Sebagaimana telah kita pelajari dalam kinematika relativistik, persamaanpersamaannya diturunkan dari dua postulat relativitas. Dua kerangka inersia yang
bergerak relatif satu dengan yang lain dengan kecepatan konstan dihubungkan melalui
transformasi Lorentz. Ada suatu cara sederhana untuk memperoleh persamaan-persamaan
yang konsisten secara relativitas khusus (yaitu persamaan-persamaannya tampak sama
dari sudut pandang pengamat dalam gerak relatif) dengan menyatakan persamaanpersamaan tersebut dengan cara invarian Lorentz.
Pada bab ini akan dipelajari persamaan-persamaan gelombang untuk medan skalar
(spin-0), medan spinor (spin-1/2) dan medan vektor (spin-1) dengan menerapkan prinsipprinsip relativitas serta ide-ide dasar dalam mekanika kuantum yang sangat diperlukan
dalam mempelajari obyek-obyek yang berukuran sangat kecil, partikel yang berukuran
mikro. Kombinasi persamaan energi dan momentum relativistik dengan operator energi
dan momentum menghasilkan persamaan-persamaan gelombang yang bermanfaat dalam
mempelajari fisika partikel. Selanjutnya, melalui perumusan Euler-Lagrange persamaanpersamaan gerak yang diperoleh dapat pula diturunkan dengan memilih rapat Lagrangian
secara tepat.
80
(operator energi) ,
t
(4.1)
r
r
p i (operator momentum) ,
(4.2)
E i
Dalam limit non-relativistik, energi kinetik dari sebuah partikel bebas dengan massa m
r
dan momentum p diberikan oleh
r
p2
E=
.
2m
(4.3)
Disini E adalah energi kinetik partikel. Jika operator-operator diferensial untuk energi
dan momentum disubstitusikan ke persamaan (4.3) maka diperoleh
1 2
= i
2m
t
(persamaan Schrodinger) .
(4.4)
r
p 2 = p p = E 2 p 2 = m 2 .
(4.5)
= i ,
x
81
(4.6)
Dalam ungkapan ini, operator energi adalah komponen ke nol persamaan (4.6). Substitusi
persamaan (4.6) ke persamaan (4.5), dengan mengingat bahwa operator selalu bekerja
pada suatu keadaan (state), , persamaan (4.5) menghasilkan persamaan diferensial orde2,
2
2 = m 2 .
t
2
(persamaan Klein-Gordon)
(4.7)
2 r 2
,
t 2
(4.8)
(
Operator
+ m2 ( x ) = 0 ,
(4.9)
relativistik jika ( x ) adalah sebuah fungsi skalar. Yaitu terhadap transformasi Lorentz
(t, x )
(4.10)
sehingga adalah invarian. Persamaan (4.7) adalah persamaan orde-2 dalam derivatif
waktu, sehingga mudah dilihat bahwa solusi persamaan KG adalah solusi gelombang
bidang,
( x ) = Ne i ( Et p x ) .
r r
(4.11)
dimana N adalah konstanta normalisasi. Jika kita substitusikan solusi gelombang bidang
di atas ke persamaan KG maka solusi untuk energi dari persamaan ini memberikan dua
buah nilai energi, yaitu energi positif dan energi negatif,
+ m 2c 4 + p 2c 2 ,
E=
m 2c 4 + p 2c 2 ,
energi positif
(4.12)
energi negatif
82
energi total E sepenuhnya dinyatakan oleh energi kinetiknya sehingga energinya konstan,
karenanya dapat dipilih partikel dengan keadaan energi positif dan mengabaikan keadaan
energi negatif. Namun ketika partikel berinteraksi, ada pertukaran energi dengan
lingkungan yang berarti ada sejumlah energi yang diemisikan dalam proses. Kemudian
energi dari sebuah partikel akan menuju ke keadaan energi negatif tak berhingga dan ini
tidak mungkin terjadi untuk sebuah partikel tunggal jika ditafsirkan sebagai sebuah
fungsi gelombang. Namun demikian kita tidak dapat mengabaikan begitu saja solusi
energi negatif sebagai solusi tidak fisis. Karena solusi ini diperlukan untuk
mendefinisikan kelengkapan suatu keadaan. Berbeda halnya jika ( x ) ditafsirkan sebagai
sebuah medan kuantum, kedua solusi energi bukan masalah. Solusi energi positif dan
negatif terkait dengan operator-operator untuk partikel tercipta atau teranihilasi.
Permasalahan kedua dengan tafsiran fungsi gelombang yang muncul adalah ketika
kita mencoba untuk merealisasikan rapat probabilitas. Dalam persamaan Schrodinger,
jika adalah fungsi gelombang maka rapat probabilitas, , diberikan oleh
= * .
(4.13)
(4.14)
r
dimana j adalah arus probabilitas. Arus probabilitas yang memenuhi persamaan
kontinuitas ini adalah
r
r
r
i
j =
* * .
2m
(4.15)
Akan tetapi, rapat probabilitas yang didefinisikan oleh persamaan (4.13) tidak kekal
dalam persamaan KG. Ini karena persamaan KG adalah persamaan orde-2 dalam derivatif
waktu, serupa dengan persamaan gerak Newton dalam mekanika. Syarat awal untuk
menyelesaikan persamaan gerak Newton adalah posisi awal dan kecepatan awal. Ini
r
berarti bahwa kita perlu memberikan konfigurasi awal derivatif ( x ) dan turunannya
r
( x ) / t pada persamaan KG. Untuk kasus partikel bebas relativistik maka persamaan
rapat probabilitas dan arus probabilitas haruslah melibatkan komponen waktu sehingga
kedua besaran ini akan bertransformasi sebagai sebuah vektor (4-vektor). Dalam kasus ini
persamaan kontinuitas dapat dinyatakan secara kovarian,
83
j = 0 .
(4.16)
r
dimana j ( , j ) . Karena itu secara relativistik, rapat probabilitas bukan sebuah kuantitas
skalar tetapi komponen ke nol dari sebuah 4-vektor. Agar persamaan kontinuitas dipenuhi
maka dan j dapat dipilih sebagai berikut
=
j =
*
,
2m
t
t
(4.17a)
i
* * .
2m
(4.17b)
Tampak perbedaan yang jelas antara persamaan (4.17a) dan (4.13). Pada kasus tak
relativistik rapat arus probabilitas memiliki nilai definitif positif = * = = N .
2
sedangkan dalam kasus relativistik tidak definitif positif, = 2 N E , karena kita masih
2
bisa memilih E bernilai negatif. Akibatnya arus j tidak memberikan tafsiran sebagai
rapat probabilitas (karena tidak definitif positif) seperti dalam persamaan Schrodinger.
Contoh 4.1.
Buktikan bahwa jika rapat probabilitas dan arus probabilitas masing-masing diberikan
oleh persamaan (4.13) dan (4.15) maka persamaan kontinuitas
r r
j +
=0 ,
t
akan dipenuhi. Persamaan kontinuitas (4.14) ekuivalen dengan kekekalan muatan
(buktikan!).
Jawab:
Persamaan (4.13) memberikan hasil
*
= ( * ) =
+
t t
t
dan dari persamaan (4.15) diperoleh
84
r r
r
r r
i r
j =
* + * 2 * 2 *
2m
2m
* 2im
t
2im
= *
+
t
t
Lorentz1.
(p
) (
)(
p m 2 = p + m p m .
(4.18)
(
1
)(
p + m p m = p p m + mc p m
85
= p p p p m m2 .
(4.19)
Koefisien-koefisien dan ditentukan oleh suku linier dari p . Jika suku linier dalam
p pada persamaan (4.19) diabaikan maka diperoleh
p p = 0
= .
(20)
p p = p p ,
(4.21)
( p ) ( p ) ( p ) ( p ) = ( ) ( p ) + ( ) ( p ) + ( ) ( p ) + ( ) ( p )
+ ( + ) p p + ( + ) p p + ( + ) p p
+ ( + ) p p + ( + ) p p + ( + ) p p
0
0 1
1 0
1 2
1 3
2 1
3 0
3 1
(4.22)
Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa tidak ada satu himpunan skalar 0 , 1 , 2 , 3
yang memenuhi ruas kanan persamaan. Persamaan tersebut hanya dipenuhi jika harus
merupakan bentuk-bentuk matriks, yang kemudian dikenal dengan matriks Dirac. Dirac
memilih matriks-matriks yang merupakan matriks 4 x 4 sebagai berikut
0
0 =
0
0 1
0 2
0 3
0
1
2
3
,
=
,
=
,
3
, (4.23)
0
0
0
0
1 0
0 =
1 ,
0 1
0 1
,
1 0
1 =
0 i
,
0
2 =
i
3 =
.
0 1
(4.24)
+ = 2 g ,
atau
86
(4.25)
, = 2g .
(4.26)
( )
0
( )
= 1,
= 1,
0 = 0,
= ( ) ,
i = i .
(4.27)
(p
p m 2 ) = ( p + m )( p m ) = 0 .
(4.28)
(i ) p m = 0,
(ii ) p + m = 0 .
(4.29)
Dan ini mengijinkan pula dua solusi baik untuk solusi energi positif maupun negatif.
Berikut ini akan dijelaskan solusi (i), solusi (ii) dapat dikerjakan sebagai latihan.
Seperti dalam penurunan persamaan Schrodinger dan persamaan KG, momentum
relativistik diganti menjadi operator dalam mekanika kuantum, persamaam (4.6). Dengan
mengingat kembali bahwa operator bekerja pada suatu keadaan, , maka persamaan (29)
untuk solusi (i) menjadi
( i
m ) = 0 ,
(persamaan Dirac)
(4.30)
Ini adalah sebuah persamaan diferensial orde pertama yang kovarian dan dikenal sebagai
persamaan Dirac dengan sebagai medan spinor Dirac. Persamaan (4.30) adalah
persamaan matriks 4 x 4 sehingga mudah dipahami bahwa medan spinor Dirac
merupakan sebuah matriks kolom, 4 x 1, dengan empat komponen
1
= 2 .
3
4
= 1* 2* 3* 4*
(4.31)
Sebagai catatan, meskipun mengandung empat komponen, ini bukan sebuah 4vektor.
87
Contoh 4.2:
Buktikan bahwa masing-masing komponen dari memenuhi persamaan KG!
Jawab:
Mulai dari persamaan Dirac (4.30)
i m = 0 .
Kerjakan pada kedua ruas persamaan sebuah operator i untuk memperoleh
i m = 0 .
Suku kedua ruas kiri persamaan di atas adalah = ( im ) , sehingga menjadi
+ m2 = 0 .
Persamaan ini juga dapat ditulis dalam bentuk simetrik dengan mempertukarkan indeks
+ m2 = 0 .
Jumlahkan kedua persamaan di atas dengan mengingat = maka diperoleh
+ ) + 2m 2 = 0
g + m2 = 0
atau
+ m 2 =
2 r 2
+ m 2 = 0
2
t
88
((i
) ) = ( ( i
) )
0 + i i i m
.
s
s
i
0
i 0 i i m = 0
0
(4.32)
s
s
Kalau adalah matriks kolom (4.31), adalah matriks baris 1 x 4. Simbol 0 dan i
berarti beroperasi ke sebelah kiri. Dengan menggunakan sifat-sifat matriks Dirac (4.27),
i 0 0 + i i i m = 0 .
(4.33)
s
s
i 0 0 0 + i i 0 i m 0 = 0
s
s
0 i 0 0 + i i i + m = 0
s
0 i + m = 0
= 0 ,
(4.34)
maka diperoleh
i + m = 0 .
(4.35)
Persamaan dan persamaan dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa rapat arus
j = ,
(4.36)
adalah kekal, j = 0 :
j = = ( ) +
= ( im ) + ( im ) = 0 .
)
(4.37)
t
r
s
A B = A B A B = A ( B ) ( A ) B . Sebagai contoh
0 = 0 .
89
j 0 = 0 = 0 0 =
= 1* 2* 3*
1
2
2
2
2 ,
4* 2 = 1 + 2 + 3 + 4
3
4
(4.38)
Contoh 4.3.
Jika fungsi keadaan ( x ) memenuhi persamaan Dirac, peroleh kembali hubungan
energi-momentum relativistik E 2 = p 2c 2 + m 2c 4 !
Jawab:
Persamaan Dirac (i) dapat ditulis kembali untuk sebuah partikel dengan massa m yang
memiliki keadaan :
p m = 0 ,
(4.39)
atau
1
0
1
2
3
p0 + p1 + p2 + p3 mc 2 = 0 .
3
4
(4.40)
Em
pz
px + ip y
0
Em
px ip y
pz
90
pz
px ip y
E m
0
px + ip y 1
pz
2 = 0 .
3
0
E m 4
(4.41)
Persamaan ini memberikan empat buah persamaan yang harus diselesaikan. Dengan
melakukan perkalian matriks maka diperoleh:
(i )
( E m ) 1 pz 3 ( px ip y ) 4 = 0
(4.42a)
(ii ) ( E m ) 2 ( px + ip y ) 3 + pz 4 = 0 .
(4.42b)
(iii ) pz 1 + ( p x ip y ) 2 ( E + m ) 3 = 0 .
(4.42c)
(iv) ( p x + ip y ) 1 pz 2 ( E + m ) 4 = 0 .
(4.42d)
pz
( px ip y ) 3
1
1
.
= E m
4
(
)
pz
2
( px + ip y )
(4.43)
pz
3
1
=
4 ( E + m ) ( p x + ip y )
(p
ip y ) 1
.
p z 2
(4.44)
1
1
= 2
E m2
2
px2 + p y2 + pz2
1
0
1 0 1
p2
=
. (4.45)
2
2
2
px + p y + pz 2
E 2 m 2 0 1 2
Sehingga diperoleh
p2
1= 2
,
E m2
atau
E 2 = p 2 + m2
=
,
x 0
t
=
=
=0 .
x1 x 2 x 3
91
(4.46)
= 2 A .
3 B
4
(4.47)
A = 1 ,
2
B = 3 .
4
(4.48)
A
0 t
A
m = 0 ,
12 x 2 B
B
(4.49)
dimana 12x2 adalah matriks satuan (2 x 2). Dari persamaan (4.49) ada dua buah
persamaan yang harus diselesaikan
A
m A = 0 ,
t
B
m B = 0 .
t
(4.50a)
(4.50b)
A (t ) = A (0)exp ( imt ) ,
(4.51a)
B (t ) = B (0)exp ( +imt ) .
(4.51b)
Persamaan (4.51) adalah persamaan bergantung waktu dari partikel dalam keadaan
r
kuantum dengan energi E. Dalam kerangka diam partikel ( p = 0 ), energi dari sebuah
partikel diberikan oleh E = m sehingga A adalah solusi yang mungkin. Sedangkan B
menggambarkan keadaan kuantum dari sebuah partikel lain dengan energi negatif
E = m . Dirac kemudian memberikan tafsiran bahwa A adalah solusi untuk keadaan
92
partikel (energi positif) spin-1/2 sedangkan B adalah solusi untuk keadaan anti-partikel
(energi negatif) spin-1/2. 3 Sebagai contoh, jika A adalah keadaan kuantum elektron
maka B adalah keadaan kuantum anti-elektron yaitu positron. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa persamaan Dirac bukan persamaan yang menggambarkan persamaan
untuk partikel tunggal tetapi persamaan untuk partikel dan anti partikel.
Energi
Partikel
Foton
m
Anti-partikel (hole)
Lautan Dirac
Membedakan partikel dan anti partikel hanyalah sebuah konvensi. Jadi kita juga dapat mengubah
konvensi tersebut, misalnya positron adalah partikel dan elektron adalah anti partikel. Dalam hal ini kita
hidup dalam dunia anti partikel.
93
positron. Implementasikan dari hal ini dapat dilihat ketika kita mengkuantisasi medan
spin-1/2.4
( x ) = N exp ( ip x ) u ( p ) , p = ( E , p ) ,
(4.52)
dimana N adalah konstanta normalisasi dan u ( p ) adalah fungsi Dirac bebas sedemikian
sehingga ( x ) memenuhi persamaan Dirac (4.30). Fungsi u ( p ) kemudian akan
menyatakan keadaan spinor 4-komponen. Karena ( x ) bergantung pada x maka
=
( x )
= ip N exp ip x u ( p ) .
x
(4.53)
) (
i ip N exp ip x u ( p ) m N exp ip x u ( p ) = 0 .
(4.54)
atau
p m u ( p ) = 0 .
(4.55)
Ini dinamakan sebagai persamaan Dirac dalam ruang momentum. Jika u ( p ) memenuhi
persamaan (4.55), maka ( x ) pada persamaan (4.52) memenuhi persamaan Dirac.
Dengan menggunakan analogi contoh 4.1, namun sekarang untuk fungsi bebas
Dirac u ( p ) (spinor 4-komponen) yang didekomposisikan sebagai berikut
u
u = A,
u B
u
uA = 1 ,
u2
u
uB = 3 .
u4
(4.56)
pz
( p x ip y ) u3
u
1
.
uA = 1 =
u4
( E m ) ( px + ip y )
pz
u2
pz
u
1
uB = 3 =
u4 ( E + m ) ( px + ip y )
(p
ip y ) u1
.
pz u2
(4.57a)
(4.57b)
Dalam buku ini tidak akan membahas kuantisasi medan. Untuk kuantisasi medan dapat dibaca pada buku
teks teori medan kuantum, lihat referensi.
94
E=
p 2 + m2 ,
partikel
anti partikel
(4.58)
Kembali, akar positif terkait dengan keadaan partikel dan akar negatif adalah untuk anti
partikel, seperti dijelaskan sebelumnya. Karena u ( p ) masih merupakan fungsi bebas
maka pemilihan komponen-kompenen dari persamaan (4.57) akan menghasilkan empat
buah solusi: dua buah untuk solusi energi positif E = + p 2 + m 2 dan dua buah untuk
solusi energi negatif E = p 2 + m 2 , yaitu:
1. Dua solusi untuk energi positif (partikel):
(i) jika u1 = 1 dan u2 = 0 : partikel dengan spin up, maka
1
uA = ,
0
(4.59a)
dan
pz
u
1
uB = 3 =
u4 ( E + m ) ( px + ip y )
(p
ip y ) 1
pz
1
=
.
pz 0 ( E + m ) px + ip y
(4.59b)
Sehingga diperoleh
1
0
u A p z
r
u ( E, p ) = =
.
u B E + m
px + ip y
E + m
(4.59c)
r
Untuk partikel diam p = 0 fungsi keadaan spinor 4 komponen dari partikel dengan spin
up adalah
1
r 0
u E ,0 =
0
0
( )
1
0
( x ) = exp ( iEt ) .
0
0
95
(4.59d)
0
uA = ,
1
(4.60a)
u
px ip y
1
uB = 3 =
.
u4 ( E + m ) p z
(4.60b)
dan
Sehingga diperoleh
0
1
u A px ip y
r
u ( E, p ) = =
(4.60c)
.
u B E + m
pz
E + m
r
Sehingga untuk partikel diam p = 0 fungsi keadaan spinor 4 komponen dari partikel
dengan spin down adalah
0
r 1
u E ,0 =
0
0
( )
0
1
( x ) = exp ( iEt ) .
0
0
(4.60d)
pz
u
1
uA = 1 =
.
u2 ( E m ) px + ip y
(4.61a)
1
uB = .
0
(4.61b)
Sehingga diperoleh
pz
( E m)
r u A px + ip y
u ( E, p ) = =
(4.61c)
.
u B ( E m )
1
0
r
Untuk anti partikel diam p = 0 fungsi keadaan spinor 4 komponen dari antipartikel
dengan spin up adalah
96
0
r 0
u E ,0 =
1
0
( )
0
0
( x ) = exp ( +iEt ) .
1
0
(4.61d)
u
px ip y
1
uA = 1 =
.
u2 ( E m ) p z
(4.62a)
0
uB = .
1
(4.62b)
Sehingga diperoleh
px ip y
Em
)
(
r u p z
u ( E, p ) = A =
(4.62c)
.
u B ( E m )
0
1
r
Untuk anti partikel diam p = 0 fungsi keadaan spinor 4 komponen dari antipartikel
dengan spin down adalah
0
r 0
u E ,0 =
0
1
( )
0
0
( x ) = exp ( +iEt ) .
0
1
(4.63d)
Fungsi Dirac bebas u(p) di atas adalah funsi Dirac yang belum ternormalisasi. Maka
untuk memperoleh fungsi Dirac ternormalisasi perlu diperkenalkan konstanta normalisasi
N. Misalkan empat fungsi Dirac bebas (spinor Dirac 4-komponen) yang ternormalisasi
dinyatakan oleh: u (1) dan u (2) adalah solusi untuk partikel,
untuk anti-partikel. Kita tuliskan kembali persamaan di atas dengan melibatkan faktor
normalisasi sebagai berikut:
(1) Solusi untuk partikel E = + p 2 + m 2 adalah
97
1
0
0
1
r
r
pz
p x ip y
(1)
(2)
u ( E, p) = N
(spin up), u ( E , p ) = N
(spin down). (4.64)
E
+
m
E
+
m
px + ip y
pz
E + m
E + m
Persamaan ini berturut-turut mengambarkan persamaan keadaan elektron dengan
spin-up dan spin-down.
(2) Solusi untuk anti-partikel E = p 2 + m 2 adalah
pz
p x ip y
( E m)
Em
)
(
px + ip y
pz
r
r
(4)
u (3) ( E , p ) = N
(spin up), u ( E , p ) = N
(spin down) (4.65)
( E m)
( E m)
1
0
0
1
Persamaan ini berturut-turut mengambarkan persamaan keadaan antielektron dengan
spin-up dan spin-down. Sifat-sifat akan dijelaskan pada pasal berikutnya.
Solusi energi negatif dapat pula ditafsirkan sebagai keadaan antipartikel energi
positif. Untuk itu, ungkapan energi dan momentum fisis dari anti partikel dapat diperoleh
dengan membalik tanda kedua kuantitas ini. Untuk memperjelas perbedaaan antara solusi
partikel dan anti partikel yang keduanya sekarang memiliki energi dan momentum
positif E =
p x ip y
E+m
)
(
pz
r
r
v (1) ( E , p ) = u (4) ( E , p ) = N
,
( E + m)
0
98
(4.66a)
pz
( E + m)
p
+
ip
r
r
x
y
v (2) ( E , p ) = u (3) ( E , p ) = N
,
( E + m)
1
(4.66b)
Ini adalah solusi untuk dua keadaan spin anti partikel. Dengan demikian solusi
gelombang bidang dari persamaan Dirac dapat diringkas sebagai berikut:
(s)
N exp ( ip x ) u ( s ) ( p ) ,
( x) =
(s)
N exp ( ip x ) v ( p ) ,
partikel
anti partikel
(4.67)
dimana s = 1, 2.
Contoh 4.4.
Carilah konstanta normalisasi N dengan menggunakan persamaan-persamaan (4.64) jika
syarat normalisasi untuk spinor diberikan oleh u u = 2 E ?
Jawab:
Dari persamaan (4.64) diperoleh
u (1) u (1) = NN * 1 0
pz
E+m
1
0
px ip y p
E+m E+m
px + ip y
E + m
( px ip y )( px + ip y )
pz2
= NN 1 + 0 +
+
2
2
( E + m)
( E + m)
( E + m )2 + p 2
2 2E
= NN
.
= N
2
E + m
( E + m )
99
2 2E
N
= 2E
E + m
N = E+m .
(4.68)
Ini adalah konstanta normalisasi untuk keadaan partikel. Cobalah gunakan untuk spinor
yang lain, serta turunkan konstanta normalisasi untuk keadaan anti-partikel?
Dengan menggunakan konstanta normalisasi (4.68) maka keempat keadaan spin dapat
dinyatakan sebagai berikut
1
0
r
pz
(1)
u ( E, p) = E + m
,
E
+
m
px + ip y
E + m
0
1
r
p x ip y
(2)
u ( E, p) = E + m
,
E
+
m
pz
E + m
( px ip y )
( E + m)
p
r
z
,
v (1) ( E , p ) = E + m
( E + m)
pz
( E + m)
p
+
ip
r
x
y
v (2) ( E , p ) = E + m
( E + m)
1
u ( r ) ( p )u ( s ) ( p ) = 2m rs ,
(4.69a)
u ( r ) ( p )v ( s ) ( p ) = v ( r ) ( p )u ( s ) ( p ) = 0 ,
(4.69b)
v ( r ) ( p )v ( s ) ( p ) = 2m rs .
(4.69c)
Disini r, s = 1, 2.
100
(4.70)
Sx =
1 x 0
,
2 0 x
Sy =
1 y 0
,
2 0 y
Sz =
1 z 0
.
2 0 z
(4.71)
Andaikan kita ingin mengukur S x , S y dan S z pada sebuah partikel dalam keadaan
(state) :
.
(4.72)
(4.73)
(4.74)
(4.75)
1 0
1 0
= 0 .
0 1
0 1
(4.76)
(1 ) = 0,
(1 + ) = 0 ,
= , = .
(4.77)
1
= ,
0
spinup .
(78)
Keadaan eigen (4.78) adalah keadaan dari sebuah partikel dengan spin up. Kemudian
dengan mengambil = 1 maka diperoleh
1 0
0 1 =
101
= , = .
(4.79)
0
= ,
1
spin down .
(4.80)
Keadaan eigen (4.80) adalah keadaan dari sebuah partikel dengan spin down dimana kita
telah memilih = 0, = 1 .
Contoh 4.5.
Buktikan bahwa medan spinor Dirac adalah keadaan partikel spin up dan spin down!.
Jawab:
Untuk memahami keadaan spin-up atau spin-down dari spinor-spinor Dirac u (1) , u (2) , v (1)
dan v (2) , kita tinjau salah satu darinya, yang lain silahkan dicoba.
u (1)
1
0
pz
=N
.
E
+
m
p x + ip y
E + m
(4.81)
r
Misalkan p sejajar dengan sumbu-z dan px = p y = 0 , maka diperoleh
u (1)
E + m
=
E m .
(4.82)
Selanjutnya operasikan operator spin (4.71) terhadap spinor eigen di atas maka diperoleh
S z u (1)
1 0
1 0 1
=
2 0 0
0 0
E + m
0 E + m
0 0 0 1 0 1 (1)
=
= u .
1 0 E m 2 E m 2
0 1 0
0
0
(4.83)
1
S z u (1) = + u (1) .
2
(spin-up) ,
102
(4.84a)
dengan nilai eigen adalah +1/ 2 yang terkait dengan keadaan (spinor) eigen u (1) spin-up.
Dengan cara yang sama dapat ditunjukan bahwa
1
S z u (2) = u (2) .
2
(spin-down)
(4.84b)
1
S z u (3) = + u (3) .
2
(spin-up)
(4.84c)
1
S z u (4) = u (4) .
2
(spin-down)
(4.84d)
' = S ,
(4.85)
a 1
a
S = a+ + a 0 1 = +
,
a 1 a+
(86)
dimana
a+ =
1
2
( + 1) ,
a =
1
2
( 1) ,
(4.87)
Andaikan kita ingin membangun sebuah kuantitas skalar dengan menggunakan sebuah
spinor . Pertama kita dapat membuat kombinasi , apakah ini adalah sebuah skalar?
Jika skalar maka tidak akan berubah terhadap transformasi (4.85). Kombinasi
memberikan hasil
103
1
* 2
= | 1 |2 + | 2 |2 + | 3 |2 + | 4 |2 .
4
3
4
= 1* 2* 3*
(4.88)
' = S .
( ')
(4.89a)
= ( S ) = S .
(4.89b)
' ' = S S .
(4.90)
( )
1
1
S S = S 2 =
1 ,
1
1
= v/c
(4.91)
( )
(4.92)
( )
( ) ' = S 0 S .
(93)
Dalam kasus ini haruslah dibuktikan S 0 S = 0 . Lihat contoh dibawah ini bahwa
hubungan ini dipenuhi, sehingga adalah sebuah skalar.
Contoh4.6.
Bukutikan bahwa S 0 S = 0 sehingga adalah skalar.
Jawab:
Dari persamaan (4.86) dapat diperoleh
a+*
S =
( a 1 ) *
( a 1 ) *
a+*
a+* a* 1
=
*
*
a 1 a+
104
S =
1
2
( + 1)
1
2
( 1) 1
1
2
1
2
( 1) 1
( + 1)
=S
Sehingga
1
2
( + 1)
1
2
( 1)1
1
2
( + 1)
1
2
( + 1) 0
1
2
1
2
( 1) 1 0
( 1) 1 0
S S=
1
2
( 1) 1 0
1
2
1
2
1
2
( + 1)
1
2
( 1) 1
( + 1)
1
2
( + 1) 0 12 ( 1) 1
12 ( + 1) 0 12 ( 1) 1 0 1
=
1 2 1 0 + 1 2 1 0
1
1
2
2
0
0
=
=0
0
0
1
2
1
2
1
2
( 1) 1
( + 1)
( 1) 1
( + 1)
1 0 1
2
0
0
1
1
1)( 1 ) 2 ( + 1)
2(
12 2 1 0 1 +
1
2
Sehingga
( )
( ) ' = 0 = , (skalar)
Jadi kuantitas
= 0 = 1 + 2 3 4 ,
2
(4.94)
Ada 16 hasil kali dengan bentuk i* j karena i dan j berjalan dari 1 sampai 4.
Ragam kombinasi linier untuk membangun kuantitas-kuantitas dengan perilaku
transformasi yang berbeda dapat dirangkum sebagai berikut:
(i ) = skalar
(1 komponen)
(ii ) 5 = pseudoskalar
(1 komponen)
(iii ) = vektor
(4 komponen)
(iv) 5 = pseudovektor
(4 komponen)
(6 komponen)
(4.95)
dimana
0 1
5 i 0 1 2 3 =
,
1 0
105
i
.
2
(4.96)
Pseudoskalar dan pseudovektor dibedakan dengan skalar dan vektor oleh perlakuan
terhadap transformasi paritas5
P = ( x, y , z ) ( x, y , z ) .
(4.97)
(4.98a)
(4.98b)
(4.98c)
(4.98d)
Penjelasan persamaan di atas sebagai berikut: persamaan (i) adalah hukum Gauss yaitu
muatan total di dalam sebuah permukaan tertutup dapat diperoleh dengan
r
mengintegrasikan komponen normal E pada permukaan tersebut. Persamaan (ii) adalah
hukum Faraday yaitu perubahan medan magnet akan menghasilkan medan listrik
Persamaan (iii) menjelaskan tentang tidak adanya muatan magnetik dan persamaan (iv)
adalah hukum Ampere yaitu perubahan medan listrik menghasilkan medan magnet.
Persamaan (ii) dan (iii) dinamakan persamaan homogen sedangkan persamaan (i) dan (iv)
dinamakan sebagai persamaan tak-homogen, mengandung suku sumber.
r
r
Dalam notasi relativistik, medan listrik E dan medan magnet B secara bersamasama membentuk sebuah medan tensor kontravarian rank-2 antisimetrik (medan tensor
elektromagnetik),
5
106
0
E
= 1
E2
E3
E1
0
B3
B2
E2
B3
0
B1
F = F ,
E3
B2
,
B1
(4.99a)
(antisimetrik) .
(4.99b)
Medan tensor elektromagnetik kovarian antisimetrik dapat diperoleh dari tensor medan
kontravarian dengan mengerjakan kontraksi indeks (menurunkan indeks):
F = g g F .
(4.100)
0
E
F = 1
E2
E3
E2
E3
B3 B2
.
0 B1
B1
0
r
Sedangkan rapat muatan dan rapat arus j adalah 4-vektor:
r
r
j = ( j 0 , j ) = ( c , j ) .
E1
0
B3
B2
(4.101)
(4.102)
F =
4
j .
c
(103)
F 0 F 00 F 10 F 20 F 30
E E
E
=
+ 1 +
+
=0+ x + y + z
0
2
3
x
x
x
x
x
x
y
z
r r 4 0
= E =
j ,
c
yang memberikan kembali persamaan (i) dengan mengambil j 0 = c .
(b) dengan mengambil = 1 ,
F 1 F 01 F 11 F 21 F 31
1 Ex
Bz By
=
+
+
+
=
+
0
+
x
x 0
x1
x 2
x3
c t
y
z
=
4 1
j ,
c
107
atau
Bz By 1 E x 4
=
jx
y
z c t
c
(c) dengan mengambil = 2 ,
F 2 F 02 F 12 F 22 F 32
1 E y Bz
B
=
+ 1 +
+
=
+0 x
0
2
3
x
x
x
x
x
c t
x
z
4 2
j ,
c
=
atau
Bz Bx 1 E y 4
jy
=
x
z c t
c
1 Ez By Bx
F 3 F 03 F 13 F 23 F 33
=
+ 1 +
+
=
+0
0
2
3
x
x
x
x
x
x
y
c t
=
4 3
j ,
c
Bx 1 E z 4
=
jz
y c t
c
atau
By
x
Dari hasil (b) , (c) dan (d), ketiga persamaan ini dapat dinyatakan dalam bentuk 3-vektor.
Hasilnya adalah
r
r
1 E 4 r
B
=
j,
c t
c
r 1
j j = jx , j 2 = j y , j 3 = jz
j = 0 .
(4.104)
r
Persamaan Maxwell homogen adalah ekuivaken dengan ungkapan bahwa B dapat
r
dinyatakan sebagai rotasi dari sebuah potensial vektor, A :
r r r
B = A .
(4.105)
Sehingga persamaan Maxwell (ii) menjadi
r
r r 1 A
E +
=0 .
c t
108
(4.106)
( )
(4.107)
dengan
r
r
1 A
E =
,
c t
r r r
B = A,
(4.108)
persamaan Maxwell homogen masih dipenuhi. Sehingga dalam notasi relativistik dapat
dinyatakan sebagai berikut
F = F = A A .
(4.109)
( x) '( x) = ( x) +
(4.110a)
(4.110b)
Disini f ( x) adalah sebuah fungsi sembarang yang kemudian dinamakan fungsi gauge.
Maka dengan mensubstitusikan ke persamaan (4.108) diperoleh
r
r
r
r
r
r
A '
f ( x) r
E E ' = '
= ( x) +
A( x) f ( x)
t
t t
r
r f ( x) r
r
= ( x)
f ( x )
A( x) +
t
t t
r
r
r
f ( x) r
f ( x)
= ( x)
A( x) +
t
t
r
r
= ( x) A( x)
t
r
r
r r r r
r
B B ' = A ' = A( x) f ( x)
109
r r
r
r
= A( x) f ( x)
r r
= A( x)
Bandingkan hasil transformasi persamaan di atas dengan persamaan (4.108),
r
r
dapat dilihat bahwa ungkapan medan listrik E dan medan magnet B masih
dipertahankan oleh transformasi (4.110). Persamaan transformasi (4.110) dinamakan
transformasi gauge. Karena itu persamaan Maxwell invarian terhadap transformasi
gauge. Hukum-hukum fisika yang tidak berubah terhadap transformasi gauge dikatakan
invarian gauge. Bentuk kovarian dari transformasi gauge adalah
A A ' = A + f ,
(4.111)
A A =
4
j ,
c
(4.112)
1 r r
+ A = 0.
c t
(4.113)
4
j ,
c
(114)
A
2
2
=
4
A
=
j,
c 2 t 2
c 2 t 2
c
(4.115)
A = 0 ,
110
(4.116)
Dalam hal ini, persamaan (4.115) serupa dengan persamaan KG untuk partikel tak
bermassa. Serupa dengan kasus persamaan Dirac, solusi persamaan (4.116) adalah solusi
r
untuk gelombang bidang dengan momentum p = ( E , p )
Ada sebuah generalisasi dari persamaan Maxwell yang memberikan sebuah
persamaan untuk partikel spin-1 bermassa,6
F + m 2 A = 0 .
(4.117)
(118)
(
dimana
+ m2 A = 0 .
(4.119)
(4.120)
r
kemungkinan solusi bebas, misalnya ( 0, ) dimana vektor membentuk basis untuk
representasi spin-1. Oleh karena itu medan vektor A menggambarkan partikel spin-1.
Contoh 4.7.
Carilah komponen tensor medan kovarian F12 dari tensor medan kontravarian.
Jawab:
Dengan mengingat tensor metrik g adalah diagonal maka
F12 = g1 g 2 F = g11 g 22 F 12 = B3
Komponen-komponen yang lain dapat dicari dengan mengikuti langkah ini.
111
(4.121)
r
yang mengaitkan gaya F yang bekerja pada sebuah benda bermassa m dengan
r
r
r
percepatan a = d 2 r dt 2 yang dialami benda, dimana r adalah vektor kedudukan benda
r
pada saat t. Untuk gaya konservatif, terdapat sebuah besaran fungsi skalar V( r , t), yang
r
r
r
disebut energi potensial, dimana gaya F diberikan oleh: F = V , dengan adalah
r
operator gradien, yang dalam sistem koordinat Kartesis r = xi + yj + zk , adalah:
i + j + k
.
x
y
z
(4.122)
(4.123)
Secara matematika, (4.123) adalah suatu persamaan diferensial biasa orde-2 yang
r r
r
r
memiliki solusi tunggal: r = r (t), apabila nilai kedudukan r dan kecepatan dr / dt , pada
saat awal t = ti diberikan, yakni:
r
r
r (ti ) = ri ,
dan
r
dr r
= vi .
dt
(4.124)
Persamaan (4.124) adalah syarat awal untuk memecahkan persamaan dinamika (4.123).
Jadi, bila syarat awal (4.124) diberikan, maka kedudukan benda pada saat t = t ' > t i
r r
tertentu, yakni r ' = r (t ') , tertentukan secara pasti! Artinya, dalam menempuh perjalanan
r
r
dari kedudukan awal A(ri , ti ) menuju kedudukan B (r', t ') , benda melewati suatu lintasan
112
r r
istimewa C , yang diberikan oleh solusi tunggal persamaan (4.123), yakni: r = r (t),
untuk sembarang waktu t. Kenyataan ini menunjukkan bahwa gerak partikel dalam
pandangan mekanika klasik adalah bersifat deterministik atau teramalkan.
t
tf
C
C
ti
A
qi
qf
benda
Alasan benda memilih suatu lintasan istimewa C , dan bukan yang lainnya, dapat
dikaji dari syarat ekstrim sebuah fungsi yang bergantung pada lintasan C penghubung
titik A dan B dalam ruang-waktu:
S = S(C).
(4.125)
Dalam Gambar 4.2, diilustrasikan kemungkinan lintasan C antara A dan B, untuk kasus
r
gerak 1-dimensi, dengan r = (q), dalam diagram ruang-waktu. Yakni, jika C ' adalah
sebuah lintasan yang berbeda secara infinitesimal dari C , maka
S (C ' ) = S (C ) + S = S (C ) ,
atau
S = 0 .
(4.126)
Ini adalah syarat ekstrim atau stasioner untuk fungsi aksi S(C). Fungsi lintasan S ini
didefinisikan sebagai berikut:
113
tf
r r
S (C ) = L(r , r& , t )dt ,
(4.127)
ti
(4.128)
dikenal sebagai fungsi Lagrange. Fungsi lintasan pada persanaan (4.127) dinamakan
fungsi aksi (action). Dengan menggunakan kalkulus variasi, maka dari syarat stasioner
(4.126) diturunkan persamaan Euler-Lagrange:
d L
dt q&
L
= 0,
q
(4.129)
r
dimana q , dan q& , ( = 1, 2, 3), berturut-turut adalah komponen vektor kedudukan r
r
dan kecepatan r& . Koordinat q lazim disebut sebagai koordinat umum (generalized
coordinates). Untuk kasus dinamika sistem dengan N-buah benda titik, maka indeks ( =
L L
.
=
( )
(4.130)
1
1
m2 2 .
2
2
(4.131)
Maka persamaan geraknya dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan EulerLagrange (4.129),
114
=
( )
+ m2 ( x ) = 0
(4.132)
L = * m 2 * ,
(4.133)
selanjutnya dapat dipandang sebagai jumlah dari rapat Lagrangian untuk dua buah medan
skalar 1 dan 2 dengan = (1 + i2 ) / 2 . Maka kita memperoleh dua buah persamaan
gerak
+ m2 ( x ) = 0 ,
(4.134a)
+ m2 * ( x ) = 0 ,
(134b)
L = i m .
(4.135)
= 0,
( )
L
= i m .
(4.136)
( i
m = 0 ,
(4.137)
= i ,
( )
L
= m .
(138)
Sehingga diperoleh
i + m = 0 .
115
(139)
L = F F + m2 A A A
4
2
2
1
= A 2 + m 2 g (1 ) A
2
(4.140)
Dapat diperoleh
L
= A + A g A
( A )
(4.141)
+ m 2 A (1 ) A = 0 .
(4.142)
Ini dinamakan persamaan Proca yang telah dipelajari sebelumnya yaitu menggambarkan
sebuah partikel spin-1 dengan massa m. Akibatnya
F + m 2 A = 0,
A = 0
dan
(4.143)
Contoh 4.8.
Diberikan sebuah transformasi
= ei
dimana adalah suatu bilangan konstan. Buktikan bahwa persamaan Dirac invarian
terhadap transformasi di atas.
Jawab.
Terhadap transformasi di atas maka persamaan Dirac akan bertransformasi sebagai
berikut
L
dimana
= ei
= e i
Maka
L
)(
L ' = e i i m ei
)
(
= e i i ei e i m ei
116
= i m = i m
=L
Rangkuman
+ m2 ( x ) = 0
r r
i ( Et p x )
Persamaan Dirac dengan sebagai medan spinor Dirac untuk partikel spin-1/2
( i
m = 0 ,
Solusi gelombang bergantung waktu dari persamaan Dirac partikel dalam keadaan
kuantum dengan energi E
A (t ) = A (0)exp ( imt ) ,
B (t ) = B (0)exp ( +imt ) .
(s)
N exp ( ip x ) u ( s ) ( p ) ,
( x) =
(s)
N exp ( ip x ) v ( p ) ,
partikel
anti partikel
dimana s = 1, 2.
(
dimana
+ m2 A = 0 .
Kovarian bilinier yaitu obyek yang tidak membawa indeks spinor dan hanya meliputi
dua buah medan spinor. Transformasi dari kerangka S kerangka S yang bergerak
r
dengan kecepatan v searah sumbu-x diberikan oleh
' = S ,
disini S adalah sebuah matriks 4 x 4,
117
a 1
a
S = a+ + a 0 1 = +
,
a 1 a+
dimana
a+ =
1
2
( + 1) ,
a =
1
2
( 1) ,
Ada 16 hasil kali dengan bentuk i* j karena i dan j berjalan dari 1 sampai 4. Ragam
kombinasi linier untuk membangun kuantitas-kuantitas dengan perilaku transformasi
yang berbeda dapat dirangkum sebagai berikut:
(i ) = skalar
(1 komponen)
(ii ) = pseudoskalar
(1 komponen)
(iii ) = vektor
(4 komponen)
(iv) 5 = pseudovektor
(4 komponen)
(6 komponen)
dimana
0 1
5 i 0 1 2 3 =
,
1 0
i
.
2
L L
=
( )
1
1
m2 2 .
2
2
L = i m .
L = F F + m2 A A A
4
2
2
1
= A 2 + m 2 g (1 ) A
2
Dengan mengetahui bentuk Lagrange dari suatu medan maka akan didapat persamaan
gerak dari medan-medan tersebut
118
Soal-soal Latihan
1. Tunjukan bahwa / x adalah 4-vektor kovarian ( adalah sebuah fungsi
skalar dari x, y, z dan t)!
2. Tunjukan bahwa persamaan (4.23) memenuhi persamaan (4.26)!
3. Buktikan persamaan (4.69)!
4. (a) Tunjukan bahwa syarat normalisasi yang diberikan dalam contoh 4,
dinyatakan dalam spinor adjoint menjadi uu = vv = 2m !
(b) Carilah konstanta normalisasi N dengan menggunakan persamaan-persamaan
(4.64) jika syarat normalisasi untuk spinor diberikan oleh u u = 1 !
(s)
s =1,2
(b)
s =1,2
(s)
u ( s ) = p + m
v ( s ) = p m
= ei !
119