Anda di halaman 1dari 65

Apakah kita yakin telah terjadi

Perubahan Iklim ???

SADARKAH KITA ?

Bahwa di sekeliling kita


terdapat potensi bahaya
(hazards)

Suatu kejadian bahaya dapat berubah menjadi


bencana manakala kemampuan masyarakat
(dalam menghadapi bencana) lebih rendah
dibanding dengan tingkat bahaya yang
mungkin terjadi padanya

BAHAYA

KAPASITAS DALAM
MENGHADAPI BAHAYA

Apabila kemampuan masyarakat (dalam


menghadapi bencana) lebih besar dibanding
dengan tingkat bahaya yang mungkin terjadi
padanya bukan termasuk bencana

BAHAYA
KAPASITAS DALAM
MENGHADAPI BAHAYA

Perubahan
Iklim

Perubahan
Fisik
Lingkungan

Sea Level
Rise

Dampak Pada Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil


Morfologi
Pantai

Ekosistem
Alamiah

Permukiman

Sumberdaya
Air

Infrastruktur
Pantai

Perikanan

Genangan di
Lahan Rendah
dan Rawa
Erosi Pantai

Perubahan
Pola Angin

Gelombang
Besar dan
Flooding
Intrusi Air Laut
ke Sungai dan
Air tanah

Pemanasan
Global

Kenaikan
Muka Air
Sungai
Perubahan
Pasut dan
Gelombang

Perubahan Presipitasi
dan Pola Hidrologi

Perubahan
Endapan
Sedimen

Perubahan Atmosfer
dan Suhu Air
6

Sumber : Subandono, DKP

Kita cermati Perubahan Iklim


yang terjadi pada Skala Global

Carbon dioxide concentration (ppmv)

360

Mauna Loa (Hawaii)

340

320

Antartic
300

280
1700

1750

1800

1850
Time-years

1900

1950

2000

(UNESCO/ROSTSEA, 1992)

PERKEMBANGAN CARBON DIOXIDE DI ATMOSFIR (1745-1990)

(UNESCO/ROSTSEA, 1992)
TEMPERATUR
UDARA BULANAN MAKSIMUM DAN KARBON DIOKSIDA 1982-1989
9

Dunia saat ini

10

Sumber : Subandono, DKP

Mt. Hood, Oregon, 2002

11

Pelelehan es di Greenland

1992

2002

2005
12

Kita cermati Perubahan Iklim


yang terjadi pada Skala Lokal

Pantura Jawa
(Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah)

1. SEA LEVEL RISE (KENAIKAN PARAS AIR LAUT)


Y = 0,373X + 71,50
R = 0,848

Kondisi paras air laut bulanan Perairan Semarang Mei 1985 Agustus 1998
(sumber : Bakosurtanal, 2002)
y = 0,728x + 63,70
R = 0,746

Kondisi muka air laut bulanan Perairan Semarang Maret 2003 November
2008 (sumber : BMKG, 2008)

SLRr = SLRtotr - LSBr

Y = 0,373X + 71,50
R = 0,848

dimana :
SLRtot : Kenaikan paras Air Laut Total rata-rata (sebelum dikoreksi
dengan land Subsidence)
LSBr : Penurunan tanah (Land Subsidence) rata-rata
SLRr : Kenaikan paras Air Laut rata-rata
LSBr

= (5,165 cm/tahun + 6,5 cm/tahun) / 2


= 5,832 cm/tahun
y = 0,728x + 63,70
R = 0,746

SLRr

=
=
=
=

SLR totr LSBr


6,606 cm/tahun - 5,832 cm/tahun
0,774 cm/tahun
7,74 mm/tahun

Kenaikan Muka Air Laut

Kondisi muka air laut bulanan Perairan Jakarta Tahun 1984 - 2001

Menurut penelitian dari tim ITB Bandung dengan BRKP DKP tahun 2007
yang dipublikasikan di Media Suara Pembaharuan 1 Maret 2008, diperoleh
keterangan bahwa tren kenaikan muka air laut menunjukkan kenaikan
sebesar 8 mm/tahun.
(sumber : Bakosurtanal, 2002)

2. PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN


Y = 0,373X + 71,50
R = 0,848

Penghujan

Kemarau

Penghujan

y = 0,728x + 63,70
R = 0,746

Kemarau

Terjadinya perubahan pola


curah hujan dengan
indikator kekeringan yang
cukup panjang pada musim
kemarau serta curuah hujan
yang sangat tinggi pada
musim penghujan.

Perubahan Curah Hujan


Serang

Jakarta

Cirebon

Semarang

(Sumber : Pengolahan Data Sekunder dari Data BMG tahun 1977-2007)

3. PERUBAHAN TEMPERATUR UDARA


Serang

Jakarta

Cirebon

Semarang

Kisaran kenaikan temperatur udara di Pantai Utara Prov. Banten s/d Jawa Tengah
0,0040,04C/tahun, diperkirakan untuk 100 tahun mendatang kenaikan temperatur
udara berkisar antara 0,5 4 C
(Sumber : Pengolahan Data Sekunder dari Data BMG tahun 1977-2007)

4. PERUBAHAN TEMPERATUR PERAIRAN LAUT


Kepulauan Seribu, Prov. DKI Jakarta

Grafik Multy-years temperatur permukaan air laut (SST), Hotspot dan Degree
Heating Weeks (DHW) di Perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta (tahun 2000
2008)

Kepulauan Seribu, Prov. DKI Jakarta


Temperatur permukaan air laut di Kepulauan Seribu dari tahun 2000 2007 berada
diatas nilai temperatur rata rata bulanan dengan selisih nilai terbesar mencapai 2,2 C.
Sedangkan untuk tahun 2008 temperatur permukaan air laut berada dibawah nilai
temperatur rata rata bulanan dengan selisih nilai terbesar mencapai 1,1 C.

Perubahan Temperatur Pemukaan Air Laut (C)

2.5
2

1.5
1
0.5
0
-0.5

-1
-1.5
2000

2001

2002

2003

2004

2005
Tanggal

2006

2007

2008

Perubahan Temperatur Pemukaan Air Laut

Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah

Grafik Multy-years temperatur permukaan air laut (SST), Hotspot dan Degree
Heating Weeks (DHW) di Perairan Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah (tahun
2000 2008)

Kepulauan Karimunjawa, Prov. Jawa Tengah


Temperatur permukaan air laut di Kep. Karimunjawa dari tahun 2000 2007 berada
diatas nilai temperatur rata rata bulanan dengan selisih nilai terbesar mencapai 1,9 C.
Sedangkan untuk tahun 2008 temperatur permukaan air laut berada dibawah nilai
temperatur rata rata bulanan dengan selisih nilai terbesar mencapai 1,1 C.
Perubahan Temperatur Pemukaan Air Laut (C)

2.5
2

1.5
1
0.5
0
-0.5

-1
-1.5
2000

2001

2002

2003

2004

2005
Tanggal

2006

2007

2008

Dampak Perubahan Iklim di


Wilayah Pesisir

Kondisi Genangan Akibat Air Pasang (ROB)


Eretan Kulon

Pondok Bali

Taruma Jaya

Selamaran

Semarang

Bedono

Geomorfologi Pantai (Profil Pantai)


Wilayah Administrasi
No

Lokasi/Koordinat

1. Desa Tanjung Sari, Kab. Pati


Desa Gegunung Kulon, Kab.
Rembang
Desa Temperak, Kab. Rembang
Desa Bedono, Kab. Demak
Pantai Maron, Kota Semarang
Pantai Depok, Kab. Pekalongan
Krematorium, Kota Pekalongan
Pantai Widuri, Kab. Pemalang
Kel. Sugih Waras, Kab. Pamalang
2. Pantai Tirtamaya, Kab. Indramayu
Pantai Balongan, Kab. Indramayu
Eretan Kulon, Kab. Indramayu
Pantai Pondok Bali, Kab. Subang
Pantai Pisangan, Kab. Karawang
3. Kali Baru, Kota Jakarta Utara
Marunda, Kota Jakarta Utara
4. Dadap, Kota Tangerang
Tanjung Pasir, Kab. Tangerang
Karang Serang, Kab. Tangerang
Desa Lontar, Kab. Serang
Labuhan, Kab. Pandeglang

Kelereng Jenis
(%)
Tanah
2,7 - 4,5 Aluvial

Profil Pantai
Proses
Pemanfatan yang dominan saat ini
Pantai
Abrasi
Tambak

2,6 - 2,8 Aluvial

Abrasi

Pemukiman dan PPI

3,9 - 4,4
0,8 - 1,4
1,7 - 3,1
4,1 - 4,4
4,4
2,2 - 2,8
1,5 - 2,4
3,7 - 4,7
1,9 - 3,4
5,3 - 5,5
2,2 - 3,2
3,2 - 4,2
8,7 - 11,5
3,7 - 5,6
3,4 - 4,2
4,3 - 4,9
1,2 - 2,4
1,9 - 2,7
2,8 - 6,7

Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi

Pemukiman dan Tempat Penjemuran Ikan


Pemukiman dan Tambak
Daerah Wisata
Daerah Wisata dan Perkebunan
Pemukiman, Tambak dan Krematorium
Daerah Wisata dan Lahan Kosong
Pemukiman dan PPI
Daerah Wisata dan Pemukiman
Daerah Wisata dan Pemukiman
Pemukiman dan PPI
Daerah Wisata dan Pemukiman
Daerah Wisata dan Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Daerah Wisata dan Pemukiman
Daerah Wisata dan Pemukiman
Pemukiman dan PPI
Daerah Wisata dan Pemukiman

Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial

Geomorfologi Pantai (Jenis Sedimen)


No.

Lokasi

Gradasi Bahan Sampel


Sedimen (%)
Krikil Pasir Lanau Lempung

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tanjung Sari
Gegunung Kulon
Temperak
Bedono
Silandak
Widuri
Sugih Waras
Slamaran
Depok

0
0
0
0
1,55
1,5
1,4
1,7
2,7

1,4
97,9
97,2
4,6
85,4
86,5
95
90,3
93,7

67,6
2,1
2,8
82,73
13,05
12
3,5
8
3,6

31
0
0
12,67
0
0
0
0
0

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Tirtamaya
Balongan
Eretan Kulon
Pondok Bali
Pisangan
Kali Baru
Marunda
Dadap Kosambi
Tanjung Pasir
Karang Serang
Lontar
Labuhan

1,8
2,2
1,6
1,5
3,7
30,3
0
39
1,3
34,4
0
61,7

90,5
89,3
7
91
92
66,1
51,7
57,3
96,3
53,2
62,1
35,8

7,7
8,5
73,51
7,5
4,3
3,6
48,3
3,7
2,4
12,4
37,9
2,5

0
0
17,89
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Jenis Bahan Sedimen


Dominasi Lanau dan sedikit
lempung
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir
Dominasi Lanau
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir
Dominasi Lanau dan sedikti
lempung
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir
Dominasi pasir dan sedikit krikil
Dominasi pasir dan sedikti Lanau
Dominasi Pasir dan sedikit krikil
Dominasi Pasir
Dominasi Pasir dan sedikit krikil
Dominasi Pasir dan sedikit lanau
Dominasi Krikil

Porositas
(%)

Angka
Pori

67,350
46,310
45,910
56,800
46,290
50,850
48,400
54,110
51,050

2,063
0,863
0,849
1,315
0,862
1,035
0,938
1,179
1,043

50,760
51,710
60,950
56,350
48,010
46,850
59,280
47,790
47,290
56,910
59,090
42,820

1,031
1,071
1,561
1,291
0,924
0,882
1,456
0,915
0,897
1,321
1,445
0,749

ANALISA KEMUNDURAN GARIS PANTAI


No

Lokasi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Tanjungsari Pati
Gunungkulon Rembang
Tempera Rembang
Bedono Sayung Demak
Maron Semarang
Depok Pekalongan
Slamaran Pekalongan
Widuri Pemalang
Sugehwaras Pemalang
Tirtamaya Indramayu
Balongan Indramayu
Eretan kulon Indramayu
Pondok Bali Subang
Pisangan Karawang
Kali Baru Jakarta Utara
Marunda Jakarta Utara
Dadap Tangerang
Tanjung Pasir Tangerang
Karang Serang Tangerang
Lontar Serang
Labuhan Pandeglang

R
MSL
s
(m)
(m)
1 0,04 0,00
1 0,03 0,00
1 0,04 0,00
1 0,01 0,00
1 0,02 0,00
1 0,04 0,00
1 0,04 0,00
1 0,03 0,00
1 0,02 0,00
1 0,04 0,00
1 0,02 0,00
1 0,05 0,00
1 0,02 0,00
1 0,03 0,00
1 0,09 0,00
1 0,06 0,00
1 0,04 0,00
1 0,04 0,00
1 0,01 0,00
1 0,02 0,00
1 0,03 0,00

MSLR
(m)
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00

L. Tide
(m)
-0,58
-0,84
-0,97
-0,45
-0,45
-0,43
-0,40
-0,42
-0,42
-0,39
-0,39
-0,39
-0,43
-0,49
-0,57
-0,57
-0,59
-0,58
-0,55
-0,50
-0,64

Perhitungan
H. Tide Topomax H B
L
(m)
(m) (m) (m) (m)
0,64
0,85 1,58 -0,15 53,41
0,78
1,39 1,84 0,39 105,72
0,83
1,10 1,97 0,10 46,75
0,40
1,29 1,45 0,29 127,17
0,40
1,34 1,45 0,34 57,72
0,35
1,50 1,43 0,50 43,84
0,33
1,00 1,40 0,00 27,90
0,34
1,69 1,42 0,69 95,80
0,34
1,18 1,42 0,18 65,76
0,40
1,15 1,39 0,15 32,55
0,41
1,50 1,39 0,50 67,01
0,44
0,95 1,39 -0,05 24,36
0,47
1,38 1,43 0,38 55,92
0,50
1,14 1,49 0,14 38,66
0,53
1,93 1,57 0,93 25,26
0,53
1,59 1,57 0,59 50,98
0,55
0,86 1,59 -0,14 42,45
0,55
1,49 1,58 0,49 42,20
0,54
2,11 1,55 1,11 109,69
0,52
1,31 1,50 0,31 66,45
0,70
2,52 1,64 1,52 50,32

P
D1
(%) (m)
67,35 22,42
38,46
25,32
56,80 133,33
59,17
24,10
22,78
35,71
66,67
27,03
50,00
60,95 18,87
45,45
31,45
11,56
59,28 17,86
24,10
23,26
83,33
59,09 50,76
34,97

D2 Pasir D2 Lumpur
(m)
(m)
25,51
47,48
22,66
42,27
32,23
22,82
19,99
45,32
41,16
21,07
35,57
11,21
30,95
23,65
10,11
14,20
29,25
20,40
41,23
21,97
15,96

D
(m)
47,94
85,94
47,98
175,60
91,40
46,92
42,77
81,03
107,83
48,10
85,57
30,08
76,40
55,10
21,67
32,05
53,34
43,66
124,56
72,73
50,93

Kondisi Abrasi Pantai


Desa Lontar

Pantai Pisangan

Karang Serang

Kali Baru

Tanjung Sari

Rembang

Kondisi Ekosistem Mangrove


Ulujami

Pasar Bangi

Pondok Bali

Muara Angke

Teluk Naga

Banten

Dokumentasi Kerusakan Pantai di Kab. Pemalang (1)

Dokumentasi Kerusakan Pantai di Kab. Pekalongan (2)

Dokumentasi Kerusakan Pantai di Kota Pekalongan (3)

ANALISA POTENSI BAHAYA


Variabel variabel yang digunakan dalam perhitungan Potensi Bahaya
Variabel
Geomorphologi

Erosi/akresi pada garis


pantai (m/tahun)
Kemiringan pantai (%)
Perubahan elevasi
muka air relatif
(mm/tahun)
Rata - rata tinggi
gelombang (m)
Rata - rata kisaran
pasang surut (m)

Rendah
Sedang
Tinggi
1
2
3
Pantai berbatu, Estuari, laguna, Pantai Berpasir, berteluk,
pantai
pantai berkrikil berlumpur, rawa payau,
bertebing
delta, mangrove,
terumbu karang
>1

-1,0 - 1,0

> -1

> 1,9

0,6 - 1,9

< 0,6

< 1,8

1,8 - 3,4

> 3,4

< 1,1

1,1 - 2,6

> 2,6

> 4,0

2,0 - 4,0

< 2,0

(Sumber : USGS, 2007, dimodifikasi 2008)

ANALISA POTENSI BAHAYA


Klasifikasiyang digunakan dalam perhitungan Potensi Bahaya
Kelas Potensi Bahaya
Kelas

Deskripsi

0,1 - 1,0

Rendah

1,1 - 2,0

Sedang

2,1 - 3,0

Tinggi

(Sumber : USGS, 2007, dimodifikasi 2008)

ANALISA POTENSI BAHAYA


Hasil Perhitungan Potensi Bahaya
No

Wilayah Administrasi

1. Ds Temperak, Rembang

2.

3.

4.

Ds Gegunung Kulon, Rembang


Ds Tanjung Sari, Pati
Ds Bedono, Demak
P. Maron, Semarang
P. Depok, Pekalongan
P. Krematorium, Pekalongan
P. Widuri, Pemalang
Ds Sugih Waras, Pamalang
P. Tirtamaya, Indramayu
P. Balongan, Indramayu
Ds Eretan Kulon, Indramayu
P. Pondok Bali, Subang
P. Pisangan, Karawang
Kali Baru, Jakarta Utara
Marunda, Jakarta Utara
Dadap, Tangerang
Tanjung Pasir, Tangerang
Karang Serang, Tangerang
Ds Lontar, Serang

Erosi/akresi
Geomor
Kemiringan
pada garis
phologi
pantai
pantai
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3

Skor
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3

Skor
1
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2

Perubahan
Rata - rata
Rata - rata
elevasi
kisaran
tinggi
muka air
pasang
gelombang
relatif
surut
Skor
Skor
Skor
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3

Rata
Rata
2,3
2,2
2,2
2,5
2,3
2,2
2,3
2,2
2,3
2,5
2,7
2,5
2,5
2,5
2,3
2,5
2,2
2,5
2,5
2,7

ANALISA KERENTANAN PANTAI


Variabel variabel yang digunakan dalam perhitungan Kerentanan Pantai
No

Penerima Dampak

< 50

2
3
4

Perpindahan
Penduduk
(jumlah pemukiman)
Penduduk
Penduduk
Dampak ekonomi

Konsekuensi (Dampak)
Sedang
2
50 100
> 100

< 10
0
Kerugian ekonomi sedang
terhadap sejumlah kecil
pengusaha

10 25
15
Kerugian ekonomi yang
sedang, terutama terhadap
banyak pengusaha

Jasa pelayanan penting

Kerugian untuk satu atau


beberapa hari

Kerusakan untuk beberapa


Kerugian jangka panjang yang
hari sampai beberapa minggu sangat luas pada jasa pelayanan

Infrastruktur

Kerugian untuk satu atau


beberapa hari

Jasa pelayanan Komersial Kerugian untuk satu atau


beberapa hari

Kerusakan untuk beberapa


Kerusakan bagian penting dari
hari sampai beberapa minggu jaringan infrastruktur sehingga
perlu pembangunan ulang atau
relokasi
Kerusakan untuk beberapa
Kerugian jangka panjang yang
hari sampai beberapa minggu sangat luas pada jasa pelayanan

Ekosistem

Kecil
1

Kerusakan kecil pada


beberapa sumber daya
alam

Kerusakan sedang pada


beberapa sumber daya alam

Besar
3

> 25
>5
Kerugian ekonomi yang sangat
besar termasuk melibatkan banyak
orang dan/atau perusahaan
dan/atau pemerintahan setempat

Kerusakan pada beberapa sumber


daya alam secara keseluruhan

(Sumber : Ministry For Environment New Zeland Goverment, 2008, 2007, dimodifikasi 2008)

Sumber : Ministry For Environment New Zeland Goverment, 2008

An example of the
level of
consequences for
different receptors
affected by hazard
occurrence. The
criteria for such a
table are likely to be
specific to each
region.

ANALISA KERENTANAN PANTAI


Hasil Perhitungan Kerentanan Pantai
No

Wilayah Administrasi

Jumlah
Pemukiman

Jumlah Jumlah
Jasa
Jasa
Dampak
InfraEko- Rata
Penduduk Korban
pelayanan
pelayanan
ekonomi
struktur
sistem
Terdampak Jiwa
penting
Komersial

Rata

1.

2.

3.
4.

Ds Tanjung Sari, Pati


Ds Gegunung Kulon,
Rembang
Ds Temperak, Rembang
Ds Bedono, Demak
P. Maron, Semarang
P. Depok, Pekalongan
P. Krematorium, Pekalongan
P. Widuri, Pemalang
Ds Sugih Waras, Pamalang
P. Tirtamaya, Indramayu
P. Balongan, Indramayu
Ds Eretan Kulon, Indramayu
P. Pondok Bali, Subang
P. Pisangan, Karawang
Kali Baru, Jakarta Utara
Marunda, Jakarta Utara
Dadap, Tangerang
Tanjung Pasir, Tangerang
Karang Serang, Tangerang
Ds Lontar, Serang

Skor
1

Skor
1

Skor
1

Skor
2

Skor
1

Skor
1

Skor
2

Skor
1

1,3

3
3
3
1
1
3
1
2
1
1
3
2
3
3
2
3
2
2
2

3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2

2
2
3
1
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2

3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3

2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2

1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1

2,3
2,4
2,6
1,9
1,8
2,4
1,8
2,3
2,3
2,0
2,4
2,5
2,5
2,3
2,1
2,1
1,9
2,1
2,0

ANALISA KERENTANAN PANTAI


Klasifikasi yang digunakan dalam perhitungan Kerentanan Pantai

Kelas Kerentanan
Kelas

Deskripsi

0,1 - 1,0

Kecil

1,1 - 2,0

Sedang

2,1 - 3,0

Besar

(Sumber : Ministry For Environment New Zeland Goverment, 2008, 2007, dimodifikasi 2008)

ANALISA KERENTANAN PANTAI


Metode Perhitungan

Klasifikasiyang digunakan dalam perhitungan Potensi Bahaya


Kelas Resiko
Kelas

Deskripsi

0,1 - 0,7
0,8 - 1,4
1,5 - 2,1

Rendah
Sedang
Tinggi

(Sumber : USGS, 2007, dimodifikasi 2008)

ANALISA RESIKO
Hasil perhitungan Resiko
No
1.

2.
3.

4.

Potensi Kerentanan
Resiko Kelas Deskripsi
Bahaya
Pantai
Desa Lontar, Serang
2,7
2
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Karang Serang, Tangerang
2,5
2,1
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Tanjung Pasir, Tangerang
2,5
1,9
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Dadap, Tangerang
2,2
2,1
2,2
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Marunda, Jakarta Utara
2,5
2,1
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Kali Baru, Jakarta Utara
2,3
2,3
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Pisangan, Karawang
2,5
2,5
2,5
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Pondok Bali, Subang
2,5
2,5
2,6
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Eretan Kulon, Indramayu
2,5
2,4
2,5
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Balongan, Indramayu
2,7
2
2,2
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Tirtamaya, Indramayu
2,5
2,3
2,4
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Tanjung Sari, Pamalang
2,3
2,3
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Widuri, Pemalang
2,2
1,8
2,0
1,5 - 2,1 Sedang
P. Krematorium, Pekalongan
2,3
2,4
2,4
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Depok, Pekalongan
2,2
1,8
2,0
1,5 - 2,1 Sedang
P. Maron, Semarang
2,3
1,9
2,2
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Bedono, Demak
2,5
2,6
2,8
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Tanjung Sari, Pati
2,3
1,3
1,8
1,5 - 2,1 Sedang
Desa Gegunung Kulon, Rembang
2,2
2,3
2,2
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Temperak, Rembang
2,2
2,4
2,5
2,2 - 2,8
Tinggi
Wilayah Administrasi

Issu Issu
Isu-isu Global dari Perubahan Iklim di Dunia :
Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) telah memperkirakan bahwa antara tahun 1750-2005 konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer meningkat dari sekitar 280 ppm (parts per million) menjadi
379 ppm per tahun dan sejak itu terus meningkat dengan kecepatan 1,9 ppm per tahun.
Akibatnya, pada tahun 2100 nanti suhu global dapat naik antara 1,8 hingga 2,9 derajat.
Meningkatnya suhu lautan, naiknya permukaan laut, pencairan es dan berkurangnya
salju di belahan bumi utara.
Isu-isu yang terdapat di Kabupaten Brebes:
Kekeringan dan puso yang disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dan hidrologi.
Bertambahnya daerah yang rentan terhadap badai tropis (angin puting beliung) yang
disebabkan perubahan pola angin.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah.

Issu Issu
Isu-isu yang terdapat di Kabupaten dan Kota Tegal :
Erosi pantai dalam kurun waktu 1997-2003 dengan rata-rata perubahan luas sebesar 0,8
ha/th.
Genangan air pasang (rob) yang mengancam daerah pemukiman, lahan pertambakan,
lahan pertanian dan pelabuhan.
Bertambahnya daerah yang rentan terhadap banjir seperti di daerah (Kec. Adiwerna,
Dukuh Turi, Dukuwaru, Kedung Banteng, Kramat, Suradadi, Warureja, Margadana,
Pagerbarang, Pangkah, Slawi, Talang, Tarub, Tegal Barat, Tegal Selatan dan Tegal Timur)
dan kekeringan yang disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dan hidrologi.
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat seperti di daerah Kec.
Tegal Barat Kota Tegal.
Bertambahnya daerah yang rentan terhadap badai tropis (angin puting beliung) yang
disebabkan perubahan pola angin.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah.
Isu-isu yang terdapat di Kab. Pemalang:
Abrasi yang terjadi di sebelah timur jetty Tanjungsari Pantai Sugihwaras, Kec. Pemalang.
Genangan air pasang (rob) yang terjadi pada kawasan pemukiman, pelabuhan, tambak
dan daerah wisata, terutama terjadi pada tempat-tempat yang dekat dengan saluran air.
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat.
Kekeringan dan puso yang disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dan hidrologi.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah.

Issu Issu
Isu-isu yang terdapat di Kabupaten dan Kota Pekalongan :
Abrasi yang terjadi di beberapa pantai yaitu Pantai Depok dan Krematorium sudah
masuk ke daratan melalui daerah yang tidak berdinding pantai dan fasilitas pariwisata
yang ada.
Erosi pantai dalam kurun waktu 1997-2003 dengan rata-rata perubahan luas sebesar 4,1
ha/th.
Genangan rob yang meluas hingga menggenangi daerah pemukiman, infrastruktur,
perkantoran, tambak dan ekosistem pesisir.
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat seperti di Kec
Pekalongan Utara Kota Pekalongan.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah.
Bertambahnya daerah yang rentan terhadap badai tropis (angin puting beliung) yang
disebabkan perubahan pola angin.
Isu-isu yang terdapat di Kab. Kendal:
Erosi pantai dalam kurun waktu 1997-2003 dengan rata-rata perubahan luas sebesar 3,4
ha/th.
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat.
Kekeringan dan puso yang disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dan hidrologi.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah.

Strategi Adaptasi terhadap


Perubahan Iklim

Strategi dalam pengurangan dampak perubahan iklim dengan adaptasi juga


perlu dipertimbangkan, hal ini dikarenakan, antara lain :
1. Perubahan iklim tidak bisa dihindari secara keseluruhan
2. Antisipasi dan pencegahan adaptasi akan lebih efektif dan lebih hemat
dibandingkan menanggulangi
3. Perubahan iklim datangnya tak terduga
4. Mempersiapkan adaptasi terhadap variabilitas iklim dan kejadian atmosfer
yang ekstrim
5. Segera mengganti kebijakan dan praktik yang mal adaptasi
6. Kedepannya perubahan iklim akan menguntungkan seperti halnya
ancaman yang disebabkannya

United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia (2007) dalam laporannya berjudul
"Sisi lain perubahan iklim: Mengapa Indonesia harus beradaptasi untuk melindungi
rakyat miskinnya" telah meringkas beberapa ancaman utama perubahan iklim terhadap
rakyat miskin, antara lain:

1. Sumber nafkah Pengaruh perubahan iklim lebih berat menimpa masyarakat paling miskin. Banyak
di antara mereka mencari nafkah di bidang pertanian atau perikanan sehingga sumber-sumber pendapatan
mereka sangat dipengaruhi oleh iklim.Apakah itu di perkotaan ataukah di pedesaan mereka pun umumnya
tinggal di daerah pinggiran yang rentan terhadap kemarau panjang, misalnya, atau terhadap banjir dan
longsor. Terlalu banyak atau terlalu sedikit air merupakan ancaman utama perubahan iklim. Dan ketika
bencana melanda mereka nyaris tidak memiliki apapun untuk menghadapinya.

2. Kesehatan Curah hujan lebat dan banjir dapat memperburuk sistem sanitasi yang belum memadai
di banyak wilayah kumuh di berbagai daerah dan kota, sehingga dapat membuat masyarakat rawan terkena
penyakit-penyakit yang menular lewat air seperti diare dan kolera. Suhu tinggi dan kelembapan tinggi yang
berkepanjangan juga dapat menyebabkan kelelahan akibat kepanasan terutama di kalangan masyarakat
miskin kota dan para lansia. Dan suhu yang lebih tinggi juga memungkinkan nyamuk menyebar ke wilayahwilayah baru - menimbulkan ancaman malaria dan demam berdarah dengue.

3. Ketahanan pangan Wilayah-wilayah termiskin juga cenderung mengalami rawan pangan.


Beberapa wilayah sudah amat rentan terhadap berubah-ubahnya iklim. Kemarau panjang diikuti oleh gagal
panen misalnya, sudah menimbulkan akibat yang parah dan kasus kurang gizi akut tersebar di berbagai
daerah

4. Air

Pola curah hujan yang berubah-ubah juga mengurangi ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air
bersih. Di wilayah pesisir, kesulitan air tanah disertai kenaikan muka air laut juga akan memungkinkan air laut
menyusup ke sumber-sumber air bersih.

3 (Tiga) strategi dasar : berlindung, mundur, atau melakukan

penyesuaian. Berikut ini dituliskan kembali ketiga strategi tersebut:


1. Membuat perlindungan Untuk perlindungan, pilihan yang tampaknya paling
meyakinkan barangkali adalah mendirikan bangunan yang kukuh seperti tanggul di laut,
namun selain sangat mahal tindakan ini dapat memberikan efek samping seperti erosi dan
sedimentasi. Karena itu, umumnya ada berbagai pilihan yang lebih lunak seperti
menciptakan atau memulihkan wilayah rawa pesisir dan menanam berbagai varietas
mangrove dan vegetasi yang dapat mengatasi perubahan salinitas yang ekstrem.

2.Mundur Mundur hanya soal pindah tempat saja. Kebanyakan para pemilik rumah dan
bisnis dapat melakukannya dengan upaya mereka sendiri, meski pemerintah setempat juga
akan berperan dalam menetapkan wilayah untuk mundur yang mempersyaratkan
pembangunan baru dilakukan dalam jarak tertentu dari sisi laut.

3.Melakukan penyesuaian Melakukan penyesuaian dapat dilakukan dengan


berbagai cara. Barangkali, misalnya,dengan membiakkan berbagai jenis ikan ke muara,
wilayah mulut sungai dan laguna, serta mengembangkan berbagai bentuk akuakultur yang
baru. Masyarakat pesisir juga akan membutuhkan sistem peringatan yang lebih baik untuk
berbagai peristiwa cuaca ekstrem disertai rencana evakuasi kedaruratan untuk relokasi bila
terjadi kedaruratan mendadak.

Strategi respon kenaikan air laut untuk daerah pemukiman

S K E M A A D A P TA S I D A N M I T I G A S I

Mitigasi berarti pengurangan emisi GHG dan peningkatan penyerapan CO2. Adaptasi
melibatkan penyesuaian untuk meningkatkan kelangsungan hidup aktivitas sosial dan
ekonomi dan untuk mengurangi kerawanan mereka terhadap perubahan iklim (CGER,
2002).

Satu-satunya cara bagi kita semua untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim adalah
dengan beralih ke bentuk-bentuk pembangunan yang lebih berkelanjutan belajar untuk
hidup dengan cara-cara yang menghargai dan serasi dengan lingkungan hidup kita. Mulai
dari desa yang paling terpencil hingga ke perkotaan yang paling modern kita semua
merupakan satu kesatuan sistem alam yang kompleks, dan rentan terhadap berbagai
kekuatan alam. Begitu iklim berubah, kita mesti berubah pula dengan cepat
(United Nations Development Programme - Indonesia, 2007)

Pilihan Beradaptasi pada Perubahan Iklim (Bank Dunia, 2010)

Australian Commonwealth Scientific and Research


Organization (CSIRO)
Strategi adaptasi terhadap perubahan iklim di sektor kelautan yang
telah ditinjau oleh CSIRO (Annual report, 2006).

Solusi Beradaptasi
Kearifan Lokal atau Tradisional
adalah suatu bentuk adapatasi. Adaptasi yang selaras
alam atau lingkungan hidup, bukanlah hal yang baru.
Karena sejatinya telah banyak dilakukan oleh leluhur
bangsa kita, banyak orang yang telah berpengalaman
dalam 'adaptasi ini. Orang-orang yang tinggal di daerah
yang rawan banjir atau rob, misalnya, sejak dulu sudah
membangun rumah panggung. Para petani di wilayah
yang sering mengalami kemarau panjang sudah belajar
untuk melakukan diversifikasi pada sumber pendapatan
mereka, misalnya dengan menanam tanaman pangan
yang
lebih
tahan
kekeringan
dan
dengan
mengoptimalkan penggunaan air. Petambak melakukan
diversifikasi komoditas tambak. Serta menjaga daerah
sempadan pantai.

T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada Infrastruktur terhadap kenaikan muka air laut

T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada pemukiman terhadap kenaikan muka air laut

Adaptasi pada Pemukiman terhadap kejadian banjir

T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada bidang pertanian terhadap kenaikan muka air laut

T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada bidang perikanan (budidaya) terhadap kenaikan muka air
laut

T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada vegetasi pesisir terhadap kenaikan muka air laut

dennysugianto@yahoo.com
08157649229

Anda mungkin juga menyukai