Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM TERHADAP KEHIDUPAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi kehidupan manusia itu adalah makanan.
Baik pentingnya itu secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu
berhubungan dengan upaya manusia untuk menjalani kelangsungan hidup dan kesehatannya
di muka bumi.
Kompenen penting bagi kualitas hidup manusia yang sangat berharga dalam kehidupan
adalah kesehatan. Dalam hal ini, mutu pangan sangat berpengaruh besar peranannya.Untuk
hidup dengan sehat dan baik manusia membutuhkan pangan yang sehat dan baik pula yang
dikonsumsinya.
Dewasa ini banyak cara yang dilakukan pelaku usaha bisnis rumah makan atau lebih umum
disebut dengan penjual makanan, salah satunya makanan siap saji dengan berbagai jenis
menu dan aneka konsep rumah makan, begitu juga penjual makanan jajanan pinngir jalan,
tidak sedikit dari mereka menyediakan fasilitas bawa pulang atau disebut juga dengan take
away. Fasilitas ini dilakukan untuk mempermudah konsumen dalam mengkonsumsi
makanan apabila konsumen ingin menikmati makanan di tempat lain atau untuk diberikan
kepada orang lain atau kerabat.
Fasilitas take away disebut juga take out di Amerika, dimana pada awalnya mengandung arti
pembelian makanan di restoran fast food kemudian di konsumsi di tempat yang berbeda.
Dengan tersedianya fasilitas bawa pulang makanan ini penjual
Universitas Sumatera Utara.
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan mengenai plastik kresek. BPOM meminta
masyarakat dan konsumen agar berhati-hati dan tidak menggunakan kantong plastik kresek
berwarna sebagai bahan pengemas primer pada makanan. Pernyataan BPOM[1] tentang
perlunya berhati-hati dalam menggunakan kantong kresek berwarna (terutama hitam),
umumnya disebabkan oleh proses daur ulang yang menyertainya, seperti peruntukan dan
riwayat penggunaan plastik sebelumnya yang tidak diketahui secara pasti. Ada kemungkinan
plastik tersebut adalah bekas wadah pestisida, limbah logam berat, maupun bahan berbahaya
dan beracun lainnya. Di samping itu, BPOM juga mengeluarkan pernyataan mengenai

perluya mewaspadai penggunaan kemasanstyrofoam dalam kondisi tertentu untuk mewadahi


makanan.[2]
Kemasan Pangan adalah wadah (pembungkus) yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan yang dikemas. Saat ini, ada banyak jenis bahan
yang digunakan untuk mengemas makanan diantaranya adalah berbagai jenis Styrofoam
kertas, fibreboard, gelas, timplate dan aluminium. Kemasan styrofoam tersebut terbuat dari
beberapa jenis polimer yaitu Polietilen tereftalat (PET), Polivinil klorida (PVC), Polietilen
(PE), Polipropilen (PP), Polistirena (PS), Polikarbonat (PC) dan melamin.
Diantara kemasan styrofoam tersebut, salah satu jenis yang cukup styrofoam di kalangan
masyarakat produsen maupun konsumen adalah jenis polistirena terutama polistirena foam.
Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak
tepat oleh styrofoam karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah
dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical.Oleh pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk
digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan.
Kemasan polistirena foam dipilih karena mampu mempertahankan pangan yang panas/dingin,
tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas,
ringan, dan inert terhadap keasaman pangan. Karena kelebihannya tersebut, kemasan
polistirena foam digunakan untuk mengemas pangan siap saji, segar, maupun yang
memerlukan proses lebih lanjut. Banyak restoran siap saji menyuguhkan hidangannya dengan
menggunakan kemasan ini, begitu pula dengan produk-produk pangan seperti mi instan,
bubur ayam, bakso, kopi, dan yoghurt. Hal ini lebih didasarkan kelebihan styrofoam yang
ringan, tahan bocor, dan mampu menahan panas sampai beberapa waktu.
Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan
styrofoam. Dari hasil survei yang di lakukan di AS pada tahun 1986, ditemukan 100 persen
jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Bahkan,
pada penelitian dua tahun berikutnya, kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang
bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Sebuah studi di New Jersey AS menemukan bahwa
75 persen ASI mengaalami kontaminasi styrene yang berasal dari konsumsi ibu yang
menggunakan wadah styrofoam.
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menulis sebuah rangkuman dan membahas lebih lanjut
mengenai Pengaruh Penggunaan Styrofoam terhadap Kehidupan.

B.Rumusan Masalah
a.Bagaimana proses terjadinya reaksi pada Styrofoam.
b.Bagaimanakah pengaruh penggunaan styrofoam terhadap kesehatan.
c.bagaimanakah cara pengendalian penggunaan Styrofoam.
C.Tujuan Pembahasan

Secara umum tujuan penulisan adalah sebagai berikut :


a.Supaya pembaca mengetahui dan bisa memperhatikan kesehatan kita.
b.Agar pembaca mengetahui bahaya penggunaan styrofoam.
c.Agar pembaca mengetahui cara penggunaan styrofoam secara baik.
d.Dan bagaimana pandangan IPTEK tentang penggunaan Styrofoam terhadap kehidupan .
D.Metode Pembahasan
a. Dalam membuat dan membahas baths ilmi ini, penulis menggunakan
deskriptif jenis penelitian Library Research.

metode

b. Penulis menggunakan metode deskriptif dengan memaparkan apa adanya dengan


langkah sebagai berikut :
Pertama, penulis mengumpulkan bahan bacaan yang berkenaan berkenaan dengan judul baths
ilmi dan juga bahan dari internet.
Kedua, hasil bacaan tersebut dipaparkan kembali dengan menganalisis isi dari bacaan
tersebut.
Ketiga, mengambil kesimpulan.

BAB II
PENGERTIAN STYROFOAM DAN PROSES REAKSINYA
A.

Pengertian Styrofoam

Saat ini bahan yang sangat banyak digunakan dalam kehidupan sebagai bahan pengemas
makanan dan minuman adalah styrofoam atau plastik busa yang merupakan salah satu jenis
plastik dari sekian banyak bahan lainnya. Styrofoamlazim digunakan sebagai bahan pelindung
dan penahan getaran barang-barang yangfragile, seperti elektronik.

Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, polistiren dibuat dari stirena ( C 6H5-CH=CH2), suatu
jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Namun, bahan tersebut
cepat rapuh, karena kelemahannya tersebut, polistiren dicampur seng dan senyawa butadien.
Hal ini menyebabkan polistiren kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih
susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticier seperti dioktilptalat (DOP),
butil hidroksi toluena atau n-butyl stearat Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur
sel-sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon
(CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti yang kita pergunakan saat ini.
Polistirena pertama kali diperkenalkan oleh Ostromislensky dari Naugatuck Chemical
Company pada tahun 1925. Pada saat yang hampir bersamaan I.C. Farbenindustrie juga
mengembangkan polistirena yang berhasil dikomersialkan di Eropa. Pengembangan produk
dan proses polistirena juga dikembangkan oleh Dow Chemical Company dan pertama kali
dikomersialkan di Amerika Serikat pada tahun 1944.
Produk polistirena yang pertama kali diproduksi untuk dikomersialkan adalah homopolimer
stirena yang juga dikenal sebagai polistirena kristal. Polistirena kristal ini juga dikenal
sebagai General Purpose Polystyrene (GPP), yang lebih tahan panas daripada produk
polimer thermoplastik lainnya. Perkembangan lebih lanjut dari polistirena ini
adalah Expanable Polystyrene (EP). Produk polistirena lain yang tak kalah pentingnya adalah
polistirena dengan modifikasi karet atau High Impact Polystyrene (HIP). Produk HIP ini
bersifat tidak tembus cahaya, lebih keras dan lebih mudah dalam pembuatannya
dibandingkan dengan produk polimer thermoplastic lainnya.

B.

Proses Reaksi Styrofoam

Polystyrene (Styrofoam) dibentuk dari molekul-molekul styrene. Ikatan rangkap antara


bagian CH2 dan CH dari molekul disusun kembali hingga membentuk ikatan dengan molekul
molekul styrene berikutnya dan pada akhirnya membentuk polystyrene. Bilamana

polystyrene dipanaskan dan udara ditiupkan maka melalui pencampuran tersebut akan
terbentuk styrofoam. Styrofoam memiliki sifat sangat ringan, moldable dan merupakan
insulator yang baik.
Seluruh plastik terbuat dari karbon. Plastik buatan menggunakan karbon dari turunan minyak
bumi, namun biopolimer atau bioplastik menggunakan karbon sebagai hasil turunan dari
matrial alami. Karbon sangat penting karena memiliki keunikan yaitu dapat bergabung antar
sesamanya dengan berbagai cara. Karbon dapat membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap
dan ikatan triple dengan dirinya sendiri (sharing elektron antara dua atom). Atom-atom
karbon dalam senyawa memiliki empat ikatan yang mengitarinya. Atom karbon dapat
bergabung membentuk rantai linier, rantai bercabang atau rantai melingkar. atom karbon
selalu bergabung dengan atom hidrogen dan atom oksigen, tapi juga dapat membentuk ikatan
dengan atom atom lainnya seperti Nitrogen, pospor dan klorine.[3]
Senyawa karbon bisa kecil seperti molekul sederhana methane atau besar berupa molekul
kompleks seperti protein dan plastik atom atom karbon dalam monomer-monomer yang
mengandung karbon membuat ikatan-ikatan dengan atom karbon lainnya dalam monomermonomer lainnya dengan berbagai cara untuk membentuk plastik.
Tipe monomer dan cara monomer itu tersusun akan menghasilkan sifat kimia yang berbeda
untuk berbagai plastik. berikut merupakan reaksi pembentukanStyrofoam[4].

C.Dampak Pengguanaan Styrofoam


a. Dampak Negatif dari Styrofoam
a.1 Dampak bagi Kesehatan manusia
Penggunaan Styrofoam dalam kehidupan sehari-hari, kini telah menyebar luas, banyak dari
pedagang makanan menggunakan kemasan yang berbahaya ini. Walaupun penampilannya
(Styrofoam) yang terlihat sangat simple dan sederhana, tapi kemasan ini menyimpan banyak
dampak negatif bagi kesehatan manusia.
Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styrene ini menjadi pilihan bisnis pangan karena
mampu mencegah kebocoran dan tetap memepertahanan bentuknya saat dipegang. Selain

itu, bahan tersebut mampu mempertahankan panas dingin tetapi nyaman dipegang,
mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman,
serta ringan.
Pada Juli 2001, Divisi Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa
residu Styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkanendocrine
disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada
system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimiakarsinogen dalam makanan.
Saat ini masih banyak restoran siap saji yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah
bagi makanan minumannya. Sebisa mungkin harus dihindari penggunaan styrofoam untuk
makanan atau minuman panas, karena sama halnya dengan plastik, suhu yang tinggi
menyebabkan perpindahan komponen kimia dari styrofoam ke dalam makanan.[5]
adapun bahaya Styrofoam bagi manusia yaitu :
1.
Menyebabkan gangguan pada system saraf pusat (dengan gejala sakit kepala, letih,
depresi).
2.
Disfungsi system saraf pusat ( pengurangan daya ingat, berkurangnya fungsi intelektual,
kecepatan visiomotor).
3.

Berkurangnya daya pendengaran

4.

Mempercepat detak jantung

5.

Insomnia[6]

6.
Pada styrofoam ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat
benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak
bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini semakin
lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit
kanker. benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana
termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang
belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia.
7.

Sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi.

8.

Menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.

Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara
lain:
1.
Suhu yang tinggi: Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan
kimia styrofoam ke dalam makanan.
2.
Kadar lemak tinggi: Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke
makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman
makin tinggi.

3.
Kadar alkohol dan asam yang tinggi : Bahan alkohol dan asam mempercepat laju
perpindahan.
4.
makanan Lama kontak:Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam
semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam.

a.2 Dampak bagi lingkungan


Memang secara fisik wadah makanan yang satu ini terkesan lebih elite, menarik dan bentuk
makanan akan terjaga dibandingkan dengan pembungkus makanan yang lainnya seperti
kertas minyak yang bewarna coklat ataupun plastik bening. Tapi tahukan anda bahaya yang
mengancam dibalik wadah makanan yang satu ini. Dan bahaya itu pun tak hanya bagi
kesehatan kita sebagai manusia melainkan berbahaya juga bagi lingkungan kita karena
berkaitan dengan wacana "Pemanasan Global" atau yang lebih dikenal dengan "Global
Warming"Bagi lingkungan, styrofoam adalah musuh besar yang paling dihindari karena
sifatnya yang tidak bisa diuraikan oleh alam sama sekali dan sulit didaur ulang karena
kurangnya fasilitas daur ulang yang sesuai.
Dimulai dari proses produksi yang menghasilkan limbah yang sangat berbahaya. Data dari
EPA (Environmental Protection Agency)[7] limbah hasil pembuatan styrofoam ditetapkan
sebagai limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Bau pada proses produksinya mampu
mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara. Setelah digunakan
untuk waktu yang sangat singkat (hanyauntuk menaruh membungkus makanan untuk
sementara waktu atau melapisi barang elektronik sampai barang itu dibeli) styrofoam yang

sudah diproduksi dalam jumlah banyak itu dibiarkan menumpuk dan mencemari lingkungan
dan merusakkeseimbangan kehidupan biota laut.
Sementara itu Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam
merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya,
gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang
karena tidak bereaksi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini akan melayang
di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol
lapisan pelindung bumi serta menimbulkan efek rumah kaca.
CFC adalah salah satu Gas Rumah Kaca, yang bila berada di atmosfer menyerap sinar
inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan
meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung
pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan
penyerapan energi. Makin panjang waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektif pula
pengaruhnya terhadap kenaikan suhu. Kemampuan Gas-gas Rumah Kaca dalam penyerapan
panas (sinar inframerah) seiring dengan lamanya waktu tinggal di atmosfer dikenal sebagai
GWP.
Greenhouse Warming Potential. GWP adalah suatu nilai relatif dimana karbon dioksida
diberi nilai 1 sebagai standar. Zat-zat chlorofluorocarbon, mempunyai nilai GWP lebih tinggi
dari 10.000. Itu berarti bahwa satu molekul zat chlorofluorocarbon mempunyai efek rumah
kaca lebih tinggi dari 10.000 molekul karbon dioksida. Dengan kata lain, makin tinggi nilai
GWP suatu zat tertentu, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu. Kalau tidak
ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi dan menyebabkan
kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di lautan mati, terjadi mutasi
genetic, menyebabkan kanker kulit atau kanker retina mata. Menurut pengamatan melalui
pesawat luar angkasa, lubang ozon di atas Kutub Selatan semakin lebar. Saat ini, lubang ozon
sudah meluas sampai tiga kali benua Eropa. Jika lubang ozon melebar, sinar ultraviolet yang
memasuki bumi semakin tinggi intensitasnya. Ekosistem laut dan pertanian terganggu
dan insiden penyakit kanker kulit meningkat. Karena itu penggunaan gas CFC harus dibatasi
atau bahkan dihentikan.

a.

Dampak positif

Bahan styrofoam yang kita kenal kebanyakan digunakan untuk hal sehari-hari seperti
untuk kotak pendingin, packaging dan gelas kopi sekali pakai tetapi ternyata styrofoam bisa
bisa digunakan juga untuk membangun rumah. Japan Dome House Co. Ltd. adalah
perusahaan yang membuat rumah dengan bahan dasarStyrofoam ini.

Dengan penggunaan bahan ini maka banyak keuntungan yang didapat selain lebih cepat,
ringan dan murah (setidaknya untuk ukuran orang Jepang)Keuntungan lainnya adalah dapat
mengurangi panas yang masuk sehingga dapat meminimalkan penggunaan AC, sirkulasi
udara yang lebih baik, anti gempa dan tidak akan berkarat maupun lapuk dimakan usia
dibandingkan dengan menggunakan besi dan kayu. Rumah yang dibuat berbentuk sebuah
kubah (dome) yang dapat dimodifikasi serta diaplikasikan ke segala macam kebutuhan, mulai
dari rumah tinggal, bar, karaoke bahkan sampai spa. Untuk membangun satu buah rumah
tinggal standar dengan ukuran 7,7 m (lebar) x 3,85 m (tinggi) atau luas sekitar 44 m2, hanya
dibutuhkan waktu sekitar 7 hari dengan memakai 3-4 orang tetapi harga untuk satu buah
rumah ini US$ 30.000 (sekitar Rp. 300 juta). Saat ini bahkan sudah didirikan sebuah
perkampungan rumah kubah ini di Kyushu (Aso Farm Land Resort) yang mempunyai 480
rumah kubah.
D.Pengendalian Penggunaan Styrofoam
Beberapa cara yang telah diusahakan untuk mengurangi dampak buruk daristyrofoam antara
lain :
a.

Fokus Pengemas baru yang ramah lingkungan

Dengan semakin jelasnya dampak buruk yang ditimbulkan styrofoam. maka pencarian
alternatif bahan pengemas lain harus menjadi fokus penelitian yang baru.
b.

Menghentikan penggunaan Styrofoam

Upaya ini telah dilakukan oleh beberapa industri makanan seperti McDonalds pada tahun
1987 yang menyatakan diri berhenti menggunakan wadah makanan yang terbuat dari
Styrofoam. Salah satu divisi di McSonalds yaitu The Environmental Defense Waste
Reduction Task Force Enforced McDonald juga sedang berusaha mengganti kemasan

makanan dengan kemasan yang dapat di daur ulang seperti yang berasal dari kentang,
limestone, 100% serat daur ulang, bidegradable polymer, dan coating lilin plus air.
Selain itu, di Indonesia, PT Pembangunan Jaya Ancol telah mendeklarasikan area wisata di
pesisir utara Jakarta ini sebagai kawasan bebasstyrofoam. Sebagai realisasi kawasan rekreasi
yang peduli terhadap kesehatan keluarga dan keberlangsungan lingkungan hidup. Sebagai
kawasan destinasi wisata kuliner, Ancol akan memberikan waktu kurang lebih 6 bulan bagi
seluruh restaurant dan kedai makanan di kawasan Ancol untuk mengganti styrofoamsebagai
kemasan makanan mereka menjadi kemasan makanan berbentuk kertas.
c.

Melakukan Upaya Prinsip 3R pada Styrofoam

Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang


dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru.
Dengan keadaan yang seperti ini, yang dapat perlu dilakukan adalah mengurangi
pemakaian styrofoam baru, dan beralihlah ke styrofoam hasil daur ulang. Tanpa digunakan
kembali hasil daur ulang tadi tidak ada artinya. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk
melakukan antara lain :
c.1 Menciptakan Kemasan Plastic Biodegradable
Riset ini dikembangkan oleh Leonardus Adi Wijaya, Glenn Chandra dan Marcel P. Segara
dan meraih juara pertama Research in Science and Technology Creativity (Ristec) 2008 yang
diadakan di Universitas Diponegoro. Kemasan ini dapat terurai dengan sendirinya menjadi
karbondioksida dan air bila dikubur dalam tanah. Teknologi terbaru ini, kini bisa
diujicobakan di Indonesia menggunakan bahan baku local yaitu limbah kulit udang dan
singkong. Kedua bahan tersebut dipilih lantaran jumlahnya yang sangat banyak tersedia di
negeri ini.[8]
Indonesia dikenal luas sebagai salah satu Negara pengekspor udang mentah kupas. Sekitar 12
ribu ton kulit udang kering dihasilkan oleh Indonesia per tahunnya sebagai hasil sampingan
ekspor udang mentah kupas. Sedangkan singkong sendiri merupakan tanaman yang sudah
merakyat. Saat ini Indoensia meproduksi kurang lebih 19 juta ton singkong setiap tahunnya.
Proses pembuatan plastik ini tidaklah sulit. Pembuatan khitosan, dilakukan dengan mengolah
limbah kulit udang, dijemur hingga kering. Sedangkan untuk pembuata PLAdigunakan bahan
baku singkong. PLA (Poly Lactic Acid) adalah senyawa yang saat ini sedang
dikembangkan sebagai alternated kemasan plastic konvensional atau sebagai kemasan
biodegradable. Bahan baku PLA bersumber dari bahan yang dapat diperbaharui
serta memiliki kandungan pati yang tinggi. Selain singkong, juga dapat digunakan bahan
lainnya seperti jagung, kentang dan umbi-umbian lain. PLA dapat dicetak dalam
bentukseperti tas belanja, gelas, sendok, mangkuk dll.
Keuntungan dari penggunaan PLA dibandingkan kemasan plastik lainnya yaitu sifat
biodegradablenya yang dapat terurai di alam, maksimal satu setengah bulan. Cobabandingkan
dengan styrofoam yang tidak dapat diuraikan sama sekali. Sifatnya yang transparan dan kaku
menyerupai plastik pada umumnya merupakan nilai tambah tersendiri.Namun, kemasan dari

PLA dan khitosan ini juga memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan masing-masing.
Oleh karena itu, penggabungan antara khitosan dan PLA diharapkan dapat saling melengkapi.
Menghasilkan kemasan yang dapat terurai dengan sifat menyerupai plastic. Proses
penggabungannya pun cukup mudah. Mencampurkan larutan PLA dalan khitosan secara
perlahan agar tercampur merata.
Kemasan yang dihasilkan akan meiliki penampilan transparan dan warna kekuningan.
Setelah terbentuk, kemasan ini dapat digunakan sebagai bahan pembungkus sayuran,
kemasan sekunder pembungkus biscuit maupun roti. Masih perlu banyak penelitian lebih
lanjut dalam pengambangan kemasan ramah lingkungan. Terutama, masalah optimalisasi
dalam pembuatan PLA, termasuk ketertarikan pihak industri (Tim Rostrum.2008).

c.2 Memanfaatkan Limbah sebagai bahan bangunan


Menganut prinsip 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle, limbahstyrofoam dapat digunakan
untuk menghasil benda lain (Recycle), contohnya membuat batako dari limbah stytofoam.
Upaya memanfaatkan limbah ini dilakukan oleh Surani, pria yang tinggal di Tipar, Cakung,
Jakarta Timur dengan niat sederhana, menghindari buangan sampah dan polusi
pembakaran styrofoam. Cara membuat sederhana yaitu styrofoam digiling seperti jagung.
Kemudian, dicampur pasir dan ditambah semen, lalu dicetak. Komposisi yang tepat itu 50%
styrofoam, 40% pasir, dan 10% semen. Jadi, penggunaan styrofoam dapat menghemat pasir
dan semen. Hasilnya tidak mengecewakan, rumah yang dibangun dengan menggunakan
batako berbahan dasar limbah syrofoam terbukti kokoh dan sifat styrofoam yang menolak air
membuat tanah tidak lembab.
c.3 Memanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur
Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh global warming dapat juga dilakukan
dengan memanfaatkan styrofoam sebagai media untuk menumbuhkan jamur. Cara ini telah
dilakukan oleh seseorang di Inggris yang akan mengikuti kompetesi Stop Global
Warming. Dengan cara ini, dia mengubah sampah menjadi lebih bermanfaaat.
d. Memanfaatkan Styrofoam sebagai Pelindung Tanaman
Diluar negeri, Styrofoam dapat dimanfaatkan sebagai pelindung tanaman di saat
musim dingin dengan memanfaatkan sifatnya sebagai insulator.
e.

Mengembangkan teknologi untuk menguraikan Styrofoam


Beberapa upaya telah ditemukan untuk menguraikan Styrofoam, antara lain :

1.Memanfaatkan Kulit Buah Jeruk untuk Mendissolve Styrofoam


Metode ini diupayakan oleh Vici Riyani and Adrienne Trinovia Sulistyo siswa SMA
Santa Ursula. Dengan mengolah kulit jeruk yang mengandung d-limonene, mereka ubah
dalam bentuk polymer flocculant yang digunakan untuk menguraikan styrofoam menjadi air

yang pasti mereka yakin cara ini tetaplah ramah lingkungan. Caranya dengan memasukan
kulit jeruk bersamaan dengan styrofoam ke dalam blender dan melalui proses distilisasi dan
kemudian diaduk sampai dengan semuanya bercampur dengan baik. Dengan begitu campuran
ini dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Atau cara lain yang mereka temukan dengan
menggunakan kulit buah jeruk juga. Mereka melakukannya dengan tekhnik sulfonasi. Yaitu
dengan memotong styrofoam hingga kecil-kecil dan campurkan dengan chloroform dan asam
sulfat dengan suhu 45oC selama 2 jam. Hasil dari campuran tersebut adalah sodium
polystyrene sulfonate (PSSNa). Setelah melalui proses pemisahan dan netralisasi, cairan
tersebut akan berubah menjadi bubuk polimer. Bubuk polimer ini kemudian bisa digunakan
sebagai pemurni air dan sangat berguna dalam industri semen.
2. Mengembangkan bakteri Pseudomonas putida
Para ahli biologi di University of College Dublin, Irlandia, menemukan turunan
bakteriPseudomonas putida, yang biasa ditemukan di dalam tanah, memakan minyak
styrenemurni dan mengubahnya menjadi plastik yang ramah lingkungan. Minyak yang
merupakan hasil pemanasan styrofoam pada suhu tinggi itu mencemari tanah karenasulit
terdegradasi di alam.
Kevin OConnor dan koleganya mengubah polystyrene menjadi minyak melalui pyrolysis,
yaitu memanaskan plastik turunan minyak bumi dengan suhu 520 derajat Celcius tanpa
melibatkan oksigen. Pemanasan tersebut menghasilkan cairan yang terdiri atas minyak
styrene sebesar lebih dari 80 persen dan sisanya berupa cairan racun lainnya. Para peneliti
kemudian memberikan cairan ini kepada salah satu turunan bakteri,Pseudomonas putida CA3. Pada awalnya, mereka berharap bakteri akan memurnikanstyrene dari larutan. Namun,
bakteri justru sangat menikmati menu makan barunya ini dan mengubah 64 gram styrene
campuran untuk menghasilkan sekitar 3 gram bakteri baru.
Dalam proses ini, bakteri menyimpan 1,6 gram energi minyak styrene dalam bentuk plastik
biodegradable (dapat terurai di alam) yang disebutpolyhydr oxyalkanoate atauPHA. Selain
musnah jika dibakar, plastik jensi ini juga mudah terurai di alam. Namun, proses biologi yang
dilakukan bakteri menghasilkan produk sampingan yang masih beracun, yaitu toluene.
Meskipun demikain, temuan ini membawa harapan baru karena menunjukkan bahwa
styrofoam dan molekul polystyrene yang menyusunnya dapat diubah menjadi ramah
lingkungan.

Secara singkat, usaha yang dilakukan


penggunaan Styrofoam adalah sebagai berikut :

dalam

hal

pengurangan

dampak

Menggunakan pembersih dari kain seperti handuk daripada menggunakan pembersih


dari kertas.

Untuk peralatan makan selalu menggunakan peralatan yang terbuat dari logam dan
bisa digunakan berkali-kali daripada menggunakan peralatan makan dari styrofoam


Lebih memilih menggunakan wadah yang terbuat dari gelas dengan tutup dari kaleng
atau logam. Daripada menggunakan wadah yang terbuat dari Styrofoam. Begitu pula ketika
membeli makanan.

BAB
PENUTUP

III

A. Kesimpulan
Dari uraian mengenai kandungan Styrofoam di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara
lain:
1.
Pada proses pembuatannya styrofoam menggunakan gas CFC (Cloro Fluoro Carbon)
yang merupakan gas rumah kaca, sifatnya yang stabil membuat gas ini dapat bertahan lama di
udara dan merusak lapisan ozon, sehingga semakin meningkatkan peristiwa global warming.
2.
Styrofoam mempunyai pengaruh bagi kehidupan yang merupakan musuh besar bagi
lingkungan karena tidak dapat diuraikan secara alami dan masih sulit menemukan fasilitas
untuk
mendaur
ulangnya.
Dan
juga
telah
diketahui
bahwa
proses
produksi Styrofoam merupakan penghasil limbah terbesar ke-5 di dunia.
3.
Beberapa cara telah dilakukan untuk mengurangi bahaya styrofoam baik bagi kesehatan
maupun lingkungan, diantaranya dengan membuat kemasan baru yang dapat diuraikan oleh
lingkungan, mengembangkan teknologi yang dapat menguraikan styrofoam, memanfaatkan
kembali limbah styrofoam yang ada di lingkungan dan sebaiknya mengurangi
penggunaan styrofoam sebagai wadah atau kemasan makanan.
B.Saran
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain :
1.
Sebaiknya pemerintah memperhatikan masalah penggunaan keamsa styrofoampada
makana dengan mengeluarkan undang-undang dan penyuluhan yang lebih khusus dalam
perlindungan makanan dan lingkungan
2.
Sebaiknya pemerintah melarang produksi styrofoam, terutama dalam bentuk kemasan
makanan
3.
Agar pengusaha makanan menghentikan penggunaan kemasan styrofoam pada makanan
dan menggantinya dengan kemasan yang dapat didaur ulang
4.
Sebaiknya konsumen lebih peduli terhadapa kesehatan dan lingkungan sebelum
memutuskan untuk menggunakan styrofoam.

5.
Sebaiknya konsumen menggunakan kemasan makanan yang aman dan dibawa sendiri
dari rumah.

[1] Visi BPOM menjadi institusi pengawas obat dan Makanan yang inovatif, kredibel dan
diakui secara Internasional untuk melindungi masyarakat.
[2] http//repository.usu.ac.id/bistream
[3] Disampaikan pada pelatihan Quality Control alat-alat IPA oleh Drs. Parlin Sinaga M si
dankerjasama antara jurusan pendidikan fisika denga PT Sugitek Indo Tama.
4

A. Brent Strong, Plastics Materials and Processing, USA, 2000, hal. 217.

Kompas, Residu Styrofoam Berbahya bagi Kesehatan, 2001

Penyakit susah untuk tidur yang disebabkan oleh obat tertentu, stress, depresi, dll.

[7] EPA adalah lembaga dari pemerintahan federal Amerika Serikat dibebankan dengan
melindungi kesehatan manusia dan lingkungan, dengan menulis dan menegakkan peraturan
berdasarkan undang-undang yang disahkan oleh kongres.
5 Charles A. H, Handbook of Plastics, Elastomers and Composites, USA, hal. 730.

Anda mungkin juga menyukai