Anda di halaman 1dari 20

EKONOMI MAKRO

KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal kebijakan yang mengatur
penerimaan dan pengeluaran negara.
Penerimaan negara (Indonesia) berasal dari
pajak, penerimaan di luar pajak, dan penerimaan
lainnya (bersifat hibah).
Pengeluaran pemerintah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan.

Adalah kebijakan ekonomi makro yang implementasinya


melalui penyusunan anggaran pemerintah (APBN di
Indonesia).
Tiga pos utama pada sisi pengeluaran anggaran;
1.
2.
3.

Belanja barang dan jasa (G),


Gaji pegawai (W),
Transfer payment/subsisi (Tr).

Pada sisi penerimaan terdiri 4 pos yang penting, yaitu:


1.
2.
3.
4.

Penerimaan pajak (Tx),


Kredit likuiditas bank sentral (U),
Pinjaman/obligasi dalam negeri (B),
Pinjaman/hutang luar negeri (F)

Masing-masing pos mempunyai pengaruh yang berbeda


terhadap perekonomian.

ANGGARAN PEMERINTAH
APBN di Indonesia selalu sama dengan penerimaan
totalnya. Dalam pengertian akuntansi ini Anggaran selalu
seimbang (anggaran berimbang). Dalam pengertian
ekonomi anggaran bisa defisit, surplus atau berimbang.
Ada tiga pengertian yang berbeda mengenai arti defisit,
surplus dan anggaran berimbang.
1. Penerimaan pajak (Tx) dan seluruh pengeluaran (G +
W + Tr), apabila G + W + Tr > Tx maka anggaran
defisit dan bila G + W + Tr < Tx maka anggaran
surplus selanjutnya G + W + Tr = Tx maka anggaran
berimbang.
2. Defisit anggaran apabila G + W + Tr > Tx + B,
surplus anggaran apabila G + W + R < T + B dan
berimbang bila G + W + R = T + B.

3. Anggaran defisit bilamana U > 0, anggaran surplus


bila U < 0 dan berimbang bila U = 0. pada pengertian
ini menunjukkan ada tidaknya pencetakan uang baru
untuk membiayai Anggaran.

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN
FISKAL
Perkembangan kebijakan fiskal mengalami
beberapa dinamika.
Kebijakan fiskal merupakan salah satu
instrumen pemerintah untuk melaksanakan
fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi ekonomi.
Pada masa krisis, peran pemerintah dapat
dikatakan sebagai motor penggerak
perekonomian, mengingat sektor swasta belum
dapat diandalkan secara optimal.

Sampai dengan kira-kira 1999 APBN


Indonesia selalu didasarkan pada prinsip
anggaran berimbang dinamis.
Anggaran berimbang dimaksudkan untuk
menyesuaikan besarnya anggaran pada tahun
tertentu harus disesuaikan dengan
pendapatan-nya.
Anggaran dinamis dimaksudkan jika
penerimaan negara lebih rendah dari yang
direncanakan, pemerintah mempunyai
fleksibilitas untuk menyesuaikan pengeluaran
(keseimbangan dapat terjaga).

Tahun 2000 merupakan era baru bagi perkembangan


fiskal Indonesia :
1. Jangka waktu berlakunya APBN. Pada tahun sebelum
tahun 2000 jangka waktu APBN adalah 1 April
hingga 31 Maret pada tahun berikutnya. mulai tahun
2000 1 April 2000 sampai dengan 31 Desember 2000.
dan tahu selanjutnya mulai 1 Januari dan berakhir
pada 31 Desember (tahun yang sama).
2. Cara penyajian APBN mengikuti standar
internasional, yaitu dengan menggunakan konsep
Government Finance Statistics (GFS).
3. APBN disusun berdasarkan amanat Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 serta diliputi
semangat otonomi daerah.

Otonomi daerah membawa pengaruh yang besar pada


arah kebijakan fiskal Indonesia.
Pada tahun sebelumnya belanja negara terdiri dari belanja
rutin dan belanja pembangunan (yang terdiri dari
pembiayaan rupiah dan pembiayaan proyek).
Setelah adanya otonomi daerah, belanja pemerintah terdiri
dari belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah.
Belanja pemerintah pusat terdiri dari :
Pengeluaran rutin, dan
Pengeluaran pembangunan, yang terdiri dari :
Pembiayaan pembangunan
Pembiayaan proyek
Belanja untuk daerah terdiri dari :
Dana perimbangan, dan
Dana otonomi khusus dan penyeimbang

Pada tahun 2003 di Indonesia berlaku Undang-undang


Nomor 17 mengenai Keuangan Negara.
Undang-undang tersebut menjadi dasar penyusunan
APBN tahun 2005 dan tahun-tahun selanjutnya.
Undang-undang tersebut menetapkan beberapa
ketentuan dalam penyusunan APBN.
Beberapa ketentuan tersebut antara lain :
Meniadakan pengelompokan anggaran rutin dan
anggaran pembangunan.
Penyesuaian penyusunan APBN pada masa peralihan
kekuasaan pada tahun 2004 yang telah lalu. Ada
beberapa kekhususan APBN tahun 2005. Kekhususan
tersebut bertujuan untuk dapat tetap menjamin
kesinambungan fiskal dan memberikan ruang bagi
pemerintah dan DPR hasil Pemilu 2004 untuk
melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan
prioritas kebijakan fiskal.

BEBERAPA ISTILAH DALAM


KEBIJAKAN FISKAL
Ilusi Fiskal Kesalahan persepsi masyarakat baik
mengenai aspek pembiayaan maupun pengalokasian
anggaran. Ironisnya, keputusan mengenai aspek
pembiayaan dan pengalokasian anggaran tersebut
dihasilkan justru dari kesalahan persepsi semacam ini.
Pendapatan Asli Daerah Penerimaan pemerintah
daerah yang diperoleh dari berbagai sumber yang berasal
dari daerah sendiri.
Sumber-sumber penerimaan dan kewenangan dalam
pemungutannya ditetapkan menurut peraturan dan
perundangan yang berlaku.
Pos-pos yang tercakup dalam PAD adalah pajak
daerah, retribusi daerah, laba BUMD, dan pos-pos
PAD yang sah.

Belanja Modal Istilah ini dikenal dengan Pengeluaran


Pembangunan pada masa sebelum desentralisasi fiskal.
Belanja ini secara umum dialokasikan oleh pemerintah
daerah untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan
kepada publik.
Belanja Modal ini mencakup belanja untuk proyekproyek pembangunan sarana dan prasarana di daerah.
Belanja Operasional Istilah ini dikenal dengan
Pengeluaran Rutin pada masa sebelum desentralisasi
fiskal.
Belanja ini secara umum dialokasikan oleh pemerintah
daerah untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan.
Belanja Operasional ini mencakup belanja gaji,
pengadaan barang, pemeliharaan barang, perjalanan
dinas, bantuan, dan belanja tak tersangka.

Dana Dekonsentrasi Merupakan pembiayaan


penyelenggaraan pemerintah pusat yang dilaksanakan
oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di
daerah.
Dana ini disalurkan melalui departemen atau
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang
bersangkutan.
Pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaannya
dilakukan oleh Gubernur kepada Departemen atau
LPND yang bersangkutan dan dilaporkan secara
terpisah dari anggaran desentralisasi (APBD).
Penyelenggaraan dekonsentrasi dibiayai atas beban
pengeluaran pembangunan APBN.

Dana Alokasi Umum (DAU) Bantuan dari pemerintah


pusat kepada pemerintah daerah pada masa setelah
desentralisasi fiskal guna pemerataan pelayanan publik
di antara pemerintah daerah.
DAU dialokasikan atas dasar formula tertentu yang
mengacu pada potensi ekonomi dan kebutuhan
belanja masing-masing daerah.
Dana Alokasi Khusus Bantuan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah pada masa setelah
desentralisasi fiskal guna membiayai kebutuhankebutuhan yang bersifat mendesak dan untuk
membiayai prioritas pembangunan pemerintah pusat di
tingkat regional.
Dana ini terdiri, antara lain, bantuan di bidang
kehutanan, pendidikan, kesehatan, jalan desa, dan
irigasi.

Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP)


merupakan penerimaan pajak dan bukan pajak
pemerintah pusat yang diberikan kepada pemerintah
daerah.
Dana BHPBP ini didistribusikan baik kepada daerah
penghasil, daerah sekitarnya, dan provinsi penghasil.
Dana bagi hasil ini mencakup penerimaan PBB,
BPHTB, pajak penghasilan orang pribadi dalam negeri,
minyak, gas, pertambangan, hutan, dan perikanan.
Subsidi Daerah Otonom Subsidi dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah pada masa sebelum
desentralisasi fiskal untuk mendukung belanja rutin
pemerintah daerah guna membantu menciptakan
perimbangan keuangan antartingkat pemerintahan.

Sebagian besar dana SDO digunakan untuk


membiayai gaji pegawai di daerah.
Inpres Bantuan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah pada masa sebelum desentralisasi
fiskal untuk membiayai kegiatan pembangunan di daerah.
Dasar pemberianbantuan ini adalah adanya
penyerahan sebagian urusan kepada daerah dan
terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah daerah
dalam membiayai urusan-urusan tersebut.
Bantuan ini terdiri dari berbagai macam yang
mencakup pengadaan jalan, SD, pasar, kesehatan,
penghijauan, dan Desa Tertinggal.

SUMBER DEFISIT
Bisa berasaal dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
Problems Measuring the Deficit :
1. Inflation
2. Capital assets perubahan utang dikurangi
perubahan aset (masalah capital budgeting).
3. Uncounted liabilities pensium, social
insurance
4. The business cycle ketidakpastian
perekonomian

EFEK FISKAL ATAS KEBIJAKAN MONETER :


Defisit anggaran dapat dibiayai dengan
pecetakan uang.
Utang pemerintah yang tinggi akan memberikan
insentif bagi pembuat kebijakan untuk
menciptakan inflasi.
Untungnya :
Pemerintah cukup paham bahwa
menciptakan inflasi tidak menguntungkan.
Sebagian besar bank sentral memiliki
independensi

DIMENSI INTERNASIONAL
Defisit anggaran pemerintah dapat
menyebabkan perdagangan defisit, yang harus
dibiaya dengan meminjam dari LN.
Utang pemerintah akan menaikkan capital flight
karena investor asing melihatnya sebagai faktor
resiko.
Utang yang besar akan menurunkan
kemampuan politis negara di dunia.

20

Anda mungkin juga menyukai