Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pagu Anggaran adalah alokasi anggaran yang ditetapkan untuk mendanai belanja
pemerintah pusat dan/atau pembiayaan anggaran dalam APBN. Dalam terminilogi
pengelolaan APBN, pagu dibagi menjadi tiga termin. Pagu Indikatif ditetapkan pada
bulan Maret, pagu anggaran (sementara) ditetapkan bulan Juli, sedangkan yang
terakhir adalah alokasi anggaran (pagu definitif) ditetapkan pada bulan November.
Dalam struktur anggaran, dikenal komponen input. Apa yang dimaksud dengan
komponen input ?
Komponen Input, yang selanjutnya disebut Komponen adalah bagian atau tahapan
Kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah Keluaran.
Apa yang dimaksud dengan hasil optimalisasi dalam konteks revisi anggaran ?
Apakah sama dengan dana optimalisasi hasil penelaahan antara DPR dengan K/L
?
Hasil Optimalisasi dalam pengertian revisi anggaran adalah hasil lebih atau sisa dana
yang diperoleh setelah pelaksanaan dan/atau penandatanganan kontrak dari suatu
pekerjaan yang target sasarannya telah dicapai. Sedangkan dana optimalisasi dalam
pengertian pembahasan RAPBN adalah dana sisa yang diperoleh dari hasil
penelaahan K/L dan DPR. Sekedar contoh, hasil optimalisasi APBN tahun 2014
kurang lebih sebesar Rp 27 triliun.
Lantas, apa hubungannya dengan Sisa Anggaran Swakelola?
Apabila diperoleh dari swakelola, maka sisa anggaran swakelola adalah hasil lebih
atau sisa dana yang berasal dari pekerjaan swakelola yang tidak mengurangi volume
keluaran yang telah direncanakan.Untuk melakukan pergeseran anggaran yang
berasal dari sisa anggaran swakelola, mulai tahun anggaran 2014 tidak perlu
persetujuan dengan DPR.
Apa yang dimaksud dengan perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
(PNBP) ?
Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP adalah perubahan pagu
PNBP dari target yang direncanakan dalam APBN.
Apakah yang dimaksud dengan Lanjutan PHLN atau PHDN ?
Lanjutan PHLN atau PHDN adalah penggunaan kembali sisa alokasi anggaran yang
bersumber dari PHLN/PHDN yang tidak terserap, termasuk lanjutan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan penerusan hibah dan penerusan pinjaman.
Subsidi Energi adalah subsidi dalam bentuk subsidi BBM jenis tertentu dan bahan
bakar gas cair (LPG tabung 3 (tiga) kilogram dan LGV), dan subsidi listrik.
Yang dimaksud dengan SBSN PBS?
Surat berharga syariah negara project based sukuk, adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh Pemerintah untuk mendanai sebuah proyek tertentu yang berbasis
syariah.
Inkracht, apa itu ?
Inkracht adalah putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
dan bersifat final.
Bisa dijelaskan perbedaan tugas dan tanggungjawab Menteri/Pimpinan Lembaga,
sebagai COO, CFO dan CPO ?
Menteri/Pimpinan Lembagabertanggung jawab di dalam perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban atas anggaran yang menjadi tanggung
jawabnya.Menteri Keuanganbertanggung jawab dalam hal menjamin ketersediaan
anggaran sesuai kemampuan keuangan negara untuk mendukung pelaksanaan
program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab masing-masing K/L dan
mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran.
Menteri Perencanaanbertanggung jawab dalam menyusun dan menetapkan prioritas
dan fokus prioritas pembangunan nasional beserta target kinerja yang direncanakan
yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah.
Apa yang dimaksud dengan peningkatan kualitas belanjapemerintah ?
Permasalahan belanja di sektor publik ada 4. Yang pertama adalah efisiensi. Kalau
berbicara mengenai efisiensi, maka tolok ukurnya adalah cost and benefit. Yang
kedua penyerapan yang hampir terjadi setiap tahunmenumpuk pada akhir tahun.
Apabila ini terjadi maka dapat dipastikan bahwa kualitas belanja tidak optimal dan
kurang mampu mengungkit pertumbuhan ekonomi. Ketiga penyerapan anggaran
yang kurang optimal dan yang terakhir adalah masih kurang berorientasi kepada
output. Dengan penyempurnaan regulasi, diharapkan mampu mengurangi masalahmasalah belanja disektor publik
Apa yang menjadi pertimbangan, sehingga para pengguna anggaran melakukan
revisi anggaran ?
Sebenarnya pertimbangannya banyak, ketika para pengguna anggaran mengusulkan
revisi anggaran.Namun paling tidak ada 4 hal pokok yang menjadi pertimbangan
utama para pengguna anggaran melakukan revisi anggaran. Pertama, adanya tenggat
waktu yang cukup lama, kurang lebih satu tahun, jarak antara proses perencanaan
anggaran dan pelaksanaan anggaran. Hal ini memungkinkan perencanaan yang telah
disusun
belum
mencakup
seluruh
kebutuhan
untuk
tahun
yang
direncanakan.Pertimbangan kedua, dalam periode pelaksanaan anggaran sangat
dimungkinkan terjadinya perubahan keadaan atau perubahan prioritas yang tidak
diantisipasi pada saat perencanaan. Ketiga, terjadi perubahan metodologi
pelaksanaan, sebagai contoh dari semula direncanakan secara swakelola menjadi
kontraktual, dari single year menjaadi multiyear, dan pertimbangan yang terakhir
adanya perubahan atau penetapan kebijakan pemerintah dalam tahun anggaran
berjalan, misalnya penghematan anggaran, reward and punishmen atau yang sering
terjadi setiap tahun adalah APBN Perubahan.
Mengapa revisi anggaran perlu diatur ?
Pengaturan mengenai revisi anggaran yang setiap tahun selalu ada penyempurnaan,
diharapkan mampu mengatisipasi perubahan kondisi dalam pelaksanaan anggaran
dan perubahan prioritas kebutuhan, kemudian mampu menindaklanjuti kebijakan
pemerintah yang telah ditetapkan dalam tahun berjalan, serta dapat mempercepat
pencapaian kinerja K/L, optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas dan yang
terakhir aturan mengenai revisi anggaran daat meningkatkan kualitas belanja APBN
Peraturan apakah yang memayungi proses revisi anggaran tahun 2014
Secara operasional, payung hukum yang memayungi revisi anggaran tahun 2014
adalah Peraturan Menteri Keuangan nomor 07/PMK.02/2014 tanggal 13 Januari
2014.Peraturan Menteri Keuangan ini merupakan amanat yang diatur dalam UU
APBN
2014
terutama
pasal
17.Setiap
tahun
diharapkan
selalu
ada
perbaikan/penyempurnaan, sedangkan isi yang diatur sangat banyak tergantung dari
amanah yang ada dalam UU APBN.
Peraturan yang setiap tahun ditetapkan ini, mengamanahkan juga untuk
ditindaklanjuti dalam bentuk ketentuan teknis yang ditetapkan dalam Peraturan
Dirjen Perbendaharaan dan/atau Peraturan Dirjen Anggaran
Dibandingkan dengan revisi anggaran tahun 2013 yang telah diatur dalam PMK
32/PMK.02/2013, kemudian direvisi dengan PMK nomer 177/PMK.02/2013 dan
PMK 166/PMK.02/2013, tambahan/penyempurnaan apa yang telah diatur dalam
PMK 07/PMK.02/2013 ?
Peraturan Menteri Keuangan nomor 07/PMK.02/2014 sifatnya melengkapi atau
menyempurnakan peraturan sebelumnya, yaitu PMK 32, PMK 166 dan PMK 117 dan
perdirjen Perbendaharaan nomor 12 tahun 2013.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 32/PMK.02/2013 mengatur tentang revisi
anggaran tahun 2013, kemudian direvisi yang pertama dengan menerbitkan PMK
166/PMK.02/2013 mengatur tentang revisi anggaran yang terjadi sebagai akibat dari
ditetapkannya APBN P tahun 2013.
Revisi anggaran akibat ditetapkannya APBN P tahun 2013 meliputi pergeseran
anggaran antar kegiatan yang tidak berasal dari hasil optimalisasi dan/atau sisa
anggaran swakelola, kemudian pergeseran anggaran antar program dan yang terakhir
relokasi anggaran termasukan pemanfaatan kembali alokasi anggaran yang diblokir.
Kemudian PMK 166/PMK.02/2013 mengatur mengenai batas akhir penerimaan revisi
anggaran, yang awalnya paling lambat tanggal 11 oktober 2013 menjadi 6 Desember
2013, yang menjadi kewenangan DJA. Sedangkan yang menjadi kewenangan Kanwil
Ditjen Perbendaharaan, semula tanggal 18 Oktober 2013 diundur menjadi tanggal 13
Desember 2013. Pengunduran usul revisi anggaran tersebut terkait dengan
penyelesaian revisi anggaran karena adanya pagu minus khususnya non belanja
pegawai (sebagai dampak APBN P 2013), termasuk dalam rangka memenuhi
kebutuhan anggaran prioritas K/L. Demikian juga penyelesaian revisi yang terjadi
karena pagu minus terhadap beberapa akun sebagai akibat kebijakan perubahan
akun serta perubahan dan/atau kesalahan administratif. PMK ini juga mempertegas
mengenai batas akhir revisi anggaran yang dikecualikan yaitu paling lambat lima hari
kerja sebalum batas akhir pengajuan pencairan anggaran sebagaimana diatur dalam
ketentuan mengenai langkah-langah akhir tahun anggaran 2013.
Norma yang ada dalam tiga PMK tersebut, ditambah dengan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan dalam peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor 12 tahun 2013,
ditambah dengan pengaturan-pengaturan yang bersifat khusus (lain-lain) dan
masukan dari para stakholder menjadikan PMK 07/PMK.02/2014 semakin lengkap
dan diharapkan mampu untuk mengawal dinamika politik anggaran tahun 2014.
Dari penjelasan di atas, tidak ada yang bertentangan dengan ketentuan
sebelumnya, justru malah melengkapi/menyempurnan. Apa saja hal-hal yang
menyempurnakan tadi ?
Paling tidak ada delapan tambahan dalam rangka penyempurnaan dibandingkan
dengan PMK yang mengatur revisi anggaran 2013.Pertama yang dapat dijelaskan
adalah mengenai ruang lingkup pengaturannya. Dalam PMK ini ruang lingkup
pengaturannya tidak hanya revisi anggaran yang bersumber dari BA K/L, namun
diperluas dengan revisi anggaran yang terkait dengan Bagian Anggaran Bendahara
Umum Negara (BA BUN), dalam PMK 32, revisi anggaran hanya mencakup dana yang
bersumber dari Bagian Anggaran K/L.
Tambahan pengaturan yang kedua dan ketiga, khususnya yang terkait dengan revisi
anggaran yang mengakibatkan pagu anggaran berubah dan pagu anggaran tetap,
sebagai akibat dimasukannya pengaturan revisi anggaran BA BUN.
Tambahan keempat adalah mengenai revisi anggaran karena kesalahan administratif,
baik yang menjadi kewenangan Ditjen Anggaran maupun Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.
Sedangkan tambahan yang kelima mengatur mengenai perubahan batas akhir
penerimaan usul revisi anggaran, baik oleh Ditjen Anggaran maupun Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.Jarak penutupan antara yang dilakukan oleh Ditjen Anggaran dan
Ditjen Perbendaharaan selama hampir 30 hari, tahun lalu hanya berjarak 1 minggu.
Tambahan pengaturan yang keenam adalah mengatur secara khusus, ketentuan lainlain, dan yang ketujuh adalah kewajiban satker untuk mendownload ADK RKA KL
dari database RKA K/L DIPA Kementerian Keuangan sebelum mengajukan revisi
anggaran ke Ditjen Anggaran maupun ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan, dan
tambahan yang terakhir adalah SOP Kanwil Ditjen Perbendaharaan melaksanakan
kewenangan untuk merevisi anggaran antar satker dalam satu wilayah kerja Kanwil
Ditjen Perbendaharaan.
Adakah tambahan yang lain ?
Tambahan yang lain adalah tambahan pekerjaan yang harus dilakukan oleh APIP dan
BPKP. APIP harus mereviu terlebih dahulu, usul revisi anggaran yang menyebabkan
pagu anggaran berubah dan harus melakukan verifikasi terhadap tagihan negara
yang berjumlah Rp 200 juta sampai dengan Rp 2 milyar, disamping itu APIP yang
akan mengubah/menghapus catatan yang adalah dalam Lampiran IV DIPA, ketika
catatatn itu dilakukan pada saat reviu RKA K/L. Bagi BPKP tambahan pekerjaannya
adalah meverifikasi tagihan diatasf Rp 2 milyar dan melakukan verifikasi atas dana
optimalisasi sebelum diputuskan dalam sidang kabinet.
Dalam penjelasan diatas, tambahan pengaturan dalam PMK 07/PMK.02/2014
adalah mengenai ketentuan lain-lain. Apa saja ketentuan lain-lain itu ?
Ketentuan lain tersebut adalah pengaturan mengenai batas akhir penggunaan output
cadangan, revisi anggaran terkait APBN P 2014, revisi otomatis, revisi anggaran
terkait dengan DIPA Pengesahan, pengesahan revisi anggaran dalam rangka
penyusunan LKPP tahun anggaran 2013 dan revisi anggaran terkait sisa pekerjaan TA
2013.
Mungkin dapat diperjelas mengenai penegasan kewenangan Kanwil Ditjen
Perbendaharan untuk mengesahkan revisi anggaran antar satker dalam satu
wilayah Kanwil Ditjen Perbendaharaan ?
Dalam PMK 32/PMK.02/2013 kewenangan untuk mengesahkan revisi anggaran antar
satker dalam satu wilayah Kanwil DJPBN ini sebenarnya telah diatur, dalam
pelaksanaannya tidak dapat dilaksanakan karena adanya keterbatasan aplikasi revisi
Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Nah, untuk itu dalam PMK 07, kewenangan tersebut
tetap ada di Kanwil Ditjen Perbendaharaan, namun dengan catatan aplikasi dapat
digunakan ketika semua satker yang terlibat karena proses revisi anggaran tersebut,
dalam waktu bersamaan menyampaikan usul revisi kepada Kanwil Ditjen
Perbendaharaan. Jadi yang kita sempurnakan mengenai cara penyelesaiannya saja,
kewenangan tetap tidak berubah.
Ruang lingkup revisi anggaran, seperti telah dijelaskan diatas mengatur tentang
revisi anggaran untuk BA BUN. Bukanlah dalam PMK 36/PMK.02/2013 tentang
tata cara pergeseran anggaran belanja dari BA BUN ke BA K/L, telah mengatur
mengenai hal tersebut ?
Memang betul dalam PMK 36 telah diatur mengenai proses bisnis pengalihan dana
dari BA BUN ke BA K/L, akan tetapi payung hukum mengenai proses atau
mekanisme revisinya belum diatur. Sehingga dapat dikatakan bahwa antara PMK
07/PMK.02/2014 dan PMK 36 saliang melengkapi. Nah dalam PMK 07/PMK.02/2014
disamping mengatur revisi anggaran dari BA BUN ke BA K/L, diatur juga revisi
anggaran dari sebaliknya yaitu BA K/L ke BA BUN atau lebih mudah kita mengenal
dengan kontra SABA.
Bagaimana kalau terjadi revisi anggaran antar Sub BA BUN, misalnya dari BA
BUN 999.08 (belanja lain-lain) ke Belanja Subsidi atau antara BA BUN 999.08 ke
999.01 dan lain sebagainya
Dalam PMK 07/PMK.02/2014 hal ini juga telah diatur.Ini sangat dimungkinkan
sekali, misalnya saja dari BA BUN 999.08 ke BA BUN 999.02 atau ke BA BUN 999.07
(subsidi).
Apa kaitannya dengan revisi anggaran yang akan kita pahami ini ?
Revisi Anggaran yang dimaksud disini adalah perubahan rincian anggaran yang telah
ditetapkan dalam APBN dan disahkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan
10
11
verifikasi dari APIP K/L. Pejabat unit eselon I membuat SPTJM bahwa tagihan
tersebut sudah diverifikasi oleh APIP K/L. Apabila tunggakan dalam DIPA diatas Rp 2
milyar, maka harus dilampiri hasil verifikasi dari BPKP setempat. Perbedaan dengan
PMK 32/PMK.02/2013 terletak pada nominalnya.Tahun yang lalu diatur apabila
diatas Rp 500 juta harus diverifikasi oleh BPKP.
Adakah penyelesaian tunggakan tahun yang lalu yang tidak perlu dilakukan
revisi anggaran ?
Terdapat 12 jenis tunggakan tahun yang lalu, yang tidak memerlukan revisi
anggaran, yaitu belanja pegawai khususnya gaji dan tunjangan yang melekat pada
gaji, uang makan, belanja perjalanan dinas pindah, langganan daya dan jasa,
tunjangan profesi guru/dosen, tunjangan kehormatan professor, tunjangan tambahan
penghasilan guru PNS, tunjangan kemahalan hakim, tunjangan hakim adhoc,
imbalan jasa layanan bank/pos persepsi, bahan makanan dan/atau perawatan untuk
tahanan/narapidana dan yang terakhir pembayaran provesi benda meterai. Diluar
tunggakan ini (12 item), apabila tunggakan yang alokasi anggarannya belum tersedia,
dapat dibebankan pada tahun anggaran berjalan, dengan ketentuan merupakan
tagihan atas pekerjaan/penugasan yang alokasi anggarannya cukup tersedia pada
DIPA tahun yang lalu, dan pekerjaan tersebut telah diselesaikan tetapi belum
dibayarkan sampai dengan akhi tahun anggaran.
Apa yang dimaksud dengan pergeseran anggaran dalam percepatan pencapaian
output prioritas nasional/Kl
Pergeseran anggaran ini sering dilakukan oleh Ditjen Pajak atau Ditjen Bea Cukai
yang mempunyai tolok ukur yang jelas. Misalnya target penerimaan pajak Rp
10triliun, nah untuk mencapai target tersebut, Ditjen Pajak atau Ditjen Bea Cukai
dapat melakukan pergeseran anggaran.
Kesalahan administrative apa saja yang saat ini menjadi tambahan pengaturan
Pada dasarnya kesalahan administrative ini pada tahun sebelunya telah diatur dalam
Peraturan
Dirjen
Perbendaharaan.
Kemudian
ditampung
dalam
PMK
07/PMK.02/2014 meliputi ralat kode lokasi, ralat kode satker, ralat rencana
penarikan dana atau rencana penerimaan dalam halaman III DIPA, ralat
pencantuman volume keluaran dalam DIPA dan yang terakhir perubahan pejabat
perbendaharaan (tahun lalu tidak diatur)
Bagaimana dengan batas akhir pengajuan usul revisi anggaran. Seberapa jauh
ketentuan ini telah mengatur
Mengenai batas akhir pengajuan usul revisi anggaran, dalam PMK 07, dikelompok
menjadi 3, yaitu kelompok reguler, kelompok yang dikecualikan dan yang terakhir
kelompok akhir tahun. Kelompok reguler berakhir tanggal 31 Oktober 2014 untuk
kewenangan Ditjen Anggaran dan tanggal 12 Desember 2014 untuk kewenangan
Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Sedangkan untuk yang dikecualikan berakhir tanggal
19 Desember 2014, sedangkan yang terakit dengan revisi anggaran yang berkenaan
dengan pembayaran subsisi energi, bunga hutang, cicilan pokok hutang, bencana
alam dan pengesaahan batas akhir dan penyelesaiannya tanggal 30 Desember 2014.
12
Bisa diperjelas lagi untuk yang dikecualikan. Dalam kondisi apa usul revisi
anggaran diperlakukan sebagai yang dikecualikan ?
Usul revisi anggaran yang dikecualikan adalah revisi anggaran yang berkenaan
dengan kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, PLN, HLN, HDN dan PDN.
Kemudian kegiatan dalam lingkup BA BUN, termasuk pergeseran antara BA BUN ke
BA K/l, dan yang ketiga kegiatan-kegiatan yang masih membutuhkan data/dokumen
pendukung yang harus mendapat persetujuan dari eksternal K/L (persetujuan DPR,
Menkeu/Menpan/Kemenlu dan sejenis lainnya).
Bagaimana untuk batas akhir untuk output cadangan ?
Bagi Kementerian/Lembaga yang masih mempunyai dana output cadangan, usul
penggunaannya
diajukan
kepada
Ditjen
Anggaran
oleh
Skejen/Sestama/Sekretaris/Pejabat eselon I K/L paling lambat tanggal 4 April 2014.
Apabila sampai batas akhir tersebut tidak dipenuhi, maka akan menjadi dana output
cadangan abadi. Dana output cadangan dipergunakan untuk mendanai kebutuhan
biaya operasional satker, mendanai prioritas nasional yang belum dilaksanakan
sebelumnya, menambah volume output prioritas nasional, percepatan pencapaian
output prioritas nasional dan atau prioritas K/L, digunakan untuk membiayai
kegiatan yang bersifat mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat dtunda
dan/atau dipergunakan untuk membiayai kebutuhan prioritas K/K;
Masih berbicara ketentuan lain-lain, khususnya terkait dengan ralat otomatis.
Apa sebenarnya ralat otomatis itu ?
Apabila kita mengajukan revisi anggaran, kemudian setelah kita terima DIPA
Petikannya ditemukan kesalahan (pencantuman kantor bayar, pencantuman kode
lokasi, sumber dana, approval dan tidak tercantumkannya catatan pada halaman IV
DIPA) dan revisi DIPA Petikan yang telah disahkan tersebut belum direalisasikan,
maka kita dapat melakuakn revisi otomatis. Penemuan kesalahan tersebut bisa
ditemukan oleh K/L maupun oleh Ditjen Anggaran atau Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.Nah berdasarkan temuan tersebut, DJA atau Kanwil DJPBN
mengungagah kembali ADK RKA KL dan disahkan.
Ada lagi yang diatur dalam ketentuan lain-lain, yaitu DIPA Pengesahan, apakah
itu?
Penerbitan DIPA Pengesahan ini biasanya terjadi ketika Kementerian/Lembaga
mempunyai kegiatan/keluaran yang dananya bersumber dari PHLN dan telah
dilaksanakan pad atahun berjalan, tetapi sampai berakhirnya tahun anggaran belum
dapat disahkan pengeluarannya. Nah pengesahan atas transakti tersebut harus
diselesaikan melalui mekanisme revisi DIPA. Bagaimana caranya ?unit eselon I
mengajukan usul revisi anggaran kepada Ditjen Anggaran: Pengeluaran yang akan
disahkan dituangkan dalam RKA KL dalam output tersendiri dan diberi catatan akun
dalam rangka pengesahan
Pengesahan revisi anggaran dalam rangka penyusunan LKPP 2013, apa saja yang
masuk dalam kriteria ini ?
Apabila suatu satker pada tahun 2014, mengajukan usul revisi anggaran 2013 terkait
dengan pagu minus terkait dengan pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat
13
pada gaji, pagu minus terkait dengan non belanja pegawai, pengesahan pendapatan
dan beanja untuk satker BLU, pengesahan belanja yang bersumber dari PHLN/PHDN
dan pengesahan pendapatan/belanja/pembiayaan anggaran untuk subbagian
anggaran BA BUN, maka sesuai kewenangannya Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan
DJA akan memproses usulan revisi angaran tersebut dalam bentuk pengesahan atas
transaksi yang telah dilakukan pada tahun anggaran 2013. Pengesahan yang
dilakukan pada tahun 2014 tersebut hanya sebatas penyesuaian administratif
(perbaikan pembukuan) dalam rangka penyusunan LKPP 2013, bukan merupakan
pengesahan atas transaksi baru (2014).
Bagaimana dengan revisi anggaran terkait dengan sisa pekerjaan tahun anggaran
2013
Apabila suatu satker mempunyai kegiatan pembangunan fisik misalnya, belum
selesai sampai dengan akhir tahun anggaran 2013, misalnya saja sebesar 5 %,
sehingga menjadi tunggakan tahun 2014.Sisa pekerjaan sebesar 5 % tersebut bisa
diluncurkan pada tahun 2014, dengan tetap dikenakan denda maksimal.Namun
sumber pendanaannya tidak bisa diluncurkan.Dalam kontrak dibuat addendum
dengan mengubah sumber pendanaan dari tahun 2013 menjadi tahun 2014 melalui
mekanisme revisi anggaran. Revisi anggaran untuk mendanai kegiatan yang belum
selesai tersebut, tetap memperhatikan batasan-batasan revisi anggaran
Pada tahun 2014, sangat dimungkin Pemerintah dan DPR mengesahkan APBN P
tahun 2014. Bagaiaman PMK ini dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi
dalam APBN P 2014 ?
Yang jelas, apa yang ditetapkan dalam APBN P 2014 akan menjadi dasar penyelesaian
revisi dokumen RKA KL DIPA tahun anggaran 2014. Revisi anggarannya meliputi
pergeseran anggaran antar kegiatan yang mengakibatkan pengurangan volume
keluaran, pergeseran anggaran antar program dan/atau realokasi anggaran termasuk
pemanfaatan kembali alokasi anggaran output cadangan
Dalam PMK 07, pengaturan mengenai persyaratan untuk mengajukan revisi
anggaran sangat sederhana. Apa saja persyaratannya khususnya yang menjadi
kewenangan Ditjen Anggaran
Memang betul, persyaratan revisi anggaran pada Ditjen Anggaran sangat sederhana,
yaitu surat usulan dari unit eselon I K/L, matriks semula menjadi, Surat
Pertanggungjawaban Tanggungjawab Mutlak dari eselon I K/L, RKA Satker, ADK RKA
KL DIPA Revisi dan dokumen terkait penghapusan catatan halaman IV DIPA. Ditjen
Anggaran akan memproses 5 hari kerja sesudah persyaratan lengkap dan benar
untuk pagu yang berubah, sedangkan pagu tidak berubah hanya 1 hari dengan
catatan persyaratan lengkap dan benar
Bagaimana dengan persyaratan revisi anggaran untuk Kanwil Ditjen
Perbendaharaan ?
Persyaratannya cukup sederhana juga, yaitu surat usulan revisi anggaran dari KPA,
matriks semula menjadi, SPTJM dari KPA, RKA Satker, Copy DIPA terakhir, ADK RKA
KL DIPA Revisi dan dokumen terkait lainnya.
14
15
Nah apa saja yang dibatasi dan dilarang itu, dijelaskan secara panjang lebar dalam
Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai petunjuk
penyusunan RKA KL.
Mengapa ketika akan melakukan revisi, volume keluaran tidak boleh dikurangi ?
Volume keluaran dalam DIPA merupakan kontrak tertinggi yang harus dipenuhi oleh
pengguna anggaran. Dengan dana yang sudah tercantum dalam DIPA petikan, terikat
kontrak pengelola anggaran untuk dapat mencapai target atau output yang telah
ditetapkan.
Apabila terjadi perubahan prioritas penggunaan anggaran atau
perubahan kebijakan pemerintah atau keadaan kahar, volue keluaran ini dapat
berkurang.Apabila volume keluaran tersebut meruakan volue keluaran dari kegiatan
prioritas nasional, maka usul penguranga volume keluaran disampaikan kepada
Kementerian Perencanaan/Bappenas sebagai acuan perubahan renca kerja K/L dan
RKP 2014.Apabila volume keluaran tersebut merupakan volume keluaran dari
kegiatan prioritas K/L, maka usul pengurangan volume keluaran disampaikan
kepada Menteri/Pimpinan Lemabag sebagai Pengguna Anggaran.
Bagaimana dengan pergeseran anggaran antar kegiatan, yang dalam peraturan
sebelumnya harus mendapat persetujuan DPR ?
Dalam PMK 32 pergeseran anggaran harus mendapat persetujuan DPR, kecuali
pergeseran kegiatan karena optimalisasi.Dalam UU APBN dijelaskan bahwa
pergeseran anggaran antar kegiatan (tanpa penjelasan optimalisasi) menjadi
kewenangan pemerintah.
Pergeseran anggaran antar kegiatan dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi
volume keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA dan digunakan untuk hal-hal
yang berisfat prioritas, mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda. Halhal yang berisfat prioritas, mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda
merupakan kegiatan-kegitan K/L yang telah ditetapkan dalam renja K/L tahun 2014
dan/atau kegiatan Pemerintah yang ditetapkan dalam tahun anggaran 2014
Disampaikan kepada siapa saja, surat pengesahan DIPA yang diterbitkan oleh
Ditjen Anggaran dan kanwil Ditjen Perbendaharaan ?
Mulai tahun 2014, surat pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh Ditjen Anggaran
hanya disampaikan kepada unit eselon I sebagai unit pengusul dengan tembusan
kepada Ditjen Perbendaharaan cq Dit. Sistem Perbendaharaan. Tahu 2013, surat
pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh DJA dikirim keseluruh satker di seluruh
Indonesia. Sedangkan surat pengesahan DIPA yang telah ditetapkan oleh Kanwil
Ditjen Perbendaharaan disampaikan ke Kuasa Pengguna Anggaran dan Kepala KPPN
Setempat.
Apa saja yang termasuk revisi anggaran dalam hal pagu anggaran berubah, yang
menjadi kewenangan Ditjen Anggaran ?
Ada 16 items transkasi yang menyebabkan pagu anggaran berubah yang menjadi
kewenangan Ditjen Anggaran. Yang pertama perubahan anggaran belanja yang
bersumber dari PNBP; Percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN; Penerimaan
Hibah Luar Negeri/Hibah Dalam Negeri setelah UU mengenai APBN TA 2014
ditetapkan; pengurangan a;okasi pinjaman luar negeri; perubahan pagu anggaran
16
17
Ralat kode KPPN dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang berbeda;
ralat kode kewenangan; ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam wilayah kerja Kanwil
Ditjen Perbendaharaan yang berbeda, ralat kode satker; dan/atau ralat pencantuman
volume, jenis dan satuan keluaran yang berbeda, antara RKA KL dan RKP atau hasil
kesepakatan DPR RI dengan Pemerintah;
Apa saja yang termasuk revisi anggaran dalam hal ralat administratif, yang
menjadi kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan ?
Yang pertama, ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dakam
peruntukan dan sasaran yang sama; ralat kode KPPN dalam satu wilayah kerja
Kanwil Ditjen Perbendaharaan; perubahan nomenklatur BA dan/atau satker
sepanjang kode tetap; ralat kode nomor register PHLN/PHDN; ralat kode lokasi dan
lokasi KPPN dalam satu wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan; ralat kode
lokasi dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang berbeda dan lokasi
KPPN salams atu wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan; ralat cara penarikan
PHLN/PHDN; ralat rencana penarikan dana atau rencana penerimaan dalam halaman
III DIPA; ralat pencantuman volume keluaran dalam DIPA dan/atau perubahan
pejabat perbendaharaan.
Revisi anggaran yang seperti apa, yang memerlukan persetujuan eselon I K/L
pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam
1 (satu) wilayah kerja Kanwil DJPBN; pergeseran dalam Keluaran yang sama,
Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam wilayah kerja Kanwil DJPBN yang
berbeda; pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1
(satu) wilayah kerja Kanwil DJPBN; pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama
dan antar Satker dalam wilayah kerja Kanwil DJPBN yang berbeda; pergeseran antar
Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1
(satu) wilayah kerja Kanwil DJPBN; pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker
dalam wilayah kerja Kanwil DJPBN yang berbeda; dan/atau penambahan cara
penarikan PHLN/PHDN
Bagaimana dengan revisi anggaran yang menjadi kewenangan Kuasa Pengguna
Anggaran
Kewenangan KPA mencakup pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan
dan 1 (satu) Satker; dan/atau pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1
(satu) Satker. Revisi Anggaran pd KPA dilaksanakan dengan ketentuan dalam hal
Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, KPA menyampaikan usul
Revisi Anggaran kepada Kanwil DJPBN; dan dalam hal Revisi Anggaran tidak
mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, KPA mengubah ADK RKA Satker
berkenaan melalui aplikasi RKA-K/L-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK), dan KPA menetapkan perubahan POK.
Apa saja yang masih harus memerlukan persetujuan DPR
tambahan Pinjaman Proyek Luar Negeri/Pinjaman Dalam Negeri baru setelah
Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan; pergeseran
anggaran antar Program selain untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional dan
penyelesaian inkracht;pergeseran anggaran yang mengakibatkan perubahan Hasil
18
19
20
Terkait dengan masalah inkracht, harus kita lihat dasar hukumnya terlebih dahulu,
yaitu penjelasan Pasal 9 huruf e Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang menyatakan bahwa utang adalah kewajiban negara kepada
pihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya
merupakan tanggung jawab kementerian negara/lembaga berkaitan sebagai unit
pengguna anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan UndangUndang/keputusan pengadilan. Dengan demikian incraht merupakan kewajiban
pengeluaran yang timbul sehubungan dengan uputusan pengadilan yang telah
mempunyai
kekuatan
hukum
tetap
merupakan
tanggungjawab
Kementerian/Lembaga.
Dalam hal penyelesaian inkracht dilakukan pada tahun berjalan, maka dapat
dipenuhi dengan melakukan pergeseran anggaran sesuai dengan pasal 5 (3) huruf l
PMK 07/PMK.02/2014 dan pasal 33 (3) bahwa pergeseran anggaran dalam rangka
penyelesiaan inkracht dapat dilakukan antar jenis belanja dan/atau antar jenis
kegiatan
dalam
satu
program
dan/atau
antar
program
dalam
satu
kementerian/lembaga.
Dalam kasus di atas, apabila ditahun 2014 sudah di anggarkan dananya untuk
pembayaran inkracht, yaitu Rp 9 milyar, maka Ditjen Pemerintahan Kota dapat segera
melakukan pembayaran atas tagihan tersebut dengan terlebih dahulu dilakukan
verifikasi oleh BPKP.
Namun, apabila tagihan atas incraht tersebut belum
dianggarkan, dan harus di bayarkan pada tahun anggaran berjalan, maka Ditjen
Pemerintah Kota harus melakukan optimalisasi dana yang dikelola dalam rangka
memenuhi tagihan incraht tersebut.
Dalam rangka persiaan OJK pda tahun 2014, Kementerian Keuangan
membutuhkan dana Rp 200 miliar, yang telah dipenuhi dari BA 999.08 melalui
SP SABA, dan telah dilakukan pergeseran dari BA 999.08 ke BA 015 melalui
revisi SP-RKAKL yang ditetapkan melalui surat DJA tanggal 1 April 2014.
Dalam pelaksanaannya, ternyata World Bank memberikan juga jasa konsultan
sebesar Rp 215
miliar, sehingga menyebabkan kelebihan anggaran (double
pendanaan) sebesar Rp. 215 miliar,-. Untuk menghindari terjadinya pendanaan ganda
dan dalam rangka penyerapan anggaran, Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
mengusulkan kelebihan anggaran dimaksud untuk dikemballikan ke BA 999.08
(kontra SABA)
Berdasarkan hal tersebut, apakah PMK 07/PMK.02/2014 memfasilitasi adanya
pergeseran dari BA KL ke BA BUN (kontra saba)
Sebagaimana diketahui bahwa pasal 5 (4) PMK 07/PMK.02/2014 telah mengatur
perubahan rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap pergeseran anggaran dari
BA BUN ke BA K/L maupun sebaliknya. Dengan demikian, pergeseran tersebut
sangat dimungkin dan dari sisi payunh hukum, pergeseran tersebut dapat difasilitasi.
Namun demikian, dalam kasus OJK, sebaiknya tidak perlu dilakukan kontra SABA,
cukup diberikan penjelasan bahwa dana tersebut sisa dananya tetap berada di BA 15,
tidak dipergunakan sampai dengan akhir tahun. Dalam kaitannya dengan penilaian
tingkat penyerapan anggaran, dengan memberikan penjelasan/catatan bahwa
penyerapan yang rendah tersebut karena adanya double sumber pendanaan, yaitu
21
dari rupiah murni maupun bantuan dari world bank, maka seharusnya hal tersebut
tidak dapat dikenakan punishment.
Sekretaris Jenderal Kemendiknas mengajukan usul revisi yang ke 10 Satker
Direktorat SMK dalam rangka penyelesaian pagu minus pada ouput SMK bertaraf
Internasional.Pengajuan usul revisi tersebut disampaikan karena adanya
keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan pelaksanaan Standar
Bertaraf Internasional. Terkait dengan hal tersebut, apabila melihat Peraturan
Menteri Keuangan 07/PMK.02/2014, apakah usul revisi tersebut dapat
ditindaklanjuti ?
Berkenaan dengan usul tersebut, menurut hemat saya terdapat dua alternatif
penyelesaian.Alternatif yang pertama, apabila usul tersebut tidak disertai data
dukung, maka usul tersebut tentu tidak dapat ditindaklanjuti. Kalau tidak disetujui,
konsekuensinya, output tersebut dibekukan sampai dengan akhir tahun 2014.
Namun demikian, langkah ini akan menimbulkan konsekuensi hukum, apabila
output SMK unggulan tersebut ada yang telah dikontrakkan kepada pihak ketiga.
Alternatif kedua, usul tersebut dapat ditindaklanjuti dengan catatan, Dit.SMK
melengkapi data dukung yang menunjukan adanya pagu minus. Data dukung
tersebut , antara lain SPTJM dari KPA yang menunjukan adanya belanja yang telah
dicairkan pada output SMK sebelum adanya putusan dari Mahkamah Konstitusi. KPA
bertanggungjawab penuh terhadap belanja pada output SMK SBI/RSBI yang telah
dicairkan ?
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum mengajukan
permohonan revisi penambahan pagu anggaran Pinjaman Luar Negeri (PLN) dari
Asian Development Bank (ADB) sebesar Rp. 1.6 miliar,- untuk pembayaran
addendum kontrak paket konsultan PNPM. Pengajuan revisi dimaksud dilakukan
pada tanggal 8 November 2014 dimana telah melewati batas akhir pengajuan
usul revisi anggaran reguler yaitu tanggal 31 Oktober 2014.Hal ini disebabkan
data dukung yang terkait persetujuan Lender (no objection letter) baru
dikeluarkan oleh ADB tertanggal 28 Oktober 2014.
Apakah usul revisi tersebut dapat diproses dengan pertimbangan bahwa no
objection letter merupakan dokumen yang bersifat eksternal ?
Dengan mengacu, ketentuan yang telah diatur dalam pasal 70 PMK 07/PMK.02/2014
terutama ayat (2), batas akhir yang dikecualikan adalah tanggal 19 Desember
2014.Data dukung terkait persetujuan Lender (no objection letter) dapat dikategorikan
kedalam dokumen/data dukung yang memerlukan persetujuan dari unit eksternal
Kementerian/Lembaga sehingga permohonan pengajuan revisi anggaran Direktur
Jenderal Cipta Karya dimaksud dapat diproses lebih lanjut (dikecualikan dari batas
akhir tanggal 31 Oktober 2012).Berdasarkan penjelasan di atas, usul revisi anggaran
dari Ditjen Cipta Karya dapat ditindaklanjuti dengan mengacu kepada batas akhir
yang dikecualikan.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko
Bidang Kesra) mengajukan usul kepada Ditjen Anggaran revisi anggaran dalam
rangka menggunakan dana output cadangan dan Pergeseran Anggaran dalam 1
22
(satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker, dan sekaligus realokasi
antar Program dari Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Kesejahteraan
Rakyat ke Program Dukungan Manajemen. Pertimbangan usulan tersebut untuk
menutup kekurangan alokasi belanja tunjangan kinerja (komponen 001) pada
RKA-KL Kemenko Bidang Kesra TA 2014.
Apakah diperbolehkan, usul revisi tersebut ?
Usul revisi anggaran terkait dengan penggunaan output cadangan dalam rangka
menutup kekurangan alokasi belanja tunjangan kinerja (001) dapat diperbolehan.
Dasar hukumnya, kita dapat melihat ketentuan
dalam pasal 34 PMK
07/PMK.02/2014 yang menjelaskan bahwa penggunaan ouput cadangan merupakan
pemanfaatan kembali alokasi anggaran yang telah dialokasikan dalam RKA KL tetapi
belum jelas peruntukannya. Penggunaan output cadangan dapat dipergunakan untuk
mendanai kebutuhan biaya operasional satker dan pergeseran anggaran dalam
rangka penggunaan output cadangan ini dilakiukan dalam kegiatan yang sama
dan/atau antar kegiatan dalam satu program. Berkenaan dengan hal tersebut, usul
revisi yang disampaian Kemenko Bidang Kesra dapat ditindaklanjtui.
Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak menyampaikan permohonan
penegasan, apakah revisi anggaran yang mengakibatkan perubahan pagu PNBP
dan memerlukan persetujuan Menteri Keuangan dalam penggunaannya,
termasuk dalam lingkup batas akhir revisi anggaran reguler atau yang
dikecualikan ?
Persetujuan Menteri Keuangan atas penggunaan PNBP termasuk dokumen/data yang
masih harus memerlukan persetujuan pihak ketiga.Oleh sebab itu, batas akhirnya
adalah batas akhir yang dikecualikan yaitu tanggal 19 Desember 2014, bukan yang
reguler sebagaimana telah ditetapkan pada tanggal 31 Oktober 2014.
Sekjen Kementerian x mengajukan usulan revisi anggaran terkait dengan
pembukaan output cadangan untuk pengadaan Kendaraan Dinas Operasional
(KDO) 4WD pada DIPA Kantor Kementerian X dalam rangka mempercepat
pencapaian kinerja dan meningkatkan efektivitas, kualitas belanja, dan
optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas. Berkenaan dengan hal
tersebut, dapat disetujui tidak revisi anggaran tersebut ?
Sesuai dengan pasal
8 PMK 07/PMK.02/2014 telah disebutkan bahwa revisi
anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai penyusunan dan
penelaahan RKA KL. Salah satu ketentuan yang diatur dalam juksun penelaahan RKA
KL adalah adanya larangan/dihindari pengadaan mobil mewah, sebagaimana
terdapat dalam lampiran I. Oleh sebab itu, revisi anggaran dalam rangka pengadaan
mobil mewah sebagaimana yang diusulkan oleh Sekjen Kementerian x, layak untuk
dilarang. Nah, ketika dipandang bahwa pengadaan mobil mewah untuk digunakan
dalam rangka mempercepat capaian kinerja, maka Menteri sebagai pengguna
anggaran menyatakan bahwa pengadaan mobil tersebut termasuk prioritas tinggi
dalam rangka percepatan capaian output.
Kementerian B mengajukan usul revisi anggaran yang ditandatangani oleh Plt
(pelaksna tugas) Sekretaris Utama Kementerian B. Terkait dengan hal tersebut,
23
24
25
Arsip Data Komputer (ADK) RKA-K/L tahun yang akan datang dan persetujuan
Komisi terkait DPR-RI.
Sedangkan penelaahan dalam konteks substantive mencakup penelaahan kesesuaian
data dalam RKA-K/L tahun yang akan datangdengan pagu anggaran/alokasi K/L
tahun yang akan datang, kesesuaian antara kegiatan, keluaran dan anggarannya,
kemudian relevansi komponen/tahapan dengan keluaran dan konsistensi
pencantuman sasaran kinerja K/L tahun yang akan datang dengan RKP tahun yang
akan datang, dan yang terakhir konsistensi pencantuman prakiraan maju untuk 3
(tiga) tahun kedepan.
Bagaiamana kalau terjadi, ketika kita melakukan penelaahan ternyata
persyaratan administratif dari K/L tidak lengkap. Langkah apa yang harus
dilakukan ?
Langkah yang harus dilakukan sebagai seorang penelaah adalah mengembalikan
seluruh berkas dokumen untuk dilengkapi atau kita melakukan pemilahan dokumen
administratif per unit eselon I dengan catatan unit eselon I yang dokumen
administratifnya tidak lengkap, harus segera dilengkapi. Terhadap dokumen yang
sudah lengkap, proses penelaahan dapat dilakukan.
Dalam satu kasus, bagaimana kalau surat pengantar RKA-K/L tahun yang akan
datang tersebut, tidak ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga ?
Apabila tidak ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan lembaga, maka yang harus
dilakukan adalah memastikan bahwa pejabat yang menandatangani surat pengantar
tersebut adalah Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris Menteri atas nama
Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat lain yang ditunjuk untuk menandatangani
surat pengantar RKA-K/L atas nama Menteri/Pimpinan Lembaga setingkat Eselon I.
Bagaimana kalau surat pernyataannya pejabat pemilik portofolio tidak
ditandatangani oleh pejabat eselon I ?
Apabila surat pernyataan tidak ditandatangani oleh pejabat eselon I yang memiliki
alokasi anggaran (portofolio)/sebagai penanggung jawab program, maka surat
pernyataan tersebut dapat ditandatangani
oleh pejabat
yang ditunjuk
menandatangani yaitu Sekretaris Ditjen/Sekretaris Itjen/Sekretaris Badan atas nama
Pejabat Eselon I
atau Pejabat lain yang ditunjuk dan menandatangani surat
pernyataan
atas
nama
Sekretaris
Jenderal/Direktur
Jenderal/Inspektur
Jenderal/Kepala Badan selevel Eselon II.
Bagaimana cara menelaah RKA KL ?
Penelaahan terhadap RKA-K/L dilakukan dengan cara meneliti kelengkapan dokumen
RKA-K/L dan penandatangannya. Formulir 1 berisi rekapitulasi seluruh unit eselon I
ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga, sedangkan formulir 2 dan formulir 3
untuk masing-masing unit eselon I ditandatangani oleh pejabat eselon I yang memiliki
alokasi anggaran (portofolio) dan sebagai penanggung jawab program.
Apabila tidak lengkap, apa yang harus dilakukan ?
Apabila dokumen RKA-K/L yang diterima tidak lengkap atau tidak sesuai dengan
rincian pada surat pengantar RKA-K/L, langkah yang harus dilakukan adalah berkas
26
dokumen RKA Satker dan Daftar Rincian Pagu Anggaran per Satker/Eselon I dan
dokumen lainnya yang terkait dengan eselon I yang bersangkutan, dikembalikan
untuk dilengkapi dan selanjutnya tanda terima dokumen diberikan catatan atas
kekurangan atau dokumen yang dikembalikan.
Penelaahan terhadap Daftar Rincian Pagu Anggaran per Satker/Eselon I dilakukan
dengan cara meneliti jumlah satker dan pagu anggaran untuk masing-masing satker
dibandingkan dengan total pagu anggaran/alokasi anggaran untuk unit eselon I
terkait pada Formulir 2 RKA-K/L dan penandatangan Daftar Rincian Pagu Anggaran
per Satker/Eselon I.
Bagaimana apabila terjadi perbedaan ?
Dalam hal total pagu anggaran/alokasi anggaran berdasarkan daftar rincian pagu
anggaran per satker/eselon I berbeda dengan total pagu anggaran/alokasi anggaran
pada Formulir 2 RKA-K/L untuk unit eselon I yang bersangkutan, daftar rincian pagu
anggaran per satker/eselon I dikembalikan untuk diperbaiki. Sedangkan dalam hal
daftar rincian pagu anggaran per satker/eselon I tidak ditandatangani oleh pejabat
eselon I, daftar rincian pagu anggaran per satker/eselon I dapat ditandangani oleh
pejabat yang lain yang ditunjuk.
Bagaimana kalau terjadi perbedaan antara RKA satker dengan jumlah satker
dalam rincian anggaran per satker/eselon I ?
Apabila terjadi hal tersebut, maka berkas dokumen RKA Satker dan Daftar Rincian
Pagu Anggaran per Satker/Eselon I dan dokumen lainnya yang terkait dengan eselon I
yang bersangkutan dikembalikan untuk dilengkapi, sedangkan tanda terima
dokumen diberikan catatan atas kekurangan atau dokumen yang dikembalikan.
Bagaimana bentuk penelaahan ADK RKA KL nya ?
Bentuk penelaahan yang harus dilakukan adalah dengan cara memastikan apakah
ADKnya sudah lengkap sesuai dengan jumlah eselon I dan Satker dan total pagu
sama dengan pagu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Disamping itu,
memastikan bahwa data dalam ADK sudah valid sesuai kaidah SPAN.
Penelaahan terhadap ADK RKA-K/L dilakukan dengan cara mengunggah ADK RKAK/L ke dalam aplikasi RKA-K/LDIPA . Apabila tidak lengkap, diberikan catatan dalam
tanda terima untuk dilengkapi, apabila total pagu tidak sama dengan pagu yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, ADK RKA-K/L dikembalikan untuk diperbaiki.
Seandainya tidak valid, ADK RKA-K/L harus dikembalikan untuk diperbaiki.
Yang dimaksud dengan persetujuan Komisi DPR itu siapa ?
Yang dimaksud persetujuan komisi DPR adalah persetujuan Ketua Komisi dan tiga
orang wakil Ketua Komisi. Apabila tidak ditandatangani oleh pejabat-pejabat tersebut,
surat persetujuan dapat ditandatangani oleh Ketua Komisi dan satu orang Wakil
Ketua Komisi dan dua orang anggota komisi. Apabila belum ditandatangani juga oleh
pejabat-pejabat tersebut, maka langkah yang harus dilakukan adalah Penelaahan
RKA-K/L tahun yang akan datang tetap dapat dilakukan sepanjang dokumen
administratifnya lengkap dan informasi terkait belum ada persetujuan Komisi terkait
DPR-RI dituangkan dalam Catatan Hasil Penelaahan.
27
28
29
Dalam hal pencantuman jenis dan volume Keluaran yang ditetapkan dalam RKP
tahun yang akan datang dituangkan tidak sama dalam RKA-K/L tahun yang akan
datang, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Apabila jenis dan volume Keluaran yang berbeda merupakan prioritas nasional
dan sudah disetujui Komisi terkait DPR-RI, kita harus memastikan Bappenas
dapat menyetujui perubahan dimaksud dan sudah diakomidir dalam
perubahan Renja K/L dan RKP tahun yang akan datang .
b. Apabila volume Keluaran yang berkurang merupakan Keluaran yang berlanjut
dari tahun sebelumnya, kita harus memastikan perubahan dimaksud sudah
diakomodir dalam perubahan Renja K/L dan RKP tahun yang akan datang.
c. Dalam hal volume Keluaran yang berkurang merupakan Keluaran yang
berlanjut khususnya multiyears contract, kita harus memastikan perubahan
dimaksud sudah ada persetujuan rekomposisi dari Menteri Keuangan.
d. Dalam hal pencantuman jenis dan volume Keluaran yang berbeda belum
mendapat persetujuan Komisi terkait DPR-RI, alokasi anggaran dalam RKAK/L diberi catatan.
Dalam hal pencantuman jenis dan volume Keluaran inisiatif baru yang dituangkan
dalam RKA-K/L tidak ada rujukannya dalam RKP tahun yang akan datang, langkahlangkah yang harus dilakukan adalah memastikan dasar hukum atau penugasan
sebagai dasar pengalokasian anggaran sudah ada. Kita harus memastikan juga, data
Keluaran sudah masuk dalam referensi RKA-K/L tahun yang akan datang. Dalam hal
dasar hukum atau penugasan sebagai dasar pengalokasian anggaran belum ada,
alokasi anggaran dalam RKA-K/L harus diberikan catatan.
Selanjutnya, apabila terjadi perubahan rumusan Outcome, Indikator Kinerja Utama,
dan Indikator Kinerja Kegiatan dalam RKA-K/L tahun yang akan datang, langkah
strategis yang harus dilakukan adalah memastikan perubahannya sudah diakomodir
dalam perubahan data Renja K/L dan RKP tahun yang akan dating, perubahannya
sudah masuk dalam referensi RKA-K/L tahun yang akan datang. Dalam hal terdapat
perubahan rumusan Program dan/atau Kegiatan karena adanya reorganisasi,
langkah yang harus dilakukan adalah memastikan dasar hukum atau persetujuan
dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi sudah ada, kemudian memastikan
perubahannya sudah diakomodir dalam perubahan data Renja K/L dan RKP tahun
yang akan dating dan memastikan pula perubahannya sudah masuk dalam referensi
RKA-K/L tahun yang akan datang.
Apa yang dimaksud dengan penelaahan konsistensi pencantuman prakiraan maju
untuk tiga tahun kedepan ?
Yang dimaksud dengan penelaahan konsistensi pencantuman prakiraan maju untuk
3 (tiga) tahun kedepan adalah dalam rangka untuk mengetahui apakah angka
prakiraan maju sangat berbeda dengan alokasi anggaran tahun yang direncanakan,
kedua untuk memastikan kebutuhan anggaran untuk Biaya Operasional dihitung
cukup dengan pendekatan flat policy untuk 3 (tiga) tahun ke depan, ketiga untuk
memastikan alokasi anggaran untuk Biaya Operasional terkait pelaksanaan tugas
fungsi unit, termasuk yang sudah menjadi komitmen seperti multiyears contract
masuk dalam prakiraan maju dan selanjutnya untuk memastikan Kegiatan/Keluaran
yang bersifat einmaleigh dan/atau komponen Kegiatan yang tidak berlanjut tidak
30
masuk dalam prakiraan maju dan yang terakhir untuk memastikan dasar hukum
atau kebijakan yang mendasari pengalokasian anggaran yang masih berlanjut, masih
efektif berlaku
Dalam hal pencantuman angka prakiraan maju sangat berbeda dengan alokasi
anggaran tahun yang direncanakan, maka sebagai penelaah harus memastikan
pencantuman volume Keluaran tidak ada yang salah (terlalu besar) dibandingkan
tahun yang direncanakan, kedua formula dan indeks penghitungan KPJM sudah
benar dan yang ketiga penelaah harus mengetahui bahwa kesalahan pencantuman
volume Keluaran atau kesalahan formula dan indeks KPJM, dilakukan dengan
memperbaiki data dalam ADK RKA-K/L;
Dalam hal pencantuman kebutuhan anggaran untuk Biaya Operasional berbeda
dengan tahun yang direncanakan, langkah yang harus dilakukan adalah memastikan
apakah perbedaan karana adanya perubahan database pegawai atau apabila tidak
terjadi perubahan database pegawai, angka prakiraan maju diperbaiki dengan asumsi
Volume Keluaran sama dengan tahun tahun yang akan datang, alokasi anggaran
sama dengan alokasi tahun yang akan datang, dan tambahan yang d iusulkan untuk
dua tahun, tiga tahun dan empat tahun yang akan datang dapat dipertimbangkan
dalam reiviu angka dasar dua tahun yang akan datang.
Bagaimana apabila alokasi anggaran Biaya Non Operasional untuk pelaksanaan
tugas fungsi unit dan multiyears contract belum masuk dalam angka prakiraan
maju ?
Apabila terjadi demikian, maka langkah yang harus dilakukan adalah angka
perkiraan maju diperbaiki dengan asumsi volume keluaran untuk kegiatan tugas
fungsi unit sama dengan tahun yang akan datang, dan alokasi anggaran untuk
multiyears contract dihitung sesuai kebutuhan rencana tahunan.
Bagaimana untuk kegiatan/keluaran yang bersifat einmaleigh ?
Dalam hal Kegiatan/Keluaran yang bersifat einmaleigh dan/atau komponen Kegiatan
yang tidak berlanjut masuk dalam prakiraan maju, langkah yang harus dilakukan
adalah angka prakiraan maju diperbaiki dengan cara Kegiatan/Keluaran yang bersifat
einmaleigh dan/atau komponen Kegiatan yang tidak berlanjut volumenya diganti
menjadi 0. Sedangkan terkait dengan dasar hukum atau kebijakan yang mendasari
pengalokasian anggaran yang masih berlanjut sudah berakhir, langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah angka prakiraan maju diperbaiki dengan cara volume pada
Kegiatan/Keluaran diganti menjadi 0.
31