Mitigasi Bencana Pesisir Dan Laut - Perubahan Iklim DNS
Mitigasi Bencana Pesisir Dan Laut - Perubahan Iklim DNS
SADARKAH KITA ?
BAHAYA
KAPASITAS DALAM
MENGHADAPI BAHAYA
BAHAYA
KAPASITAS DALAM
MENGHADAPI BAHAYA
Perubahan
Iklim
Perubahan
Fisik
Lingkungan
Sea Level
Rise
Ekosistem
Alamiah
Permukiman
Sumberdaya
Air
Infrastruktur
Pantai
Perikanan
Genangan di
Lahan Rendah
dan Rawa
Erosi Pantai
Perubahan
Pola Angin
Gelombang
Besar dan
Flooding
Intrusi Air Laut
ke Sungai dan
Air tanah
Pemanasan
Global
Kenaikan
Muka Air
Sungai
Perubahan
Pasut dan
Gelombang
Perubahan Presipitasi
dan Pola Hidrologi
Perubahan
Endapan
Sedimen
Perubahan Atmosfer
dan Suhu Air
6
360
340
320
Antartic
300
280
1700
1750
1800
1850
Time-years
1900
1950
2000
(UNESCO/ROSTSEA, 1992)
(UNESCO/ROSTSEA, 1992)
TEMPERATUR
UDARA BULANAN MAKSIMUM DAN KARBON DIOKSIDA 1982-1989
9
10
11
Pelelehan es di Greenland
1992
2002
2005
12
Pantura Jawa
(Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah)
Kondisi paras air laut bulanan Perairan Semarang Mei 1985 Agustus 1998
(sumber : Bakosurtanal, 2002)
y = 0,728x + 63,70
R = 0,746
Kondisi muka air laut bulanan Perairan Semarang Maret 2003 November
2008 (sumber : BMKG, 2008)
Y = 0,373X + 71,50
R = 0,848
dimana :
SLRtot : Kenaikan paras Air Laut Total rata-rata (sebelum dikoreksi
dengan land Subsidence)
LSBr : Penurunan tanah (Land Subsidence) rata-rata
SLRr : Kenaikan paras Air Laut rata-rata
LSBr
SLRr
=
=
=
=
Kondisi muka air laut bulanan Perairan Jakarta Tahun 1984 - 2001
Menurut penelitian dari tim ITB Bandung dengan BRKP DKP tahun 2007
yang dipublikasikan di Media Suara Pembaharuan 1 Maret 2008, diperoleh
keterangan bahwa tren kenaikan muka air laut menunjukkan kenaikan
sebesar 8 mm/tahun.
(sumber : Bakosurtanal, 2002)
Penghujan
Kemarau
Penghujan
y = 0,728x + 63,70
R = 0,746
Kemarau
Jakarta
Cirebon
Semarang
Jakarta
Cirebon
Semarang
Kisaran kenaikan temperatur udara di Pantai Utara Prov. Banten s/d Jawa Tengah
0,0040,04C/tahun, diperkirakan untuk 100 tahun mendatang kenaikan temperatur
udara berkisar antara 0,5 4 C
(Sumber : Pengolahan Data Sekunder dari Data BMG tahun 1977-2007)
Grafik Multy-years temperatur permukaan air laut (SST), Hotspot dan Degree
Heating Weeks (DHW) di Perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta (tahun 2000
2008)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tanggal
2006
2007
2008
Grafik Multy-years temperatur permukaan air laut (SST), Hotspot dan Degree
Heating Weeks (DHW) di Perairan Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah (tahun
2000 2008)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tanggal
2006
2007
2008
Pondok Bali
Taruma Jaya
Selamaran
Semarang
Bedono
Lokasi/Koordinat
Kelereng Jenis
(%)
Tanah
2,7 - 4,5 Aluvial
Profil Pantai
Proses
Pemanfatan yang dominan saat ini
Pantai
Abrasi
Tambak
Abrasi
3,9 - 4,4
0,8 - 1,4
1,7 - 3,1
4,1 - 4,4
4,4
2,2 - 2,8
1,5 - 2,4
3,7 - 4,7
1,9 - 3,4
5,3 - 5,5
2,2 - 3,2
3,2 - 4,2
8,7 - 11,5
3,7 - 5,6
3,4 - 4,2
4,3 - 4,9
1,2 - 2,4
1,9 - 2,7
2,8 - 6,7
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Aluvial
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tanjung Sari
Gegunung Kulon
Temperak
Bedono
Silandak
Widuri
Sugih Waras
Slamaran
Depok
0
0
0
0
1,55
1,5
1,4
1,7
2,7
1,4
97,9
97,2
4,6
85,4
86,5
95
90,3
93,7
67,6
2,1
2,8
82,73
13,05
12
3,5
8
3,6
31
0
0
12,67
0
0
0
0
0
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Tirtamaya
Balongan
Eretan Kulon
Pondok Bali
Pisangan
Kali Baru
Marunda
Dadap Kosambi
Tanjung Pasir
Karang Serang
Lontar
Labuhan
1,8
2,2
1,6
1,5
3,7
30,3
0
39
1,3
34,4
0
61,7
90,5
89,3
7
91
92
66,1
51,7
57,3
96,3
53,2
62,1
35,8
7,7
8,5
73,51
7,5
4,3
3,6
48,3
3,7
2,4
12,4
37,9
2,5
0
0
17,89
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Porositas
(%)
Angka
Pori
67,350
46,310
45,910
56,800
46,290
50,850
48,400
54,110
51,050
2,063
0,863
0,849
1,315
0,862
1,035
0,938
1,179
1,043
50,760
51,710
60,950
56,350
48,010
46,850
59,280
47,790
47,290
56,910
59,090
42,820
1,031
1,071
1,561
1,291
0,924
0,882
1,456
0,915
0,897
1,321
1,445
0,749
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Tanjungsari Pati
Gunungkulon Rembang
Tempera Rembang
Bedono Sayung Demak
Maron Semarang
Depok Pekalongan
Slamaran Pekalongan
Widuri Pemalang
Sugehwaras Pemalang
Tirtamaya Indramayu
Balongan Indramayu
Eretan kulon Indramayu
Pondok Bali Subang
Pisangan Karawang
Kali Baru Jakarta Utara
Marunda Jakarta Utara
Dadap Tangerang
Tanjung Pasir Tangerang
Karang Serang Tangerang
Lontar Serang
Labuhan Pandeglang
R
MSL
s
(m)
(m)
1 0,04 0,00
1 0,03 0,00
1 0,04 0,00
1 0,01 0,00
1 0,02 0,00
1 0,04 0,00
1 0,04 0,00
1 0,03 0,00
1 0,02 0,00
1 0,04 0,00
1 0,02 0,00
1 0,05 0,00
1 0,02 0,00
1 0,03 0,00
1 0,09 0,00
1 0,06 0,00
1 0,04 0,00
1 0,04 0,00
1 0,01 0,00
1 0,02 0,00
1 0,03 0,00
MSLR
(m)
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
L. Tide
(m)
-0,58
-0,84
-0,97
-0,45
-0,45
-0,43
-0,40
-0,42
-0,42
-0,39
-0,39
-0,39
-0,43
-0,49
-0,57
-0,57
-0,59
-0,58
-0,55
-0,50
-0,64
Perhitungan
H. Tide Topomax H B
L
(m)
(m) (m) (m) (m)
0,64
0,85 1,58 -0,15 53,41
0,78
1,39 1,84 0,39 105,72
0,83
1,10 1,97 0,10 46,75
0,40
1,29 1,45 0,29 127,17
0,40
1,34 1,45 0,34 57,72
0,35
1,50 1,43 0,50 43,84
0,33
1,00 1,40 0,00 27,90
0,34
1,69 1,42 0,69 95,80
0,34
1,18 1,42 0,18 65,76
0,40
1,15 1,39 0,15 32,55
0,41
1,50 1,39 0,50 67,01
0,44
0,95 1,39 -0,05 24,36
0,47
1,38 1,43 0,38 55,92
0,50
1,14 1,49 0,14 38,66
0,53
1,93 1,57 0,93 25,26
0,53
1,59 1,57 0,59 50,98
0,55
0,86 1,59 -0,14 42,45
0,55
1,49 1,58 0,49 42,20
0,54
2,11 1,55 1,11 109,69
0,52
1,31 1,50 0,31 66,45
0,70
2,52 1,64 1,52 50,32
P
D1
(%) (m)
67,35 22,42
38,46
25,32
56,80 133,33
59,17
24,10
22,78
35,71
66,67
27,03
50,00
60,95 18,87
45,45
31,45
11,56
59,28 17,86
24,10
23,26
83,33
59,09 50,76
34,97
D2 Pasir D2 Lumpur
(m)
(m)
25,51
47,48
22,66
42,27
32,23
22,82
19,99
45,32
41,16
21,07
35,57
11,21
30,95
23,65
10,11
14,20
29,25
20,40
41,23
21,97
15,96
D
(m)
47,94
85,94
47,98
175,60
91,40
46,92
42,77
81,03
107,83
48,10
85,57
30,08
76,40
55,10
21,67
32,05
53,34
43,66
124,56
72,73
50,93
Pantai Pisangan
Karang Serang
Kali Baru
Tanjung Sari
Rembang
Pasar Bangi
Pondok Bali
Muara Angke
Teluk Naga
Banten
Rendah
Sedang
Tinggi
1
2
3
Pantai berbatu, Estuari, laguna, Pantai Berpasir, berteluk,
pantai
pantai berkrikil berlumpur, rawa payau,
bertebing
delta, mangrove,
terumbu karang
>1
-1,0 - 1,0
> -1
> 1,9
0,6 - 1,9
< 0,6
< 1,8
1,8 - 3,4
> 3,4
< 1,1
1,1 - 2,6
> 2,6
> 4,0
2,0 - 4,0
< 2,0
Deskripsi
0,1 - 1,0
Rendah
1,1 - 2,0
Sedang
2,1 - 3,0
Tinggi
Wilayah Administrasi
1. Ds Temperak, Rembang
2.
3.
4.
Erosi/akresi
Geomor
Kemiringan
pada garis
phologi
pantai
pantai
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
Skor
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
Skor
1
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
Perubahan
Rata - rata
Rata - rata
elevasi
kisaran
tinggi
muka air
pasang
gelombang
relatif
surut
Skor
Skor
Skor
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
Rata
Rata
2,3
2,2
2,2
2,5
2,3
2,2
2,3
2,2
2,3
2,5
2,7
2,5
2,5
2,5
2,3
2,5
2,2
2,5
2,5
2,7
Penerima Dampak
< 50
2
3
4
Perpindahan
Penduduk
(jumlah pemukiman)
Penduduk
Penduduk
Dampak ekonomi
Konsekuensi (Dampak)
Sedang
2
50 100
> 100
< 10
0
Kerugian ekonomi sedang
terhadap sejumlah kecil
pengusaha
10 25
15
Kerugian ekonomi yang
sedang, terutama terhadap
banyak pengusaha
Infrastruktur
Ekosistem
Kecil
1
Besar
3
> 25
>5
Kerugian ekonomi yang sangat
besar termasuk melibatkan banyak
orang dan/atau perusahaan
dan/atau pemerintahan setempat
(Sumber : Ministry For Environment New Zeland Goverment, 2008, 2007, dimodifikasi 2008)
An example of the
level of
consequences for
different receptors
affected by hazard
occurrence. The
criteria for such a
table are likely to be
specific to each
region.
Wilayah Administrasi
Jumlah
Pemukiman
Jumlah Jumlah
Jasa
Jasa
Dampak
InfraEko- Rata
Penduduk Korban
pelayanan
pelayanan
ekonomi
struktur
sistem
Terdampak Jiwa
penting
Komersial
Rata
1.
2.
3.
4.
Skor
1
Skor
1
Skor
1
Skor
2
Skor
1
Skor
1
Skor
2
Skor
1
1,3
3
3
3
1
1
3
1
2
1
1
3
2
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2
2
2
3
1
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2,3
2,4
2,6
1,9
1,8
2,4
1,8
2,3
2,3
2,0
2,4
2,5
2,5
2,3
2,1
2,1
1,9
2,1
2,0
Kelas Kerentanan
Kelas
Deskripsi
0,1 - 1,0
Kecil
1,1 - 2,0
Sedang
2,1 - 3,0
Besar
(Sumber : Ministry For Environment New Zeland Goverment, 2008, 2007, dimodifikasi 2008)
Deskripsi
0,1 - 0,7
0,8 - 1,4
1,5 - 2,1
Rendah
Sedang
Tinggi
ANALISA RESIKO
Hasil perhitungan Resiko
No
1.
2.
3.
4.
Potensi Kerentanan
Resiko Kelas Deskripsi
Bahaya
Pantai
Desa Lontar, Serang
2,7
2
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Karang Serang, Tangerang
2,5
2,1
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Tanjung Pasir, Tangerang
2,5
1,9
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Dadap, Tangerang
2,2
2,1
2,2
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Marunda, Jakarta Utara
2,5
2,1
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Kali Baru, Jakarta Utara
2,3
2,3
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Pisangan, Karawang
2,5
2,5
2,5
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Pondok Bali, Subang
2,5
2,5
2,6
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Eretan Kulon, Indramayu
2,5
2,4
2,5
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Balongan, Indramayu
2,7
2
2,2
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Tirtamaya, Indramayu
2,5
2,3
2,4
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Tanjung Sari, Pamalang
2,3
2,3
2,3
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Widuri, Pemalang
2,2
1,8
2,0
1,5 - 2,1 Sedang
P. Krematorium, Pekalongan
2,3
2,4
2,4
2,2 - 2,8
Tinggi
P. Depok, Pekalongan
2,2
1,8
2,0
1,5 - 2,1 Sedang
P. Maron, Semarang
2,3
1,9
2,2
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Bedono, Demak
2,5
2,6
2,8
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Tanjung Sari, Pati
2,3
1,3
1,8
1,5 - 2,1 Sedang
Desa Gegunung Kulon, Rembang
2,2
2,3
2,2
2,2 - 2,8
Tinggi
Desa Temperak, Rembang
2,2
2,4
2,5
2,2 - 2,8
Tinggi
Wilayah Administrasi
Issu Issu
Isu-isu Global dari Perubahan Iklim di Dunia :
Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) telah memperkirakan bahwa antara tahun 1750-2005 konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer meningkat dari sekitar 280 ppm (parts per million) menjadi
379 ppm per tahun dan sejak itu terus meningkat dengan kecepatan 1,9 ppm per tahun.
Akibatnya, pada tahun 2100 nanti suhu global dapat naik antara 1,8 hingga 2,9 derajat.
Meningkatnya suhu lautan, naiknya permukaan laut, pencairan es dan berkurangnya
salju di belahan bumi utara.
Isu-isu yang terdapat di Kabupaten Brebes:
Kekeringan dan puso yang disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dan hidrologi.
Bertambahnya daerah yang rentan terhadap badai tropis (angin puting beliung) yang
disebabkan perubahan pola angin.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah.
Issu Issu
Isu-isu yang terdapat di Kabupaten dan Kota Tegal :
Erosi pantai dalam kurun waktu 1997-2003 dengan rata-rata perubahan luas sebesar 0,8
ha/th.
Genangan air pasang (rob) yang mengancam daerah pemukiman, lahan pertambakan,
lahan pertanian dan pelabuhan.
Bertambahnya daerah yang rentan terhadap banjir seperti di daerah (Kec. Adiwerna,
Dukuh Turi, Dukuwaru, Kedung Banteng, Kramat, Suradadi, Warureja, Margadana,
Pagerbarang, Pangkah, Slawi, Talang, Tarub, Tegal Barat, Tegal Selatan dan Tegal Timur)
dan kekeringan yang disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dan hidrologi.
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat seperti di daerah Kec.
Tegal Barat Kota Tegal.
Bertambahnya daerah yang rentan terhadap badai tropis (angin puting beliung) yang
disebabkan perubahan pola angin.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah.
Isu-isu yang terdapat di Kab. Pemalang:
Abrasi yang terjadi di sebelah timur jetty Tanjungsari Pantai Sugihwaras, Kec. Pemalang.
Genangan air pasang (rob) yang terjadi pada kawasan pemukiman, pelabuhan, tambak
dan daerah wisata, terutama terjadi pada tempat-tempat yang dekat dengan saluran air.
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat.
Kekeringan dan puso yang disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dan hidrologi.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah.
Issu Issu
Isu-isu yang terdapat di Kabupaten dan Kota Pekalongan :
Abrasi yang terjadi di beberapa pantai yaitu Pantai Depok dan Krematorium sudah
masuk ke daratan melalui daerah yang tidak berdinding pantai dan fasilitas pariwisata
yang ada.
Erosi pantai dalam kurun waktu 1997-2003 dengan rata-rata perubahan luas sebesar 4,1
ha/th.
Genangan rob yang meluas hingga menggenangi daerah pemukiman, infrastruktur,
perkantoran, tambak dan ekosistem pesisir.
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat seperti di Kec
Pekalongan Utara Kota Pekalongan.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah.
Bertambahnya daerah yang rentan terhadap badai tropis (angin puting beliung) yang
disebabkan perubahan pola angin.
Isu-isu yang terdapat di Kab. Kendal:
Erosi pantai dalam kurun waktu 1997-2003 dengan rata-rata perubahan luas sebesar 3,4
ha/th.
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat.
Kekeringan dan puso yang disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dan hidrologi.
Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah.
United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia (2007) dalam laporannya berjudul
"Sisi lain perubahan iklim: Mengapa Indonesia harus beradaptasi untuk melindungi
rakyat miskinnya" telah meringkas beberapa ancaman utama perubahan iklim terhadap
rakyat miskin, antara lain:
1. Sumber nafkah Pengaruh perubahan iklim lebih berat menimpa masyarakat paling miskin. Banyak
di antara mereka mencari nafkah di bidang pertanian atau perikanan sehingga sumber-sumber pendapatan
mereka sangat dipengaruhi oleh iklim.Apakah itu di perkotaan ataukah di pedesaan mereka pun umumnya
tinggal di daerah pinggiran yang rentan terhadap kemarau panjang, misalnya, atau terhadap banjir dan
longsor. Terlalu banyak atau terlalu sedikit air merupakan ancaman utama perubahan iklim. Dan ketika
bencana melanda mereka nyaris tidak memiliki apapun untuk menghadapinya.
2. Kesehatan Curah hujan lebat dan banjir dapat memperburuk sistem sanitasi yang belum memadai
di banyak wilayah kumuh di berbagai daerah dan kota, sehingga dapat membuat masyarakat rawan terkena
penyakit-penyakit yang menular lewat air seperti diare dan kolera. Suhu tinggi dan kelembapan tinggi yang
berkepanjangan juga dapat menyebabkan kelelahan akibat kepanasan terutama di kalangan masyarakat
miskin kota dan para lansia. Dan suhu yang lebih tinggi juga memungkinkan nyamuk menyebar ke wilayahwilayah baru - menimbulkan ancaman malaria dan demam berdarah dengue.
4. Air
Pola curah hujan yang berubah-ubah juga mengurangi ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air
bersih. Di wilayah pesisir, kesulitan air tanah disertai kenaikan muka air laut juga akan memungkinkan air laut
menyusup ke sumber-sumber air bersih.
2.Mundur Mundur hanya soal pindah tempat saja. Kebanyakan para pemilik rumah dan
bisnis dapat melakukannya dengan upaya mereka sendiri, meski pemerintah setempat juga
akan berperan dalam menetapkan wilayah untuk mundur yang mempersyaratkan
pembangunan baru dilakukan dalam jarak tertentu dari sisi laut.
S K E M A A D A P TA S I D A N M I T I G A S I
Mitigasi berarti pengurangan emisi GHG dan peningkatan penyerapan CO2. Adaptasi
melibatkan penyesuaian untuk meningkatkan kelangsungan hidup aktivitas sosial dan
ekonomi dan untuk mengurangi kerawanan mereka terhadap perubahan iklim (CGER,
2002).
Satu-satunya cara bagi kita semua untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim adalah
dengan beralih ke bentuk-bentuk pembangunan yang lebih berkelanjutan belajar untuk
hidup dengan cara-cara yang menghargai dan serasi dengan lingkungan hidup kita. Mulai
dari desa yang paling terpencil hingga ke perkotaan yang paling modern kita semua
merupakan satu kesatuan sistem alam yang kompleks, dan rentan terhadap berbagai
kekuatan alam. Begitu iklim berubah, kita mesti berubah pula dengan cepat
(United Nations Development Programme - Indonesia, 2007)
Solusi Beradaptasi
Kearifan Lokal atau Tradisional
adalah suatu bentuk adapatasi. Adaptasi yang selaras
alam atau lingkungan hidup, bukanlah hal yang baru.
Karena sejatinya telah banyak dilakukan oleh leluhur
bangsa kita, banyak orang yang telah berpengalaman
dalam 'adaptasi ini. Orang-orang yang tinggal di daerah
yang rawan banjir atau rob, misalnya, sejak dulu sudah
membangun rumah panggung. Para petani di wilayah
yang sering mengalami kemarau panjang sudah belajar
untuk melakukan diversifikasi pada sumber pendapatan
mereka, misalnya dengan menanam tanaman pangan
yang
lebih
tahan
kekeringan
dan
dengan
mengoptimalkan penggunaan air. Petambak melakukan
diversifikasi komoditas tambak. Serta menjaga daerah
sempadan pantai.
T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada Infrastruktur terhadap kenaikan muka air laut
T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada pemukiman terhadap kenaikan muka air laut
T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada bidang pertanian terhadap kenaikan muka air laut
T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada bidang perikanan (budidaya) terhadap kenaikan muka air
laut
T E K N O L O G I A D A P TA S I
Adaptasi pada vegetasi pesisir terhadap kenaikan muka air laut
dennysugianto@yahoo.com
08157649229