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM III : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis
kecil tetapi sel histology terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negativ
tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya
pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor menganai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2
cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdomen dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga
metastasis ke permukaan liver.
VI.
PENEGAKAN DIAGNOSA
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker
ovarium).
Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
1. Kista cepat membesar.
2. Kista pada usia remaja atau pascamenopause.
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan.
4. Kista dengan bagian padat.
5. Tumor pada ovarium.
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
-
Pemeriksaan tumor maker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta HCG dan
alfafetoprotein.
VII.
PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat
diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan.
Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3-4 minggu sekali dengan
melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap
sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saraf dan
sistem kardiovaskular.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
-
VIII. KASUS
Ny. K masuk RS pada tanggal 11 Juni 2013, pasien hendak kemoterapi siklus ke IV,
rencana kemoterapi 6 seri. Pasien tidak mengeluhkan mual dan muntah pada saat
masuk rumah sakit. Berdasarkan hasil PA 13000097, pasien terdiagnosa Ca Ovarii
pada tanggal 10 Januari 2013. Pasien telah melakukan operasi di RS. Ngawi. Untuk
kemoterapi ke III telah dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013 dan direncanakan
kemoterapi ke IV pada tanggal 12 Juni 2013. Pasien merupakan istri dari 1 orang
suami dan ibu dari 2 orang anak, seorang ibu rumah tangga dan pendidikan terakhir
adalah SD. Identitas pasien adalah sebagai berikut:
Pasien
: Ny. K
No. RM
: 01.62.47.27
BB
: 54 kg
TB
: 148 cm
Ruang
: Bougenville 3
Kelas
: III
Jaminan
Kondisi MRS :
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi (HR)
: 82 x/menit
RR
: 20 x/menit
Temperatur
: 360 C
16 Januari 2013
Asal jaringan
: ovarium kiri
Diagnosis : kistoma ovarii
Hasil
: cyst adeno carcinoma ovarii musinosum papiliform
Pemeriksaan Radiologi
EKG tanggal 11 Juni 2013 menunjukkan hasil sinus takikardia dengan heart rate 100
x/menit dan iskemik anteroseptal.
Pemeriksaan hasil R/O Thorax::
2 Mei 2013
Pulmo normal, kardiomegali, tidak ada metastatase
11/6/13
12/6/1
3
Kondisi fisik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kesadaran
Penggunaan obat:
TANGGAL
OBAT
DOSIS
RUTE
20 tpm
iv
Cetirizine 10 mg
1x1 tablet
po
Deksamethason
4 ampul
iv
Setrovell 5 mg
1 ampul
iv
Ranitidin 50 mg
1 ampul
iv
Diphenhydramine
1 ampul
im/iv
300
Drip iv
11/6/13
12/6/13
13/6/13
14/6/13
15/6/13
5 mg
50 mg
Paxus
mg
dalam
3 jam
intralit
500cc
Carboplatin
800
mg
iv
dalam
NaCl
0,9% 400
cc
habis
dalam
jam
Tanda-tanda vital:
Pemeriksaan
Satuan
Tanggal
11/6/2013
12/6/2013
13/6/2013
14/6/2013
15/6/13
TD
mmHg
120/70
110/70
120/80
110/80
110/70
Nadi
x/mnt
82
84
84
84
82
RR
x/mnt
20
18
18
20
20
36
36
36,5
36
36,5
Data Laboratorium:
Parameter
11/6/2013
Nilai normal
Satuan
Keterangan
Hb
10.4
14 18
g/ dL
WBC
7.5
4.8 10.8 . 10
/ L
RBC
2.92
4.7 6.1. 10
/ L
HCT
29.2
PLT
296
130 400. 10
/ L
HbSAg
0.676
< 0.9
SGOT
12
< 40
U/ L
SGPT
23
< 32
U/ L
BUN
6.9
6 20
Mg/ dL
Cr
0.48
0.6 1.3
Mg/ dL
Asam urat
4.3
2.4 5.7
Mg/ dL
Albumin
4.55
3.4 - 5.4
g/ dL
GDS
67
80 140
Mg/ dL
Na
142
135 - 145
Mmol/ L
3.58
3.7 - 5.2
Mmol/ L
Cl
100
98 - 110
Mmol/ L
Nonreaktif
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. K
No Rek Medik
: 01.62.47.27
Dokter yg merawat
Alamat
Ras
:-
Pekerjaan
Sosial
: -
: -
Riwayat masuk RS
Operasi di RS Ngawi
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat Sosial
Kegiatan
Pola makan/diet
- - Vegetarian
Ya / tidak
Merokok
tidak
Meminum Alkohol
tidak
tidak
Riwayat Alergi :
Keluhan / Tanda Umum
Tanggal
10 Januari
2013
Subyektif
Obyektif
Diagnosa : Kanker Ovarium
Dilakukan kistektomi ovarium
kiri ukuran 19 x 17 x 12 cm
16 Januari
2013
: kistoma ovarii
Hasil
carcinoma
cyst
ovarii
adeno
musinosum
papiliform
2 Mei 2013
Pulmo
normal,
kardiomegali,
2013
11 Juni
2013 (Pada
Kondisi MRS :
Tekanan darah
saat MRS)
: 120/70 mmHg
Nadi (HR)
: 82 x/menit
RR
: 20
Temperatur
x/menit
360 C
Hb 10,4 (low)
Cr 0,48 (low)
GDS 67 (low)
K 3,58 (low)
12 Juni
2013
2013
menunjukkan
sinus
hasil
13 Juni
2013
14 Juni
2013
15 Juni
2013
No
.
1
Nama obat
pengganti cairan
Cetirizine 10
tubuh
Mengatasi gejala
1x1
mg
alergi seperti
tablet
ESO
Injeksi
Oral
Alkohol
Sakit kepala,
pusing,
rinitis alergi
mengantuk,
musiman dan
agitasi, rasa
tahunan, urtikaria
tidak nyaman
kronik
pada
Outcome
terapi
gastronintestinal
, reaksi kulit,
Deksamethason
edema
Retensi air dan
5 mg
ampul
garam, edema,
Efektivitas
berkurang
dengan
Alergi, penyakit
fenitoin,
kolagen,
fenobarbital,
reumatik,
rifampisin,
leukimia dan
vitamin A,
limfoma, syok,
tetrasiklin,
Injeksi i.v
penyakit
dan
pernafasan,
antibiotik
gangguan
lain, tiazid.
hematologi,
Antikoagula
edematus
n oral, obat
hipoglikemi
k oral, dan
salisilat
hipertensi,
amenore,
hiperhidrosis,
gangguan
mental,
pankreatitis
akut,
osteonekrosis,
lemah otot,
sindrom
cushing,
peningkatan
TIO, gangguan
penglihatan,
atrofi lokal,
nafsu makan
meningkat,
pertumbuhan
terlambat
Setrovell 5 mg
Pencegahan mual
(Tropisetron
ampul
HCl)
diinduksi oleh
Rifampisin
Sakit kepala,
dan obat
konstipasi,
lain yang
kanker, post
menginduks
nyeri abdomen,
operasi dan
i enzim hati
diare
Warfarin
Sakit kepala,
kemoterapi
Ranitidin 50 mg
Injeksi i.v
radiasi
Hiperasiditas,
tukak peptik,
ampul
esofagitis
Injeksi i.v
tidak enak
badan, pusing,
mengantuk,
Mual
muntah
pasca
kemoterapi
kanker dapat
teratasi
insomnia,
vertigo, agitasi,
depresi,
halusinasi,
takikardi,
konstipasi, nyeri
abdomen, reaksi
hipersensitivitas
Diphenhydrami
ne 50 mg
ampul
Pengobatan
gejala
Injeksi i.v
hipersensitivitas
Dapat
meningkat
kan efek
Alcohol,
CNS
depressant
s:.
MAOIs:
Dapat
meningkat
kan efek
antikoliner
gik
Paxus
Terapi lini
300
Alopesia,ganggu
(Paclitaxel)
pertama dan
mg
an GI, supresi
terapi subsekuen
dalam
sumsum tulang,
karsinoma
intralit
neuropati
ovarium dan
kanker paru jenis
perifer,
500cc
hipersenstivitas,
hipotensi,
lanjut dalam
Carboplatin
Injeksi i.v
bradikardi, EKG
kombinasi
abnormal,.
dengan sisplatin.
Jarang,
Terapi kanker
konduksi
payudara yang
jantung
gagal dengan
abnormal,
kemoterapi
bangkitan grand
kombinasi
Terapi kanker
800
Injeksi i.v
Obat yang
mal.
Supresi sumsum
mg
tulang,
dalam
leukopenia,
NaCl
trombositopenia,
0,9%
anemia, mual
muntah, diare,
400 cc
konstipasi,
habis
peningkatan
dalam
bersihan
1 jam
kreatinin,
peningkatan
bersifat
nefrotoksik
ovarium stadium
dan
lanjut
mielosupres
an
asam urat,
nitrogen urea
darah dan
kreatinin serum.
Neuropati
perifer,
disgeusia,
ototoksisitas,
peningkatan
enzim hati,
reaksi alergi,
alopesia,
sindroma
menyerupai flu,
reaksi pada
tempat injeksi
ASSESMENT
Problem
medik
Subyektif
Obyektif
Paclitaxel
Carboplati
n
Kanker
ovarium
Anemia
Terapi
Hb:10,4
Analisis
Kemoterapi
dapat
menyebabkan
anemia
DRP
ADR
Potensial :
Anemia
Untreated
Problem
medik
Subyektif
Obyektif
Analisis
Terapi
RBC:2,92
Indication
Pasien kanker
umumnya
mengalami
malnutrisi
Cr : 0,48
K : 3,58
GDS : 67
malnutrisi
Gatal pada
leher
Alergi
DRP
Untreated
Indication
cetrizine
Care Plan :
1. Interaksi platinum dengan platin menyebabkan toksisitas paklitaksel meningkat.
Paklitaksel diberikan dahulu baru kemudian karboplatin dengan jeda waktu
pemberian jam.
2. Anemia diterapi dengan eritropoetin.
3. Kekurangan nutrisi ditangani dengan cara merubah diet (cara makan) dan
menambah asupan suplemen.
4. Dosis paklitaksel over dosis untuk pasien tersebut.
5. Handling sitotoksik :
-
Adanya protap.
Monitoring
-
Hb
RBC
GDS
Cr
PERHITUNGAN DOSIS :
BB x TB
LPT =
3600
54 x 148
3600
= 1,49 m2
GFR =
( 140age ) x BB
x 0,85
72 X Cr
( 14041 ) x 54
x 0,85
72 X 0,48
= 131,48
Dosis Karboplatin = AUC x (GFR + 25)
= 4 7 (131,48 + 25)
= 625,92 1.095,36
Dosis Paklitaksel = 135 175 mg/m2
IX.
= 135 x LPT
= 175 x LPT
DAFTAR PUSTAKA
Desember 2010.
http://www.blogdokter.net/2008/05/30/kista-ovarium/. Diakses tanggal 08
Desember 2010.