dibandingkan dengan pria pada saat penegakkan diagnosis. Sebagian besar kematian
akibat BC terjadi pada pasien dengaan penyakit invasif ke-otot (muscle-invasivedisease; MID), sementara sebagian besar BC (75%-85%) merupakan penyakit noninvasif-ke-otot (non-muscle invasive; NMI) saat pertama kali didiagnosis [3]. Secara
umum, prognosis untuk pasien dengan kanker buli-buli NMI adalah baik, meskipun
(30%-80%) terjadi kekambuhan, dan (1%-45%) akan berkembang menjadi MID dalam
waktu 5 tahun tergantung derajat, stadium, dan faktor risiko klinis yang terkait [4].
Terapi konservatif dengan reseksi transuretra dilanjutkan terapi intravesika dengan
kemoterapi dan/atau imunoterapi telah menunjukkan efektivitas yang tinggi terhadap
pasien dengan penyakit NMI dalam menurunkan risiko kekambuhan dan progresivitas.
Pasien yang diterapi konservatif wajib di-follow-up dengan ketat dan rutin [5].
Sayangnya, sejumlah pasien dari kelompok ini tidak memberikan respon seperti yang
diharapkan dan akan berkembang menjadi tumor invasif (T2) meskipun telah
diberikan terapi yang adekuat. Beberapa penelitian telah melaporkan sistektomi radikal
hanya menyembuhkan 50% pasien yang berkembang dari NMI menjadi MID
dibandingkan dengan 90% bila tindakan ini dilakukan pada pasien dengan tumor
superfisial [6]. Sebaliknya, pasien di kelompok tumor superfisial sebanyak lebih dari
50% akan mengalami overtreatment [7].
Standar perawatan untuk deteksi primer dan follow-up NIBC terdiri atas
ureterosistoskopi (UCS) sebagai baku emas dan sitologi sebagai tambahan [3,8].
Beberapa faktor risiko klinis antara lain: ukuran, multifokalitas, lokasi, karsinoma in
situ terkait, dan keterlibatan prostat uretra serta jenis kelamin wanita [9,10] telah
dianggap dapat memprediksi kekambuhan dan progresivitas. Namun faktor-faktor ini
memeiliki nilai prediksi dengan dasar populasi, namun belum ada parameter yang
dipercaya dapat memprediksi bagaimana tumor yang dialami pasien akan berkembang.
Beberapa tahun terakhir, banyak penanda yang telah dikembangkan untuk
meningkatkan kenyamanan pasien dan membantu dokter menegakkan diagnosis primer
dari kanker, follow-up NMIBC, dan mencoba untuk memberikan pertimbangan
pengambilan keputusan dengan tingkatan risiko.
Tujuan tinjauan ini adalah untuk memberikan sebuah ringkasan dari bukti
terbaru mengenai evaluasi terhadap biomarker untuk diagnosis, follow-up NMIBC, dan
memprediksi perkembangan ke arah MID. Sumber data MEDLINE/PubMed digunakan
untuk mencari artikel yang relevan baik naskah asli maupun tinjauan, dengan
menggunakan kombinasi yang berbeda dari kata kunci dan istilah pencarian berikut:
kanker
buli-buli,
kanker
buli-buli
non-invasif-ke-otot,
diagnosis,
follow-up,
pada deteksi terhadap tumor stadium dan derajat yang rendah, yang mana merupakan
kelompok utama dalam diagnosis primer dan kekambuhan. Uji BTA dan uji NMP-22
memiliki peran yang sangat terbatas karena tingginya tingkat positif-palsu mereka
[15,16]. Namun dengan pemilihan yang hati-hati terhadap pasien, spesifisitas NMP-22
dapat ditingkatkan, dan dapat digunakan selama follow-up untuk menunda dilakukannya
sistoskopi [17,18]. UroVysion dapat menggantikan sitologi untuk tumor derajat tinggi
bila hasil dari sitologi urin tidak dapat disimpulkan, namun tambahan sedikit
pengawasan terhadap tumor derajat rendah mungkin berguna untuk memprediksi respon
terhadap terapi intravesika [19,20]. Immunocyt telah menunjukkan sensitivitas yang
paling tinggi untuk tumor derajat rendah (low-grade; LG) dan jarang dipengaruhi oleh
kelainan urologi lain. Akan tetapi, tingkat deteksi 55%-60% untuk tumor LG masih
dianggap kurang adekuat untuk menggantikan sistoskopi [21,22]. Analisis Microsatellite
dapat memprediksi kekambuhan dari tumor LG hingga 80%, namun sensitivitasnya
masih rendah [23,24].
Sekarang ini, banyak pemeriksaan yang dilakukan secara rutin sebagai tambahan
terhadap sitologi urin namun tidak ada satu pemeriksaan tunggal yang digunakan secara
luas oleh dokter spesialis urologi untuk follow-up pasien dengan BC. Tren yang ada
sekarang adalah menghubungakan satu atau lebih penanda urin dengan sitologi urin
dengan tujuan meningkatkan sensitivitas tanpa mengurangi spesifisitas. Li, H. X. et al
[25] baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan imunokimia Immunocyt dan
Cytokeratin 20 sebagai penanda tambahan untuk sitologi dapat meningkatkan
sensitivitas sitologi dalam mendeteksi UC, terutama untuk tumor derajat rendah, tanpa
penurunan spesifisitas yang signifikan. Tes berbasis urin lainnya yang belum disetujui
FDA sedang diselidiki sebagai penanda karsinoma urotelial yang potensial yang
meliputi: citokeratins-8-19-20, microsatellite mutations, telomerase, DNA methylation
dan histone acetylation [26-29]. Namun hingga saat ini biomarker non-invasif terlah
terbukti cukup sensitive dan spesifik untuk menggantikan sistoskopi, baik untuk
diagnosis maupun follow-up. Penelitian tambahan diperlukan untuk menentukan
skeranio klinis dimana penanda urin dapat dipergunakan. Penanda berikutnya haruslah
lebih bik, lebih mudah diaplikasikan, lebih murah, dan lebih cepat dalam interpretasi
hasil. Tes haruslah memiliki nilai prediktif positif yang tinggi untuk menghindari
eksplorasi invasif yang tidak perlu, dan nilai prediktif negatif yang tinggi untuk
TSG mampu membedakan pasien yang merespon terhadap BCG dari mereka yang
mungkin membutuhkan intervensi terapeutik yang lebih agresif [37-39]. Status mutasi
p53 dan protein p53 merupakan satu dari penanda pertama yang menunjukkan hasil
yang menjanjikan dalam memprediksi hasil pada pasien dengan NMIBC, namun
akhirnya penanda tersebut tidak dipergunakan dalam praktek klinis, meskipun banyak
penelitian terus menunjukkan hubungan yang signifikan antara kekambuhan,
progresivitas, dan kemampuan bertahan [40,41].
Meskipun beberapa penanda yang diperoleh dari penelitian-penelitian yang
berbeda telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, sebagian besar ahli di lapangan
menganggap bahwa tidak ada satupun penanda yang dapat memperbaiki prognosis
untuk pasien dengan NMIBC. Begitu juga dengan faktor risiko klinis, banyak penulit
menyarankan untuk kombinasi dari berbagai penanda independen untuk memprediksi
hasil. Bryan et al [42] menerbitkan sebuah panel di tahun 2005 dengan menggunakan
tujuh penanda independen berdasarkan peningkatan ekspresi protein dan growth factor
yang memainkan peran penting dan berbeda-beda dalam pengaturan siklus sel,
apoptosis, sintesis dan perbaikan DNA, dan angiogenesis. Kelompok yang sama di
tahun 2009 memperbaharui hasil mereka dan mengkonfirmasi bahwa kombinasi dari
(VEFG, pRb, FGFR3, CK-20, Ki-67, EGFR, dan p53) efektif untuk memprediksi
kekambuhan, progresivitas, dan hasil yang buruk pada pasien dengan BC.
Peneliti lain telah mengajukan dan mempresentasikan hasil baik mereka
menggunakan sekelompok penanda yang terlibat dalam satu jalur (apoptosis,
pengaturan siklus sel, dll) [43,44].
Karena peran inflamasi dalam karsinogenesis sekarang telah cukup dipahami,
beberapa peneliti [45] telah melakukan analisis terhadap ekspresi COX-2. Namun
tampaknya bahkan ekspresi COX-2 dijumpai lebih tinggi pada MID dan tumor derajat
tinggi dibandingkan dengan NMID, namun hal ini tidak bermanfaat dalam memprediksi
progresivitas NMIBC.
Meskipun banyak penanda yang telah dijelaskan, penanda-penanda tersebut
telah dicantumkan dalam panduan untuk membantu dokter dalam membuat keputusan
klinis, dan faktor risiko klinis masih merupakan satu-satunya alat hitung risiko dalam
memutuskan pemberian terapi konservatif vs sistektomi radikal pada NMIBC risiko
tinggi.