Anda di halaman 1dari 5

Deryana Septriannisa

BAB II
PEMBAHASAN

A.

PENGERTIAN AMELOBLASTOMA
Definisi ameloblastoma itu sendiri (amel: yang berarti enamel dan blastos: yang berarti

kuman). Jadi ameloblastoma adalah suatu tumor odontogenik berasal dari sel sel embrional dan
terbentuk dari sel sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh
dengan lambat, secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan,
terjadi lebih sering pada badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat
berkapsul atau tidak berkapsul.
B.

KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe

solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.

a.
Konvensional solid/multikstik (86%)
Tumor ini akan menyerang pasien pada seluruh lapisan umur. Tumor ini jarang
terjadi pada anak yang usianya lebih kecil dari 10 tahun dan relatif jarang terjadi pada
usia 10 sampai 19 tahun. Tidak ada prediksi jenis kelamin yag signifikan. Sekitar 85%

tumor ini terjadi pada mandibula, paling sering terjadi pada daerah molar di sekitar ramus
asendens. Sekitar 15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya pada regio posterior.
Tumor ini biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat
pemeriksaan radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul adalah pembengkakan atau
ekspansi rahang yang tidak terasa sakit. Jika tidak dirawat, lesi akan tumbuh lambat
membentuk massa yang masif. Rasa sakit dan parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor
besar.
Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi
dalam bentuk folikular, fleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe
histologis tapi hal ini tidak mempengaruhi perawatan maupun prognosis.
Tipe silod atau multikistik tumbuh pasif secara lokal memiliki angka kejadian
rekuransi yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor ini memiliki
kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis.
b.
Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda. Lebih dari 90%
ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara
klinis maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak berhubungan
dengan gigi yang erupsi.
Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki komponen
kista. Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti dengan regio
parasimfisis dan anterior maksila. Perawatan yang sesuai dengan tumor ini dengan
osteotomi periferal atau terapi kiro dengan cairan atau dengan cairan nitrogen atau
keduanya.
c.
Periferal/Ekstraosseous (1%)
Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus ameloblastoma
atau ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada gingiva atau mukosa alveolar.
Tipe ini menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak ada
keterlibatan tulang dibawahnya. Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit.
70% dari ameloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian
ramus. Perawatan yang direkomendasikan untuk tumor ini berbeda dengan perawatan
tumor tipe lainnya karena tumor ini biasanya kecil dan bersifat lokal pada jaringan lunak

superfisial.

Kebanyakan

lesi

berhasil

dirawat

dengan

eksisi

lokal

dengan

mengikutsertakan sebagian kecil dari margin jaringan yang normal. Margin inferior harus
diikutkan periosteoum untuk meyakinkan penetrasi sel tumor ke tulang tidak terjadi.
C.

ETIOLOGI AMELOBLASTOMA
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa

ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista
dan iritasi lokal dalam rongga mulut. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada
golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma dapat mengenai mandibula maupun maksila,
paling sering pada mandibula sekitar, predileksi di daerah mandibula; 60% terjadi di regio molar
dan ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio simpisis.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
a. Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari
beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer
berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian
tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.
b. Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat
pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang
spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi
terbentuknya kista odontogenik
c. Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada
kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai
ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous
tapi hal ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik,
terjadi perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma.
d. Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber
(1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan
dengan epiteluim oral

D.

GAMBARAN RADIOLOGIS AMELOBLASTOMA


Secara radiologis, gambaran ameloblastoma muncul sebagai gambaran radiolusensi

yang multiokular atau uniokular.


1.
Multiokular
Pada tipe ini tumor menunjukkan gambaran bagian-bagian yang terpisah oleh septa
tulang yang memperluas membentuk masa tumor. Gambaran multiokular ditandai dengan
lesi yang besar dan memberikan gambaran seperti soap bubble. Ukuran lesi yang sebenarnya
tidak dapat ditentukan karena lesi tidak menunjukkan garis batasan yang jelas dengan tulang

yang normal. Resopi akar jarang terjadi tapi kadand-kadand dapat dilihat pada beberapa lesi
yang tumbuh dengan cepat.

2.
Uniokular
Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran yang
patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak dijumpai
pada waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang dan penebalan
tulang kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen.

Anda mungkin juga menyukai