ILUSTRASI KASUS
I. 1. Identitas Pasien
Nama
: Tn. R S R
No. RM
: 02-12-33-59
Tgl Lahir/Usia
: 03-08-1998/16 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Pendidikan
: SMA
Status
: Belum menikah
Tanggal Masuk
: 03-08-2014
Tanggal Keluar
: 07-08-2014
I. 2. Anamnesa
Keluhan Utama :
OS laki-laki berusia 16 tahun dengan keluhan nyeri pada wajah akibat KLL 7jam
SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS post KLL 7jam SMRS mengeluh nyeri pada seluruh bagian wajah terutama
wajah sebelah kiri. OS mengendarai motor dengan kecepatan 60-80km/jam tanpa
menggunakan helm. OS mengaku berusaha menghindari orang yang akan
menyeberang jalan sehingga membanting motor ke arah kiri. OS terjatuh dengan
wajah langsung terbentur trotoar. OS lalu pingsan selama kurang lebih 30 menit, tidak
mual, tidak muntah, tidak ada riwayat kejang. OS mengaku terdapat darah yang
keluar dari lubang hidung sebelah kiri. Benturan dan nyeri pada dada dan perut
disangkal. BAK tidak ada keluhan. OS merupakan pasien rujukan dari RSI Pondok
Kopi, OS dirujuk ke RSP atas keinginan keluarga.
: Clear
: Spontan, 18x/menit
: GCS E4V5M6 = 15
Secondary Survey
Kepala
Edema pada seluruh wajah, epistaksis (-/+), vulnus ekskoriasi 4 cm mulai dari
supraorbita sinistra sampai zigoma sinistra
Mata
Edema periorbita dextra dan sinistra, konjungtiva anemis (-/-)
Leher
Tidak ada jejas, tidak ada deformitas
Dada
Tidak ada jejas, bentuk dada simetris kiri dan kanan.
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Vulnus ekskoriasi at regio antebrachii sinistra, akral hangat
I. 4. Pemeriksaan Penunjang
I. 4. 1. Laboratorium (4 Agustus 2014)
Pemeriksaan
Darah Rutin
Nilai Normal
Leukosit
5-10
Hitung Jenis
N
50-70
et
25-40
ro
2-8
fil
2-4
Li
0-1
4,5-6,4
fo
13-18
sit
40-52
80-100
26-34
32-36
os
150-440
it
0-10
E
os
in
of
il
B
as
of
il
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
3
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
Laju endap darah
Hemostasis
Masa perdarahan/BT
<6
Masa pembekuan/CT
<11
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu
Elektrolit
< 180
Natrium (Na)
135-145
Kalium (K)
3,5-5,5
Klorida (Cl)
98-109
Ureum
20-40
Kreatinin
09,-1,5
SGOT
0-37
SGPT
0-40
Telah dilakukan CT kepala potongan axial tanpa kontras dengan hasil sbb:
Fragmental terlihat pada os nasal, dinding anterior sinus frontalis dan sinus maxillaris serta
zygomaticoorbitalis bilateral diserta konsolodasi densitas darah yang mengisi seluruh sinus
maxillaris et ethmpoidalis dengan penebalan jaringan lunak tampak di regio frontalis sampai
zygomaticacorital bilateral.
Tulang-tulang calvarial masih tampak intak disertai densitas udara pada subcalvarial regio
frontal.
Hemisfer cerebri tampak normal dengan sulci, cisterna & sistem ventrikel tidak berdilatasi.
Fissura interhemispheric di midline.
Tidak tampak mass effect atau midline shift.
Basal ganglia, nucleua caudatus dan thalamus serta regio sellar, parasellar dan orbita tampak
normal.
Pada infratentorial terlihat cerebellum, pons dan cerebellopontine angle yang normal.
Aerasi sinus paranasal dan cellulae mastoid terlihat normal.
Kesan:
Tidak terlihat fraktur tulang calvarial atau perdarahan intracranial hanya pneumoencephal
subcalvarial frontal. Fraktur tampak pada os nasal, dinding anterior sinus maxillaris et
frontalis serta os zygomaticoorbital kedua sisi disertai hematosinus maxillaris et frontalis
dengan pembengkakan jaringan lunak sekitarnya.
I. 5. Foto Klinis
I. 6. Diagnosis
- Fraktur Zygomaticomaxillary Complex Dextra dan Sinistra
- Fraktur Nasofrontal Dextra
I. 7. Penatalaksanaan
- Pro rawat inap
- Kontrol infeksi = Ceftriaxone 2x1gr IV, ATS, TT
- Kontrol nyeri = Ketorolac 3x30mg IV
- Diet cair
- Pro ORIF elektif
I. 8. Prognosis
Vitam
Fungsional
Sanasionam
: bonam
: dubia
: dubia
Bius umum
A dan antisepsis
Pasang quick fixed screw 3 atas dan 3 bawah
IMF dengan wire pada quick fixed
Oklusi dicapai optimal
Operasi selesai
IVFD RL : D5 = 1:2/24jam
Ceftriaxon 1x2gr IV
Ketorolac 3x30mg IV
Diet cair
10
11
BAB II
PENDAHULUAN
Kompleks zigomatikomaksilaris memainkan peran penting terhadap struktur, fungsi
dan penampilan estetik dari tulang tengkorak. Kompleks zigomatikusmaksilaris memberikan
kontur pipi normal dan memisahkan bagian isi orbita dari fossa temporalis dan sinus
maksilaris.
Zigomatikum adalah origo dari maseter, sehingga mempengaruhi mastikasi. Tulangtulang orbita membentuk bagian inferior dan lateral socket, sehingga berpotensi
mempengaruhi posisi yang benar dari globe dan mobilitas otot ekstraokular.
Nervus infra orbital terletak melewati bagian inferior dari rima orbita. Menurunnya
sensasi pada pipi bagian atas, lateral dari hidung, atas bibir, dan gusi dapat terjadi pada
fraktur ZMC. ZMC provides globe lateral support yang diperlukan untuk penglihatan
binokular. Arkus zigomatikus merupakan insersio dari otot masseter, melindungi otot
temporalis dan processus coronoid.
Fraktur ZMC adalah penyebab kedua tersering dari fraktur wajah, dimana penyebab
fraktur wajah tersering pertama adalah fraktur hidung. Bentuk cembung dari zigoma
menyebabkan bagian ini rentan terhadap trauma. Bahkan pada fraktur ZMC dengan
pergeseran minimal dapat mengakibatkan kelainan fungsional dan kelainan estetik.
Keberhasilan perbaikan fraktur ZMC memerlukan diagnosis yang akurat dan tindakan bedah
yang sesuai (Tollefson, 2013).
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III. 1. Anatomi Zigoma
Tulang zigomatikus memiliki empat bagian: frontosphenoidal, orbital, maksilari, dan
temporal. Bagian ini tersambung satu sama lain dengan kerangka wajah sekitarnya yaitu
sutura frontozigomatik, sutura sphenozigomatik, sutura zigomatikomaksilari, dan sutura
zigomatikotemporal. Bagian frontosphenoidal dan orbital membentuk sebagian besar lateral
dan inferolateral tulang orbita.
Gambar 11. Sambungan-sambungan dari tulang zigomatik dengan kerangka wajah. Garis sutura diatas
adalah daerah yang khas terlihat pada pasien dengan fraktur ZMC.
Gambar12.AnatomiZigoma.15:temporal,frontal,maxila,obira,danprosesusinfraorbitalzigoma;6.
13
Tulangfrontalis;7.Tulangmaksilaris;8.Tulangtemporalis;9.Bagianterbesartulangsphenoid;10.
Prosesuszigomatikumtulangtemporalis;11.Suturazigomatiktemporalis;12.Prosesuszigomatikum
maxila;13.Suturazigomatikummaksilaris;14.Permukaanorbitadarimaksila;15.Foramenintraorbita
14
III. 2. Definisi
Fraktur zigomatik kompleks dikarakteristikan oleh trauma disartikulasio dari tulang
zigomatikum dari kerangka wajah disepanjang 4 sutura mayor termasuk frontozigomatikum,
sphenozigomatikum, zigomatikomaxillary, dan zigomatikotemporal. Fraktur ZMC sering
disalah artikan sebagai fraktur tripod. Fraktur ini lebih akurat disebut sebagai tetrapod sesuai
pembagian dari kerangka wajah menurut empat (tidak tiga) suturanya (Garri, 2004).
III. 3. Klasifikasi
Menurut Zingg (1992), klasifikasi fraktur ZMC terbagi menjadi (Dolan, 2004):
TipeA:
Relatifjarangterjadi
Lukaterbataspada1komponendaristrukturtetrapod,yaitu
tipeA1=zygomaticarch
tipeA2=dindinglateralorbital
tipeA3=tepiinferiororbital(typeA3)
TipeB
Mencakupseluruh4penopangZMC(frakturtetrapodklasik)
TipeC
Adanyafrakturkominutifdenganpatahnyaos.zigomatikitusendiri
Biasanyafrakturterjadipadazigomatikomaksilaridanzigomatikotemporal
TipeArelatif jarang.TipeBdanCterjadisekitar62%cederaZMC.TipeBdanCsering
terjadi pada bagian zigomatikomaksilari dan zigomatikotemporal. Zigomatikofrontal
merupakanbagianpendukungterkuatdari4pendukungZMC.Gangguanyangsignifikan
padabagianinibiasanyaakibatcederadengankecepatanyangcukuptinggidengankominusi
padaarealain.TulangpalinglemahdariZMCadalahdasarorbita.FrakturpadajenisA3,B,
danCmengakibatkankerusakanpadadasarorbita,yangmengakibatkanisiorbitamemiliki
resikogangguan.
15
Gambar 15. Klasifikasi fraktur ZMC. Fraktur terbatas mencakup tipe A1, A2, dan A3. Tipe A1 (A)
fraktur terbatas pada zigomatik arch; tipe A2 (B) fraktur terbatas pada dinding lateral orbita; tipe A3
(C) fraktur terbatas pada rima infraorbital. Tipe B (D) fraktur tetrapod klasik dan tipe C (E) frakturnya
adalah fraktur ZMC multifragmen (Dolan, 2004).
III. 4. Etiologi
Penyebab paling umum dari fraktur ZMC termasuk perkelahian, terjatuh, kecelakaan
motor, dan cedera olahraga (Tollefson, 2013).
III. 5. Epidemiologi
III. 6. Patofisiologi
FrakturZMCbiasanyamelibatkandindingbawahorbitatepatdiatasnervusalveolaris
inferior,suturazigomatikofrontal,sepanjangarkuspadasuturazigomatikotemporal,dinding
lateral zigomatikomaksila, dan sutura zigomatikosplenoid yang terletak di dinding lateral
orbita,sedangkandindingmedialorbitatetaputuh(Dolan,2004).
Gaya yang menyebabkan cidera dapat dibedakan jadi 2, yaitu high impact atau low
impact. Keduanya dibedakan apakah lebih besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya gravitasi.
Setiap region pada wajah membutuhkan gaya tertentu hingga menyebabkan kerusakan dan
masing masing region berbeda beda. Margo Supraorbital, maxilla, dan mandibula (bagian
syimphisis dan angulus) dan frontal membutuhkan gaya yang high impact agar bias
mengalami kerusakan. Sedangkan os zygoma dan os nasal dapat mngalami kerusakan hanya
16
Fraktur os frontal : Disebabkan oleh pukulan yang keras pada bagian dahi.
Mencangkup Tabula anterior dan tabula posterior sinus frontalis. Apabila tabula
posterior mengalami fraktur, diperkirakan akan menyebabka luka pada dura
mater (meninges). Selain itu sering juga terjadi kerusakan duktus naso frontal.
Fraktur dinding bawah / lantai orbita : cedera pada lantai orbita dapat terjadi
sebagai fraktur tunggal, namun dapat juga menyebabkan fraktur dinding medial.
Adanya fraktur tersebut menyebabkan adanya peningkatan tekanan pada
intraorbita yang dapat merusak aspek terlemah dari dinding orbit, yaitu dinding
medial dan lantai orbita. Akibatnya herniasi dari struktur yang terdapat didalam
orbita ke dalam sinus maxillary dapat terjadi dan insidensi yang tinggi pada cidera
mata, namun bulbus oculi jarang sapai ruptur.
Gambar 16. CT Scan menunjukan "tear-drop" sign yang mengindikasikan fraktur lantai
orbital (Adamo, 2013)
Fraktur nasal : disebabkan oleh gaya yang ditransmisikan oleh trauma langsung
Fraktur nasoethmoidal : perluasan dari tulang nasal hingg tulang etmoid dan dapat
mnyebabka kerusakan canthus medial mata, apparatus lacrimal ata ductus
nasofronta lis. Dapat juga menyebabkan laserasi pada lamina cribrosa os frontal
17
Garis
fraktur
meluas
melalui
sutura
zygomatikotemporal,
Parestesi dari bagian lateral hidung dan bibir atas mungkin terjadi akibat tertimpanya
saraf infraorbital. Diplopia dapat dibuktikan dengan pandangan mata yang ke arah ataus
akibat terjebaknya muskulus rektus inferior. Trismus mungkin terjadi karena penekanan pada
lengkung zigomatik mengenai prosesus coronoid mandibula sehingga pasien tidak dapat
membuka mulut atau yang paling sering karena terdapat cedera muskulus temporalis.
18
Gambar19.PasiendenganfrakturZMCkiri.Terdapatekimosisperiorbitaldanpendataranmalar
yangjelas(Dolan,2004).
Gambar20.A.Penekananpadaprosesustemporalisdarizigomapadaprosesuskoronoiddarimandibula
karenadepresifrakturZMC.BdanC.Perpindahankebawahprosesusfrontaliszigomadanbagian
tersebuttempatligamentumpalpebralateralmenempeldenganpemisahsuturazigomatikofrontal.
19
Kantuslateralisdarikelopakmatadanbolamatatertekan.Menatapkearahatas.Keterlibatannyabola
mataakibatinkarserasidarirektusinferiordanmuskulusoblikinferiorantarafragmentulangyang
frakturdanlantaiorbita.
Gambar.21.Pergeseranbolamatakearahposteroinferior(tandapanah)yangterjadisetelahfraktur
ZMCyangmelibatkanrimaorbitalisdandasarorbita(enoftalmos).
Inspeksiadanyaasimetrisdariwajah.Memeriksatulangpipidengancaramelihatdari
bagianbawahtempattidur(birdseyeview).Lebardarinasalbridgeharussetengah
darijarakinterpupilar.
Periksa adanya lecet pada kepala dan wajah, pembengkakan, ekimosis,hilangnya
jaringan, laserasi dan perdarahan. Periksa lukaluka terbuka untuk kemungkinan
terdapatnyabendaasing.
Periksamobilitasgigi,gigipatah,ataumaloklusi.
Palpasiadanyacederatulang,krepitasi,khususnyadidaerahsupraorbitaldanrima
infraorbital, lengkung zigomatikus,dan artikulasi dari zigoma dengan frontalis,
temporalisdantulangmaksilaris.
Periksa mata untuk adanya eksoftalmos atau enoftalmos, ketajaman penglihatan,
gerakan abnormal okular, ukuran pupil, bentuk pupil, dan refleks cahaya baik
Inspeksi septum nasi untuk adanya hematoma, bluish bulging mass; laserasi
Secara bimanual, palpasi mandibula, dan periksa tanda krepitasi atau mobilitas.
Lakukan tes pisau lidah. Minta pasien untuk menggigit. Jika rahang retak, pasien
atau ekimosis.
Palpasi pada kondilus mandibula dengan meletakkan jari tangan di kanalis aurikularis
eksternus ketika pasien membuka dan menutup mulut. Nyeri atau sedikit pergerakan
21
Gambar22.PosisiCaldwell(Dolan,1984)
1.Zygomaticofrontalsuture
10.Frontalprocess
2.Orbitalprocessoffrontalbone
11.Lateralnasalwall
3.Anteriororbitalroof
12.Lateralmaxillarywall
4.Upper(palpable)rimoforbit
13.Hardpalate
5.Frontalsinus
14.Perpendicularethmoidplateandvomer
6.Laminapapyracea
15.Superiororbitalfissure
7.Posteriororbitalfloor
16.Obliqueorbitalline
8.Posteriorlacrimalcrest
17.Orbitalprocessofzygom
9.Anteriororbitalwall
Pada posisi submentovertex dilakukan untuk melihat zigomatik arches dan mandibula.
Informasi mengenai sinus frontalis, lateral orbita dan sphneoid mungkin terlihat.
22
Gambar23.PosisiSubmentovertex(Dolan,1984)
1.Zygomaticarch
7.Anteriorfrontalsinuswall
2.Lateralmaxillarysinuswall
8.Posteriorfrontalsinuswall
3.Lateralorbitalwall
9.Lateralnasalfossa
4.Greaterwingofthesphenoid
G=Glenoidfossa
5.Mandibularcondyle
Z=Zygomaticarch
6.Horizontalmandibularramus
M=Maxilla
Pada foto Waters (occipitomental view), yang memberikan hasil foto yang bagus pada
bagian pendukung zigoma dan dianggap paling membantu dalam evaluasi zigomatikum.
Fraltur, diambil pada posisi 30 derajat dari proyeksi oksipitomental. Foto bentuk ini tidak
berguna dalam mengevaluasi zigomatik arch, tapi dapat menunjukkan berat nya garis fraktur
pada bagian orbital lateral dan rima infraorbital.
23
Gambar24.FotoWaters(Dolan,1984)
1.Zygomaticofrontalsuture
19.
Uppermarginofzygomaticarch
2.Orbitalprocessoffrontalbone
20.
Lowermarginofzygomaticarch
4.Upper(palpable)rimoforbit
12.
Lateralmaxillarywall
5.Frontalsinus
13.
Hardpalate
6.Laminapapyracea
21.
Lower(palpable)rimoforbit
7.Posteriorflooroforbit
22.
lnfraorbitalforamen
18.Glenoidfossaoftemporomandibular
23.
Nasalarch
joint
Pada foto lateral, struktur kedua sisi cenderung untuk tumpang tindah dan untuk
menyamarkansatusamalain.Sellatursikatervisualisasidenganbaikdanberfungsisebagai
planum sphenoidale (dasar dari sinis sphenoid). Posisi lateral, seperti Caldwell view
merupakanproyeksimayoruntukevaluasitomografidaritraumawajah.
24
Gambar25.FotoLateral(Dolan,1984)
1.
2.
3.
4.
Frontalprocess
Zygomaticofrontal
Zygomaticprocessoforbit
Anterior surface of zygomatic
5.
6.
7.
8.
recessofmaxilla
Posteriorwallofzygomaticrecess
Coronoidprocessofmaxilla
Mandibularcondyle
Greatersphenoidalwing
25
9. III.8.2.CTScan
10.
wajah. Pasien dengan trauma wajah seringkali memiliki cedera kepala, sehingga CT scan
adalah cara yang cepat dan efisien untuk mengevaluasi cedera-cedera tersebut. Dalam kasus
tersebut, foto CT svan harus diperoleh pada interval 3mm baik pada potongan koronal dan
axial dan termasuk orbita. Dari gambar aksial, sangat mudah untuk mempelajari bagian
zigomatik arch, dinding orbital, dan sinus maksilaris. Sutura frontozigomatik dan infraorbital
dan rima orbital lateral paling baik dinilai pada potongan koronal.
11.
12. Gambar26.Potongankoronalfrakturzigomatikum.
13.
14. III. 9. Terapi
15.
16.
17. Pre Hospital
Airway: kelola oksigen dan pertahankan jalan nafas yang paten. Jaga imobilisasi
servikal. Bersihkan mulut dari benda asing atau debris, dan hisap darah jika terdapat
perdarahan di jalan nafas.
18.
19. Pengobatan dan Terapi Pembedahan
Terapi medis umum : berikan oksigen dan cairan kristaloid isotonik. Berikan
20.
fungsional. Tunggu selama 4-5 hari agar edema sudah berkurang sehingga deformitas akibat
fraktur dapat dinilai dengan mudah. Standar perawatan ZMC adalah dilakukan ORIF (Open
Reduction and Internal Fixation) dengan miniplat dan sekrup. Dasar orbita sering
dieksplorasi dan diperbaiki jika diperlukan.
23.
24. Gambar27.BerbagaiInsisiYangBerbedaUntukPenilaianPadaFrakturZigomatikomaksilari
Kompleks(Garri,2004)
25.
26. BeberapatreatmentuntukfrakturZMCyangbisadilakukan:
1. MetodeGillies
27.
28. Gambar28.TeknikGilliesmenggambarkansayatanpadabagiantemporal(panjang2cm),
2,5cmdarisuperiordananteriorhelix,dibagianrambutdankulitkepala.Insisitemporal
dilakukanuntukmenghindaraarteritemporalsuperior.
29.
2. Metodelateralalis
30.
31. Gambar29.Pendekatandarilateralalismemberikanaksesmudahdancepatketepi
superolateralorbita.Tidakadastrukturneurovaskularfungsionalyangpentingpada
pendekatanini.Kirakira2xmsayatanhorizontalditandaididalambataslateralalissejajar
denganfolikelrambutalis.Sayatandibuatmenembuskulit,subkutis,muskular,periosteumdan
terlihattulang.(Cornelius,2009).
32.
3. Metodedaribagianatassulkusbukalis
33.
34. Gambar30.Bagianbawahtulangtengkorak,yaknididaerahwajahbagiantengahlebihsering
menggunakanpendekatantransoral.Insisihorizontalmenembusmukoperiosteumvestibular
maxilladibuatdiatasmukogingivaljunction(Gerlich,2009).
35.
36.
37.
38. Gambar31.IntraoperatifPemasanganFiksasiRigidTitaniumPadaFraktur
ZigomatikmaksilariPadaFrakturMaksilariKompleks.
39.
40. Gambar 32. Pemasangan plat pada fraktur zigomatikum. Paling tidak dipasang dua buah fiksasi
(Garri, 2004).
41.
42. Fiksasi Intermaxilaris (IMF)
43.
Semua kasus dengan reduksi terbuka dan fiksasi miniplat di bius dengan
anastesi umum. Dibuat lubang dengan diameter 2mm lalu dipasang sekrup IMF 6-12mm.
Gunakan satu sekrup di masing-masing kuadran.
45.
tepat diatas hubungan mukogingival diantara kaninus dan premolar satu. Jari telunjuk kiri
diletakkan di fossa kaninus dimana tidak hanya sebagai jari yang memandu, tapi juga
mengkompresi jaringan vestibular untuk meminimalisasi penguraian jaringan lunak akibat di
bor. Sekrup IMF dimasukkan kedalam lubang yang sudah di bor sampai kepala sekrup
menyentuh dasar mukosa.
46.
Di mandibula, posisi sektrup ditentukan dari lokasi garis fraktur dan insisi
pada bagian maksila. Bagian yang paling dipilih adalah diantara kaninus dan premolar
pertama diikuti dengan ruang diantara premolar. Pada beberapa kasus, sekrup
dipasang di edentulosa area molar pertama. Semua sekrup IMF dicopot setelah 7 hari
post operatif tanpa anastesi (Sahoo, 2013).
47.
48.
49. Gambar 33. Sekrup X-Ray (Sahoo, 2013)
50.
51. III. 10. Prognosis
52.
Reduksi terbuka dan fiksasi internal dari fraktur wajah memberikan hasil,
pemulihan oklusi dan fungsi yang memuaskan. Fraktur wajah high-impact seringkali
berkaitan dengan cedera tubuh lain yang mungkin mengancam hidup. Pada fraktur
wajah low-impact jarang mengakibatkan kematian jika diberikan perawatan yang
tepat. Cedera jaringan luas atau avulsi dan patah tulang kominutif jauh lebih sulit
diobati dan mungkin memiliki hasil yang buruk. Perdarahan beart dari luka-luka pada
wajah bagian tengah dapat mengakibatkan kematian. obstruksi jalan nafas, jika tidak
diobati dengan baik, berkaitan dengan meningkatnya mortalitas (Sahoo, 2013).
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.BAB III
72.KESIMPULAN
73.
74.
daerah
superior
pada
os.frontalis),
sutura
zigomatikomaksilaris
Fraktur ZMC juga dikenal sebagai fraktur tetrapod yang merupakan fraktur
fasial kedua yang tersering terjadi setelah fraktur nasal. Tingginya insiden dari fraktur
ZMC berhubungan dengan lokasi zigoma yang lebih menonjol dan berstruktur
konveks. Fraktur ZMC terutama terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 4:1
dengan perempuan dan memuncak pada usia 20-30 tahun. Penyebab fraktur ZMC
yang paling sering adalah akibat benturan atau pukulan pada daerah inferolateral
orbita atau pada tonjolan tulang pipi dikarenakan kecelakaan kendaraan bermotor,
perkelahian, atau cedera olahraga.
76.
Fraktur ZMC biasanya melibatkan dinding bawah orbita tepat diatas nervus
alveolaris
inferior, sutura
zigomatikofrontal,
sepanjang
arkus
pada
sutura
zigomatikotemporal,
dinding
lateral
zigomatikomaksila,
dan
sutura
78.
79.
merupakan gold standard pada pasien dengan kecurigaan fraktur zigoma, untuk
mendapatkan pola fraktur, derajat pergeseran, dan evaluasi jaringan lunak orbital.
Secara spesifik CT scan dapat memperlihatkan keadaan pilar dari midfasial: pilar
nasomaksilari,
zigomatikomaksilari,
infraorbital,
zigomatikofrontal,
81.
Reduksi yang lebih akurat dengan pemasangan kawat sutural langsung atau
penempatan plat sutural langsung atau penempatan plat adaptasi (zigomatikofrontal)
kadang lebih disukai. Walaupun plat memberikan fiksasi yang bersifat kaku, jaringan
lunak tipis yang menutupinya memungkinkan plat menjadi menonjol dan teraba
sehingga nantinya harus dikeluarkan. Optimalnya, fraktur ditangani sebelum edema
pada jaringan muncul, tetapi pada prakteknya di lapangan hal ini sangat sulit
dilakukan, keputusan untuk penanganan tidak perlu dilakukan terburu-buru karena
fraktur zigoma bukan merupakan keadaan yang darurat. Penundaan dapat dilakukan
beberapa hari sampai beberapa minggu sampai edema mereda dan penanganan fraktur
lebih mudah. Penatalaksanaan fraktur zigoma tergantung pada derajat pergeseran
tulang, segi estetika dan defisit fungsional. Intervensi tidak selalu diperlukan karena
banyak fraktur yang tidak mengalami pergeseran atau mengalami pergeseran minimal.
82.