Anda di halaman 1dari 6

PENATALAKSANAAN DIET CVA/STROKE

1. Terapi
Pilar pengendalian Stroke terdiri dari 4 (empat) hal, yaitu :
1. Terapi diet stroke (rendah garam, lemak, purin dan banyak makan makanan yang
mengandung vitamin A,B,C,E dan elektrolit seperti sayur dan buah-buahan)
2. Terapi obat (aspirin, triclopidine, clopidogrel, cilostazol, dipiridamol)
3. Olah raga/latihan jasmani
4. Penyuluhan/edukasi
2. Pengaturan Diit
Pemberian makanan pada penderita stroke disesuaikan dengan keadaan penderita,
antara lain apakah kesadaran penderita menurun atau tidak, dan ada tidaknya gangguan fungsi
menelan. Pada pasien stroke iskemik biasanya kesadaran tidak menurun dan tidak ada gangguan
fungsi menelan. Sedangkan pada stroke hemoragik kesadaran sering kali menurun sampai terjadi
koma dan ditemukan disfagia (gangguan menelan). Selain itu, pasien stroke juga mngalami
gangguan mengunyah, dan saluran cerna lain seperti tukak stres. Sekitar 30 - 40% pasien
mengalami disfagia, dan sekitar 18% mengalami tukau stres pada penderita stroke iskemik, dan
sekitar 48% pada penderita stroke hemoragik.
Untuk mencegah penurunan status gizi dan mencapai gizi yang optimal, diperlukan
penatalaksanaan asupan gizi yang tepat pada penderita stroke. Jalur pemberian zat gizi dapat
melalui mulut (per oral), enteral (melalui sonde), melalui pipa (NGT) maupun parenteral (dengan
selang infus) berdasarkan kondisi penderita. Namun, terkadang penyulit yang timbul pada
pemberian nutrisi melalui infus (parenteral) berkepanjangan menimbulkan komplikasi phlebitis
(radang pembuluh vena) sehingga juga menghambat kegiatan fisioterapi penderita. Kesulitan
menelan pada penderita, terutama yang berbentuk cairan, perlu latihan menelan dengan bantuan

gel atau guarcol. Guarcol ini tidak berbau dan tidak memiliki rasa, rendah kalori dan tinggi akan
gum yang dapat digunakan untuk mengentalkan cairan, makanan dan minuman.
3. Tahapan pemberian makanan dan minuman
a. Pada tahap akut (24-48 jam)
Bila kesadaran penderita menurun atau tidak sadar, diberikan makanan parenteral (makanan
intravena) melalui selang infung, dan dilanjutkan dengan makanan lewat pipa (NGT). Pemberian
makanan perlu hati-hati untuk memonitor kebutuhan gizi dan cairan yang diperlukan. Kelebihan
cairan dan peningkatan gula darah di dalam darah dapat menyebabkan edema serebri. Energi
yang diberikan sesuai kebutuhan basal tubuh, protein diberikan sampai dengan 1,5 g/ kg berat
badan/ hari, dan lemak sampai 2,5 g/ kg berat bedan/ hari dan dekstrosa maksimal 7 g/ kg berat
badan/ hari. Para peneliti memberi rekomendasi agar kadar gula darah dipertahankan pada level
150-200 mg % pad afase akut stroke.
b. Pada tahap pemulihan

Bila pasien sadar dan tidak disfagia, dapat diberikan makanan melalui mulut (oral) secara
bertahap seperti makanan lunak, saring hingga berupa bentuk makanan yang biasa dengan porsi
kecil dan sering.

Bila terjadi disfagia, jalur pemberian makanan diberikan bertahap mulai parenteral, kemudian
bagian mulut (per oral) dan bagian melalui pipa (NGT), selanjutnya bagian per oral (semi
padat dan semi cair melalui NGT) dan diet lengkap (makanan dan minuman oral).

Bila penderita mengalami tukak stres akibat asam lambung dan gastrin meningkat, diberikan
makanan secara bertahap juga dimulai dengan makanan enteral (bila tidak ada perdarahan
diberikan melalui selang infus (parenteral) sampai perdarahan berhenti.

Pada penderita dengan gangguan menelan, pemberian makanan disesuaikan juga sebagai
berikut :
a. Bila penderita mengalami kesulitan menelan, diet yang diberikan yaitu :

Makanan dengan aroma dan rasa yang tajam dengan tujuan untuk merangsang dapat menelan
semaksimal mungkin.

Makanan dengna suhu hangat/dingin untuk merangsang dapat menelan semaksimal mungkin

Makanan yang semi padat untuk menghindari obstruksi (penyumbatan).

Potongan makanan yang tidak terlalu besar untuk menghindari obstruksi.

Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.

b. Bila sensasi (rasa) di mulut menurun, maka sebaiknya dipertimbangkan :

Letakkan makanan di area paling sensitif, suhu makanan dingin, makanan dengan aroma dan
rasa yang tajam agar penderita mendapatkan rasa yang maksimal.

Tidak mencampur makanan dengan berbagai tekstur agar memudahkan menelan.

c. Bila koordinasi otot mulut melemah, maka dipertimbangkan :

Makanan semi padat agar ke otot mulut minimal.

Hindari makanan yang licin untuk menghindari masuk ke saluran nafas.

Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.

d. Bila porsi elevasi laring menurun, sebaiknya :

Makanan kental dan lembut untuk mencegah menempelnya makanan pada laring.

Hindari potongan makanan yang besar untuk mencegah obstruksi.

e. Bila pita suara yang menutup optimal, sebaiknya cairan yang diberikan tidak terlalu encer untuk
mencegah cairan masuk ke saluran pernafasan.
4. Jenis diet
Pemberian jenis makanan sebaiknya disesuian dengan faktor-faktor risiko yang ada
pada penderita. Pada prinsipnya, diet yang diberikan adalah diet seimbang dengan modifikasi
yang disesuaikan dengan penyakit penyerta lain yang dialami penderita. Misalnya, penderita
stroke dengan hipertensi, sebaiknya diberikan menu diet seimbang dengan jumlah garam yang
dibatasi. Seeorang dnegan penyakit Diabetes mellitus, asupan gula dalam diet harus dibatasi.
Bagi penderita stroke dengan peninggian asam urat, maka diet yang dianjurkan untuk membatasi
asupan purin. Pengaturan diet merupakan hal yang penting, karena merupakan salah satu upaya
untuk mencegah stroke berulang. Oleh karena itu, keluarga terdekat perlu sekali mengetahui
jenis yang tepat untuk perawatan penderita di rumah dengan menanyakan pada dokter/ahli gizi
sebelum pasien kembali dari rumah sakit.
5. Kebutuhan gizi

Prinsip pemberian makanan harus memenuhi kebutuhan optimal cairan, kalori, protein, lemak,
mineral, dan vitamin. Biasanya porsi makan yang diberikan kecil dan sering (kurang lebih 6 kali
sehari). Kebutuhan gizi perlu memperhatikan asupan zat-zat gizi sebagai berikut (Wahyuningrum
dan Ardinal, Instalasi Gizi RSCM, Jakarta, 2002) :
1. Energi
Diberikan berdasarkan umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), jenis kelamin dan aktivitas,
atau sekitar 25-45 kkal BB/hari. Pada fase akut (< 48 jam) diberikan sekitar 1.100 1.500
kkal/kg BB/hari. Setelah fase akut, pemberian makanan disesuaikan dengan keadaan pasien dan
penyakit penyerta yang ada, misalnya diet rendag garam (untuk penderit ahipertensi), rendah
kolesterol dan lemak (penderita dengan kolesterol tinggi), rendah gula (penderita diabetes
mellitus), atau rendah purin (penderita dengan asam urat tinggi).

2. Karbohidrat
Diberikan sekitar 60 65% dari total energi yang dibutuhkan. Bagi penderita Diabetes mellitus,
sebaiknya tidak diberikan gula murni dan membatasi pemberian karbohidrat kompleks.
3. Protein
Diberikan sesuai kebutuhan, sekitar 0,8 1 g/kg BB/hari. Sedangkan penderita dengan gizi
kurang diberikan lebih banyak yaitu sekitar 1,2 1,5 g/kg BB/hari. Untuk penderita dengan
penyakit penyerta seperti gagal ginjal kronik, dibatasi hanya 0,6 g/kg BB/hari.
4. Lemak
Asupan lemak sebaiknya diberikan sekitar 20-25 % dari total energi. Sebaiknya diberikan lemak
tidak jenuh ganda. Hindari makanan mengandung banyak lemak terutam lemak jenuh, tinggi
kolesterol, dan asam lemak trans (trans fatty acid), yang banyak terdapat pada margarin, daging
berlemak, makanan gorengan, dan juga makanan kemasan seperti chips. Kolesterol sebaiknya
dibatasi sekitar 30% dari total lemak. Pilih lemak yang tidak jenuh dalam memasak terutama
yang banyak mengandung vitamin E seperti minyak zaitun. Menurut beberapa penelitian,

pemberian asam lemak omega-3 (dari minyak ikan) bermanfaat untuk mencegah atero sklerosis
dan mengencerkan darah. Oleh karena itu, konsumsi ikan laut yang banyak mengandung omega3 dianjurkan.
5. Vitamin
Terutama vitamin C, vitamin B2 (riboflavin), vitamin B6, vitamin B12, asam folat, dan vitamin E.
Untuk penderita yang mendapat obat anti koagulan (warfarin) pemberian bahan makanan sumber
vitamin K harus dibatasi karena vitamin K merupakan antagonis dari obat antikoagulan tersebut.
Batasi sumber makanan yang mengandung vitamin K seperti kembang kol, brokoli.

6. Mineral
Diberikan cukup mineral terutama kalium, seng, kalsium, magnesium. Batasi asupan natrium,
penggunaan garam dapur sekitar 5 g/hari atau 2 gram natrium (1 1,5 sendok teh). Pengggunaan
garam dalam memasak sebaiknya diganti dengan bumbu-bumbu lain untuk meningkatkan cita
rasa seperti bawang putih. Hati-hati pada penderita hipertensi, bila menggunakan obat anti
hipertensi/diuresis dapat terjadi hipoatremi (kekurangan natrium di dalam darah).
7. Serat
Konsumsi serat dari sayur-sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian (sereal, roti bergandum)
bermanfaat dalam menurunkan kolesterol darah, mencegah sembelit serta melancarkan buang air
besar.
8. Cairan
Sebaiknya minum air puti 6-8 gelas/hari. Minuman sebaiknya diberikan setelah makan, agar
porsi makan dapat dihabiskan sesuai dengan takaran yang diberikan. Pemberian cairan pada
penderita dengan disfagia sebaiknya hati-hati karena beresiko masuk ke saluran pernafasan.
Sebaiknya cairan dikentalkan dengan gel atau guarcol.
9. Antioksidan

Pemberian antioksidan seperto flavonoid dilaporkan memberi banyak manfaat, contohnya


banyak terdapat pada teh, sayur-sayuran dan buah-buahan seperti apel, anggur.

Tabel Bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan untuk penderita stroke
Bahan

makanan

yang

boleh Bahan makanan yang tidak boleh

dimakan
Sumber Karbohidrat

dimakan
Sumber Karbohidrat

Beras, kentang, ubi, singkong, terigu, Produk olahan yang dibuat dengan
hunkwe, sagu, roti

garam dapur, soda/baking powder, kue

Sumber Protein

yang manis
Sumber Protein

Sumber protei rendah lemak seperti Daging sapid an ayam berlemak,


Ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, jerohan, otak, hati, ikan banyak duri,
tempe, tahu, dankacang-kacangan

susu penuh keju, es krim, dan produk


olahan protein hewani yang diawetkan
seperti daging asam, ham, bacon,
dendeng, kornet

Sayuran
Sayuran berserat sedang dimasak,
seperti bayam,

kangkung, kacang

panjang, labu siam, tomat, tauge,


wortel
Sumber Lemak

Sumber Lemak

Sumber lemak dalam jumlah terbatas Minyak kelapa dan minyak kelapa
yaitu bentuk makanan yang mudah sawit, margarin dan mentega biasa,
dicerna. Makanan terutama diolah santan

kental,

dengan cara dipanggang, dikukus, gorengan.


disetup, direbus, dan dibakar

krim

dan

produk

Anda mungkin juga menyukai