Komentar Part 1
Pak Sarono : rangkaian di sekitar C12 itu berfungsi sebagai protect untuk membatasi tegangan
output agar tidak naik terus, dia akan meng off kan fungsi switching dalam setiap waktu (orde
mili detik), sehingga tegangan output tidak naik terus menerus. Ini rangkaian pengaman
sekaligus menimbulkan resiko BAHAYA jika pengaman nya rusak. contoh pada skema ini jika
R20 di lepas, sebagai bagian feed back pengamanan (protect), maka pengamanan hlang dan
tegangan output naik TINGGI melewati WV nya kapacitor dan akibat nya Cap C9/C10/C11 akan
meledak atau mana duluan yang meledak. yang kotak itu di samping C12 berbentuk seperti
transistor 3 kaki kecil, tetapi sesungguh iya adalah IC 3 kaki .... nanti kita bahas lebih dalam
(stabil) dan R 12 = 10K dan C 7 = 2n2 dan kaki 4 nya IC KA3842. Cara kerja nya "mirip"
dengan IC 555 (pada kaki 6 dan 7). Cara kerja denyut jantung atau clock nya ini membuat
fungsi osilator pembangkit gelombang kotak internal dengan frekeunsi yang di tentukan oleh
R12 dan C7.
4. Bentuk gelombang pada kaki 4 IC berbentuk gelobang gigi gergaji, dengan frekuensi = F =
1,8 (R12 x C7). tetapi karena R dan C punya toleransi, maka hitungan agak berbeda sedikit
dengan praktek.
7. Pada percobaan saya : menghasilkan frekuensi = 68 KHz dengan besar tegangan pada kaki
4 sebesar 1,8 Vpp.
8. Walaupun pada kaki 4 IC berbentuk tegangan "gigi gergaji" tetapi pada internal IC sudah
di bentuk menjadi gelombang kotak yang cukup sempurna (tentu nya, walau saya tidak dapat
mengukur di dalamnya).
9. Tegangan output pada kaki 6 IC, tetapi ini tidak akan keluar kalau kita tidak "men set"
dahulu kaki lain yang bisa mematikan output nya yaitu kaki 1 dan kaki 2 (serta kaki 3)...
kelak kita bahas lebih lanjut.
10. Saya tidak akan bahas sampai ke rumus rumus, karena sasaran saya adalah service dan
modifikasi, bukan ke design.... tetapi kalau mau lebih dalam bisa di pelajari lebih lanjut.
===
Apa yang bisa di tarik kesimpulan ? antara lain :
1. Adanya dioda zener di kaki 7 dan 5 merupakan kelebihan sekaligus kekurangan IC ini,
jangan heran menservice nya menjadi cepat dengan hanya menggunakan ohm meter. (walau
bisa jadi rusak di bagian lain).
2. Dalam praktek kita bisa mengukur tegangan clock di kaki 4 dengan osiloskop atau AVO
meter pada posisi "output" walaupun kita tahu bahwa AVO meter tidak sensitif pada
frekeuensi 68 KHz.
3. Sinyal juga bisa diukur dengan osiloskop atau AVO meter posisi output pada kaki 6 IC
untuk mencek kerja atau tidak nya IC.
4. Dalam praktek bagian ini adalah bagian HOT HOT HOT .... alias SETROOM, karenanya
sebaiknya extra hati hati atau tegangan masuk jangan langsung PLN tetapi menggunakan
ISOLATION TRANSFORMER.
===
Selamat Berpraktek ....
Komentar Part 2 :
dan 1 IC ...
8. Sejauh ini umpan balik ke IC melalui kaki 3, 2 dan 1 IC.
9. Ada sekunder trafo yang di manfaatkan tegangannya untuk memberikan tegangan DC
melalui R13, D6 dan C5 ini akan "bekerja sama" dengan tegangan sumber dari + Vcc 300 V.
===
Agak sulit menerangkan lebih jauh cara kerja lebih lengkap kalau hanya melalui bfacebook,
tetapi paling tidak memberikan gambaran umum cara kerja nya.
===
sebagai catatan :
1. Jika R7 atau R8 putus : maka rangkaian switching OFF
2. Jika R13, atau D6 putus : switching nya mau tidak mau atau istilah lapangannya "ndut
ndut an"
3. Jika R5=1K, naik harga nya atau "melar" atau putus maka feed back hilang, pengaman
hilang, maka akan rusak borongan : FET jebol, R3 terbakar, IC bisa jebol, R2 putus dan
sekering utama ikut putus, Dioda salah satu dari dioda bridge juga ikut putus.
4. Jika Opto cooupler putus maka feed back tidak ada , tegangan output akan naik terus
menerus dan Cap disekunder trafo switching jadi meledak dan biasanya dioda penyearah ikut
jebol... nanti kita bahas bagian output nya.
5. Rusak "borongan" pada system swiching power supply adalah hal "biasa", karena nya
keterampilan test komponen dalam kondisi off dengan ohm meter Rx1 sangat di butuhkan.
===
Ralat skema : R3 = 10 ohm - 1/4 watt, R7=R8=75K/2W
Komentar Part 3 :
6. Dioda led ketika di beri tegangan memancarkan cahaya, sementara transistor hambatan
kolektor - emitor nya akan drop (turun) ketika di beri cahaya.
7. Dengan cara nomor 6 di atas, maka ketika LED tidak di beri cahaya hambatan C-E Tr akan
sangat besar, pada pengukuran saya lakukan sebesar 200 Mega ohm, pada saat diode LED di beri
cahaya hambatan C-E nya menjadi hanya sekitar 90 ohm.
8. Perubahan hambatan ini bersifat ekstrim / digit (bukan analog), sehingga nggak bisa di
andalkan untuk perubahan misalkan LED di beri tegangan sedikit demi sedikit dengan harapan
hambatan C-E berubah sedikit demi sedikit, tidak bisa demikian.
9. Dengan sifat tersebut kelak komponen ini di gunakan untuk kontrol agar tegangan SMPS
dapat stabil pada angka tertentu .... bagaimana bisa demikian kelak kita akan bahas lebih lanjut ...
10. Cara membaca kaki nya adalah : dilihat dari atas, ada tanda bintik itu adalah kaki 1, di baca
berlawanan arah jarum jam sampai ke kaki 4, dalam hal ini (type PC817) kaki 1 = anoda, 2=
katoda, 3 = emitor, 4 = kolektor
11. Mengetest nya bisa dilakukan sederhana : kasih tegangan 5 V pada LED
lewat resistor R = 1K, kemudian ukur hambatan antara C-E nya Tr. maka harus ada perubahan
hambatan yang besar dari Mega Ohm ke puluhan Ohm.
===
to be continued ...
Komentar Part 5 :