2014
ABSTRAKSI
Ikan nila (Oreochromis sp) yang dipelihara di kolam beton dan kolam terpal.
Dimana dalam penelitian ini diberikan dua perlakuan yaitu pemeliharaan ikan n i l a di
kolam beton dan di kolam terpal dengan tiga ulangan. Untuk mengetahui perbedaan
pengaruh dari perlakuan yang diberikan dilakukan Uji-t dan untuk mengetahui pengaruh
kualitas air terhadap pertumbuhan dilakukan penghitungan koefisien korelasi (r hitung).
Parameter kualitas air yang yang diamati meliputi suhu, DO, pH, kecerahan dan NH3.
Hasil Uji-t menunjukan bahwa t hitung (0,048) < t tabel (4,303), hal ini berarti tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kedua perlakuan. Sedangkan hasil koefisien korelasi
antara kualitas air dan pertumbuhan menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata
antara parameter kualitas air yang diamati terhadap pertumbuhan ikan nila.
Kata Kunci : Ikan nila, Kualitas air, Pertumbuhan
GROUPER FAPERIK
I.
PENDAHULUAN
2014
pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp)
yang merupakan unsur yang sangat
berperan penting terhadap pertumbuhan.
1.2. Permasalahan
Masalah dari penelitian ini adalah
apakah dengan menggunakan kolam
beton kualitas air lebih baik untuk
pertumbuhan ikan nila atau dengan
menggunakan kolam terpal.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini ialah
untuk mengetahui kualitas air yang lebih
baik antara kolam beton dan kolam terpal
untuk pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
sp).
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini
diharapkan ini dapat menjadi masukkan
dan informasi bagi masyarakat dibidang
perikanan mengenai kualitas air terhadap
pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp)
yang dipelihara dalam kolam beton dan
kolam terpal.
1.5. Hipotesa
Hipotesa dari penelitian adalah :
1. Diduga dengan menggunakan kolam
beton kualitas air akan lebih baik.
2. Diduga dengan menggunakan kolam
terpal kualitas air akan lebih baik
II.
METODE PENELITIAN
GROUPER FAPERIK
2014
A2
A3
B1
B2
B3
Keterangan :
A dan B adalah perlakuan
1 dan 2 adalah ulangan
Untuk mengetahui hubungan
antara kualitas air dan pertumbuhan ikan
nila yang dipelihara di kolam beton dan
terpal dihitung dengan menggunakan
model regresi berganda (Walpole, 1982
dalam
Maryani
dkk, 2007) dengan
rumus sebagai berikut :
GROUPER FAPERIK
2014
3. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) rata-rata
setiap 2 (dua) minggu pada setiap
perlakuan selama penelitian menunjukan
bahwa pH perairan pada perlakuan A
adalah 5,1, sedangkan perlakuan adalah
B 5,3. Menurut Kordi dan Tancung (2007),
menyatakan bahwa dalam
budidaya
pada pH 5 masih dapat ditolerir oleh ikan
tapi pertumbuhan ikan akan terhambat.
Namun
ikan
dapat
mengalami
pertumbuhan yang optimal pada pH 6,59,0. Menurut Asmawi (1983), bahwa
derajat keasaman yang masih dapat
ditolerir oleh ikan air tawar adalah 4,0.
Sedangkan menurut Anonim (2010), pH
air yang baik untuk budidaya ikan nila
adalah 6-8,5 dengan kisaran optimum 7-8.
Dengan
demikian,
kisaran
derajat
keasaman selama penelitian masih
berada dalam batas yang cukup baik bagi
ikan. Berdasarkan analisis korelasi pH
terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila
(Oreochromis sp) selama
masa
2
penelitian dihasilkan R
= 38,9% atau
0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat
hubungan yang rendah antara pH dan
pertumbuhan relatif.
4. Kecerahan
Kecerahan yang diukur setiap 2
(dua) minggu pada setiap perlakuan
selama penelitian menunjukan bahwa
kecerahan rata-rata perairan berkisar
antara 20 30 cm. Kekeruhan pada
kolam beton maupun terpal diduga
disebabkan oleh fitoplankton
karena
terlihat dari air yang berwarna hijau
muda.
Menurut Kordi dan Tancung
(2007), kekeruhan yang baik adalah
kekeruhan yang disebabkan oleh jasadjasad renik atau plankton. Adapun
tingkat kecerahan yang baik untuk
kehidupan ikan adalah 30-40 cm yang di
ukur dengan menggunakan secchi disk.
Apabila kedalaman kurang dari 25 cm,
maka pergantian air harus cepat dilakukan
sebelum fitoplankton mati berurutan yang
diikuti penurunan oksigen terlarut secara
drastis. Ditambahkan oleh
Anonim
(2010), bahwa kisaran kecerahan yang
disukai oleh ikan nila adalah 20-35 cm.
Berdasarkan analisis korelasi kecerahan
GROUPER FAPERIK
2014
pertumbuhan relatif (%) pada waktu
pemeliharaan selama 2 minggu dapat di
lihat pada tabel 1 dibawah ini.
Dari Tabel 1 dapat terlihat bahwa
kecepatan pertumbuhan relatif (%) ikan
nila (Oreochromis sp) sampai akhir masa
pemeliharaan adalah pada perlakuan A
dan B mengalami pertumbuhan yang tidak
jauh berbeda. Dari
hasil Ujit
pertumbuhan relative menunjukan bahwa
pertumbuhan pada pemeliharaan ikan
antara perlakuan A dan B adalah thitung
< t0,05 (n-1) terima Ho : sehingga
disimpulkan bahwa data menunjukan tidak
ada perbedaan yang nyata antara
perlakuan A dan B.
Tabel 2. Kecepatan
Pertumbuhan
R elatif
(%)
Ikan
Nila
(Oreochromis
sp)
Selama
Pemeliharaan.
Berat Berat
RatarataKecepatan
Perlakuan
rat
rata
pertumbuhan
awal
akhir
Relatif (%)
(gr)
(gr)
A
3,19
70,55
471,9
B
3,72
73,9
440,24
Tinggi pertumbuhan relatif ikan uji
pada perlakuan A maupun perlakuan B
disebabkan oleh padat penebaran yang
rendah sehingga tidak terjadi kompetisi
terhadap ruang gerak serta makanan yang
diberikan dapat dimanfaatkan secara
optimal oleh ikan serta kondisi air yang
cukup baik bagi pertumbuhan ikan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Mantau
(2005) yang menyatakan bahwa padat
penebaran, kualitas pakan serta kualitas
air
yang
baik
dapat
menunjang
pertumbuhan ikan. Untuk jelasnya,
kecepatan pertumbuhan relatif (%) selama
masa pemeliharaan dari kedua perlakuan
dapat dilihat pada grafik gambar 2.
Dari grafik
tersebut
dapat
terlihat
dari
setiap perlakuan
menunjukan pertumbuhan ikan nila
(Oreochromis sp) yang dipelihara masih
meningkat pada setiap 2 (dua) minggu,
dimana pertumbuhan relatif perlakuan A
lebih tinggi dibandingkan perlakuan B.
GROUPER FAPERIK
Gambar 1.
2014
Grafik
Kecepatan
Pertumbuhan Relatif (%)
Ikan Nila dari Masing-masing
Perlakuan Selama Masa
Penelitian.
3.3. Mortalitas
Mortalitas merupakan persentase
dari jumlah ikan yang mati dari populasi.
Selama berlangsungnya penelitian dalam
waktu 10 minggu tidak ada mortalitas
(tingkat mortalitas 0%). Tidak adanya
mortalitas selama penelitian menunjukan
kemampuan dari ikan nila (Oreochromis
sp) yang dipelihara dalam kolam beton
dan terpal mampu beradaptasi dengan
lingkungan perairan.
Menurut Suyanto (1993), ikan nila
terkenal sebagai ikan yang sangat tahan
terhadap perubahan lingkungan hidup dan
memiliki kemampuan adaptasi yang baik
terhadap berbagai jenis air.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan selama 10 minggu masa
pemeliharaan ikan nila maka dapat
disimpulkan bahwa kualitas air yang
meliputi suhu, oksigen terlarut (DO),
derajat keasaman (pH), kecerahan, dan
amoniak (NH3) masih masuk dalam
kisaran yang dapat ditolerir oleh ikan nila.
Pertumbuhan relatif ikan nila
pada perlakuan A lebih tinggi dan
dibandingkan dengan perlakuan B.
Meskipun demikian namun hasil Uji t
menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan
antara
kedua
perlakuan.
Hubungan antara kualitas air dan
pertumbuhan relatif menunjukan tingkat
hubungan yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Budidaya Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Diakses
dari
http://pdfcari.com
pada
tanggal 23 Februari 2011.
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan
Dalam
Karamba.
Gramedia.
Jakarta
Djatmika, 1986. Usaha Perikanan Air
Deras. Simplek. Jakarta
Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007.
Pengelolaan Kualitas Air. PT
Rineka Cipta, Jakarta
Maryani,
Rosita
dan
I.
Torang.
2007.
Hubungan Kualitas Air
Dengan
Populasi
Bakteri
Aeromonas
sp
di
Sungai
Kahayan.
Program
Studi
Budidaya
Perairan.
Faperta.
UNPAR.
Suyanto, 1993. Nila. PT. Penebar
Swadaya, Anggota IKAPI, Jakarta