Anda di halaman 1dari 117

189 alwaie

Pengantar [Umat Butuh Khilafah]


Assalmualaikum wa rahmatullhi wa baraktuh.
Pembaca yang budiman, sejatinya umat tidak bosan untuk terus
membincangkan Khilafah. Bukan hanya layak dibincangkan, Khilafah
harus terus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh hingga benar-benar
terwujud kembali. Karena itu Hizbut Tahrir tidak pernah bosan untuk
terus menyuarakan penegakkan kembali Khilafah, khususnya di Tanah Air,
termasuk melalui media al-waie ini.
Dari tinjauan syariah, Khilafah jelas merupakan kewajiban terbesar yang
dibebankan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya atas umat ini. Terlalu banyak
dalilbaik dari al-Quran, as-Sunnah, Ijmak Sahabat dan Qiyasyang
menjadi landasan kewajiban menegakkan Khilafah ini. Hal ini sudah
sering secara berulang disampaikan oleh Hizbut Tahrir.
Dari tinjauan faktual, selain merupakan kewajiban syariah, Khilafah
sejatinya

dibutuhkan

dibutuhkan

umat

keberadaannya

sepanjang
oleh

umat

masa.

Khilafah

benar-benar

Islam,

bahkan

oleh

dunia.

Pasalnya, tanpa Khilafah, umat Islam seperti ayam kehilangan induknya.


Tanpa Khilafah, tak ada yang benar-benar mengurus, melayani dan
melindungi mereka sebagaimana yang terjadi saat ini sejak Khilafah
diruntuhkan tahun 1924.
Karena itu aneh jika ada yang menuduh Khilafah sebagai ancaman.
Pasalnya, tak ada bukti sejarah sedikit pun bahwa Khilafah menjadi
ancaman bagi umat manusia. Sebaliknya, sepanjang sejarahnya Khilafah
justru menebarkan banyak kebaikan, kesejahteraan, keadilan, keamanan
dan kedamaian bagi umat manusia di seluruh dunia.
Justru sebaliknya, tanpa Khilafah seperti saat ini, dunia dirundung banyak
masalah akibat dominasi ideologi kufur, baik Kapitalisme-liberal maupun
Sosialisme-komunis, yang notabene rusak dan terbukti menciptakan
banyak kerusakan di mana-mana selama puluhan tahun. Kedua ideologi
inilahdan bukan ideologi Islam dengan Khilafahnyayang benar-benar

secara nyata bukan saja mengancam, tetapi sudah terbukti menimbulkan


malapetaka kemanusiaan selama piluhan tahun hingga saat ini.
Di seputar itulah tema utama al-waie edisi kali ini, selain tema-tema lain
yang aktual dan juga layak untuk dikaji oleh pembaca. Selamat
membaca!
Wassalmualaikum wa rahmatullhi wa baraktuh.

Dari Redaksi: Khilafah Mewujudkan Rahmatan Lil Alamin


Kembali Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), pada bulan Rajab yang mulia,
menggelar acara besar di seluruh Indonesia. Muktamar Tokoh Umat (MTU)
1437 H yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia mengangkat
tema, Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin.
Acara ini sekaligus untuk mengingatkan bahwa pada bulan Rajab inilah
sistem Khilafah dihapuskan, tepatnya pada tanggal 28 Rajab 1342 H (3
Maret 1924).
Sejak saat itu umat Islam kehilangan negara Khilafah yang pernah
menjadi negara adidaya dunia. Umat Islam kehilangan pelindung umat.
Khilafah selama ini berusaha keras untuk melindungi kaum Muslim, tanah
mereka, jiwa mereka serta menjaga kehormatan dan kemuliaan Islam dan
umat Islam.
Sejak Khilafah runtuh, umat Islam kehilangan sistem politik yang
menyatukan umat Islam secara kokoh dan kuat. Umat Islam kehilangan
institusi politik yang menerapkan syariah Islam secara totalitas dalam

level negara. Dalam Negara Khilafahlah seluruh urusan umat Islam


ibadah, ekonomi, politik, hubungan luar negeri, keuangan, dlldiatur
berdasarkan syariah Islam, bukan hukum-hukum lain buatan umat
manusia yang terbukti batil, merusak dan membawa penderitaan bagi
umat ini.
Mengapa HTI mengangkat tema Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam
Rahmatan Lil Alamin? Sebagaimana dijelaskan Ketua DPP HTI, Ustadz
Rokhmat S. Labib, tema ini diangkat untuk menegaskan bahwa hanya
dengan penerapan syariah Islam secara kffah dalam institusi Daulah
Islam atau Khilafah Islam bisa mewujud menjadi rahmatan lil alamin. Ini
berlaku pada semua zaman, sejak zaman Rasulullah saw. hingga akhir
zaman. Karena itu sungguh aneh kalau ada pihak yang menggembargemborkan Islam sebagai rahmat lilalamin justru menolak penerapan
syariah Islam oleh institusi Khilafah.
Dalam acara ini juga ditegaskan peran penting Khilafah sebagai institusi
politik yang menerapkan syariah Islam. Pertama: sebagai penjaga akidah
umat. Akidah atau keimanan adalah perkara yang sangat penting bagi
umat Islam. Untuk itu Khilafah melakukan beberapa kebijakan antara lain:
1.

Islam akan terus diajarkan dan ditanamkan secara formal di seluruh


jenjang pendidikan oleh Negara Khilafah.

2.

Islam juga akan terus didakwahkan oleh Negara Khilafah melalui


berbagai media, tempat ibadah, majelis taklim, dan lain-lain yang
ada di tengah-tengah masyarakat.

3.

Negara Khilafah akan terus mendorong seluruh kaum Muslim untuk


berperan aktif melakukan amar makruf nahi mungkar agar akidah
dan pemahaman Islam di tengah-tengah masyarakat dapat terus
terjaga.

4.

Akidah dan pemahaman umat Islam insya Allah akan dapat terus
terjaga dengan penerapan Islam dalam kehidupan sehari-hari oleh
Negara Khilafah hingga akan tampak keagungan dan kemuliaan
Islam di mata umat.

Jika semua upaya telah dilakukan oleh Negara Khilafah, tetapi masih ada
juga yang mencoba murtad dari Islam, maka hukumannya tidak mainmain. Jika ada orang Islam yang mencoba murtad, mengaku sebagai nabi,
atau menistakan Islam dan syariahnya, maka hukumannya adalah
hukuman mati. Nabi saw. bersabda, Siapa saja yang murtad dari
agamanya, bunuhlah! (HR at-Tirmidzi).
Kedua: Khilafah Menjamin Kebutuhan Rakyat. Terkait hal ini politik
ekonomi Negara Khilafah adalah menjamin pemenuhan kebutuhan pokok
tiap individu rakyat (sandang, pangan, dan papan). Adapun kebutuhan
pokok masyarakat dalam bentuk pendidikan, kesehatan dan keamanan
dipenuhi oleh Khilafah dengan memberikan fasilitas pendidikan dan
kesehatan secara cuma-cuma atau semurah mungkin. Khilafah juga akan
menciptakan stabilitas dalam negeri demi terciptanya rasa aman warga
negara. Ini berlaku bagi seluruh rakyat, baik Muslim maupun non-Muslim;
baik kaya maupun miskin; mereka mendapat kesempatan dan perlakuan
yang sama.
Dalam hal pengelolaan kepemilikan umum, Khilafah juga akan menjaga
dan mengelola harta milik umum. Dalam hal menjaga harta milik umum
itu: (1) Khilafah akan menetapkan harta tertentu sebagai milik umum; (2)
Harta milik umum itu tidak boleh dikuasakan, diserahkan atau diberikan
kepada swasta; (3) Khilafah harus mengelola harta milik umum langsung
mewakili rakyat dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam bentuk berbagai pelayanan.
Ketiga: Khilafah akan memberantas kriminalitas. Salah satu hal yang
penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah keamanan. Dalam Islam,
sebagaimana yang disebut Imam al Mawardi, yang dimaksud dengan
kriminalitas (jarmah), adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
syariah, yang pelakunya diancam oleh Allah SWT dengan hukuman hadd
atau tazr. Tindak kriminal tersebut di antaranya pergaulan bebas,
pencurian, penyalahgunaan narkoba, minuman keras, pembunuhan,
LGBT, pemerkosaan, dll.
Pemberantasan tindak kriminal oleh Khilafah secara umum mencakup dua
hal: (1) Pencegahan tindak kriminal dengan penerapan syariah Islam di
tengah kehidupan; (2) Penjatuhan sanksi hukum (uqbat) bagi pelaku
tindak kriminal. Dengan demikian paradigma pemberantasan kriminal

didasarkan pada tindakan preventif (pencegahan) dan kuratif


(pengobatan) bagi pelaku yang melakukannya. Upaya pencegahan
terwujud dalam bentuk hukum-hukum syariah yang mencegah terjadinya
tindak kriminal. Adapun upaya kuratif berupa penjatuhan sanksi hukum
bagi pelaku tindak kriminal.
Keempat: Khilafah akan menjaga keutuhan negara dan mengemban
dakwah. Khilafah menerapkan beberapa hukum syariah Islam yang
apabila diterapkan akan dapat menjaga negara. Dalam hal ini, Islam
tidak memberikan celah sedikit pun bagi kelompok tertentu untuk
memisahkan diri dari wilayah kesatuan kaum Muslim. Karena itu Islam
mengharamkan tindakan disintegrasi. Khilafah akan memerangi mereka
yang memberontak kepada Khalifah dan mempertahankan wilayah
Daulah dengan kekuatan senjata.
Walhasil, siapa pun yang menginginkan Islam kembali mejadi rahmatan li
al-lamn, tidak memiliki pilihan lain kecuali mengembalikan Daulah
Khilafah yang menerapkan syariah secara kffah. Inilah jalan satusatunya yang wajib kita tempuh. Bukan sekadar wajib atau fardhu,
menegakkan Khilafah adalah tj al-furdh (mahkota kewajiban), yang
dengan itu berbagai kewajiban lainnya dapat ditegakkan. Allahu Akbar!
[Farid Wadjdi]

Opini

Urgensi Syariah dan Khilafah

Ummu Syarif; Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Kediri.

Umat Islam masih menjadi umat yang lemah, tidak berwibawa dan tidak
diperhitungkan oleh musuh-musuhnya. Kaum Yahudi terus-menerus
mengusir dan membantai saudara-saudara kita di Palestina. Saudarasaudara kita di Rohingya masih terus-menerus dihinakan oleh kaum
Budha radikal. Para pejuang Islam di Uzbekistan terus-menerus menjadi
korban kebiadaban rezim anti Islam. Di Angola lebih dari 100 masjid
ditutup dan dihancurkan. Di sana agama Islam resmi menjadi agama
terlarang karena dipandang bertentangan dengan adat setempat.
Di Suriah dan Irak, kaum Muslim tidak aman. Darah, harta dan
kehormatan mereka begitu murah. Sesama Muslim saling bunuh demi
kepentingan penjajah. Bertahun-tahun mereka hidup dihantui ketakutan
yang luar biasa. Ratusan ribu penduduknyatua-muda, pria-wanita
berbondong-bondong meninggalkan negerinya, entah ke mana. Di Eropa
mereka terdampar tanpa arah dan terlunta.
Adapun di negeri-negeri Arab yang kaya-raya, penguasanya menutup
mata. Para penguasa itu pun sebenarnya mendengar jeritan histeris
anak-anak, rintihan orang-orang yang terluka dan orang-orang tua, serta
seruan orang-orang yang meminta pertolongan. Meski begitu, para
penguasa itu tetap saja tuli, bisu, buta, dan tidak mau berpikir.
Di negeri kita yang mayoritas penduduknya Muslim ini, umat Islam juga
terus-menerus dilecehkan dan didipinggirkan. Contohnya pemberangusan
dan ancaman kepada umat Islam di Tolikara.
Selain itu di nergeri ini kebijakan neoliberal mengakibatkan rakyat
semakin sengsara. Pemerintah meliberalisasi perdagangan dan industri
di sektor sumberdaya alam, energi, kesehatan dan pendidikan serta
pertanian.

Korporasi-korporasi

dalam

negeri

maupun

asing

masih

mengatur bursa penguasa, siapa yang naik, siapa yang turun, siapa yang

disingkirkan. Pemerintah terus gencar menambah utang, termasuk dari


Cina. Tentu tidak ada makan siang gratis. Hasil riset oleh Rand
Corporation,

Chinas

Foreign

Aid

and

Government-Sponsored

Investment Activities menyebutkan, utang yang diberikan oleh Cina


mensyaratkan minimal 50 persen dari pinjaman tersebut terkait dengan
pembelian barang dari Cina. Beban akibat utang yang makin menumpuk
itu akan kembali ditanggung oleh rakyat.
Jelas, kemunduran umat ini adalah masalah yang serius, bukan mainmain. Kita mempunyai dua pilihan.

Pertama: Diam dan tidak ikut

berjuang mengganti sistem kapitalis ini. Jika itu pilihannya, kehinaan dan
nestapa akan terus membelenggu leher kita akibat ulah para penguasa
zalim. Kita akan terus ditimpa kehinaan di dunia selain kesedihan dan
azab di akhirat yang jauh lebih pedih dan dahsyat (Lihat: QS az-Zumar
[39]: 26; al-Qalam [68]: 33). Kedua: Bergerak secara aktif untuk
mengganti sistem dan rejim kapitalis, lalu mengangkat seorang khalifah
yang akan menjadi pelindung dan perisai umat. Dengan begitu, kita bisa
mengakhiri era suram Kapitalisme ini dan mengembalikan neger-negeri
Muslim yang terserak, kembali secara utuh ke pangkuan Khilafah.
Dengan itu, kita pun bisa meraih kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu harus ada usaha sungguh-sungguh dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran serta kerjasama dari seluruh komponen umat
Islam di negeri ini untuk menghentikan sekularisme, liberalisme dan
neoimperialisme; lalu berupaya untuk menegakkan syariah dan Khilafah.
Hanya dengan sistem berdasar syariah yang dipimpin oleh seorang
khalifah, Indonesia dan juga dunia, benar-benar bisa menjadi baik.
Syariahlahyang ditegakkan oleh Khalifah dalam sistem Khilafahyang
menjadi jalan satu-satunya untuk memberikan kebaikan dan kerahmatan
Islam

bagi

seluruh

alam

semesta

sehingga

berbagai

kerusakan,

kezaliman dan penjajahan bisa dihapuskan di muka bumi. Di sinilah


esensi seruan Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil
Alamin yang gencar diserukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia. [Ummu
Syarif; Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Kediri]

Islam Rahmat untuk Semua

Lika Rosliana; Guru Eskul Sains HSG Khoiru Ummah Bandung

Islam adalah agama yang sempurna. Islam memiliki seperangkat aturan


komprehensif dalam kehidupan yang mengatur interaksi manusia dengan
tuhannya, manusia dengan dirinya sendiri dan manusia dengan manusia
yang lain. Kesempurnaan Islam dan penerapannya secara total di tengah
kehidupan

masyarakat

telah

mengantarkan

Islam

pada

masa

kegemilangan selama empat belas abad lamanya. Selama rentang waktu


itulah, Islam menjadi mercusuar peradaban dunia. Risalah Islam disebar
ke berbagai penjuru. Islam menjadi rahmatan lil alamin (rahmat bagi
alam semesta).
Tidak salah jika Umar ibn al-Khaththab ra. memiliki pendapat, Islamlah
yang membuat umatnya mulia, dan tidak pernah mereka mencari
kemuliaan selain Islam.
Kemuliaan umat Islam dirasakan karena adanya penerapan syariah Islam
secara

total

pada

setiap

aspek

kehidupan.

Allah

SWT

mengutus

Rasulullah saw. untuk menyampaikan risalah Islam sebagai rahmat bagi


seluruh alam (Lihat: QS al-Anbiya [21]: 107; QS al-Qashash [28]: 86).
Dengan demikian Islam rahmatan lilalamin merupakan buah dari
penerapan syariahnya secara total. Penerapan syariah Islam secara total
ini tidak akan sempurna jika tidak ada institusi yang penerapnya. Itulah
Khilafah Islam. Keberadaan institusi inilah yang akan menerapkan islam
secara sempurna dan membuktikan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Alhasil, mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin tidak lain dengan
menerapkan syariah Islam secara sempurna dalam institusi Khilafah
Islam. WalLhu alam bish-shawb. [Lika Rosliana; Guru Eskul Sains HSG
Khoiru Ummah Bandung]

Muhasabah: Semangat Muktamar Tokoh Umat


Kondisi kita masih memprihatinkan. APBN kita saat ini sebesar Rp 2000
triliun cukup besar. Dengan penduduk yang juga besar, pertumbuhan 34% itu merupakan suatu kepastian. Perdagangan akan jalan terus, tegas
Hariman Siregar.
Tokoh Malari 1974 ini melanjutkan, Namun, bila hanya 3-4%, semua
yang diperdagangkan tersebut, bila diumpamakan dengan makanan bagi
manusia, hanya menjadi kotoran. Bila pertumbuhan ekonomi di bawah
7%,

maka

sebenarnya

ada

persoalan

suprastruktur,

yakni

kepemimpinan.
Saya menyampaikan kepada beliau saat bertemu pada pertengahan April
lalu, Ya, kepemimpinan. Kita perlu benteng yang menjaga segala hal,
mulai dari akidah umat hingga kehidupan ekonominya.
Segera saya tambahkan, Kata Nabi, al-Imamu junnatun, imam/khalifah
adalah benteng.
Bukan sembarang kepemimpinan, tetapi kepemimpinan Islam. Benar
kata Pak Fuad Amsyari, Dalam kekuasaan rezim sekular umat Islam
jangan berharap Islam dan umat Islam dilindungi, dibela, dan dibesarkan
oleh rezim yang sedang berkuasa melalui kebijakan-kebijakannya.
Politisi senior ini menambahkan, Yang terjadi malah pelemahan Islam
dan umatnya. Untuk mengatasi lajunya proses pelemahan tersebut hanya
ada satu jalan, yaitu memenangkan Islam Politik.

Mendengar hal ini saya teringat apa yang disampaikan oleh Hujjatul
Islam, Imam al-Ghazali. Dalam kitabnya Al-Iqtishd f al-Itiqd, beliau
menegaskan, Agama dan kekuasaan (ibarat) saudara kembar. Agama
adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu yang tanpa
pondasi niscaya runtuh dan sesuatu tanpa penjaga niscaya lenyap.
Memang, kepemimpinan merupakan suatu hal yang urgen. Muktamar
Tokoh Umat yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia, di
Jakarta, pada 23 April 2016, adalah salah satu wujud kepedulian
terhadap kepemimpinan. Tajuk Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam
Rahmatan lil Alamin menggambarkan setidak-nya tiga hal. Pertama:
Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. merupakan rahmat bagi umat
manusia. Kedua: Islam sebagai rahmatan lil alamin itu merupakan buah
penerapan syariah Islam secara kffah. Ketiga: Syariah Islam secara
kffah hanya dapat diwujudkan di bawah naungan Khilafah Rasyidah ala
minhajin-nubuwwah.
Salah seorang peserta bertanya, bagaimana dengan sebagian orang yang
mencap orang yang menegakkan syariah itu dengan radikal. Saya
sampaikan, memang sikap perlu diperjelas. Sikap yang diperlukan
sekarang tampaknya bukan meminta, tetapi berjuang untuk menuntut.
Saya teringat pada pidato Bung Karno saat rapat umum Radicale
Concentratie di Bandung pada tahun 1922, Marilah kita sekarang
mendjalan-kan politik percaja diri sendiri dengan tidak mengemisngemis. Sebaliknja, hajo...kita berteriak,... Toean Imperialis, inilah jang
kami TOENTOET...!!!
Ternyata, dulu mereka berjuang melawan penjajahan dengan sikap
radikal.

Bila

melenyapkan

radikal

itu

kezaliman,

adalah

semangat

menghilangkan

melawan

penjajahan,

kesewenang-

wenangan,

menurut saya itu adalah hal yang baik. Diperlukan. Bila sikap radikal itu
untuk memberikan solusi bagi krisis multidimensi yang kita alami, itu
adalah radikal yang positif. Tanpa sikap radikal seperti itu tidak mungkin
para ulama dan umat Islam dulu dapat mengenyahkan penjajahan.
Semangat para tokoh yang hadir sangat tampak, tidak terpengaruh isu
radikalisme di luaran sana. Sekadar menyebut, politisi Islam Bahtiar

Chamsah menyengaja hadir. Padahal kondisi beliau sedang dalam


keadaan kurang sehat. Dai kondang, KH Wahfiudin, dengan penuh
khidmat mengikuti acara hingga akhir. Kiyai duduk dimana? Saya tidak
melihat

pan-jenengan.

Afwan,

tadi

tidak

dapat

menyambut

dan

menemani, ujar saya kepada beliau.


Salah satu tokoh Thariqah Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah hanya
mengatakan dengan gayanya yang khas, Tidak apa-apa. Saya mengikuti
di sini.
Kesungguhan senada ditunjukkan oleh Amin Lubis. Pak Amin, begitu
beliau saya panggil, mengatakan penuh antusias, Muktamar ini sangat
bernilai tinggi dan positif. Perlu sosialisasi masyarakat bangsa dan semua
agama. Dengan itu jelas bagi penganut agama-agama bahwa ajaran
Islam adalah ajaran yang di butuhkan dan ditunggu-tunggu manusia
sekarang dan akan datang.
Ketua Persatuan Tarbiyah Indonesia (Perti) ini melanjutkan, Harusnya
acara ini disiarkan langsung oleh TV agar semua orang tahu bahwa apa
yang disampaikan dalam acara ini untuk mewujudkan rahmatan lil
alamin.
Begitu semangatnya, beliau pesan pada saya, Ustadz, tolong nanti saya
dikasih CD full acara ini dari awal hingga akhir, ya!
Saya sampaikan kepada beliau, Siap!
Pengacara nasional, Azam Khan, menangkap intisari senada. Ini acara
yang luar biasa untuk mengumpulkan tokoh dan membangun kesamaan
visi bagi umat.
Beliau menambahkan, Saya pikir itu sudah cukup sebagai pesan kepada
umat bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah mengu-mandangkan
seruan moral dan akhlak untuk senantiasa mengingat sang Rabbi.
Indonesia harus sudah berubah ke arah sunnah Rasul.
Beliau juga mengatakan bahwa semua pejabat penguasa dan pengusaha
diseru dan diingatkan kalau main-main dengan ancaman Allah SWT,

akibatnya serius dan fatal. HTI juga menyeru kembali pada Khilafah agar
rahmatan lilalamin tercapai, pungkasnya.
Syariah itu merupakan istilah Islam. Syariah itu berarti berpegang pada
al-Quran dan Sunnah. Itu wajib. Jadi, menerapkan syariah itu merupakan
kewajiban, kata Prof. Musybi, pengurus Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia (DDII) tersebut.
Terkait dengan acara muktamar, dengan wajah sedikit berkaca-kaca
beliau menyam-paikan kepada saya, Acara ini sudah dengan sangat
terbuka menjelaskan Islam rahmatan lil alamin. Tidak ada yang ditutuptutupi tentang cara Khilafah menerapkan syariah untuk mewujudkan
Islam sebagai rahmatan lil alamin. Semuanya sudah jelas, ujar aktivis
sepuh yang juga Ketua Umum International Muslim Brotherhood ini.
Ketua Dewan Pembina Sarikat Islam, Djauhari Syamsuddin menimpali,
Tapi, ini belum sampai ke tengah umat.
Prof. Musybi segera merespon, Nah, itulah tugas kita bersama.
Ternyata bukan hanya peserta muktamar yang antusias. Di luar pun
demikian. Dai muda yang tengah naik daun, Koko Liem mengirim WA,
Tadi Koko lihat di group, subhanalLh muktamarnya sukses karena rame
sekali yang hadir. Sayang sekali Koko ga bisa hadir karena pagi di Bogor
dan siang di Mauk, ada acara tabligh akbar bareng H. Rano Karno.
PR

kita

semua

adalah

bagaimana

mewujud-kan

semangat

dan

kesungguhan ini dalam perjuangan di tengah masyarakat. WalLhu alam.


[ Muhammad Rahmat Kurnia; DPP Hizbut Tahrir Indonesia]

Fokus: Nestapa Umat Tanpa Khilafah

Umar Syarifudin (Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)

Keruntuhan Khilafah pada 3 Maret 1924 M, bertepatan dengan 27 Rajab


1342 H, menandai lenyapnya sistem pemerintahan menurut Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah Muhammad saw. dari muka bumi ini. Kehancuran
Khilafah menandai berakhirnya penerapan syariah Islam dalam segala
aspek kehidupan dan terhentinya penyebaran risalah Islam ke seluruh
dunia

dengan

dakwah

dan

jihad

fi

sabilillah.

Peristiwa

itu

juga

menyebabkan perubahan besar pada tata politik internasional. Sejak saat


itu,

kaum

Muslim

praktis

tidak

lagi

memiliki

pengaruh

di

dunia

internasional. Bahkan pada level tertentu, umat Islam hanya menjadi


obyek permainan dan persekongkolan busuk negara-negara imperialis
Barat. Dengan demikian, keruntuhan Khilafah telah menjadi biang segala
malapetaka, kejahatan, dosa dan kerusakan bagi umat Islam.

Mengapa Khilafah Runtuh?


Keruntuhan Khilafah Islamiyah disebabkan oleh dua faktor penting: (1)
faktor internal; (2) faktor eksternal.

1.

Faktor Internal.

Pertama: Kemunduran berpikir. Pada dasarnya eksistensi sebuah negara


dan peradaban ditentukan oleh sejauh mana penjagaan penguasa dan
rakyatnya terhadap pemahaman, standarisasi dan sistem nilai yang
mereka anut. Daulah Islamiyah dan peradaban Islam tegak di atas
mafhm (pemahaman), maqyis (tolok ukur) dan qant (tradisi)
Islam. Daulah

Islamiyah

tetap

tegak

dan

berdiri

kokoh

manakala

penguasa dan rakyatnya memiliki keterikatan dan kesadaran tinggi


terhadap tiga hal tersebut. Sebaliknya, ketika penguasa dan rakyat tidak
lagi terikat dengan mafhm, maqyis dan qant Islam, Daulah

Islamiyah telah kehilangan pilar penyangganya.

Keruntuhannya pun

tinggal menunggu waktu. Inilah yang terjadi, terutama pada masa-masa


terakhir Khilafah Utsmani.
Kedua: Masuknya paham nasionalisme. Prancis, Inggris dan Amerika
melakukan

tipudaya

dengan

menabur

benih

kehancuran

dengan

menanamkan paham nasionalisme pada abad 18-19 di tengah-tengah


kaum Muslim. Tumbuhnya paham ini menjadi tikaman yang tepat
menghujam jantung kesatuan Negara Islam. Strategi ini memberikan
hasil yang cepat dan telak. Nasionalisme yang dikampanyekan berhasil
menimbulkan rasa permusuhan, kebencian dan peperangan di antara
kaum Muslim. Gagasan nasionalisme menyebar di seantero kekuasaan
Khilafah

Utsmani.

Begitulah

kaum

Muslim

dikerat

dengan

pisau

nasionalisme, ukhuwah dinomor duakan. Bermula dari pelataran Bumi


Syam, fanatisme ini berkembang dan membesar ke berbagai negara.
Fanatisme ini bertujuan untuk menumbangkan Khilafah Utsmani yang
dipegang oleh orang Turki. Lebih ironis lagi, fanatisme ini dikendalikan
oleh orang-orang Nasrani Libanon, yang telah terbina dalam pendidikan
Barat.
Ketiga: Adanya konspirasi, kesadaran politik umat menurun dan mental
para penguasa Islam rusak. Para penguasa Islam saat itu juga tak segansegan bersekongkol dengan negara-negara kafir untuk menghancurkan
eksistensi Khilafah Islamiyah. Contohnya adalah Dinasti Saud yang rela
menghambakan dirinya pada kepentingan kaum kafir. Contoh lain adalah
Wali Mesir Mohammad Ali yang bersekongkol dengan Prancis untuk
memisahkan diri dari Khilafah Islamiyah pada tahun 1830-an. Selain itu
sejumlah kebijakan Khalifah justru menjadi sebab keruntuhan Khilafah
Utsmaniah, mulai dari pengadopsian perundang-undangan Barat ke
dalam perundangan-undangan Khilafah, pembiaran terhadap gerakan
Turki Muda yang dipelopori Mustafa Kemal serta kebijakan-kebijakan
lainnya.
Mustafa Kemal dari Gerakan Turki Muda kelihatannya seperti seorang
Muslim yang taat. Dia shalat bersama-sama umat Islam di mesjid-mesjid.
Bahkan diapun menyampaikan khuthbah Jumat di beberapa mesjid. Dia
bersumpah akan berperang untuk menyelamatkan Khilafah. Dia memuji-

muji Allah, Islam dan Nabi Muhammad SAW sepanjang waktu. Dia
menyebutkan al-Quran sebagai Kitab Suci yang sempurna. Dia berkata
al-Quran itu adalah konstitusi. Dia juga mengatakan itu semuanya pada
pembukaan

Majelis

Agung

Nasional

di

Ankara

sewaktu

Perang

Kemerdekaan. Umat Islam pun percaya. Dia mendapatkan kekuasaan


penuh

selama

Perang

Kemerdekaan.

Setelah

Turki

memperoleh

kemerdekaannya, Mustafa Kemal dipilih oleh Majelis sebagai Presiden


Turki. Gerakan Turki Muda memperoleh kekuasaan dan Mustafa Kemal
membatalkan Khilafah pada 3 Maret 1924. Sejak itu berakhirlah sudah
kesatuan kepemimpinan bagi ummat Islam yang telah berlangsung
selama 1300 tahun. Sejarah kemudian mencatat, ternyata Mustafa Kemal
menjalankan agenda Inggris: melakukan revolusi untuk menghancurkan
Khilafah Islamiyah.

2.

Faktor Eksternal.

Pertama: Perang pemikiran dan peradaban. Barat menyadari sepenuhnya


bahwa umat Islam tidak bisa dikalahkan selama mereka masih berpegang
teguh dengan Islam. Barat juga memahami bahwa umat Islam di seluruh
dunia memiliki ikatan persaudaran yang sangat kuat, yakni persaudaraan
yang tegak di atas aqidah islamiyyah, dan bersatu bersatu di bawah
kepemimpinan seorang khalifah. Mereka juga menyadari bahwa Khilafah
Islamiyah adalah jantung dan perisai umat Islam. Kaum Muslim hanya
bisa dinamis, bergerak dan hidup ketika berada di dalam sistem Islam.
Islam pun hanya bisa diterapkan secara sempurna dalam kehidupan
individu, masyarakat dan negara di bawah naungan Khilafah Islamiyah.
Langkah

pertama

yang

dilakukan

oleh

orang-orang

kafir

untuk

menghancurkan Khilafah Islamiyah adalah memisahkan kaum Muslim dari


Islam dan menanamkan ikatan baru di tengah-tengah mereka, yakni
ikatan-ikatan ashabiyyah semacam nasionalisme, mazhabisme sempit,
sukuisme,

patriotisme,

dan

lain

sebagainya.

Untuk

itu,

mereka

menyebarkan paham sekularisme dan kebebasan untuk menghancurkan


keterikatan kaum Muslim dengan Islam; juga paham nasionalisme untuk

memecah-belah persatuan umat Islam serta untuk menumbuhkan benihbenih disintengrasi dalam Daulah Khilafah Islamiyah.
Saat Khilafah mulai melemah, sementara fikrah umat pun sudah sangat
kabur, maka

mudah

bagi

Barat

untuk

melakukan

invasi

dengan

menggunakan politik devide et impera.


Kedua: Melenyapkan Khilafah Islamiyah. Barat sangat memahami bahwa
persatuan adalah inti dari kekuatan umat Islam. Khilafah Islam pada
masa kegemilangannya telah menunjukkan posisinya sebagai superpower
pada masa Abad Pertengahan.
Permainan politik Barat dipusatkan di Turki dengan tujuan untuk
menggulingkan

pemerintah

dan

menghancurkan

Khilafah.

Inggris

menciptakan move politik yang eksekusinya dibantu oleh antek-anteknya


hingga menggiring Khilafah masuk ke dalam jebakannya.
dengan

memanfaatkan

sekutu-sekutu

dan

Inggris,

antek-anteknya,

terus

berusaha merongrong Khilafah Islamiyah. Inggris, baik terang-terangan


maupun sembunyi-sembunyi, menjadi dalang pemberontakan melawan
Khilafah Islamiyah. Begitu pula Prancis dan negara-negara imperialis
Barat

lainnya.

Mereka

terus

mencaplok

wilayah-wilayah

Khilafah

Islamiyah serta mengobarkan peperangan dan pemberontakan melawan


Khilafah Islamiyah. Lambat laun, Khilafah Islamiyah mulai melemah dan
tidak mampu menjaga wilayah kekuasaannya yang amat luas. Akibatnya,
satu demi satu wilayah kekuasaan Khilafah Islamiyah jatuh ke tangan
penjajah; mulai dari Asia, Afrika, Kaukasus, dan lain sebagainya.

Di

pusat kekuasaan Khilafah Islamiyah, Inggris menyokong sepenuhnya


gerakan

Turki

Muda

yang

dipimpin

oleh

Mustafa

Kemal. Melalui

persekongkolan, intrik, pengkhianatan dan tipudaya licik, akhirnya Inggris


berhasil melenyapkan sistem Khilafah yang agung dan mengganti
Khilafah dengan sistem kenegaraan sampah, yakni demokrasi-sekular.
Inilah faktor-faktor penting yang menyebabkan keruntuhan Khilafah
Islamiyah.
Ketiga:

Melancarkan

serangan

militer,

menciptakan

konflik

dan

mengadakan ikatan perjanjian. Pada tahun 1914-1918 pecah Perang


Dunia I, ada kesempatan bagi bangsa-bangsa Arab untuk memisahkan

diri dari Khilafah Utsmaniah. Mereka ingin mendirikan Khilafah Arabiyah


sebagai tandingannya. Kesempatan ini tidak disia-siakan Inggris untuk
menghancurkan kekuatan Islam. Eropa mengerti betul bahwa perpecahan
antara Arab dan Turki mengakibatkan kekuatan Islam lemah. Jika
kekuatan Islam melemah, Eropa menjadi kuat. Mereka sudah lama
menunggu

pertarungan

antarumat

Islam

tersebut.

Akibat

dari

pertarungan kedua bangsa itu, jelas kekuatan Islam menjadi lemah. Ini
sekaligus

merupakan

Muhammad

jalan

Imarah,

pintas

Al-Jamiyah

meunuju

kehancurannya.

al-Islmiyyah

wa

al-Fikrah

(Dr.
al-

Qawmiyyah, Dar asyu-Syuruq, 1414-1994, hlm. 53, 54).


Selain menciptakan konflik, Barat juga membuat sejumlah perjanjian
yang mampu membuat wilayah Khilafah Utsmani dengan mudah diobrakabrik

oleh

musuh,

seperti

Perjanjian

Karlowitz

1699,

Perjanjian

Passarowitz 1718, Perjanjian Belgrade 1739, Perjanjian Kk Kaynarca


1774, dll. Semuanya dimaksudkan untuk mengerat habis wilayah Khilafah
Utsmani. Rusia mengerat wilayah Khilafah di utara sampai perbatasan
dengan Laut Hitam. Prancis menjajah Mesir pada 1698, Aljazair pada
1830, Tunisia pada 1881 dan Moroko pada 1912. Inggris mengambil
wilayah India, Cina barat, Sudan, dan akhirnya merebut Mesir dari
Prancis. Kaum Muslim seperti hidangan yang direbutkan dan Barat mulai
melakukan ekspansi militer dengan 3G (gold-gospel-glory), lalu menjajah
negeri-negeri Muslim.

Menjelang Satu Abad Umat Tanpa Khilafah


Sejak

Khilafah

runtuh

dan

Dunia

Islam

terpecah-belah,

berbagai

malapetaka menimpa umat di seluruh dunia. Umat Islam sedunia antara


lain mengalami: Pertama: Perpecahan. Sejak Khilafah lenyap, lalu
demokrasi tegak, muncullah sejumlah perpecahan di antara kaum
Muslim, kesenjangan kaya dan miskin dan konflik suni-syiah. Bercokol
pula paham sekularisme-liberalisme.
Dengan demokrasi umat Islam mengalami pembusukan pemikiran dan
perasaan dari kafir Barat. Di bawah demokrasi, api sektarianisme selalu
dipantik

oleh

musuh-musuh

Islam.

Begitu

juga

ashabiyah

dan

mazhabiyah, permusuhan keluarga dan konfik kepentingan. Amerika


menggunakan perpecahan di tengah bangsa-bangsa sebagai strategi
untuk menambah hegemoninya dan kelangsungannya. Buktinya adalah
upaya pecah-belah Amerika di Suriah, Irak, Sudan, Pakistan dan Mesir.
Kedua:

Ketiadaan

pelindung

sejati

umat.

Ketiadaan

Khilafah

menyebabkan keamanan dan rasa aman kaum Muslim seluruh dunia


tercabut.
telah

dan

Berbagai peristiwa mengerikan yang menimpa umat Islam


sedang

terjadi.

Negara-negara

kafir

melakukan

pesta

penjajahan dengan menjadikan semua negeri Muslim menjadi target


operasi. Darah-darah tertumpah. Kekayaan alamnya dijarah. Tanah umat
pun menyusut mulai dari ujung-ujungnya, bahkan dari jantungnya.
Yahudi telah merampas tanah penuh berkah, Palestina, Tanah Isra dan
Mikraj, bumi kiblat pertama. Di sana, mereka mendirikan sebuah negara.
Mereka pun menebarkan kerusakan dan merusak tanah tersebut. Mereka
menghalau dan mengusir penduduknya dari rumah-rumah mereka,
menodai kehormatan mereka, membunuh dan menumpahkan darah
mereka.
Amerika dan Eropa telah menumpahkan darah kaum Muslim, merobekrobek negeri Irak dan Afganistan, serta melakukan makar kepada kita di
semua tempat. Amerika telah membagi Sudan, melepaskan Timor Timur
dari Indonesia, mendukung Yunani menguasai Cyprus. Bersama Amerika,
Inggris terlibat dalam pembantaian di Irak, Afganistan dan Libya. Prancis
mengikuti mereka dalam aksi pembantaian kaum Mulsim di berbagai
tempat.
Rusia membantai umat Islam di Cremia, Kaukasus, Chechnya, Tataristan.
China membantai umat Islam di Turkmenistan. India membantai umat
Islam di Kashmir. Bahkan, negara kecil seperti Burma (Myanmar) pun ikut
terlibat membantai kaum Muslim di negeri mereka sendiri!
Ketiga: Syariah Islam terbengkalai. Rasulullah saw. diutus dengan
membawa Islam. Baginda Rasul saw. telah berhasil membangkitkan
bangsa Arab dari kejahiliyahan yang diselimuti kegelapan yang pekat itu
dengan penerapan syariah secara kffah. Sekian lama syariah Islam
mampu menjaga agama, akal, jiwa dan harta benda manusia dengan

sangat sempurna. Dengan itu kehidupan masyarakat pun menjadi


tenang, tenteram dan bahagia serta dijauhkan sejauh-jauhnya dari halhal yang bisa merusak ketenteraman dan kebahagiannya. Dengan Daulah
Islam yang didirikan Baginda saw., Islam dan kaum Muslim pun menjadi
mulia dan terhormat puluhan abad lamanya. Islam pun telah menyinari
Jazirah Arab hingga sampai ke ujung-ujungnya. Namun, sejak Khilafah
runtuh, syariah Islam tak lagi diterapkan dalam kehidupan. Akibatnya,
umat makin sengsara dan menderita.
Keempat: Dakwah Islam tak lagi diemban oleh Negara. Penyebarluasan
dakwah Islam merupakan prinsip politik luar negeri negara Khilafah.
Tanpa negara Khilafah, penyebaran risalah Islam ke seluruh penjuru
dunia

menjadi

sangat

terhambat.

Tidak

ada

lagi

dakwah

ofensif

sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw. dan para pengikutnya


terdahulu.

Optimis!
Sejarah kelam penghancuran Khilafah Islamiyah menjadi pelajaran
berharga bagi umat Islam hari ini. Karena itu kaum Muslim saat ini terus
bergerak menuju ke arah perjuangan untuk menegakkan kembali
Khilafah. Umat Islam makin yakin akan bisyrah nubuwwah tentang akan
tegaknya kembali Khilafah Rasyidah ala minhaj an-nubuwwah:







Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj
kenabian (HR Ahmad).

Saat Khilafah tegak, umat Islam pun disiapkan untuk menaklukkan


bagian timur bumi dan bagian barat bumi ini, sebagaimana sabda Rasul
saw.:


















Sesungguhnya Allah telah melipat bumi untukku sehingga
aku bisa melihat bagian timur dan bagian baratnya dan
sungguh umatku kekuasaannya akan mencapai apa yang
Allah lipatkan untukku dari bagian bumi itu.

Dalam hadis di atas, Rasul saw. menjelaskan bahwa negeri Barat


termasuk bagian yang wajib ditaklukkan dan diliputi oleh kebaikan Islam
dan bukan sebaliknya. WalLhu alam. [Umar Syarifudin (Lajnah
Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)]

Analisis: Umat Butuh Khilafah


Luthfi Hidayat
Dalam genggaman Kapitalisme, dunia
menyembah

gelap tanpa cahaya.

Manusia

berhala modern. Mereka hidup tanpa moral layaknya

binatang ternak. Darah dengan mudah tertumpah. Harta dirampas


sekelompok pemodal. Kemiskinan merajalela. Hukum dan keadilan raib di
rakyat

jelata.

Selaksa

persoalan

itu

menumpuk

tanpa

pernah

terselesaikan. Kenyataan ini terjadi karena hukum-hukum Allah SWT


disingkirkan

dari

kehidupan.

Islamiyah absen di kancah

Sebabnya,

sudah

95

tahun

Khilafah

perpolitikan baik lokal, regional maupun

internasional.

Khilafah: Kewajiban Syariah Terpenting


Khilafah bukan sekadar kewajiban, namun sekaligus merupakan mahkota
kewajiban (tjul-furdh) dan kewajiban paling utama (afdhalul-wjibt).
Tanpa Khilafah banyak sekali

kewajiban yang tidak

terlaksana secara

sempurna. Karena itu berdiam diri dari aktivitas memperjuangkan


Khilafah ini adalah dosa yang sangat besar. Hal itu karena Khilafah adalah
satu-satunya metode praktis untuk melangsungkan kembali hukumhukum Islam secara sempurna di berbagai bidang kehidupan.
Adanya Khilafah

menjadikan umat memiliki pelindung. Ketakwaan

masyarakat akan terjaga. Jihad pun dengan mudah terlaksana atas


komandonya. Rasulullah saw. bersabda:






Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu laksana benteng; orangorang berperang di belakang dia dan berlindung kepda
dirinya. Jika dia memerintah dengan berlandaskan takwa
kepada Allah dan keadilan, dia akan mendapatkan pahala.
Jika dia berkata sebaliknya maka dia akan menanggung dosa
(HR al-Bukhari).

Khilafah Menjaga Akidah Umat dan Kemuliaan Islam


Telah lama sekularisme, liberalisme, demokrasi, sosialisme, marxisme
dan paham kufur lainnya terus menggasak akidah kaum Muslim saat ini.

Melalui berbagai media paham tersebut masuk ke rumah-rumah keluarga


muslim tanpa filter sedikitpun. Semua ini terjadi karena ketiadaan
Khilafah.
Islam tidak memaksakan agama kepada seseorang. Namun, Islam tidak
membenarkan seorang Muslim untuk murtad. Seorang Muslim yang
murtad dari Islam akan diberi nasihat dan diberi waktu untuk bertobat
selama tiga hari. Jika dia tetap dengan kemurtadannya, dia

akan

dibunuh.


Siapa yang mengganti agamanya, bunuhlah! (HR al-Bukhari).

Gonta-ganti keyakinan adalah penyakit hati yang harus ditindak secara


tegas. Jika tidak, akidah masyarakat akan tercemar dan rusak. Ketegasan
Rasulullah saw. dalam persoalan akidah ini merupakan bentuk penjagaan
Islam atas akidah.
Khilafah juga akan menindak tegas siapa pun yang menghina kemuliaan
Islam. Hate speech yang baru-baru ini dilakukan oleh majalah Charlie
Heboh

adalah

pengulangan

kejadian

sebagai

bentuk

penghinaan

terhadap kemuliaan Islam. Dalam sistem Khilafah, siapa pun tidak bisa
dengan alasan kebebasan menghina Rasulullah saw. Dalam hadis
dinyatakan:


Pernah ada seorang wanita Yahudi yang sering mencela dan
menjelek-jelekkan Nabi saw. Lalu perempuan itu dicekik
sampai mati oleh seseorang. Ternyata Rasulullah saw.
menjadikan darahnya sia-sia (menghalalkan darahnya) (HR

Abu Dawud).

Khilafah Melindungi Nyawa dan Harta Manusia


Untuk memelihara jiwa manusia Islam telah mensyariatkan uqbt
(sanksi hukum) berupa hukuman mati atas pelaku pembunuhan tanpa
haq. Ketegasan hukum ini merupakan bentuk zawjir, yakni mencegah
orang untuk melakukan tindak pembunuhan secara sembarangan, agar
kehidupan yang hakiki terpelihra dengan baik (Lihat: QS al-Baqarah [2]:
179).
Terkait harta, Khilafah menjaga harta umat Islam dengan menerapkan
prinsip-prinsip sistem Ekonomi Islam secara sempurna. Dalam Islam
dikenal kepemilikan individu,

kepemilikan umum, dan

kepemilikan

negara. Prinsip ini sangat khas, yang tidak ditemukan pada sistem
kapitalis maupun sosialis. Khalifah akan mengelola harta kaum Muslim
atas

patokan

dasar

sistem

kepemilikan

tersebut.

Negara

haram

mengambil hak individu. Individu pun haram menguasai kepemilikan


umum dan kepemilikan negara. Kepemilikan umum akan dikelola oleh
negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Islam dengan tegas akan memberikan sanksi had atas pelaku pencurian,
yakni dengan memotong tangan sang pencuri. Islam juga memberikan
hukuman berat bagi para pembegal (perampok). Pembegal adalah orang
yang melakukan teror di jalanan, merampas harta benda orang yang
lewat, bahkan sampai menumpahkan darah. Hukuman bagi pembegal
adalah dibunuh dan disalib (Lihat: QS al-Maidah [5]: 33).

Khilafah Menegakkan Keadilan


Karena berasal dari Allah SWT, hukum Islam telah terbukti keadilannya
bukan hanya untuk umat Islam, namun bagi sengenap warga negara
dalam naungan Khilafah. Prinsip keadilan hukum ini dijamin Allah SWT
(Lihat: QS al-Maidah [5]: 50; lihat juga penafsiran Wahbah Az-Zuhaili
tentang ayat ini dalam At-Tafsr al-Munr, VI/224).

Sejarah pun menjadi saksi akan keadilan hukum Islam dalam naungan
Khilafah. Di antara kisah yang cukup masyhur adalah sengketa baju besi
Khalifah Ali bin Thalib ra. dengan seorang Yahudi. Saat itu Khalifahyang
notabene memiliki kekuasaan sangat besardikalahkan di pengadilan
oleh Yahudi tersebut, yang sebetulnya telah mencuri baju besi milik
Khalifah itu. Pasalnya, di pengadilan itu Khalifah dianggap tidak mampu
menghadirkan saksi yang memadai oleh qdh. Karena takjub akan
keadilan hukum Islam, Yahudi itu pun masuk Islam dan mengembalikan
baju besi itu kepada Khalifah sbagai pemiliknya. Karena masuk Islam,
Khalifah justru menghadiahkan baju besi itu kepada Yahudi tersebut (HR
al-Hakim).

Khilafah Menyesaikan Persoalan Umat


Umat saat ini, di berbagai belahan dunia dan di berbagai sisi kehidupan,
mengalami banyak persoalan.

Palestina, jantung negeri kaum Muslim,

misalnya, telah lama dirampas dan diduduki oleh Yahudi. Sampai detik
ini persoalan tersebut tidak dapat diselesaikan karena tidak ada Khilafah.
Penganiayaan dan pembunuhan terus berlangsung di Palestina. Demikian
pula nasib umat di Suriah, Mesir, Pakistan, Afganistan, Lybia, Afrika,
Kasymir,

sampai

negara

kecil

seperti

Burma

menumpahkan darah kaum Muslim. Semua tidak

yang

terus-merus

terselesaikan karena

tidak ada Khilafah.


Di negeri ini, tanpa syariah dan Khilafah, semua serba darurat; mulai dari
darurat narkoba, darurat mafia peradilan, darurat LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual, dan Transgender), darurat pergaulan bebas dan darurat yang
lainnya. Kita juga mengalami krisis kepemimpinan. Banyak sekali kepala
daerah di negeri ini tersandung kasus korupsi.
Neoliberalisme dan Neoimperialisme secara massif nyata-nyata menjajah
ekonomi negeri ini. Kooptasi korporasi begitu menggurita. Perekonomian
bangsa ini dicaplok China. Jebakan blok-blok Ekonomi membuat negara
tidak berkutik. Lantas dengan sistem apa semua ini bisa diselesaikan?
Tidak ada alternatif jawaban kecuali Khilafah Islamiyah.

Khilafah Menyatukan Umat


Saat ini kaum Muslim terkerat-kerat menjadi lebih dari 50 negara. Sistem
kapitalis yang diberlakukan selama ini telah makin memecah-belah
negara yang ada. Timor Timur yang

memisahkan diri dari Indonesia

tahun 1999 lalu adalah bukti nyata. Saat ini, Papua Barat makin
menunjukkan gejala separatisnya dengan alasan HAM.
Khilafah

telah

memberikan

memberikan

sanksi

kepada

mekanisme

siapa

pun

penjagaan

yang

melarang tindakan-tindakan berbahaya seperti


disitegrasi, memberikan peluang asing

negara

melanggarnya.

dan
Islam

tindakan separatis,

menguasai kita, serta tindakan

bught.
Islam memberikan had bagi pelaku bughat, yakni orang-orang yang
mencoba memisahkan diri dari kesatuan negara dengan kekuatan
senjata. Sanksi bagi pelaku bught adalah diperangi. Negara akan
memerangi mereka hingga mereka kembali dan tunduk pada kekuasaan
Negara Khilafah (Lihat: al-Hujurat [49]: 9).
Khalifah juga akan menindak tegas segala tindak pembangkangan
terhadap institusi negara. Rasul saw. dengan jelas menyatakan bahwa
tindakan membangkang kepada imam (al-khurj an thaat al-imm)
adalah tercela. Nabi saw. bersabda:





Siapa saja yang memisahkan diri dari jamaah dan keluar dari
ketaatan (kepada Khalifah) lalu ia mati, maka matinya adalah
mati jahiliyah (HR Ahmad).

Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan lil Alamin

Khilafah Islamiyah adalah kepemimpinan umum bagi kaum Muslim


seluruhnya di dunia untuk menerapkan hukum syariah di dalam negeri
dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru alam.
Khilafah Islamiyah akan menerapkan hukum-hukum Islam di dalam
negeri agar segala persoalan terselesaikan dengan tuntas.
hukum-hukum Islam sebagai problem solving

Kehadiran

kehidupan inilah yang

menjadi rahasia keberkahan dan rahmat untuk penduduk negeri.

Allah

SWT berfirman:








Tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi alam semesta (QS al-Anbiya [21]: 107).

Dalam tafsir Marah Labid, Syaikh an-Nawawi al-Jawi menafsirkan ayat


tersebut sebagai berikut, Tidaklah Kami utus engkau, wahai makhluk
yang paling mulia, dengan berbagai peraturan (syariah), melainkan
sebagai rahmat Kami bagi seluruh alam, dalam agama maupun dunia
Karena manusia dalam kesesatan dan kebingungan, Allah SWT mengutus
Sayidina Muhammad saw. untuk menjelaskan jalan menuju pahala,
menampilkan dan memenang-kan hukum-hukum syariah Islam, juga
membedakan yang halal dan yang haram. Setiap nabi sebelum Nabi
Muhammad saw., manakala didustakan oleh kaumnya, maka Allah SWT
menghinakan mereka dengan berbagai siksa seketika. Namun, bila kaum
Nabi Muhammad saw. mendustakannya, Allah SWT mengakhir-kan azabNya

hingga

datang

kematian

dan

Dia

mencabut

ketetapan-Nya

membinasakan kaum pendusta Rasul. Inilah umumnya tafsiran para


mufassirin.
Agar rahmat itu dirasakan oleh seluruh alam, Khilafah Islamiyah bertugas
menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad dalam bentuk fisik.
Efektivitas dakwah Islam oleh Khilafah (Negara) akan lebih terasa
dibandingkan dakwah oleh individu.

Karena manusia secara langsung

menyaksikan model syariah Islam yang telah diterapkan. Manusia akan


berbondong-bondong masuk ke dalam Islam, sebagaimana firman-Nya:

Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan


kamu punmenyaksikan manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong (QS an-Nashr [110]: 1-2).
[Luthfi Hidayat]

Afkar: Penegasan (Kembali) Kewajiban Khilafah


KH Musthafa A. Murtadlo

Para ulama mutabar telah mendefinisikan Imamah dan Khilafah secara


syari. Imam al-Haramain, misalnya, berkata:1

Imamah adalah kepemimpinan yang utuh, kepemimpinan


yang berkaitan dengan hal umum maupun khusus dalam
tugas-tugas agama maupun dunia.

Imam ar-Ramli menyatakan2:



Khalifah itu adalah imam yang agung, yang tegak dalam
Khilafah an-Nubuwwah, dalam melindungi agama serta politik
yang sifatnya duniawi.

Definisi yang lebih lengkap yang mengkompromikan berbagai definisi


para ulama salaf adalah yang dikemukakan oleh Syaikh Dr. Abdul Majid
al-Khalidi,3 yang menyatakan bahwa Khilafah adalah:


,

Kepemimpinan umum bagi kaum Muslim di dunia untuk
menegakkan hukum-hukum syariah Islam serta mengemban
dakwah Islam ke suluruh dunia.

Dari sisi penggunanaannya, istilah imamah, khilafah atau imarah,


digunakan oleh para ulama untuk menunjuk pada obyek yang sama.
Itulah yang ditegaskan oleh Syaikh al-Islam al-Imam al-Hafidz Abu
Zakaria an-Nawawi:4

Imam boleh juga disebut dengan khalifah, imam atau amirul


mukminin.

Karena itulah, benar kesimpulan yang dikemukakn oleh Dr. Abdullah bin
Umar ad-Dumaiji dalam tesis masternya di Universitas Ummul Qura, yang
berjudul Immah al-Udzma inda Ahl as-Sunnah wa al-Jamah, 5 Mereka
yang melakukan eksplorasi secara seksama terhadap hadis-hadis tentang
Khilafah dan Imamah akan mendapatkan fakta bahwa Rasulullah saw.,
para Sahabat dan para

Tbiin yang meriwayatkan hadits-hadits

tersebut, tidak membeda-bedakan istilah khalifah dan imam. Bahkan


setelah pengangkatan Sayidina Umar Ibn al-Khaththab ra. sebagai
khalifah, para Sahabat menambahkan panggilan untuk beliau dengan
istilah amirul muminin.

Urgesitas Khilafah Menurut Ulama Aswaja


Urgensitas Khilafah atau Imamah ini telah banyak ditegaskan oleh para
ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja). Hujjatul Islam al-Imam Abu
Hamid al-Ghazali, misalnya, dalam kitabnya, Al-Iqtishd f al-Itiqd,
menyatakan,6 Agama dan kekuasaan itu ibarat (dua saudara) kembar
Agama itu pondasi, sedangkan kekuasaan itu adalah penjaga. Sesuatu
yang tanpa pondasi akan roboh dan sesuatu yang tanpa penjaga akan
hilangJelaslah bahwa sesungguhnya kekuasaan itu urgen...Dengan
demikian kewajiban mengangkat imam (khalifah) itu adalah termasuk
salah satu dari hal-hal yang urgen secara syari.
Imam Ibn Hajar al-Haitami al-Makki asy-Syafii, dalam

kitabnya,

Shawiq al-Muhriqah (I/25) juga menyatakan, Para Sahabat ra. telah


berijmak bahwa mengangkat imam (khalifah) setelah masa kenabian
berakhir adalah wajib. Bahkan mereka menjadikan kewajiban tersebut
sebagai yang paling penting saat mereka lebih menyibukkan diri dalam

urusan mengangkat imam (khalifah) daripada memakamkan (jenazah


suci) Rasulullah saw.

Pendapat Ulama Mutabar: Khilafah Wajib


Para ulama mutabar dari berbagai madzhab telah bersepakat atas
kewajiban menegakkan Imamah atau Khilafah. Tentu pernyataan mereka
adalah merupakan hasil istinbth mereka dari dalil-dalil syariah, baik hal
itu mereka jelaskan ataupun tidak.
Imam

Alauddin

al-Kasani

al-Hanafi7

berkata,

Sesungguhnya

mengangkat imam (khalifah) yang agung itu adalah fardhu. Dalam hal ini
tidak ada perbedaan pendapat di antara ahlul-haq
Syaikh al-Islam al-Imam al-Hafidz Abu Zakaria an-Nawawi asy-Syafii8
berkata:



.

Umat Islam wajib memiliki seorang imam (khalifah) yang
menegakkan agama, menolong Sunnah, memberikan hak
bagi orang yang dizalimi, menunaikan hak dan menempatkan
hal tersebut pada tempatnya. Saya nyatakan, menegakkan
Imamah adalah fardhu kifayah.

Imam

Fakhruddin

ar-Razi,

penulis

kitab

Manqib

asy-Syfii,

saat

menjelaskan QS al-Maidah [5] ayat 38, menegaskan,9 Para mutakallimin


berhujjah dengan ayat ini bahwa wajib atas umat untuk mengangkat
seorang imam (khalifah) untuk mereka. Dalilnya adalah bahwa Allah SWT
telah mewajibkan di dalam ayat ini untuk menegakkan had atas pencuri
dan pezina. Tentu harus ada seseorang yang melaksanakan seruan

tersebut. Sungguh umat telah sepakat bahwa tidak seorang pun dari
rakyat yang boleh menegakkan had atas pelaku kriminal tersebut.
Bahkan mereka telah sepakat bahwa tidak boleh (haram) menegakkan
had atas orang yang merdeka pelaku kriminal kecuali oleh imam
(khalifah)Karena itu kewajiban mengangkat imam (khalifah) adalah hal
yang pasti.
Imam al-Qurtubi, seorang ulama dan mufassir mazhab Maliki, ketika
menakwilkan QS al-Baqarah ayat 30, berkata, 10 Ayat ini adalah pokok
(yang menegaskan) keharusan mengangkat imam atau khalifah untuk
didengar dan ditaati...Tidak ada perbedaan tentang kewajiban ini di
antara umat; tidak pula di antara para imam kecuali apa yang
diriwayatkan dari Al-Asham.
Penjelasan Imam al-Qurthubi di atas ditegaskan lagi oleh Al-Hafidz Ibn
Katsir asy-Syafii saat menakwilkan surah dan ayat yang sama11:







.
Sungguh al-Qurthubi dan yang lain berdalil berdasarkan ayat
ini atas kewajiban mengangkat khalifah untuk menyelesaikan
perselisihan yang terjadi di antara manusia, memutuskan
pertentangan mereka, menolong orang dizalimi dari yang
menzalimi, menegakkan hudd, mengenyahkan kerusakan
dan berbagai perkara penting lainnya yang tidak mungkin
semua itu dilakukan kecuali oleh Imam (Khalifah).

Imam Abul Qasim an-Naisaburi asy-Syafii berkata12:


}{
.
Umat Islam telah bersepakat bahwa yang menjadi obyek
khithb Allah SWT, Karena itu cambuklah adalah imam
(khalifah). Karena itulah mereka berhujjah atas kewajiban
mengangkat imam (khalifah).

Imam Abu al-Hasan al-Mirdawi al-Hanbali dalam kitab Al-Inshf13:

.




:

Mengangkat imam (khalifah) adalah fardhu kifayah.

Begitulah penegasan para ulama mutabar tentang kewajiban mengakkan


Khilafah Islam sebagai sistem pemerintahan satu-satunya yang sah
secara syari. Tentu kalau bukan karena terbatasnya ruang, bisa lebih
banyak lagi dituliskan pendapat ulama mutabar tentang kewajiban
mengangkat imam (khalifah) ini.

Menghilangkan Syubhat
Meski begitu jelas dan terang pendapat ulama tentang kewajiban
mnegkan Khilafah, kita mendapati banyak pendapat aneh saat ini, yang
justru berseberangan dengan pendapat para ulama mutabar tersebut.
Intinya, mereka menolak kewajiban menegakkan Khilafah yang telah
menjadi ijmak ulama mutabar ini. Sungguh ini sangat memprihatinkan.
Syubhah pertama: Khilafah tidak wajib, bahkan utupia. Dinyatakan,
Khilafah sebagai salah satu sistem pemerintahan adalah fakta sejarah

yang pernah dipraktikkan oleh Khulafaur Rasyidin. Khilafah adalah model


yang sangat sesuai dengan eranyaMasa itu umat Islam sangat
dimungkinkan untuk hidup dalam satu sistem khilafah. Pada saat umat
manusia bernaung di bawah negara-negara bangsa (nation states) maka
sistem Khilafah bagi umat Islam sedunia kehilangan relevansinya. Bahkan
membangkitkan kembali ide khilafah pada masa kita sekarang ini adalah
sebuah utopia.14
Pernyataan ini bertentangan dengan penjelasan Syaikh al-Islam al-Hafizh
Abu Zakaria an-Nawawiy al-Asyari asy-Syafii15 saat beliau men-syarh
salah satu hadis riwayat Imam Muslim:16

Makna hadis ini adalah: jika dibaiat seorang khalifah setelah


pembaiatan seorang khalifah, maka baiat yang pertamalah
yang sahAdapun baiat yang kedua adalah batilHaram bagi
orang yang dibaiat yang kedua untuk menuntut
Kekhilafahanbaik keduanya di dua negeri yang berbeda
atau di satu negeri yang sama Inilah yang benar menurut
maszahab kitapara ulama Syafiiyyahserta pendapat yang
dipegag oleh jumhur ulamaPara ulama telah bersepakat
bahwa tidak boleh diangkat dua khalifah pada masa yang
sama, baik Darul Islam telah menjadi luas atau belum

Jelas, menurut Imam an-Nawawi, Khalifah itu harus satu, tidak boleh
lebih, meski Darul Islam telah menjadi luas.
Lalu bagaimana dengan klaim bahwa Khilafah itu utopia? Jawabannya
sederhana sekali. Pertama: Bagaimana mungkin suatu yang diwajibkan
oleh syariah disebut utopia? Kedua: Jika Khilafah itu utopia, mengapa
George Bush beberapa tahun yang lampau begitu cemas sehingga
menyatakan komitmennya,17 We should open new chapter in the fight
against enemies of freedom, against those who in the beginning of XXI
century call Muslims to restore caliphate and to spread sharia ?
Syubhah yang kedua: Sebagian yang lain mengklaim bahwa Khilafah itu
dasarnya adalah hadis dhaf. Karena hadis dhaf, maka hukum yang di-

istinbth dari hadis itu pun gugur dengan sendirinya. Hadis yang
dimaksud adalah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad
(IV/273) tentang beberapa fase kekuasaan setelah fase Kenabian yakni:
Khilafah

ala

minhj

an-nubuwwah,

mulk[an]

dh[an],

mulk[an]

jabriyat[an] dan terakhir adalah kembalinya Khilafah ala minhj annubuwwah.


Jawaban atas syubhat yang kedua ini ada dua. Pertama: Dari sisi istidll.
Para fuqaha mutabar saat meng-istinbth hukum tentang kewajiban
menegakkan Khilafah tidak berdasarkan hadis riwayat Imam Ahmad
tersebut. Mengapa? Karena hadis tersebut bukanlah hadis hukum, tetapi
masuk kategori hadis at-targhb wa at-tarhb (hadis yang isinya motivasi
dan ancaman). Karena itu hadis tersebut bukan merupakan dalil untuk
meng-istinbth hukum tetang kewajiban Khilafah. Inilah juga manhaj
yang digunakan oleh Hizbut Tahrir; persis sama dengan manhaj yang
muqarrar menurut jumhur ulama, tidak kurang dan tidak lebih.
Kedua: Dari aspek sanad, hadis tersebut maqbl bil munzi (diterima
tanpa ada yang menyelisihi). Imam Al-Hafidz

al-Iraqi dalam Kitab

Mahajjatu al-Qarbi il Mahabbah al-Arab menegaskan hadis ini sahih. AlHfizh Ibn Hajar al-Haitsami, dalam Majma az-Zawid wa Manba alFawid (V/188), menyatakan bahwa hadis riwayat Imam Ahmad ini rijalnya tsiqqah. Selain itu, tidak benar bisyarah nabawiyyah terkait akan
datangnya kembali Khilafah hanya didasarkan pada hadis riwayat Imam
Ahmad dan al-Bazzar saja. Masih banyak hadis lain yang semakna
dengan hadis tersebut. Misalnya hadis tentang akan datangnya Khilafah
di Baitul Maqdis riwayat Abu Dawud (VII/68), Ahmad (V/288), athThabrani (Musnad Syamiyyin, VI/149), al-Baihaqi (IX/169),

al-Hakim

(XIX/186), dll.
WalLhu alam bi ash-shawb. [KH Musthafa A. Murtadlo]

Catatan kaki:
1

Imam al-Haramain, Abul MaaliaAl-Juwaini, Ghiyts al-Umam f at-

Tiytsi azh-Zhulam, hlm. 15.

Imam ar-Ramli, Muhammad bin Ahmad bin Hamzah, Nihyah al-

Muhtj il Syarh al-Minhj f Fiqhi ala Madzhab al-Imam asy-SyafiI


(7/289).
3

Prof Dr. Mahmud A. Majid al-Khalidi, Qawid Nizham al-Hukm f

al-Islm, hlm. 225-230.


4

Syaikh al-Islam al-Imam al-Hafizh Yahya bin Syaraf an-Nawawi,

Rawdhah ath-Thlibn wa Umdah al-Muftin (X/49); Syaikh Khatib asySyarbini, Mughn al-Muhtj (IV/132).
5

Dr. Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Immah al-Uzhma inda Ahl as-

Sunnah wa al-Jamah, hlm. 32.


6

Hujjah al-Islam al-Imam Abu Hamid al-Ghazali, Al-Iqtishd f al-

Itiqd, hlm. 76.


7

Imam Alauddin al-Kassani al-Hanafi, Badai ash-Shanai f Tartb

asy-Syari (14/406).
8

Imam al-Hafidz Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Marwa an-

Nawawi, Rawdhah ath-Thlibn wa Umdah al-Muftin (III/433).


9

Imam Fakhruddin ar-Razi, Maftih al-Ghayb f at-Tafsr (6/57, 233).

10

Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farah al-

Qurthubi, Al-Jmi li Ahkm al-Qurn (1/264-265).


11

Imam al-Hafizh Abu al-Fida Ismail Ibn Katsir, Tafsr al-Qurn al-

Azhm (1/221).
12

Imam Abul Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib bin Ayyub

asy-Syafii an-Naisaburi, Tafsr an-Naysaburi (5/465).


13

Imam Abul Hasan Ali bin Sulaiman al-Mardawi al-Hanbali, Al-Inshf

f Marifah ar-Rjih min al-Khilf ala Madzhab al-Imam Ahmad bin Hanbal
(16/60, 459)
14

nu

http://www.nu.or.id/post/read/55557/khilafah-dalam-pandangan-

15

Syaikh al-Islam al-Hafizh Abu Zakaria an-Nawawi, Shahh Muslim bi

Syarh an-Nanawi (6/316).


16

Shahh Muslim (1/1471)

17

http://hizbut-tahrir.or.id/2007/12/04/kembalinya-khilafah-isyarat-

nubuwah/

Hiwar: Rokhmat S. Labib:: Khilafah Bukan Ancaman


Rokhmat S. Labib:
KHILAFAH BUKAN ANCAMAN

Pengantar Redaksi:
Islam adalah rahmatan lil alamin. Itulah yang ditegaskan oleh Allah SWT
dalam al-Quran (QS al-Anbiya [29]: 107). Syariah dan Khilafah adalah
bagian terpenting dari Islam sebagai rahmatan lil alamin itu. Karena itu
tak ada rahmatan lil alamin tanpa Islam, tak ada Islam tanpa syariah
dan tak ada syariah tanpa Khilafah sebagai institusi pelaksananya.
Persoalannya, sampai hari ini, masih saja ada kalangan Muslim yang
salah paham atau berpaham salah. Sebagian mereka justru menuduh
syariah dan Khilafah sebagai ancaman yang seolah-olah bertentangan
dengan konsep Islam rahmatan lil alamin.

Mengapa itu bisa terjadi? Mengapa syariah dan Khilafah dituduh sebagai
ancaman, padahal keduanya merupakan bagian dari ajaran Islam?
Mengapa pula Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) baru-baru ini mengadakan
kampanye Islam Rahmatan lil Alamin. Apa latar belakang kampanye
tersebut? Seiring dengan itu, mengapa pula HTI mengadakan Muktamar
Tokoh Umat pada Bulan Rajab ini? Apa latar belakang dan tujuannya?
Untuk

menjawab

beberapa

pertanyaan

di

atas,

Redaksi

kembali

mewawancarai Ketua DPP HTI, Ustadz Rokhmat S. Labib.

Apa latar belakang HTI mengadakan kampanye Islam Rahmatan Lil


Alamin?
Kampanye ini bagian dari upaya kita untuk membangun opini umum di
tengah masyarakat tentang syariah dan Khilafah. Ini kita lakukan dalam
di setiap momentum dan kesempatan. Tak ada pembicaraan kecuali kita
sampaikan tentang syariah dan Khilafah. Apalagi pada bulan Rajab,
sengaja lebih kita gencarkan. Rajab kita pilih karena pada bulan inilah
Khilafah Islam dibubarkan oleh Musthafa Kemal. Kita ingin mengingatkan
memori umat tentang Khilafah.
Alhamdulillah, kesadaran dan persetujuan umat terhadap syariah dan
Khilafah terus meningkat. Memang, masih ada saja penolakan, baik
karena belum paham, salah paham, atau berpaham salah; juga karena
terpengaruh oleh propaganda Barat yang tak henti menghalangi tegaknya
Khilafah.
Di antara sekian banyak alasan penolakan, ada yang aneh. Menolak
syariah dan Khilafah, tetapi menjadikan jargon sebagai alasannya. Jargon
yang digunakan adalah Islam rahmatan lil alamin. Karena rahmatan lil
alamin, menurut mereka, umat Islam harus menebarkan kasih sayang
dan kedamaian kepada semua orang, termasuk orang-orang kafir. Islam
rahmatan lil alamin dipahami sebagai sikap moderat, toleran dan
menjauhi kekerasan.
Bertolak dari pemahaman tersebut, ajaran Islam yang dianggap keras
tidak boleh ditonjolkan. Kalau perlu, ditafsirkan ulang agar sejalan

dengan karakteristik Islam yang moderat, toleran dan anti kekerasan itu.
Karena itu jihad tidak boleh dimaknai perang, tetapi dikembalikan pada
makna literalnya: bersungguh-sungguh. Berbagai hukum hudd dan
jinyah, penerapan syariah dalam negara, dan lain-lain juga tidak boleh
diterapkan karena dianggap bertentangan dengan prinsip rahmatan lil
alamin.
Pemahaman ini tentu harus ditolak. Bagaimana mungkin perjuangan
menegakkan syariah dan Khilafah yang telah diwajibkan oleh syariah
berdasarkan dalil-dalil yang qathi lalu dianggap bertentangan dengan ide
Islam rahmatan lil alamin? Tidak mungkin di dalam al-Quran ada
pertentangan dan kontradiksi. Jika ada kontradiksi yang tidak bisa
didamaikan, pasti ada yang salah.
Oleh karena itu, kita merasa perlu untuk meluruskan kesalahan ini
dengan membuat kampanye yang menjelaskan makna yang benar
tentang

Islam

penegakkan

rahmatan

syariah

dan

lil

alamin,

Khilafah.

yang

erat

Bertemulah

kaitannya dengan
dua

kepentingan.

Kepentingan untuk mengkampanyekan ide syariah dan Khilafah yang


menjadi agenda utama perjuangan kita dan kepentingan untuk merespon
gagasan salah yang sudah terlanjur beredar di tengah masyarakat.

Pesan apa yang diusung dalam kampanye itu dan apa targetnya?
Pesan utamanya kita ingin menegaskan bahwa syariah dan Khilafah
bukanlah

ancaman

bagi

negeri

ini.

Sebaliknya,

keduanya

justru

merupakan solusi bagi negeri ini yang dirundung aneka masalah. Inilah
solusi yang pasti benar dan adil karena berasal dari Zat Yang Mahabenar
dan Mahaadil. Ini pula solusi yang akan melahirkan rahmat bagi seluruh
alam.
Targetnya adalah semakin banyaknya umat yang setuju dan mendukung
syariah dan Khilafah, bahkan tidak ragu-ragu ikut berjuang untuk
menegakkannya. Masak umat masih percaya saja dengan demokrasi dan
liberalisme yang terbukti membuat negeri ini makin terpuruk dan
terjajah.

Bagaimana mewujudkan Islam rahmatan lil alamin itu di era


modern ini?
Ya, terapkan saja syariah secara kffah dalam naungan Khilafah. Hanya
itu satu-satunya cara agar Islam mewujud menjadi rahmatan lil alamin.
Ini berlaku di semua zaman, mulai Islam diturunkan hingga akhir zaman.

Mengapa harus penerapan syariah?


Karena rahmatan lil alamin itu adalah hikmah dari syariah secara
keseluruhan dan sebagai satu-kesatuan. Ini ditegaskan dalam QS alAnbiya ayat 107: Wam arsalnka ill rahmatan li al-lamn. Menurut
al-Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, ayat ini menunjukkan bahwa
syariah

datang

untuk

menjadi

rahmat

bagi

hamba.

Hanya

saja,

keberadaan syariah sebagai rahmat itu adalah natjah (hasil) dari syariah
yang diterapkan. Konsekuensinya, syariah hanya akan mewujudkan
rahmatan lil alamin manakala diterapkan secara keseluruhan. Tidak
boleh parsial. Jika hanya sebagian, rahmatan lil alamin sebagai ntijahnya tidak akan terwujud.
Perlu ditegaskan, rahmatan lil alamin itu bukan illah atau faktor
penyebab syariah diturunkan. Dengan demikian terwujud atau tidaknya
rahmatan lil alamin dalam kehidupan tidak mempengaruhi status
kewajiban mengambil dan menerapkan syariah secara kffah. Kewajiban
mengambil dan menerapkan syariah ditegaskan dalam banyak nash
lainnya. Di antaranya dalam QS al-Baqarah ayat 208: Y ayyuh alladzna man [u]dkhul f as-silm kffah (Wahai kaum beriman,
masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya). Menjelaskan
ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata, Allah SWT memerintahkan hambaNya yang Mukmin, yang membenarkan Rasul-Nya, untuk mengambil
semua aspek Islam dan syariahnya, mengamalkan semua perintahnya,
dan

meninggalkan

mengerjakannya.

semua

larangannya,

selama

mereka

mampu

Lalu mengapa harus Khilafah?


Karena ath-tharqah asy-syariyyah al-wahdah (metode syari satu-satu)
untuk menerapkan syariah adalah Khilafah. Khilafah adalah institusi
pelaksana syariah. Ini telah banyak diterangkan oleh para ulama
mutabar.

Imam

Abu

al-Qasim

al-Naisaburi,

misalnya,

ketika

menerangkan Surat an-Nur ayat 2 dalam tafsirnya berkata, Umat telah


sepakat bahwa yang menjadi obyek seruan pada firman-Nya: Fajlid
(Karena itu cambuklah) adalah imam (khalifah). Karena itulah mereka
berhujjah dengan ayat ini atas kewajiban mengangkat seorang imam
(khalifah). Sebabnya, jika suatu kewajiban itu tidak sempurna tanpa
adanya sesuatu maka sesuatu tersebut menjadi wajib pula.
Oleh karena itu, hanya dengan Khilafah semua kewajiban syari dapat
diterapkan. Tanpa Khilafah, sebagaimana saat ini, banyak sekali hukum
syariah tidak bisa ditegakkan. Dengan demikian untuk mewujudkan Islam
yang rahmatan lil alamin, mutlak harus ada Khilafah yang menegakkan
syariah secara kffah.

HTI juga menyelenggarakan acara Muktamar Tokoh Umat


(MTU)1437 H secara serentak di lebih dari 60 kota di Indonesia.
Apa relevansi acara tersebut dengan kampanye Islam rahmatan lil
alamin?
Seperti tadi saya katakan, semua itu adalah bagian dari upaya kita
membangun opini umum tentang syariah dan Khilafah. Perlu kami
tegaskan,

upaya

ini

dilakukan

sebagai

bentuk

ittib

(mengikuti)

Rasulullah saw. Dalam mendirikan dawlah, ada sejumlah langkah yang


ditempuh Rasulullah saw. yang sifat baku. Langkah ini termasuk hukum
syariah yang wajib dikerjakan.
Di antaranya adalah melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan
membangun opini umum. Cara yang ditempuh berbagai macam. Beliau
mengumpulkan penduduk Makkah di Bukit Shafa, mengumpulkan para
sahabatnya

dengan

membentuk

dua

barisan

mengelilingi

Kabah,

mengundang para kerabatnya, menyampaikan Islam di pasar-pasar, di


sekitar kabah, dan tempat keramaian lainnya.
Ini pula yang kita teladani. Kita juga mengadakan berbagai kegiatan yang
bertujuan untuk membangun opini umum. Hanya uslb atau caranya
disesuaikan

dengan

kondisi

yang

ada.

Kita

mengadakan

pawai,

demonstrasi, diskusi, seminar, tabligh akbar, konferensi, muktamar, dan


berbagai kegiatan umum lainnya.
Nah, dalam rangka itulah kita melakukan kampanye Islam rahmatan lil
alamin. Dalam konteks ini pula Muktamar Tokoh Umat kita adakan.
Temanya sama dengan tema kampanye kita, yakni Syariah dan Khilafah
Mewujudkan Islam Rahmatan lil Alamin.

Apa bedanya acara MTU yang diadakan dengan muktamarmuktamar yang sudah sering digelar sebelumnya?
Prinsipnya sama. Yang membedakan hanya bentuk kegiatan, penekanan
tema, peserta yang diundang, dan hal-hal teknis lainnya. Namun, esensi
dan tujuannya sama, yakni mendakwahkan Islam; secara spesifik,
mengopinikan syariah dan Khilafah di tengah umat.
Untuk Muktamar Tokoh Umat, sebagaimana namanya, kita mengundang
para tokoh umat dari berbagai kalangan. Tujuannya, agar syariah dan
Khilafah

diterima

oleh

mereka,

menjadi

cita-cita

mereka,

bahkan

tuntutan mereka. Ketika umat dan para tokohnya bersatu menuntut


syariah dan Khilafah ditegakkan, siapa yang bisa menghadang?
Sekuat apa pun rezim penguasa, jika rakyatnya sudah melepaskan
dukungan, dia akan lemah dan ringkih. Apalagi tuntutan umat ini
mendapatkan dukungan dari ahlul-quwwah, pemilik kekuatan yang
sesungguhnya, maka tidak sulit mencabut kekuasaannya. Tentu semua
itu terjadi atas izin Allah SWT.

Mengapa acara ini dirancang demikian? Apa arti strategis acara


ini?

Asumsinya, setiap tokoh memiliki massa. Setidaknya, memiliki pengaruh


di tengah masyarakat. Suara dan sikapnya didengar oleh umat. Minimal
di tempat dan komunitasnya. Oleh karena itu, yang kita undang dalam
MTU ini adalah para tokoh umat dari berbagai kalangan dan komunitas.
Ada ulama, kiai, dan asatidz yang menjadi rujukan dan panutan umat.
Ada intelektual dan cendekiawan yang suaranya banyak didengar. Ada
juga para pengurus ormas-ormas Islam, birokrat, tokoh muslimah,
mahasiswa, dan lain-lain. Tak terkecuali, kita juga mengundang aparat
keamanan dan militer.
Kita berharap, berkumpulnya para tokoh dalam muktamar ini dapat
mempercepat tegaknya Khilafah. Ketika para tokoh tersebut menyatakan
dukungannya

terhadap

syariah

dan

Khilafah,

kita

berharap

dapat

berpengaruh terhadap massanya. Bayangkan, kalau masing-masing


mereka bisa menularkan pengaruhnya kepada 100 orang saja, maka
tinggal dikalikan. Jika yang hadir di MTU di seluruh Indonesia sekitar 30
ribu orang, berarti kegiatan ini mampu memberikan pengaruh terhadap 3
juta orang. Padahal di antara mereka

banyak ulama yang memiliki

jumlah muhibbn (pengikut) yang lebih dari itu.


Oleh karena itu, muktamar ini amat strategis. Jangan hanya dilihat
berapa orang yang datang, tetapi lihatlah berapa banyak orang yang akan
terpengaruh setelah muktamar ini selesai.

Jadi harapan HTI khususnya kepada para tokoh dan umumnya


umat Islam?
Kita berharap semua tokoh itu mau tergerak hatinya dan ikut berjuang
menegakkan syariah dan Khilafah. Demikian pula dengan seluruh umat
Islam. Mereka diharapkan sadar bahwa ini adalah kewajiban. Bahkan
Khilafah bukan hanya fardhu, tetapi tj al-furdh, mahkota kewajiban.
Artinya, keberadaan Khilafah ini menjadi penentu bagi terlaksananya
semua kewajiban.
Selain itu, toleransi waktu untuk menunaikan kewajiban ini, adu alfardh, juga sudah lewat. Sebab, syariah hanya mengizinkan tiga hari

umat Islam hidup tanpa Khilafah, sementara kita sudah 94 tahun hidup
tanpa Khilafah. Dengan begitu, tokoh beserta umatnya diharapkan mau
berjuang lebih semangat, serius dan bersungguh-sungguh.
Kita tentu sangat senang jika para tokoh itu mau bergabung dengan Hizb
untuk berjuang bersama. Sebab, semakin banyak yang bergabung dalam
barisan kita, apalagi para tokoh, tentu semakin membuat barisan kita
menjadi lebih besar dan kuat.
Akan tetapi, jika tidak mau bergabung, kita berharap para tokoh tidak
tinggal diam. Mereka berjuang di tempat masing-masing dengan tujuan
yang sama, yakni tegaknya syariah dan Khilafah. Meski berbeda
organisasinya, suaranya tetap sama: syariah dan Khilafah.
Selain para tokoh beserta umatnya, kunci tegaknya Khilafah yang paling
menentukan adalah dukungan para ahlul-quwwah, para pemilik kekuatan
riil. Merekalah para panglima tentara dan perwira militer. Dengan
kekuatannya, mereka bisa mengambil dan menyerahkan kekuasaan. Kita
berharap, mereka bersedia meneladani Saad bin Muadz, pemimpin
kabilah di Madinah, yang menyerahkan kekuasaannya Rasulullah saw.
Jika mereka mengikuti jejaknya, insya Allah mereka akan mendapatkan
pahala yang besar dan surga yang penuh dengan kenikmatan. []

Nisa: Khilafah Memuliakan Perempuan


Ir. Ratu Erma Rachmayanti; DPP MHTI

Dalam kitab An-Nizhm al-Islm, bab Masyr ad-Dustr-Dawlah alKhilfah, pasal 112-122, diatur tatacara pelaksanaan hukum yang terkait
dengan posisi perempuan, pelaksanaan tugas pokok mereka, dan
penjagaan terhadap kehormatannya.
Pasal 112 menetapkan bahwa posisi dasar perempuan adalah seorang ibu
dan pengatur rumah; perempuan adalah kehormatan yang wajib dijaga.
Ini diambil dari dalil-dalil yang menjelaskan tentang: anjuran menikah
pada usia muda, perempuan (ibu) lebih berhak dalam pengasuhan anak
daripada laki-laki (suami), permintaan izin istri kepada suami ketika keluar
rumah, kewajiban istri melayani keperluan suami, aurat wanita dan aturan
dalam kehidupan privat mereka (dalam rumah), larangan bagi wanita
untuk berhias dan memperlihatkan auratnya kepada laki-laki bukan
mahram-nya dan kewajiban bagi mahram untuk menyertai perjalanan
perempuan selama 24 jam atau lebih.
Pasal-pasal selanjutnya menjelaskan tentang penjagaan kehormatan
perempuan dan pemenuhan hak-hak perempuan. Ada pemisahan antara
laki-laki dan perempuan; dikecualikan pada waktu, tempat dan aktivitas
yang dibolehkan Allah SWT, yaitu saat di rumah, berkumpul bersama
ayahnya, saudara laki-lakinya, pamannya, kakeknya atau dengan suami
dan anak-anak laki-laki mereka. Saat di luar rumah keduanya dibolehkan
bertemu pada saat berjual beli, sewa-menyewa, saat haji, layanan
pengobatan, dan hal lain yang dijelaskan oleh syariah dengan ketentuan
bahwa perempuan harus memalaki jilbab dan kerudung (QS al-Ahzab
[33]: 33 dan QS an-Nur [24]: 30).
Untuk memenuhi haknya, Islam membolehkan perempuan terlibat dalam
aktivitas pertanian, perdagangan, industri, bisnis, berprofesi sebagai
guru, dokter, insinyur dan sebagainya yang tidak dilarang oleh syariah.
Islam pun memperkenankan perempuan menjadi pegawai negara Khilafah
seperti menjadi qdhi (hakim pengadilan), ditunjuk menjadi anggota
majelis umat dalam negara Khilafah, turut serta dalam pemilihan khalifah
dan pengesahannya. Untuk menjaga fungsi utamanya, yaitu optimal
dalam menjalankan fungsi strategisnya sebagai ibu pendidik anak-anak
dan generasi, Islam menetapkan bahwa perempuan tidak menduduki
jabatan penguasa yaitu menjadi khalifah, pembantu khalifah (muawin),
wali (setingkat gubernur), amil (setingkat bupati/walikota) dan menjadi

ketua mahkamah agung dan panglima militer.


Dalam upaya menjaga kehormatan perempuan, Islam melarang
perempuan (juga laki-laki) terlibat dalam aktivitas yang berbahaya bagi
kesucian akhlak dan merusak masyarakat. Perempuan tidak boleh bekerja
dengan mengeksploitasi sisi keperempuanannya, tetapi ia bekerja karena
keterampilan dan ilmunya. Karena itu Islam melarang perempuan
dijadikan model iklan, peragawati dan bekerja di tempat-tempat
kemaksiatan dan mengharamkan pelacuran.
Di dalam kehidupan privat (rumah tangga), perempuan dimuliakan
dengan menjadi ibu, istri, bibi, nenek dan di semua peran mereka dalam
rumah. Ia berhak merasakan ketenangan hidup bersama suaminya.
Karena itu suami wajib bersikap baik, tidak kasar, berkata santun dan
memberi perhatian yang penuh kepada istrinya. Untuk keberlangsungan
perannya, ibu dan istri harus diberi nafkah yang cukup. Ia tidak boleh
dibebani dengan kewajiban nafkah. Sebabnya, Islam mewajibkan kepada
wali (ayah, suami, saudara kandung laki-laki, anak laki-lakinya) untuk
menyediakan tempat tinggal, membelikan pakaian, makanan dan segala
keperluan yang dibutuhkan bagi mereka.
Suami dan istri harus bekerjasama dalam urusan keluarga. Suami
menyediakan seluruh kebutuhan rumah tangga. Istri mengatur seluruh
tata laksana di rumah tangga. Keduanya harus melakukan kewajiban
dalam rangka memenuhi hak masing-masing. Tidak boleh ada satu pihak
yang merasa lebih penting, namun harus saling mengisi sesuai porsinya.
Bila istri tidak sanggup menjalankan tatalaksana rumah tangga, suami
harus membantunya, termasuk menyediakan khadimah (pembantu).
Seluruh pelaksanaan hukum-hukum di atas, wajib dikontrol oleh Khalifah.
Sebelum itu, Khalifah harus menyiapkan dan memastikan bahwa semua
pihak yang terkait dengan pengurusan perempuan, paham dan mampu
menjalankan kewajibannya. Khilafah harus menyiapkan kurikulum
pendidikan yang mendidik murid laki-laki mampu menjalankan kewajiban
sebagai kepala keluarga, paham kewajiban nafkah, menggauli istri
dengan baik, yang dilandaskan pada keimanannya yang kokoh dan
keterikatannya yang kuat dengan hukum-hukum Allah SWT. Khilafah juga
harus menyediakan kurikulum untuk pengembangan skill agar laki-laki
punya keterampilan untuk bekerja. Khilafah juga harus mendidik murid

perempuan untuk memampukan mereka menjadi seorang ibu dan istri


yang baik dalam mendidik anak, mengelola rumah tangga, dan tugas
terkait lainnya.
Khilafah harus mengelola sumberdaya alam yang menjadi milik umum
dan negara, sesuai ketentuan Islam, dalam rangka menyiapkan lapangan
kerja dan memenuhi kebutuhan kolektif masyarakat. Dengan itu Khilafah
dapat meratakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi setiap keluarga,
dan terjadi optimalisasi peran keluarga, khususnya peran perempuan. Ibu
mempunyai fungsi strategis bagi bangsa. Ibu bertanggung jawab dalam
pengasuhan dan pembinaan anak-anak mereka, memberi kontribusi
positif bagi kualitas generasi penerus bangsa. Dengan pengaturan seperti
ini, maka kehormatan dan kemuliaan seorang perempuan terwujud,
keharmonian keluarga terpelihara, lahir generasi penerus yang potensial
dan berdaya guna bagi bangsa.

Negara Demokrasi Merendahkan Perempuan


Demokrasi memandang bahwa kehormatan perempuan dicapai saat
mereka memperoleh kedudukan yang sama dengan laki-laki. Visi feminis
adalah bagaimana kesetaraan jender bisa dicapai. Satu abad lebih
perjuangan feminis tidak kunjung mewujudkan visi mereka. Alih-alih
setara, justru sistem demokrasi yang berpijak pada ide kebebasan telah
menjadi bumerang bagi perempuan sendiri.
Kebebasan berperilaku atas nama HAM menjerumuskan perempuan pada
aktivitas yang merendahkan martabatnya. Kemiskinan yang muncul
akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis yang berlandaskan konsep
kebebasan kepemilikan harta dan sumberdaya, memaksa perempuan
memilih pekerjaan yang menyalahi fitrahnya. Di sisi lain, pemberdayaan
politik perempuan dengan upaya memperbanyak jumlah perempuan di
pemerintahan, untuk melakukan reformasi undang-undang agar berpihak
pada perempuan, juga tidak berhasil menyelesaikan problematika
mereka. Sampai hari ini isu kekerasan terhadap perempuan masih
menjadi fokus pembahasan para pejuang kesetaraan jender.
Mengapa mereka tidak berhasil? Karena feminisme dibangun di atas
dasar yang salah. Setiap masalah yang menimpa perempuan dianggap

sebagai akibat ketimpangan jender. Mereka tidak melihat bahwa


penyebab sebenarnya dari masalah perempuan berawal dari sistem
buatan manusia yang dipenuhi ide dan nilai-nilai yang salah dalam
memposisikan mereka. Mereka tidak menyadari ketidakmampuan ideologi
buatan manusia dalam memberikan kebahagiaan kepada manusia atau
memecahkan masalah secara efektif. Mereka tidak paham bahwa sistem
demokrasi liberal itu membuka celah munculnya diktator yang menindas
perempuan dan merampas hak-hak mereka. Mereka tidak mengakui
bahwa sistem kapitalis demokrasi sekular telah memiskinkan jutaan
perempuan, mengabaikan pendidikan, kesehatan dan pelayanan umum
lainnya. Mereka pun tidak mau tahu bahwa sistem ini telah
mengeksploitasi tubuh mereka untuk keuntungan pengusaha kapitalis
untuk meraup keuntungan besar.
Oleh karena itu, para pejuang perempuan telah salah bertindak dengan
mencoba membuat undang-undang dan mereformasi kebijakan yang ada,
dan bukannya mencabut sistem demokrasi liberal ini dari negeri kita.
Usaha mereka justru mempertahankan status quo dan memperkuat rezim
korup dan busuk di seluruh dunia Muslim, yang merupakan sumber utama
penderitaan bagi perempuan. Hal ini karena mereka mengalihkan
perhatian dari masalah yang sebenarnya dan bekerja dalam sistem yang
cacat, daripada perombakan radikal. Ini hanya membuang-buang waktu
dan tenaga.

Mengembalikan Kemuliaan Perempuan dengan Khilafah


Telah jelas dan nyata, Khilafah memuliakan kaum perempuan dan
merealisasikan kemuliaan itu dengan penjagaan dan perlindungan
terhadap posisi dan fungsi strategis mereka. Islam menyiapkan solusi
untuk berbagai masalah kehidupan dan telah menentukan solusi yang
paling tepat untuk permasalahan perempuan. Perempuan yang tinggal di
bawah lindungan Khilafah adalah seorang gadis suci yang dilindungi,
seorang ibu cerdas dan pintar serta seorang istri bijak dan santun.
Khilafah tidak akan pernah mentoleransi satu kata atau perbuatan yang
melanggar martabat perempuan, meniscayakan seorang perempuan
menjalankan semua kewajibannya yang dititahkan Allah SWT kepadanya.

Tarikh Islam membuktikan, Khilafah adalah negara yang memobilisasi


seluruh tentara untuk membela darah dan kehormatan perempuan.
Khilafah yang dipimpin oleh penguasa yang bertakwa, akan memikul
beban ekonomi perempuan yang tidak punya wali, dan berusaha untuk
menyediakan bagi mereka kehidupan yang baik dan bermartabat. Ini
adalah negara yang akan mengangkat dari perempuan beban berat
nafkah mereka sendiri. Dengan begitu mereka tidak harus berjuang
untuk memberi makan diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
Khilafahlah yang memberikan mereka kenyamanan dan keamanan
finansial. Khilafah akan mengembalikan semua hak yang diberikan Allah
SWT kepada mereka, mengoptimalkan suara politik mereka, memberi
pendidikan dan layanan kesehatan serta jaminan keamanan terbaik bagi
mereka. Seperti itulah mulianya kehidupan perempuan dalam riyah
(pengaturan) Khilafah Islamiyah ala minhaj an-nubuwwah. [Ir. Ratu
Erma Rachmayanti; DPP MHTI]

Soal Jawab: Sejauh Mana Pria Boleh Memandang Wanita Yang


Hendak Dia Khitbah?

Soal:

Sejauh mana pria yang hendak mengkhitbah wanita boleh melihat


selain wajah dan telapak tangannya? Di satu sisi ada larangan
melihat wanita secara mutlak, kecuali wajah dan telapak
tangannya. Di sisi lain, ada hadis Jabir yang membolehkan melihat
wanita pada selain wajah dan telapak tangan bagi yang hendak
mengkhitbah dirinya. Bagaimana mengkompromikan kedua hadis
?ini

Jawaban:
Mengenai larangan melihat aurat wanita secara mutlak telah dinyatakan
dalam al-Quran. Allah SWT berfirman:











Katakanlah kepada kaum wanita yang beriman, hendaklah
mereka menahan pandangannya dan kemaluannya;
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) tampak pada dirinya; hendaklah mereka menutupkan
kain kerudung ke dadanya; janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka,
atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara lakilaki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita; janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan Bertobatlah
kalian kepada Allah, hai kaum beriman, supaya kalian
beruntung (QS an-Nur [24]: 31).

Nabi saw. juga bersabda:








Sesungguhnya, jika seorang anak perempuan telah haid,
tidak boleh tampak dari dirinya, melainkan wajah dan kedua
tangannya hingga pergelangan tangan (HR Abu Dawud).

Kedua nas syariah di atas, baik al-Quran maupun as-Sunnah, dengan


tegas menyatakan larangan secara mutlak aurat wanita tampak atau

terlihat oleh pria lain. Adapun apa yang boleh ditampakkan oleh wanita
itu kepada pria lain, yaitu wajah dan kedua telapak tangan, tentu
bukanlah aurat. Karena itu keduanya boleh tampak atau terlihat oleh pria
lain.
Mengenai tampaknya aurat wanita yang terlihat oleh pria lain, secara
umum diharamkan, kecuali bagi orang yang dikecualikan dari keharaman
tersebut, yaitu pria yang hendak mengkhitbah wanita itu. Digunakan kata
tampaknya aurat, bukan menampakkan aurat, karena tampaknya
aurat wanita tersebut bagi pria yang hendak mengkhitbah dia terjadi
bukan disengaja oleh wanita yang bersangkutan, misalnya karena pria
yang hendak mengkhitbah dia melihat dia dengan sembunyi-sembunyi.
Inilah yang dimaksud oleh hadis Jabir ra.:














Jabir bin Abdillah berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda,
Jika salah seorang di antara kalian mengkhitbah perempuan,
jika dia mampu melihat apa yang mendorong dirinya untuk
menikahi perempuan itu, hendaklaih dia melakukannya. Jabir
berkata: Aku pun mengkhitbah seorang anak perempuan,
kemudian aku pun mengintip dia hingga aku melihat dari dia
apa yang mendorong aku untuk menikahi dan mengawini dia.
Lalu aku pun menikahi dia. (HR Abu Dawud).

Redaksi yang dinyatakan dalam hadis di atas, Atakhabbau laha (Aku


mengintip dia), berarti tampaknya aurat wanita tersebut bagi pria yang
hendak mengkhitbah dirinya tak disengaja oleh wanita itu. Karena itu

berdasarkan hadis Jabir ini juga bisa ditarik kesimpulan bahwa wanita
maupun walinya sama-sama tidak boleh secara sengaja menampakkan
aurat wanita kepada pria yang hendak mengkhitbah dirinya atau tidak.
Kesimpulan ini sejalan dengan larangan secara mutlak bagi wanita
menampakkan

auratnya

kepada

pria

asing,

baik

yang

hendak

mengkhitbah dirinya atau tidak.


Adapun bagi orang yang hendak mengkhitbah wanita, dia dibolehkan oleh
melihat apa yang membuat dirinya tertarik untuk menikahi wanita
tersebut tanpa sepengetahuan wanita itu. Hukum melihat wanita bagi
pria yang hendak mengkhitbah wanita itu, menurut Imam an-Nawawi,
Malik, Abu Hanifah, ulama Kufah yang lain, Ahmad dan Jumhur ulama
adalah diajurkan [mustahab].1
Sebagian ulama menyatakan bahwa hukum melihat wanita yang hendak
dikhitbah adalah makruh. Namun, pendapat ini dianggap menyalahi hadis
di atas, juga menyalahi kesepakatan tentang kebolehan melihat wanita
karena adanya kebutuhan [jawz an-nadhr li al-hjah] seperti saat jualbeli, bersaksi, dan sebagainya. Menurut Imam al-Auzai, kebolehan
melihat wanita berlaku untuk tempat-tempat daging. Adapun Dawud azhZhahiri mengatakan, Boleh melihat seluruh badan (wanita yang hendak
dikhitbah).
Mazhab Maliki, Ahmad dan jumhur ulama menyatakan, bahwa tidak
disyaratkan untuk melihat wanita yang hendak dikhitbah adanya kerelaan
dari wanita tersebut. Sebaliknya, hal itu boleh dilakukan saat wanita itu
tidak tahu, dan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Meski demikian, Imam
Malik sendiri menyatakan, makruh melihat wanita itu ketika dia tidak
tahu, khawatir melihat auratnya. Hanya saja, riwayat dari Malik tentang
melihat wanita harus dengan seizin wanita tersebut dianggap lemah.
Pasalnya, izin yang diberikan Nabi saw. untuk melihat wanita yang
hendak dikhitbah bersifat mutlak, tanpa syarat.2
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa ditegaskan bahwa tidak ada nas
yang membolehkan wanita menampakkan auratnya kepada pria yang
hendak mengkhitbah dia, baik dengan atau tanpa mahram-nya. Namun,
tidak berarti ini mengharamkan tampaknya aurat wanita tersebut bagi

pria yang hendak mengkhitbah dirinya. Pasalnya, di dalam hadis Jabir di


atas, Nabi saw. menyatakan, Jika dia mampu melihat.. yang kemudian
dijelaskan oleh Jabir dengan, Aku mengintip dia.
Karena itu jika pria

hendak mengkhitbah seorang wanita, lalu dia

mengintip wanita yang hendak dia khitbah itu, tanpa sepengetahuan-nya,


dan melihat apa yang membuat dirinya tertarik untuk menikahi wanita
itu, maka dia boleh melakukannya. Namun, kebolehan ini tidak berarti
berlaku

bagi

wanita

dan

orangtuanya

untuk

secara

sengaja

menampakkan aurat wanita yang hendak dikhitbah kepada pria yang


hendak mengkhitbah dirinya, baik dengan atau tanpa persetujuan
mereka.
Dengan demikian, bagi pria yang hendak mengkhitbah seorang wanita,
bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1-

Boleh memandang yang bukan aurat wanita tersebut, yaitu wajah


dan kedua telapak tangannya, tanpa seizin dari wanita itu, seperti di
jalan, masjid, sekolah dan tempat umum lainnya; atau dengan
seizinnya,

seperti

ketika

di

rumahnya

dengan

didampingi

orangtuanya. Boleh memandang yang bukan aurat, yaitu wajah dan


kedua

telapak

tangan

wanita

tersebut,

yaitu

dengan

sepengetahuannya atau tidak; dengan kata lain, dengan seizin


wanita tersebut atau tidak.
2-

Haram memandang selain wajah dan kedua telapak tangan wanita


tersebut meski dengan izin wanita atau orangtuanya. Jika wanita itu
sengaja menampakkan auratnya di depan pria yang hendak
mengkhitbah dia, lalu pria tersebut memandangi dirinya, itu adalah
haram.

3-

Ini berbeda dengan tampaknya aurat wanita tersebut bagi pria yang
hendak mengkhitbah dia tanpa sepengetahuan dirinya, seperti
dengan mengintip atau sembunyi-sembunyi. Inilah satu-satunya
yang dikecualikan dari kebolehan memandang
tampak, dari wanita yang hendak dikhitbah.

aurat wanita yang

4-

Selain itu tidak ada pengecualian, seperti berduaan, buka-bukaan,


dan seterusnya. Semua itu tetap haram.3

WalLhu alam. [KH. Hafidz Abdurrahman]

Catatan kaki:
1

Muhammad Syamsu al-Haq al-Adhim Abadi, Awn al-Mabd:

Syarh Sunan Ab Dwud, Dar al-Fikr, Beirut, 1415 H/1995 M, hlm. 77.
2

Ibid, hlm. 77.

Al-Alim al-Jalil Atha bin Khalil Abu Rasytah, Ensiklopedia Jawab-

Soal, al-Azhar Fresh Zone, Bogor, cet. II, 2014, hlm. 124-129.

Akhbar

Lintas Dunia [Mei 2016]


Penduduk Darayya yang Kelaparan Meminta Bantuan, Penguasa
Muslim Hanya Diam
Walaupun Kota Darayya mengalami penderitaan yang mengerikan,
penduduknya dengan berani turun ke jalan untuk menuntut pengepungan

militer yag dilakukan rezim Bashar Assad dihentikan. Akibat


pengepungan, tidak ada bantuan PBB yang telah mencapai Darayya
selama bertahun-tahun. Padahal telah berulang dikeluarkan resolusi
Dewan Keamanan yang memungkinkan PBB untuk mengirimkan bantuan
tanpa perlu meminta izin dari rezim Presiden Bashar al-Assad.
Seperti diberitakan www.theguardian.com, Rabu (13/4), para wanita dari
Kota Darayya melaporkan bahwa banyak keluarga mereka dalam bahaya
kelaparan hingga mati, Banyak bayi dan orangtua yang akan menjadi
yang pertama mati.
Anggota Maktab Ilami DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wadjdi
mengatakan meskipun sudah ada permintaan tolong dari para wanita di
Kota Darayya yang putus asa melihat keluarganya kelaparan hingga mati,
masyarakat internasional dan rezim dunia Muslim hanya menjadi
penonton atas kejahatan kemanusiaan yang mengerikan ini, dan tidak
mau mengambil tindakan apapun untuk mengakhirinya.
Jelas tidak bisa berharap kepada PBB yang ikut membiarkan
pengepungan ini terus berlanjut di Darayya, Madaya dan banyak kota lain
di Suriah selama bertahun-tahun. Apalagi berharap kepada negara-negara
Barat yang menyokong rezim Assad, ujarnya.
Menurut Farid, tugas besar ini hanya bisa bersandar pada bahu umat
yang mulia ini, terutama mereka yang berada dalam jajaran tentara
Muslim, yang dipimpin oleh Khalifah yang akan membebaskan seluruh
kaum Muslim dari penindasan, pungkasnya.

Bantai 100 Ribu Nyawa, Karadzic hanya Dipenjara 40 Tahun


Vonis terhadap Radovan Karadzic yang hanya 40 tahun penjara atas
kematian 100 ribu nyawa Muslim menunjukkan kegagalan sistem
peradilan kapitalis. Sekali lagi sistem peradilan kapitalis telah terbukti
gagal memberikan definisi duniawi terhadap terminologi tersebut.
Meskipun ratusan ribu nyawa telah hilang, Karadzic hanya dihukum 40
tahun, ujar aktivis Muslimah Hizbut Tahrir, Aisha Hasan, seperti
diberitakan khilafah.com, Ahad (3/4).
Mantan pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic dinyatakan bersalah

pada tanggal 24 Maret karena melakukan genosida pada Pembantaian


Srebrenica dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan selama
perang tahun 1990-an di bekas Yugoslavia.
Hakim PBB di pengadilan internasional di Den Haag mengatakan Karadzic
bersalah dengan 10 dari 11 dakwaan yang diajukan terhadap dirinya
selama persidangan lima tahun, dan dia dijatuhi hukuman 40 tahun
penjara. Karadzic, 70 tahun, adalah orang dengan jabatan tertinggi yang
menghadapi dakwaan di depan pengadilan PBB atas perang yang
menewaskan 100.000 warga saat tentara memecah Bosnia berdasarkan
garis etnis.
Meskipun terdapat laporan media bahwa Karadic didapatkan bersalah
atas 10 dari 11 dakwaan terhadap dirinya, dia tidak terbukti bersalah atas
tuduhan terakhir, yang dianggap merupakan kekejaman yang terjadi di
kamp-kamp tahanan di Bosnia, Trnopolje, Omarska, Vlasenica, Bijeljina,
Kljuc, Sanski Most, Brcko, dan di banyak kota lainnya. Di kota kecil Foa,
seluruh penduduk Muslim tewas atau diusir, dan kamp pemerkosaan lain
didirikan di berbagai tempat. Pengadilan yang memeriksa kasus ini secara
detail secara mengejutkan menemukan bahwa ambang batas atas
genosida dianggap belum terpenuhi dalam kasus ini.
Selanjutnya, kita harus ingat bahwa peristiwa di Srebrenica bukanlah
satu-satunya contoh kekejaman massal, melainkan merupakan bagian
dari pola yang lebih luas dari kekerasan sistematis yang merobek-robek
seluruh negeri itu secara terpisah. Kekejaman seperti itu juga merupakan
akibat dehumanisasi jangka panjang terhadap penduduk Muslim Bosnia.
Akibatnya, peristiwa ini dianggap dapat diterima oleh seluruh
masyarakat, dan masyarakat internasional tetap diam. Hal ini juga belum
diakui oleh Pengadilan Kriminal Internasional. Sebaliknya, narasi tersebut
berlanjut hingga hari ini dengan propaganda media massa terhadap umat
Islam, khususnya dalam hal pengungsi yang memasuki Eropa dari Suriah,
Libya, Afghanistan dan wilayah-wilayah lain, yang sering digambarkan
sebagai kecoa dan hama di Eropa, pungkas Aisha.

Delegasi HT Inggris Menyampaikan Daftar Korban Penculikan


kepada Komisi Tinggi Pakistan di London

Delegasi Hizbut Tahrir Inggris telah menyampaikan protes terhadap


penculikan, penyiksaan dan penahanan terhadap Para Penyeru Khilafah
pada Komisi Tinggi Pakistan. Seperti diberitakan hizb.org.uk, Sabtu (9/4),
delegasi yang terdiri dari Asif Salahuddin, Majid Hussain, Rizwan Ahmed
dan Hamza Ahmed, pagi ini memberikan daftar 13 anggota HT Pakistan
sebagaimana tertulis di bawah, red.yang telah diculik dan diasingkan
oleh Pemerintah Pakistan atas tuduhan-tuduhan palsu.
No. Nama

Usia

Latar Belakang

Keluarga

Lokasi Saat ini

Aga Tahir

39

Insinyur tekstil

Menikah dan
memiliki empat
anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

Arshad Jamal

38

Profesional IT

Menikah dan
memiliki tiga
anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

Asad Jagranvi

45

Guru Sekolah

Menikah dan
memiliki tujuh
anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

Dr. Iftkhar
Ahmed

40

Dokter

Menikah dan
memiliki tiga
anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

Kamran Sheikh 39

Dosen

Menikah dan
memiliki tiga
anak

Tidak diketahui

Manzar Aziz

57

Pebisnis

Menikah dan
memiliki empat
anak

Tidak diketahui

Naveed Butt

47

Insinyur
Elektronik

Menikah dan
memiliki empat
anak

Tidak diketahui

Saad Jagranvi

42

Pebisnis

Menikah dan
memiliki
sembilan anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

Saleem Sethi

38

Bergelar master Menikah dan


di bidang
tidak memiliki
Jurnalisme
anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

10

Shahzad
Ahmad Malik

29

Insiyur
Elektronik

Menikah dan
tidak memiliki
anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

Shehryar
11
Najam

33

Bergelar Master
di bidang
Bertunangan
Business
untuk menikah
Administration

12 Qamar Abbas

43

Dosen Ilmu
Ekonomi

Menikah dan
memiliki tiga
anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

Insinyur tekstil

Menikah dan
memiliki empat
anak

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

13 Zeeshan Akhter 38

Penjara Kot
Lakpat Central,
Lahore

Banyak dari mereka yang mengalami penyiksaan berat, termasuk kurang


tidur, menjadi korban pemukulan tanpa ampun, dipaksa minum obat
untuk mengubah pikiran dan disetrum listrik oleh badan-badan
keamanan. Sebagian dari mereka kini telah berada dipenjara. Sebagian
lainnya masih tetap diculik. Pihak berwenang telah berulang menolak
memberikan perawatan medis dan hak untuk mendapatkan kunjungan
bagi orang-orang terhukum. Pihak keluarga, teman-teman dan para
simpatisan baik dari yang dipenjara maupun yang diculik telah berulang
diancam oleh badan-badan keamanan.
Hizbut Tahrir menuntut kaum Muslim yang tulus di Pakistan, terutama
orang-orang yang berpengaruh di Peradilan Pakistan, Dewan Hakim,
Perkumpulan Hakim, Aparat Keamanan dan Para Advokat Hak Asasi
Manusia khususnya untuk membela para penyeru Khilafah yang tulus itu,
untuk mengakhiri penganiayaan yang menimpa mereka.

Ungkapan Duka Cita Atas Sejarah Harum Seorang Nenek dan


Sekaligus Pengemban Dakwah
Telah berpulang ke rahmatulLh, Sayyidah Maqshudah binti Abdul Jabbar,
dalam usia yang mendekati 82 tahun. Ia adalah ibu dari tujuh anak, dan
nenek yang mengagumkan untuk cucu-cucunya dan anak-anak cucunya.
Sayyidah Maqshudah lahir pada tahun 1934 di Kota Nookat, Kirgistan
selatan, di tengah keluarga yang sangat berpendidikan. Ia menerima
pendidikan Islam sejak dini dari kedua orangtuanya rahimahumalLh.

Sayyidah Maqshudah rahimahalLh tumbuh dan berkembang di era Uni


Soviet yang telah berlalu. Meskipun hidup di negara yang menerapkan
sistem komunis ateis, ia tetap berpegang teguh dengan hukum-hukum
Islam yang hanif (lurus), dengan terus berusaha untuk mendapatkan
keridhaan Allah SWT.
Oleh karena itu, ketika mendengar tentang ide-ide Hizbut Tahrir melalui
diskusi yang berlangsung di antara anak-anaknya dan para syabab Hizbut
Tahrir, maka ia menyadari bahwa inilah jalan yang benar. Karena itu pada
tahun 2002, ia bergabung dalam barisan Hizbut Tahrir saat ia berumur 72
tahun.
Sayyidah Maqshudah rahimahalLh segera memulai aktivitas
mengemban dakwah sesuai kemampuannya. Ia mengajari kaum
perempuan dan para remaja putri membaca al-Quran dan hukum-hukum
Islam yang agung. Bahkan gadis-gadis muda telah mengenal dan belajar
tentang huruf-huruf al-Quran untuk pertama kalinya dari dirinya.
Sayyidah Maqshudah rahimahalLh adalah seorang perempuan shalihah
dan bertakwa, juga zuhud dan ahli ibadah. Sepanjang hidupnya al-Quran
tidah pernah lepas dari tangannya sehingga ia menjadi contoh yang baik
(uswah hasanah) bagi banyak orang karena kualitas dan kuantitas ibadah
dan kesabarannya.
Sayyidah Maqshudah rahimahalLh terus menunggu dengan cemas saatsaat syariah Allah SWT diterapkan. Bahkan ia berharap akan tetap siaga
menyongsong berdirinya Negara Khilafah ala minhj an-nubuwwah
hingga saat-saat terakhir hidupnya, yaitu saat sakarataul maut.
Sayyidah Maqshudah rahimahalLh dengan membawa tasbih di
tangannya terus mengucapkan tahmd, takbr dan tahll.
Atas kabar berpulangnya Sayyidah Maqsudah, Kantor Media Pusat Hizbut
Tahrir mengucapkan bela sungkawa. Kami memohon kepada Allah SWT
semoga Allah SWT merahmatinya, mengampuni dosa-dosanya dan
mengumpulkan-nya bersama dengan para nabi, para shiddqn, orangorang yang mati syahid, dan orang-orang salih, karena mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya, tulis Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir pada
Jumada II 1437 H / Maret 2016 M.

Kantor Media Pusat HT pun mendoakan semoga anak-anaknya, cucucucunya dan kerabatnya diberi kesabaran dan ketabahan; dan semoga
mereka mendapatkan hiburan yang baik. [Riza Aulia/Joy]

Catatan Jubir HTI: Aksi Inspiratif


Ada satu cerita tersisa dari acara Konferensi dan Simposium Khilafah
Internasional di Ankara dan Istanbul pada awal Maret lalu. Seperti kita
tahu, alhamdulillah kedua acara itu berlangsung sukses, dan atas
kesuksesan acara itu, teman-teman pengurus HT Turki mengaku banyak
terinspirasi oleh

HTI. Memang, dari format acara, pemanfaatan nasyid

sebagai bumper in dan bumper out, juga dalam bagaimana cara mereka
mengolah forum, kecuali untuk tata panggung yang dibuat melingkar
seperti cat-walk, acara KKI di Ankara itu mirip betul dengan acara di
Jakarta. Selepas acara, mereka menyebut HT Turki kini berada di urutan
ke-3 setelah HTI dan HT Tunisia dalam kemampuan menyelenggarakan
acara-acara besar.
Ini menunjukkan bahwa gerak HTI telah banyak memberikan inspirasi
kepada HT di berbagai negara. HTI tampaknya sudah menjadi semacam
kiblat dalam dakwah HT seluruh dunia. Oleh karena itu, penting bagi kita
di sini untuk merasa punya tanggung jawab lebih guna terus memberi
inspirasi bagi dakwah di negara lain, selain harus bisa membawa dakwah
ini melaju lebih kencang.
Bukan hanya menginspirasi, sebaliknya HTI pun banyak terinspirasi.
Konferensi Khilafah yang diselenggarakan pada tahun 1995 di Wembley,

Inggris, misalnya, telah menginspirasi penyelenggarakan acara serupa di


Tanah Air. Setelah melalui sejumlah proses, baru pada tahun 2000,
Konferensi Khilafah dalam skala yang cukup besar, lebih besar dari yang
di Wembley, bisa diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Stadion Tenis
in-door Senayan dengan 5000 peserta. HTI juga terinsipirasi untuk
menggunakan tayangan multimedia dalam acara Konferensi Khilafah di
Sydney pada tahun 2007 untuk memperkuat pesan yang hendak
disampaikan dalam acara itu. Untuk menggarap bidang itu secara intens,
di tahun itu pula divisi Infokom HTI yang berperan sangat vital dalam
menunjang dakwah, pertama kali dibentuk.
++++
Sebenarnya, saling menginspirasi dalam dakwah adalah hal biasa. Jilbab,
persisnya kerudung, misalnya, yang mulai ramai dipakai oleh pelajar dan
mahasiswa di kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung pada awal
tahun 80-an telah menginspirasi banyak remaja dan mahasiswa di kotakota lain untuk melakukan hal serupa. Sedemikian ikonik, hingga
keberhasilan training atau acara keagamaan pada waktu itu diindikasikan
dari seberapa banyak peserta perempuan yang berubah memakai
kerudung. Boleh disebut, kerudung menjadi semacam penanda hijrahnya
Muslimah pada masa itu. Pemecatan sejumlah pelajar berkerudung dari
sekolahnya

bukannya

meredupkan,

tetapi

malah

justru

makin

mendorong inspirasi. Inspirasi itu terus berkembang hingga sekarang ke


model atau bentuk jilbab dan kerudung atau khimar yang benar. Hingga
kini makin banyak Muslimah yang memakai jilbab dan khimar yang jauh
berbeda dengan apa yang dikenakan pada awal pertumbuhannya dulu.
Berkembangnya jilbab dengan kerudung atau khimar boleh disebut
sebagai

penanda

perubahan

paling

signifikan

di

kalangan

kaum

Muslimah. Ini semacam gerakan penolakan terhadap liberalisme budaya


yang mempertontonkan dan mengeksploitasi aurat perempuan demi
kepentingan bisnis. SubhanalLh, bukan hanya di kalangan aktifitis,
pemakaian jilbab dan kerudung kini juga merambah ke kalangan kaum
profesional, cerdik, pandai dan bahkan aparat.

Contoh lain, berdirinya Sekolah Islam Terpadu (SIT) pertama di Kota


Depok pada penghujung tahun 80-an menginspirasi berdirinya sekolah
serupa di berbagai kota. Waktu kemudian membuktikan bagaimana
sekolah model ini, yang siswanya belajar sehari penuh (full-day) dengan
kelengkapan materi tsaqfah dan syakhsiyyah (kepribadian) Islam, telah
berhasil memenuhi kebutuhan pendidikan Islam secara lebih baik. Kini
SIT bahkan seperti telah menjadi sebuah menu wajib bagi orangtua,
utamanya di kota-kota, bagi pendidikan anaknya, dan telah membentuk
semacam genre baru di bidang pendidikan.
Berdirinya SIT menandai lahirnya kesadaran baru tentang pentingnya
pendidikan yang bukan hanya memperhatikan aspek akademik semata,
tetapi

juga

harus

memperhatikan

pembentukan

kepribadian

dan

pembekalan tsaqfah seperti kemampuan membaca al-Quran dengan


benar, ketekunan ibadah, akhlak yang baik, dan sebagainya di tengahtengah masyarakat yang dirasakan makin materialistik. Di sini ada
semacam titik balik yang cukup tajam. Sekolah-sekolah non-Muslim yang
dulu sempat menjadi favorit, kini tidak lagi. Bahkan dari segi prestasi, tak
sedikit yang sudah tertinggal jauh dengan sekolah-sekolah model SIT
tersebut. Di beberapa tempat bahkan

sekolah-sekolah non-Muslim itu

kini kesulitan mendapatkan siswa karena tak banyak lagi yang mau
memasukkan anaknya ke sekolah model ini.
Begitu pula di bidang ekonomi. Berdirinya Bank Muamalat di awal tahun
90-an telah menginspirasi berdirinya bank-bank syariah lain, seperti Bank
BNI Syariah, BSM, BRI Syariah, bahkan juga BCA Syariah. Lepas dari
motif ekonomi yang tentu saja selalu menyertai setiap langkah bisnis,
pembukaan bank-bank syariah, meski belum sepenuhnya lepas dari
sejumlah

kontroversi,

telah

menandai

era

baru,

yakni

penolakan

masyarakat terhadap riba atau bunga bank. Bila dulu orang tidak terlalu
peduli terhadap transaksi ribawi, kini mulai tumbuh kesadaran, bahwa
selain keuntungan, keberkahan dalam transaksi ekonomi juga harus
diperhatikan.
Namun, maraknya bank syariah, jilbab dan kerudung, SIT, juga lahirnya
musik dan lagu-lagu yang islami

dan sebagainya, tak datang tiba-tiba.

Itu semua lahir dari sebuah proses yang panjang. Semua itu terjadi

karena pada masa lalu ada keberanian untuk memulai aksi yang
dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketekunan sehingga akhirnya
menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa pada masa
berikutnya.
++++
Inilah dakwah. Dakwah memang akan selalu menginspirasi orang lain
untuk berbuat hal serupa, karena dakwah selalu bermakna mengajak
pada kebaikan, dan kebaikan sesungguhnya adalah kebutuhan fitri
manusia. Jadi, ketika orang kemudian tampak berbondong-bondong
mengikuti

tuntunan

kebaikan

yang

disebarkan

melalui

dakwah,

sesungguhnya mereka sedang mengikuti fitrahnya itu. Karena itu,


berkembangnya kebaikan sesungguhnya juga adalah sebuah kepastian
sepanjang dakwah terus-menerus menebarkan kebaikan itu.
Melalui dakwah pula, kesadaran manusia tentang kebaikan akan terus
berkembang. Lihatlah, sekarang tema yang berkembang di tengah
komunitas Muslim bukan lagi sekedar soal pakaian, sekolah, seni atau
muamalat yang Islami, tetapi telah sampai pada soal life style. Intinya,
seorang Muslim yang sejati mestinya juga memilliki gaya hidup yang
baik, yakni gaya hidup yang didasarkan pada ajaran Islam.
Sampai di sini, tinggal selangkah lagi untuk menuju kesadaran tentang
pentingnya masyarakat dan negara yang islami, yakni masyarakat yang
di dalamnya diterapkan syariah secara kffah dalam naungan Khilafah.
Kapan titik itu bisa dicapai? Berpulang kepada kita semua seberapa intens
kita melakukan dakwah ke arah sana. Bila untuk bank syariah saja
memerlukan 19 tahun,

untuk jilbab memerlukan 11 tahun, bisa

dibayangkan berapa waktu diperlukan untuk terwujudnya cita-cita mulia


itu?

Oleh karena itu diperlukan kesabaran, kesabaran dan kesabaran.

[HM Ismail Yusanto]

Liputan Khusus: Ribuan Tokoh Umat Mendukung Khilafah


Sekitar 3000 tokoh umat Jabodetabek, tokoh nasional dan perwakilan
dari berbagai provinsi menghadiri Muktamar Tokoh Umat (MTU) bertema,
Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin, Sabtu
(23/4) di Balai Sudirman, Jakarta.
Dalam sambutannya pada acara tersebut, Juru Bicara Hizbut Tahrir
Indonesia

(HTI)

Ustadz

Muhammad

Ismail

Yusanto

menegaskan,

Rahmatan lil alamin berupa terwujudnya kemaslahatan (jalb almashlih) dan tercegahnya kemafsadatan (daru al-mafsid) merupakan
hasil dari penerapan syariah Islam secara kffah, bukan illat (alasan
hukum) pensyariatan hukum syariah.
Karena

itu,

lanjut

Ismail,

kerahmatan

Islam

bagi

alam

semesta

merupakan konsekuensi logis dari penerapan Islam secara kffah dalam


seluruh aspek kehidupan manusia. Kerahmatan Islam tidak akan
terwujud jika Islam hanya diambil sebagai simbol, slogan, asesoris dan
pelengkap penderita yang lain. Kerahmatan Islam tidak akan ada jika
Islam hanya diambil ajaran spiritual dan ritualnya saja, sementara ajaran
politiknya ditinggalkan, bebernya.
Ia pun menyebutkan Islam secara kffah pernah diterapkan dalam
institusi Khilafah selama 14 abad di seluruh dunia. Khilafah pernah
memimpin umat manusia, dari Barat hingga Timur, Utara hingga Selatan.
Di bawah naungannya, dunia pun aman, damai dan sentosa, dipenuhi
keadilan. Muslim, Kristen, Yahudi dan penganut agama lain pun bisa
hidup berdampingan dengan aman dan damai selama berabad-abad
lamanya.

Begitulah, lanjut Ismail, Islam telah terbukti membawa kerahmatan bagi


seluruh alam. Itulah Islam yang hidup sebagai peradaban di tengah
umat manusia, diterapkan, dipertahankan dan diemban oleh umat
manusia di bawah naungan Khilafah Rasyidah, kata Ismail.

Bukti Empiris Kerahmatan Islam


Dalam kesempatan tersebut, tampil pula Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP
HTI KH Hafidz Abdurrahman. Ia menjelaskan, berdasarkan dalil naqli
maupun fakta empiris, penerapan syariah Islam secara kffah tidak
mungkin terwujud kecuali melalui pemerintahan Khilafah Rasyidah.
Untuk itu tidak ada kata lain, satu-satunya jalan adalah menegakkan
Khilafah, pekiknya.
KH Hafidz pun mengungkap bukti empiris ketika Islam diterapkan secara
kffah

dalam

institusi

Khilafah.

Para

khalifah

telah

memberikan

keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi
kehidupan

dan

kerja

keras

mereka,

ujarnya

mengutip

catatan

sejarahwan Will Durant.


Dalam buku The Story of Civilization, Volume XIII, Durant menyebutkan
para khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk
siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama
berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Kegigihan dan kerja
keras mereka menjadikan pendidikan tersebar luas, hingga berbagai
ilmu, sastera, filsafat dan seni mengalami kemajuan luar biasa, yang
menjadikan

Asia

Barat

sebagai

bagian

dunia

yang

paling

maju

peradabannya selama lima abad, beber KH Hafidz membacakan kutipan


buku yang ditulis Durant tersebut.

Karena Cinta, Akidah Dijaga


Peran Khilafah untuk menjaga akidah umat adalah wujud cinta dan
kasih sayang tertinggi dari negara agar jangan sampai ada, meskipun
hanya satu, dari umat Islam, bahkan umat manusia secara keseluruhan

itu ada yang tersentuh api neraka, ujar anggota DPP HTI Ustadz Dwi
Condro Triono, pembicara berikutnya.
Pertama: Islam akan terus diajarkan dan ditanamkan secara formal di
seluruh jenjang pendidikan. Kedua: Islam akan terus didakwahkan oleh
negara melalui berbagai media, tempat ibadah, majlis talim dsb. yang
ada

di

tengah-tengah

masyarakat.

Ketiga;

Khilafah

akan

terus

mendorong seluruh kaum Muslim untuk berperan aktif melakukan amar


maruf nahi munkar, agar akidah dan pemahaman Islam di tengahtengah

masyarakat

dapat

terus

terjaga.

Keempat:

Akidah

dan

pemahaman umat Islam Insya Allah juga akan dapat terus terjaga
dengan penerapan Islam dalam kehidupan sehari-hari oleh negara hingga
akan tampak keagungan dan kemuliaan Islam di mata umat, paparnya.
Jika semua upaya telah dilakukan oleh negara, tetapi masih ada juga
yang mencoba murtad dari Islam maka, lanjut Ustadz Dwi Condro,
hukumannya tidak main-main. Siapa saja yang mengganti agamanya
(murtad), bunuhlah! tegasnya membacakan sabda Rasulullah saw. yang
diriwayatkan Imam at-Tirmidzi.
Ustadz Dwi Condro pun menyebutkan orang murtad harus dibuktikan
dengan pembuktian syari. Jika terbukti, yang bersangkutan diminta
tobat. Jika tidak langsung menjawab, ia ditahan untuk diajak berdiskusi
untuk membantah hujjah kemurtadannya. Jika tetap tidak mau tobat, ia
dihukum mati, ujarnya.

Pencegah Kriminal dan Penebus Dosa


Berbeda dengan sistem sanksi hukum dari idelogi mana pun di dunia,
sanksi hukum dalam Islam berpihak kepada pihak korban dan juga
pelaku tindak kriminal. Karena sanksi dalam Islam merupakan pencegah
seseorang melakukan tindakan yang sama (zawajir) sekaligus penebus
dosa bagi pelaku kriminal (jawabir), ujar pembicara berikutnya, Ketua
Lajnah Faaliyah DPP HTI Ustadz Muhammad Rahmat Kurnia.
Ustadz Rahmat pun mencontohkan hukum qishsh (hukuman mati) bagi
pelaku tindak pembunuhan sebagai zawjir. Ketika diterapkan, qishsh

akan mencegah terjadinya tindakan balas dendam keluarga korban


kepada pelaku atau keluarga pelaku, ujar Rahmat seraya mengutip QS
al-Baqarah ayat 179.
Ada pun sanksi Islam sebagai jawbir didasarkan pada hadis. Siapa saja
yang melakukan pelanggaran batas (hukum Allah) lalu dijatuhi sanksi
maka itu merupakan kafaratnya (penebus dosa),

ujar UstadzRahmat

mengutip sabda Rasulullah saw. riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban.
Ustadz Rahmat juga menyatakan, Satu-satunya pemerintahan yang
akan menerapkan semua itu hanyalah Khilafah, ujarnya.

Gayung Bersambut
Namun, sejak Khilafah Islam diruntuhkan pada 1924, umat Islam hidup
tanpa

Khilafah.

dijalankan.

Sejak

Akibatnya,

itu,

sebagian

Islam

sebagai

besar

hukum

rahmatan

terwujud dalam kehidupan, ujar Ketua DPP

li

syariah

tidak

al-lamn

tidak

HTI Ustadz Rokhmat S.

Labib dalam pidato politiknya.


Karena itu, lanjut Ustadz Rokhmat, siapa pun yang menginginkan Islam
kembali menjadi rahmatan li al-lamn, tidak memiliki pilihan lain kecuali
mengembalikan Daulah Khilafah yang menerapkan syariah secara kffah.
Inilah jalan satu-satunya yang wajib ditempuh. Inilah juga jalan yang
akan mampu membebaskan kita dari dominasi, hegemoni, intervensi dan
segala bentuk penjajahan Amerika Serikat dan negara-negara kafir
penjajah lainnya.

Bahkan, inilah jalan

yang dapat menghapuskan

penjajahan dari seluruh dunia! tegasnya.


Menurut Ustadz Rokhmat, menerapkan Islam kffah dalam naungan
Khilafah juga membuat kaum Muslim dapat meraih predikat khairu
ummah, sebaik-baik umat. Ia juga menegaskan penegakan syariah dan
Khilafah merupakan jalan yang dapat menghasilkan kebaikan di dunia
dan akhirat. Inilah juga yang menjadi jalan yang bisa menjauhkan kaum
Muslim dari azab neraka dan murka Allah SWT; serta mengantarkan
mereka memperoleh nikmat, surga, dan ridha Allah SWT.

Ustadz Rokhmat pun mengajak para tokoh umat

untuk turut berjuang

menegakkan syariah dan Khilafah. Sambutlah ajakan kami untuk


menegakkan khilafah dengan mengacungkan kepalan tangan dan pekikan
takbir! ujarnya.
Kontan, para tokoh pun secara serentak mengacungkan kepalan tangan
seraya memekik, Allahu Akbar! [Joko Prasetyo]

Suara Tokoh Umat


Sekitar 3000 tokoh baik tingkat lokal maupun nasional menghadiri
Muktamar Tokoh Umat (MTU): Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam
Rahmatan Lil Alamin, Sabtu (23/4) di Balai Sudirman, Jakarta. Lantas
bagaimana

tanggapan

mereka?

Wartawan

al-waie

Joko

Prasetyo

mewawancarai mereka secara acak. Berikut hasilnya.

Setuju dengan Hizbut Tahrir


MTU sangat bagus, menunjukkan kekompakan dan persatuan sesama
Muslim. Orang-orang yang berkumpul ini mencita-citakan tegaknya
syariah Islam. Syariah Islam harus ditegakkan pakai sunnah Rasul, yaitu
Khilafah. Perjuangan Hizbut Tahrir bagus! Hizbut Tahrir memperjuangkan
agar syariah Islam diterapkan di Indonesia, mengapa saya tidak setuju?
Ya, jelas setuju. Tidak takut dibilang mendukung teroris karena Hizbut
Tahrir bukan teroris. [KH Syukro Wardi, Kiai Sepuh di Kota Serang]

Tanpa Aturan Allah Pasti Amburadul


Acara ini suaaangat bagus! Aturan tanpa aturan Allah SWT dan Rasulullah
saw. pasti amburadul! Buktinya sampai sekarang: gonta-ganti pimpinan,

tetap saja. Selama bukan hukum Allah yang dipakai, amburadul seperti
sekarang. Hanya hukum Allahlah yang tepat untuk mengatur manusia,
tiada yang lain. Hanya Khilafah itulah sistem pemerintahan yang dapat
melaksanakannya. [KH Ahmad Jauhari, Pondok Pesantren Darussalam,
Grogol, Kediri]

Bagaimana Mungkin Tidak Setuju


Hizbut Tahrir itu sangat positif karena berjuang untuk memperbaiki umat
dengan berjuang menegakkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam
dengan menegakkan syariah dan Khilafah. Hizbut Tahrir adalah gerakan
politik

berideologikan

Islam

yang

sesuai

dengan

yang

diajarkan

Rasulullah saw. Jadi bagaimana mungkin, kita sebagai umat Islam tidak
setuju. Saya pun punya niat, setelah mendengar ini saya akan berjuang.
[KH Abdul Aziz Syamsul Ridwan (AA Syamri), Pimpinan Ponpes Pancaran
Amal, Babakan Madang, Sentul, Kabupaten Bogor]

Bahagia di Dunia, Selamat di Akhirat


Saya melihat, hakikat dan tujuan Hizbut Tahrir dengan Syarikat Islam
sama, yakni hendak menjalankan syariat Islam dengan seluas-luasnya
dan sepenuh-penuhnya agar terwujud Islam yang rahmatan lil alamin
[KH Djauhari Syamsuddin, Wakil Ketua Dewan Pusat Syarikat Islam]

Semoga Allah Menolong Kita


Acara ini mumtaz. Penegakkan syariah dan Khilafah merupakan target
dan

harga mati bagi umat

Islam. Tentu, perjuangan

ini banyak

musuhnya. Memang saat ini banyak yang suka, tetapi lebih banyak lagi
yang tidak suka. Karena itu kita harus bersabar dan istiqamah. Raih hati
kaum Muslim dengan penuh sopan santun. Utamakan ukhuwah. Mudahmudahan Allah SWT menolong kita semua. Amin, ya Rabbal Alamin.
[Ustadz Abu Muhammad Jibriel, Wakil Amir Majelis Mujahidin]

Memang Kewajiban Kita


AlhamdulilLhi Rabbil lamn. Acara ini luar biasa. Kita memang memiliki
kewajiban menegakkan syariah Islam dan Khilafah. Sistem mana pun
tidak bisa menerapkan syariah secara kffah kecuali Khilafah. Di dalam
al-Quran, al-Hadis dan juga Ijmak Sahabat, pemerintahan Islam ya
Khilafah [Ustadz Asy Syihab Al Muhajir, ulama Jakarta]

Tampak Sekali Komitmen-nya


Alhamdulillah, acara ini luar biasa, juga dapat memotivasi seluruh umat
Islam untuk menegakkan Khilafah Islam. Hizbut Tahrir juga luar biasa,
tampak sekali komitmennya dengan terus menggandeng para tokoh
untuk memperjuangkan Khilafah Rasyidah [KH Anhari Basya, Pimpinan
Pondok Pesantren Al Ukhuwah Kota Batam]

Semoga Allah Menyegera-kan


Mudah-mudahan dengan syariah dan Khilafah membuahkan rahmatan lil
alamin. Saya melihat perjuangan Hizbut Tahrir itu sangat mulia, suci dan
betul-betul berupaya memperjuangkan tegaknya perintah Allah dan
Rasul-Nya [KH Qomaruddin Hasan, Ulama Kampung Timur, Banten]

Kita Wajib Menegak-kan UU Allah


Tentu perjuangan menegakkan syariah dan Khilafah adalah suatu
kewajiban. Karena kita diciptakan Allah SWT kita wajib menegakkan
undang-undang dari Allah juga. Bila UU-nya bukan dari Allah SWT tentu
saja tidak akan sampai kepada kebahagiaan [KH Nasruddin, Pimpinan
Ponpes Al Mardiyah Al Islamiyah, Cileunyi, Bandung]

Tidak Ada yang Salah

Selama mengikuti kegiatan Hizbut Tahrir tidak ada yang salah, ketika
syariat Islam diterapkan akan berkumpul dengan orang-orang baik
(shalih). [Nurdiana, Ketum Muslimah Bulan Bintang Makassar]

Berharap Menjalan-kan Islam Kffah


Begitu banyak tantangan ketika kita menyuarakan kebenaran. Berharap
menjalankan Islam dengan kffah, walaupun masih dalam persimpangan
jalan [Tien Yustini, Direktur FE UIGM/Dosen Pasca FE UIN Raden Fatah
Palembang]

Berharap Khilafah Segera Tegak


Kita dizalimi dengan BPJS. Tetap konsen dengan kondisi pasien yang
memerlukan

pertolongan.

Berharap

semoga

[Hanum Ekowati, Kabid Sosial BKOW DIY]

Ibrah: Imam Laits bin Saad


IMAMLAITS
BINSAAD

Khilafah

segera

tegak

Nama lengkapnya adalah Abu Harits al-Laits bin Saad bin Abdurrahman.
Ia lahir pada bulan Syaban tahun 94 H di kampung Qalqasyandah,
sekitar sepuluh kilometer dari Kairo, Mesir. Ia adalah seorang ulama
besar, ahli fikih terkemuka dan perawi hadis terpercaya yang hidup pada
masa kekuasaan Bani Umayyah.
Sejak kecil Laits bin Saad sudah hapal al-Quran serta banyak hadis dan
syair-syair Arab. Al-Laits banyak belajar di masjid agung di Kota alFusthath (Masjid Amru bin al-Ash). Di masjid itu para pencari ilmu dapat
mempelajari berbagai jenis ilmu seperti tafsir al-Quran, ilmu hadis, fikih,
bahasa Arab, sastra, sejarah, dan lain sebagainya.
Laits bin Saad juga mengadakan rihlah ilmiah ke Irak dan daratan Hijaz.
Gurunya dari kalangan Tbiin sangat banyak. Al-Mizzi menyebutkan
sekitar 80 guru. Muridnya yang terkemuka mencapai lebih 70 orang.
Sebagian besar dari muridnya kelak menjadi guru-guru Imam Ahmad,
seperti Ibnul Mubarak dan Ibnu Wahab. Sebagian lagi menjadi guru
Imam al-Bukhari, seperti Yahya bin Bukair. Yang lain menjadi guru Imam
Muslim, seperti Yahya bin Yahya at-Tamimi.
Imam al-Bukhari dan Muslim banyak meriwayatkan hadis dari Imam alLaits. Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafii, Sufyan ats-Tsauri, al-Ijli dan
kebanyakan ulama menganggap Imam al-Laits tsiqah. Para ulama telah
menetapkan bahwa sanad paling sahih di Mesir adalah yang diriwayatkan
oleh Imam al-Laits bin Saad, dari Yazid bin Abi Habib.
Imam al-Laits dikenal sebagai salah satu mujtahid besar di bidang fikih
yang pemikirannya sangat cemerlang. Ibnu Hajar al-Asqalani, seorang
fakih dan muhaddits kenamaan yang hidup pada generasi sesudahnya,
memberikan penghormatan dan pengakuan atas keilmuan Imam al-Laits.
Ilmu para Tbin yang berasal dari Mesir telah habis diserap oleh alLaits, kata Ibnu Hajar.
Karena kefakihannya, Imam Malik bahkan sering menanyakan berbagai
persoalan kepada Imam Laits bin Saad.

Sekalipun tidak meninggalkan satu karya tulis pun, pemikiran Imam alLaits sebenarnya masih bisa dilacak hingga saat ini. Pasalnya, banyak
ulama fikih dari generasi sesudahnya yang sering menukil pendapatnya
dalam kitab-kitab mereka. Di antara kitab yang memuat petikan
pemikiran Imam al-Laits adalah Al-Mughni (kitab fikih mazhab Hanbali
yang disusun oleh Ibnu Qudamah), Al-Muhalla (kitab fikih mazhab azhZhahiri yang dikarang oleh Ibnu Hazm) dan Bidyah al-Mujtahid (kitab
fikih mazhab Maliki karya Ibnu Rusyd).
Imam al-Laits juga banyak meninggalkan jejak pemikiran dalam ilmu
ushul fikih. Tentang ijmak, misalnya, Imam al-Laits berpendapat bahwa
ijmak (konsensus) yang bisa dijadikan dalil hanyalah Ijmak Sahabat
(Khathib al-Baghdadi, Trkh al-Baghdd, 13/3, Adz-Dzahabi, Tadzkrt
al-Huffzh, 1/207).
Terkait keilmuan Imam al-Laits, Imam an-Nawawi berkomentar, Semua
orang sepakat akan keagungan Imam Laits; termasuk sifat amanahnya
dan ketinggian derajatnya dalam fikih dan hadis.
Bahkan Ibn Wahab berkata, Andai tidak ada Imam Malik dan Imam alLaits, tentu manusia akan tersesat.
Imam asy-Syafii bahkan menilai Imam al-Laits lebih fakih daripada Imam
Malik. Hanya saja, kata Imam asy-Syafii, karena kekurangsigapan muridmuridnya untuk membukukan pemikirannya, mazhab al-Laits bin Saad
akhirnya lenyap (An-Nawawi, Tahdzb al-Asm wa al-Lught, 2/73).
*****
Selain seorang ulama besar, Imam al-Laits juga termasuk pengusaha
sukses yang amat dermawan. Karena itu, meski menjadi pengusaha
sukses, Imam al-Laits tidak pernah menjadi kaya-raya sehingga tidak
pernah membayar zakat. Mengapa? Muhammad bin Ramh menceritakan,
Setiap tahun omset bisnis Imam al-Laits lebih dari 80.000 dinar (sekitar
RP 160 miliar/tahun). Namun, beliau tidak pernah membayar zakat.
Pasalnya, sebelum mencapai satu tahun (haul), hartanya sudah habis ia
infakkan dan sedekahkan. Begitu seterusnya. (An-Nawawi, Tahdzb alAsm wa al-Lught, 2/73).

Qutaibah bin Said menuturkan bahwa Imam al-Laits selalu bersedekah


setiap untuk 300 fakir miskin.
Imam al-Laits juga gemar bersedekah kepada para ulama, salah satunya
Imam Malik. Setiap tahun ia biasa mengirim hadiah sebanyak 100 dinar
(sekitar Rp 200 juta) untuk Imam Malik.
Suatu saat, Imam Malik menulis surat kepada Imam Laits bahwa ia
memiliki utang yang harus dilunasi. Segera Imam Laits membalas surat
Imam Malik sambil memberikan secara cuma-cuma uang sebanyak 500
dinar atau sekitar Rp 1 miliar (Al-Jmi f Rasil ad-Dawiyyah, 128-129).
Yahya bin Bakr, berkata: Aku pernah mendengar ayahku berkata, AlLaits pernah mengutus tiga orang untuk menyedekahkan hartanya
sebanyak 3000 dinar (sekitar Rp 6 miliar) kepada tiga orang, masingmasing mendapatkan 1000 dinar (sekitar Rp 2 miliar), yaitu: Ibnu
Luhaiah, Malik bin Anas dan Qadhi Manshur bin Ammar.
Suatu ketika ada seorang wanita miskin meminta kepada sang Imam
madu alakadarnya untuk pengobatan anaknya yang sedang sakit. Saat
itu Imam al-Laits malah memberi wanita itu 120 liter madu.
Saat pergi haji, Imam al-Laits singgah di Madinah. Saat itu Imam Malik
mengirim beberapa lembar roti basah dari gandum di atas nampan.
Setelah

menyantap

habis

hidangan

itu,

Imam

al-Laits

lalu

mengembalikan nampan tersebut dengan menaruh uang di atasnya


sebanyak 1000 dinar (sekitar RP 2 miliar) sebagai hadiah untuk Imam
Malik.
Pada suatu ketika, Khalifah Harun ar-Rasyid memberi Imam Malik uang
sebanyak 500 dinar (sekitar Rp 1 miliar). Mengetahui itu, Imam Laits
tidak mau kalah. Ia kembali memberi hadiah Imam Malik berupa uang
dengan jumlah dua kali lipat, yakni 1.000 dinar (sekitar Rp 2 miliar) (AlIrbili, Wafiyt al-Ayn wa Anb Abn az-Zamn, 4/10).
*****
Ibn Miskin menuturkan bahwa Imam al-Laits sempat dibawa oleh Khalifah
al-Mamun ke Baghdad dan dipenjarakan di sana. Pasalnya, ia tidak mau

memenuhi tuntutan Khalifah al-Mamun untuk menyatakan bahwa alQuran adalah makhluk. Imam al-Laits tetap dipenjara hingga Jafar alMutawakkil naik takhta. Sejak itulah ia baru dibebaskan (Al-Irbili, Wafiyt
al-Ayn wa Anb Abn az-Zamn, 2/56).
Imam al-Laits wafat sekitar tahun 175 H. Terkait wafatnya Imam al-Laits,
Imam Syafii pernah berdiri di sisi kuburannya seraya berkata, Demi
Allah, wahai Imam, engkau telah mengumpulkan empat sifat yang tidak
dimiliki ulama lainnya: ilmu, amal, zuhud dan kedermawanan. (Khathib
al-Baghdadi, Trkh al-Baghdd, 13/3;

Adz-Dzahabi, Tadzkirt al-

Huffzh, 1/207).
Wa m tawfq ill bilLh. [Arief B. Iskandar]

Telaah Kitab: Lembaga Peradilan Dalam Negara Khilafah


Muhammad Bajuri

Islam diturunkan oleh Allah SWT dengan membawa syariah yang


sempurna, yang akan mewujudkan rahmatan lil lamn (kedamaian dan
kesejahteraan bagi alam semesta). Hanya saja, manusiasebagai subyek
dari syariah Islam initetaplah seorang manusia, yang tidak lepas dari
melakukan kesalahan (kezaliman, penyelewengan dan pelanggaran), baik

ia sebagai penguasa maupun rakyat biasa. Lalu bagaimana negara


Khilafah mengatasi perkara ini? Adakah dalam Khilafah lembaga tertentu
yang bertugas untuk mengatasi masalah ini?
Telaah Kitab kali ini akan membahas Rancangan UUD (Masyr Dustr)
Negara Islam, Pasal 75, yang berbunyi: Lembaga Peradilan (al-Qadh)
adalah

pemberitahuan

keputusan

hukum

yang

bersifat

mengikat.

Lembaga peradilan menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara


masyarakat, atau mencegah hal-hal yang dapat merugikan hak jamaah,
atau mengatasi perselisihan yang terjadi antara rakyat dan aparat
pemerintah; penguasa atau pegawainya; Khalifah atau lainnya. (Hizbut
Tahrir, Masyr Dustr Dawlah al-Khilfah, hlm. 21).

Dalil Pensyariatan Lembaga Peradilan


Dalilnya adalah al-Quran dan as-Sunnah. Dalil yang berasal dari al-Quran
adalah firman Allah SWT:

Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka


menurut wahyu yang telah Allah turunkan (QS al-Maidah [5]:
49).

...





Jika mereka dipanggil menuju Allah dan Rasul-Nya agar Rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka (QS an-Nur [24]:
48).

Adapun dalil dari as-Sunnah adalah tindakan rasul saw. sendiri. Saat
memimpin Daulah Islam di Madinah, beliau secara langsung memimpin
lembaga peradilan ini. Beliau juga memutuskan masalah yang terjadi di
antara anggota masyarakat. Aisyah ra. berkata:

Utbah bin Abi Waqqash telah mengamanah-kan kepada

saudaranya, yaitu Saad bin Abi Waqqash, Anak laki-laki dari


waldah (budak perempuan) Zamah adalah bagian dari
keluargaku. Karena itu ambillah dia. Saat tahun Fathu
Makkah (Penaklukan Kota Makkah), Saad mengambil anak itu.
Saad berkata, Dia adalah anak saudaraku yang telah
mengamanahkan kepadaku tentang anak laki-laki ini. Abdu
bin Zamah berdiri seraya berkata, Dia (anak laki-laki)
saudaraku dan anak dari budak perempuan bapakku yang
dilahirkan di atas tempat tidurnya (dilahirkan dari hasil
pernikahan yang sah dengan suaminya). Keduanya
mengadukan perkara itu kepada Rasulullah saw. Saad
berkata, Wahai Rasulullah, dia adalah anak dari saudaraku
yang telah mengamanahkan kepadaku tentang anak ini.
Kemudian Abdu bin Zamah berkata, Dia (anak laki-laki)
saudaraku dan anak dari budak perempuan bapakku.
Rasulullah saw. bersabda, Dia itu menjadi milikmu, wahai
Abdu bin Zamah. Kemudian Nabi saw. bersabda, Anak itu
milik suami (yang menikah dengan sah), sedangkan untuk
pezina (muhshan) bagi dia adalah batu (dirajam). (HR alBukhari).

Rasulullah saw. juga pernah mengangkat seseorang sebagai qdh


(hakim). Beliau telah mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai qdh di
Yaman. Beliau berpesan kepada dia sebagai arahan mengenai tatacara
memutuskan suatu perkara secara adil dan benar. Rasulullah saw.
bersabda:










Jika dua orang menghadap kepada kamu meminta keputusan,
janganlah kamu tergesa-gesa memutuskan perkara di antara
mereka (hanya dengan mendengar keterangan satu pihak)
sebelum engkau mendengarkan perkataan pihak lainnya

hingga engkau tahu bagaimana seharusnya engkau


memutuskan perkara di antara mereka itu (HR at-Tirmidzi dan
Ahmad).

Dalam hadis lain dinyatakan dengan matan:







Jika ada dua orang yang bersengketa duduk di hadapanmu

(meminta keputusan), janganlah engkau berbicara (memberi


keputusan) hingga engkau mendengarkan dari pihak lain
sebagaimana engkau telah mendengarkan dari pihak
pertama (HR Ahmad).

Semua ini adalah dalil tentang disyariahkannya lembaga peradilan


(qadh). Dari hadis riwayat Aisyah ini tampak jelas bagaimana tatacara
yang telah ditempuh oleh Rasulullah saw. dalam memutuskan perkara
sengketa antara Saad dan Abdu bin Zamah mengenai status anak lakilaki Saudah binti Zamah. Satu mengklaim sebagai keponakannya.
Satunya mengklaim sebagai saudaranya. Masing-masing merasa berhak
atas anak laki-laki itu. Kemudian Rasulullah saw. memberitahu keduanya
tentang status hukum syariah yang berkaitan dengan anak laki-laki yang
mereka sengketakan, bahwa anak laki-laki Saudah adalah saudara Abdu
bin Zamah. Sebab, Anak itu milik suami (yang menikah dengan sah).
Dengan demikian, keputusan Rasulullah saw. itu adalah pemberitahuan
keputusan hukum syariah, dan Rasulullah saw mengharuskan keduanya
terikat dengan keputusan itu. Abdu bin Zamah akhirnya mengambil anak
laki-laki tersebut.
Dalil-dalil tersebut juga menjadi dasar penetapan Pasal 75 Rancangan
UUD (Masyr Dustr) Negara Islam. Pasal tersebut merupakan definisi
lembaga peradilan. Definisi ini merupakan sifat suatu fakta. Hanya saja,
karena fakta itu adalah fakta syariah, sedang definisi syari adalah hukum

syariah, maka harus ada dalil yang menjadi dasar lahirnya definisi
tersebut. Dengan demikian, hadis-hadis tersebut merupakan dalil yang
melahirkan definisi lembaga peradilan pada Pasal 75 ini (Hizbut Tahrir,
Muqaddimah ad-Dustr, hlm. 238-239; Hizbut Tahrir, Ajhizah Dawlah alKhilfah, hlm. 109; Zallum, Nizhm al-Hukm f al-Islm, hlm. 183).

Definisi Lembaga Peradilan


Sebagian orang ada yang mendefinisikan lembaga peradilan (qadh)
sebagai lembaga yang menyelesaikan perkara-perkara sengketa di antara
sesama anggota masyarakat. Namun, definisi ini masih belum utuh dilihat
dari satu sisi. Definisi tersebut bukan sifat atas fakta lembaga peradilan
seperti yang dilakukan dan disabdakan oleh Rasulullah saw. Ini dari sisi
yang lain. Definisi tersebut hanya menjelaskan hal-hal yang bisa
dihasilkan oleh lembaga peradilan (yang berupa keputusan). Padahal
keputusan itu kadang-kadang tidak dihasilkan dari lembaga peradilan ini.
Seorang qdh (hakim) kadang-kadang memutuskan suatu perkara dan
kadang-kadang tidak memutuskan perkara dua orang yang bersengketa.
Dengan

demikian,

definisi

yang

jmi

(menyeluruh)

dan

mni

(mengeliminasi adanya hal-hal di luar yang dedefinisikan) adalah definisi


yang ada pada Rancangan UUD (Masyr Dustr) Negara Islam, Pasal 75
ini.

Definisi

tersebut

digali

dari

sejumlah

hadis

(Hizbut

Tahrir,

Muqaddimah ad-Dustr, hlm. 239; Zallum, Nizhm al-Hukm f al-Islm,


hlm. 183).
Definisi lembaga peradilan yang ada pada Rancangan UUD (Masyr
Dustr) Negara Islam, Pasal 75 ini, meliputi peradilan perselisihan yang
terjadi

di

antara

anggota

masyarakat,

sebagaimana

yang

telah

disebutkan dalam hadis riwayat Aisyah; juga meliputi masalah hisbah,


yaitu: Penyampaian keputusan hukum syariah yang bersifat mengikat
dalam masalah yang membahayakan hak jamaah. Misalnya, peristiwa
yang terdapat di dalam hadis tumpukan makanan (shubrah at-tham).
Diriwayatkan

di

dalam

Shahh

Muslim

dari

Abu

Hurairah

ra.

Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah berjalan melewati tumpukan


makanan. Beliau kemudian memasukkan tangannya dan mendapati

sebagiannya masih basah. Beliau lalu bersabda, Apa ini, wahai pemilik
makanan? Pemilik makanan itu berkata, Itu terkena air hujan, ya
Rasulullah. Lalu beliau bersabda, Lalu mengapa tidak engkau letakkan
di atas supaya orang-orang bisa melihatnya. Siapa saja yang menipu
maka ia tidak termasuk dari golonganku. (HR Muslim).
Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda:

Siapa saja yang menipu kami tidak termasuk dari golongan


kami (HR Ahmad, Ibn Majah dan ad-Darimi).

Definisi lembaga peradilan pada Pasal 75 ini juga meliputi eksaminasi dan
pemutusan

perkara-perkara

mazhlim

(kezaliman)

karena

hal

itu

termasuk tugas lembaga peradilan. Masalah mazhlim itu merupakan


pengaduan

atas

perbuatan

seorang

penguasa.

Mazhlim

adalah:

Penyampaian keputusan hukum syariah yang bersifat mengikat dalam


masalah yang terjadi antara anggota masyarakat dengan Khalifah atau
salah seorang Muwin Khalifah, para wali, atau pegawai negeri; serta
dalam masalah yang terjadi di antara kaum Muslim berupa perselisihan
mengenai makna suatu nas di antara nas-nas syariah yang akan
dijadikan dasar memutuskan perkara dan akan diterapkan hukumnya.
(Hizbut Tahrir, Muqaddimah ad-Dustr, hlm. 239; Hizbut Tahrir, Ajhizah
Dawlah al-Khilfah, hlm. 109; Zallum, Nizhm al-Hukm f al-Islm, hlm.
183).
Terkait masalah mazhlim, telah dinyatakan di dalam hadis Rasulullah
saw. mengenai masalah penetapan harga ketika beliau bersabda:






Aku tidak berharap akan berjumpa (menghadap) Allah SWT,
sementara ada orang yang menuntutku karena suatu
kezaliman yang telah aku perbuat kepada dia, baik dalam

masalah yang berkaitan dengan darah ataupun harta (HR


Ahmad).

Beliau juga bersabda:






Siapa saja yang pernah aku ambil hartanya, maka inilah

hartaku. Karena itu, hendaklah ia mengambilnya. Siapa saja


yang pernah dicambuk punggungnya, maka ini punggungku.
Karena itu, hendaklah ia mengambil qishsh dariku (HR Abu
Yala).

Terkait hadis ini, al-Haitsami berkata bahwa di dalam sanad-nya terdapat


Abu Yala Atha bin Muslim. Ia di-tsiqah-kan oleh Ibnu Hibban dan
lainnya, sementara beberapa ulama hadis yang lain men-dhaif-kannya.
Namun, para rawi lain semuanya adalah para rawi yang tsiqah, yakni
terpercaya (Hizbut Tahrir, Muqaddimah ad-Dustr, hlm. 240).
Hadis ini menunjukkan bahwa perkara yang dilakukan oleh seorang
penguasa, wali, atau pegawai negeri akan diangkat kepada Qdh
Mazhlim

dalam

kezaliman.

masalah

Kemudian

yang
Qdh

diadukan

oleh

Mazhlim-lah

seseorang
yang

sebagai

berwenang

menyampaikan keputusan hukum syariah yang bersifat mengikat dalam


masalah tersebut (Hizbut Tahrir, Muqaddimah ad-Dustr, hlm. 240;
Hizbut Tahrir, Ajhizah Dawlah al-Khilfah, hlm. 110; Zallum, Nizhm alHukm f al-Islm, hlm. 184).
Dengan demikian definisi lembaga peradilan di atas telah meliputi ketiga
jenis

peradilan

yang

telah

dinyatakan

di

dalam

hadis-hadis

dan

perbuatan-perbuatan Rasulullah saw. Lembaga peradilan dalam negara


Khilafah tugasnya adalah: Menyelesaikan persengketaan yang terjadi di
antara

anggota

membahayakan

masyarakat,
hak

jamaah,

mencegah
dan

sesuatu

menghilangkan

yang

dapat

(menyelesaikan)

perselisihan yang terjadi antara rakyat dan para penguasa, atau antara
rakyat dan para pegawai negeri, dalam melaksanakan tugas-tugas
mereka. (Hizbut Tahrir, Muqaddimah ad-Dustr, hlm. 240; Hizbut Tahrir,
Ajhizah Dawlah al-Khilfah, hlm. 110; Zallum, Nizhm al-Hukm f alIslm, hlm. 184).
WalLhu alam bish-shawb. [Muhammad Bajuri]

Daftar Bacaan
Hizbut Tahrir, Ajhizah Dawlah al-Khilfah f al-Hukm wa al-Idrah, (Beirut:
Darul Ummah), Cetakan I, 2005.
Hizbut Tahrir, Masyr Dustr Daulah al-Khilfah, edisi Mutamadah, (versi
terbaru tanggal 03/06/2014), http://www.hizb-uttahrir.info/info/index.php/contents/entry_28722.
Hizbut Tahrir, Muqaddimah ad-Dustr aw al-Asbb al-Mujbah Lahu, Jilid
I, (Beirut: Darul Ummah), Cetakan II, 2009.
Zallum, Asy-Syaikh Abdul Qadim, Nizhm al-Hukm f al-Islm, (Beirut:
Darul Ummah), Cetakan VI, 2002.

Tafsir: Memperlakukan Objek Dakwah

MEMPERLAKUKAN
OBYEK DAKWAH
(Tafsir QS Abasa [80]: 1-10)


*
*


*
*






*

*

*


*

*

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang
seorang buta kepada dia. Tahukah kamu, boleh jadi dia ingin
membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan
pengajaran, lalu pengajaran itu memberikan manfaat kepada dirinya?
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, dia kamu layani.
Padahal tidak ada (celaan) atas kamu kalau dia tidak membersihkan diri
(beriman). Adapun orang yang datang kepada kamu dengan bersegera
(untuk mendapatkan pengajaran), sementara dia takut kepada (Allah),
dia kamu abaikan (QS Abasa [80]: 1-10).

Surat ini dinamakan surat Abasa, diambil dari kata pertama surat ini.
Surat ini juga dinamakan surat as-Safarah
Jumlah ayatnya ada 42

dan surat ash-Shahhah.1

dan termasuk Surat Makkiyyah. Tidak ada

perbedaan pendapat tentang status tersebut.

Sabab an-Nuzl
Aisyah ra. berkata, Ayat Abasa wa tawall turun berkenaan dengan Ibnu
Ummi Maktum, seorang yang buta. Ia pernah datang kepada Rasulullah
saw. dengan berkata, Wahai Rasulullah, bimbinglah aku. Ketika itu di
dekat beliau ada salah seorang pembesar kaum musyrik. Lalu Rasulullah
saw. berpaling dari dia dan menghadap kepada yang lain (orang musyrik)

sambil berkata, Apakah menurut kamu apa yang aku ucapkan salah?
Orang itu menjawab, Tidak. Karena inilah (ayat tersebut) turun. (HR
at-Tirmidzi).
Menurut Ibnu Katsir, banyak mufassir yang menyebutkan bahwa pada
suatu hari Rasulullah saw. pernah berbicara dengan beberapa pembesar
kaum Quraisy. Beliau berharap mereka mau memeluk Islam. Ketika
beliau tengah berbicara dan mengajak mereka, tiba-tiba datanglah Ibnu
Ummi Maktum, salah seorang yang masuk Islam pada masa awal. Lalu
Ibnu Ummi Maktum bertanya kepada Rasulullah saw. tentang sesuatu
seraya mendesak beliau. Nabi saw. sendiri berkeinginan andai saja waktu
beliau itu cukup untuk berbicara dengan dia karena beliau memang
sangat berharap dan berkeinginan untuk memberi petunjuk kepada dia.
Beliau lalu bermuka masam kepada Ibnu Ummi Maktum seraya berpaling
dari dia dan menghadap orang lain. Kemudian turunlah firman Allah SWT:
Abasa wa tawall...2
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Urwah bin az-Zubair, Mujahid,
Abu Malik, Qatadah, adh-Dhahhak, Ibnu Zaid, dan lain-lain dari kaum
Salaf dan Khalaf, yaitu bahwa surah ini turun berkenaan dengan Ibnu
Ummi Maktum. Yang masyhur, dia bernama Abdullah. Ada juga yang
menyebut dia Amr.3 Bahkan menurut asy-Syaukani, para mufassir telah
bersepakat tentang sabab nuzl tersebut.4

Tafsir Ayat
Allah SWT berfirman: Abasa wa tawall (Dia [Muhammad] bermuka
masam dan berpaling). Dhamr al-ghyb (kata ganti pihak ketiga) pada
ayat ini menunjuk kepada Rasulullah saw. Jadi beliaulah yang diberitakan
ayat ini melakukan abasa wa tawall. Menurut Fakhruddin ar-Razi, para
mufassir sepakat tentang hal ini.5
Kata abasa merupakan bentuk al-fil al-mdh dari kata al-ubs, artinya
quthb al-wajhi (bermuka masam), dari dada yang sempit. Inilah makna
yang terkandung dalam ayat ini.6 Menurut Ibnu Jarir ath-Thabari, abasa
bermakna qabadha wajhahu (mengerutkan wajahnya) disebabkan karena

tidak suka.7 Tak jauh berbeda, al-Qurthubi juga menafsirkan kata itu
sebagai kalaha bi wajhihi (bermuka masam). Dikatakan abasa wa
basara.

Adapun

tawall

berarti

aradha

bi

wajhihi

(memalingkan

wajahnya).8
Tentang penyebab perbuatan Nabi saw. tersebut diterangkan dalam ayat
berikutnya: an jahu al-am (karena telah datang seorang buta kepada
dia). Kata al-am berarti orang buta. Menurut ar-Razi, para mufassir
sepakat bahwa yang dimaksud dengan orang buta tersebut adalah
Abdullah bin Ummi Maktum.9 Dia adalah anak paman Khadijah binti
Khuwailid ra. Bapaknya bernama Qais bin Zaid. Ibunya Atikah binti
Abdullah. Ibunya disebut Ummi Maktum karena anaknya, Abdullah, lahir
dalam kedaan buta. Ibnu Ummi Maktum ini termasuk orang-orang yang
awal masuk Islam di Makkah. Menurut Syihabuddin al-Alusi, penyebutan
Ibnu Ummi Maktum dengan al-am (orang buta) untuk mengisyaratkan
udzurnya orang tersebut dalam hal berani memotong pembicaraan
Rasulullah saw. dengan para tokoh.10
Ayat ini berkedudukan sebagai al-mafl li ajlih, objek yang menjadi
penyebab terjadinya perbuatan pelakunya.11 Itu artinya, kedatangan
seseorang yang buta itulah yang menjadi sebab beliau bermuka masam
dan berpaling. Kesimpulan tersebut semakin jelas tatkala memahami
sabab an-nuzl ayat ini.
Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan firman-Nya:

Wam yudrka

laallahu yazzakk (Tahukah kamu, boleh jadi dia ingin membersihkan


dirinya [dari dosa]). Terjadi pengalihan khithb pada ayat ini. Setelah
dalam ayat sebelumnya Rasulullah saw. disebut sebagai pihak ketiga,
dalam ayat ini beliau disebut sebagai pihak kedua. Menurut az-Zuhaili,
perubahan ini untuk menambah pengingkaran dan celaan sekaligus
mengingatkan

Rasulullah

saw.

tentang

pentingnya

memberikan

perhatian.
Dalam ayat tersebut, Rasulullah saw. diseru dengan istifhm inkri
(kalimat tanya yang bermakna mengingkari). Menurut Abu Hayyan alAndalusi, makna ayat ini adalah, Kamu tidak mengetahui apakah dapat

diharapkan darinya keinginan membersihkan diri atau mendapatkan


peringatan.12
Kata yazzakk berasal dari kata at-tazkiyyah (membersihkan). Dalam
konteks ayat ini, yazzakk berarti ingin mendapatkan kesucian dan
kebersihan dirinya dari dosa. Demikain menurut Ibnu Katsir.13 Al-Khazin
juga berkata, Menyucikan diri dari dosa-dosa dengan amal shalih dan
apa yang engkau ajarkan kepada dia.14
Menurut al-Qurthubi, Barangkali dia (Ibnu Ummi Maktum)

yazakk,

yakni ingin membersihkan dirinya dengan al-Quran dan agama yang dia
minta untuk diajarkan dalam rangka menambah kesucian agama dan
menghilangkan gelapnya kebodohan.15
Inilah keadaan yang diharapkan terjadi pada orang tersebut.
Lalu ayat ini dilanjutkan dengan ayat berikutnya: aw yadzdzakkaru fa
tanfaahu al-dzikr (atau dia [ingin] mendapatkan pengajaran, lalu
pengajaran itu memberikan manfaat kepada dia?). Kata yadzdzakkaru
berasal dari kata adz-dzikr (ingat). Dalam konteks ayat ini, maknanya
adalah dia mendapatkan saran dan nasihat agar dia dapat menjauhkan
diri dari perbuatan haram.16
Selanjutnya Allah SWT berfirman: Amm man [i]staghn (Adapun orang
yang merasa dirinya serba cukup). Kata [i]staghn berasal dari kata alghin yang berarti adam al-hjt (tidak membutuhkan). Yang dimaksud
dengan man [i]staghn adalah orang yang memiliki harta dan kekayaan
atau orang yang tidak membutuhkan keimanan dan ilmu yang ada
padamu.17
Kemudian Allah SWTberfirman: Fa anta lahu tashadd (dia kamu layani).
Kata tashadd merupakan bentuk tafaala dari kata ash-shadi, artinya
ash-shawt (gema suara), yakni dia tidak memanggil kamu kecuali engkau
menjawab dia.18
Artinya, Rasulullah saw melayani mereka dengan menjawab semua
pertanyaan yang diajukan kepada beliau. Tindakan itu dilakukan karena
didorong oleh keinginan kuat beliau untuk mengislamkan mereka. Ibnu

Katsir berkata Adapun terhadap orang yang kaya, kamu layani agar dia
mendapatkan petunjuk.19
Imam al-Qurthubi juga berkata, Rasulullah saw sangat menginginkan
keislaman mereka. Dengan keislaman mereka itu diharapkan dapat
mengislamkan kaum mereka.20
Lalu ditegaskan: Wam alayka all an yazakk (Padahal tidak ada
[celaan] atas kamu kalau dia tidak membersihkan diri [beriman]).
Artinya, tidak ada cela bagi kamu (Muhammad) karena tidak masuk
Islamnya orang yang engkau dakwahi. Sebab, kewajibanmu tidak lain
kecuali menyampaikan.21
Menurut Abu Hayyan, ayat ini juga mengandung makna: meremehkan
urusan orang kafir, meminta berpaling dari orang kafir dan tidak
mempedulikan dia.22
Kemudian Allah SWT berfirman: Wa amm man jaka yasy, wahuwa
yakhsy (Adapun orang yang datang kepada kamu dengan bersegera
[untuk mendapatkan pengajaran], sedang dia takut kepada [Allah]). Ayat
ini kembali berbicara tentang orang yang mendatangi Rasulullah saw.
untuk mendapatkan pengajaran dari beliau. Kata yasy berarti yamsy bi
surah (berjalan dengan cepat). Adapun yakhsy (takut) di sini berarti
takut kepada Allah SWT.23
Orang yang disebut ayat ini, menurut asy-Syaukani, adalah orang yang
bergegas datang kepada kamu dan meminta kamu agar membimbing dia
ke jalan kebaikan dan menasihati dia dengan perintah-perintah Allah
SWT.24
Menurut Ibnu Jarir ath-Thabari, dia adalah orang buta yang datang
kepada kamu dengan bersegara, sedangkan dia takut dan bertakwa
kepada Allah SWT.25
Ibnu Katsir juga berkata, Yang dimaksud ayat ini adalah orang yang
datang kepada Rasulullah saw. dan mengikuti beliau untuk mendapatkan
petunjuk dari perkataan beliau kepada dia.26

Lalu disebutkan: fa anta anhu talahh (dia kamu abaikan). Makna


talahh

dalam

ayat

ini

adalah

tatasghla

(menyibukkan

diri).27

Maksudnya, engkau justru berpaling dari dia, menyibukkan diri dengan


orang lain, dan mengabaikan dia.28
Setelah ayat ini turun, Rasulullah saw pun menghormati dia dan
mengajak dia bicara, lalu bertanya, Apa keperluanmu? Apakah engkau
menginginkan sesuatu? Ketika ia beranjak dari beliau, beliau pun
berkata, Apakah engkau memerlukan sesuatu?

29

Sejak ayat itu turun, Rasulullah saw. amat memuliakan Ibnu Ummi
Maktum. Bahkan Nabi saw pernah mempercayakan sejumlah posisi
penting kapada Ibnu Ummi Maktum. Ketika Nabi pergi berperang, sekitar
10 kali beliau meminta Ibnu Ummi Maktum untuk menggantikan beliau
menjadi pemimpin di Madinah.

Beberapa Pelajaran Penting


Banyak pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat ini. Beberapa di
antaranya: Pertama, tingginya akhlak dan derajat Rasulullah saw.
Sebagaimana diceritakan dalam sabab nuzl ayat ini, ketika beliau
sedang

melakukan

pembicaraan

dengan

para

tokoh

Quraisy

dan

mengajak mereka masuk Islam, tiba-tiba datang Abdullah bin Ummi


Maktum dan menyela pembicaraan. Dalam tata pergaulan, sebenarnya
tindakan Ibnu Maktum dapat dianggap tidak sopan. Meski demikian,
Rasulullah saw tidak menegur, menghardik atau mengusir dia. Bahkan
tidak ada satu pun yang keluar dari lisan beliau. Beliau hanya bermuka
masam dan berpaling dari dia. Tindakan ini sebenarnya tidak diketahui
oleh Ibnu bin Ummi Maktum. Tidak ada yang salah pada perbuatan Nabi
saw. Akan tetapi, beliau sudah mendapatkan teguran halus dari Allah
SWT. Itu menunjukkan betapa sempurnanya akhlak Rasulullah saw. yang
senantiasa dijaga Allah SWT dari semua kesalahan.
Tingginya derajat Rasulullah saw. juga ditunjukkan oleh halusnya teguran
dari Allah SWT kepada beliau. Dalam ayat ini, nama beliau tidak disebut
secara langsung; atau tidak ada kalimat yang berisi larangan secara

langsung terhadap perbuatan yang beliau lakukan. Tidak pula dikatakan:


Abasta wa tawallayta (Kamu bermuka masam dan berpaling). Menurut
Imam al-Qurtthubi, ini demi mengagungkan Nabi saw.30
Patut ditandaskan, perbuatan Rasulullah saw. tersebut bukan menyalahi
hukum syariah sehingga mencedarai sifat mashm beliau. Itu juga bukan
berarti menunjukkan bahwa beliau boleh melakukan ijtihad atas suatu
hukum, dan ketika terjadi kesalahan kemudian ada koreksi dari Allah
SWT. Sama sekali tidak demikian. Sebab, Rasulullah saw. diperintahkan
untuk menyampaikan dan mengajarkan Islam. Beliau telah melaksanakan
tugas menyampaikan Islam. Ketika beliau berpaling dari orang yang
meminta pengajaran karena pada saat yang bersamaan beliau juga
sedang melakukan tablig, tindakan yang utama (min b al-awl) adalah
mengajari Ibnu Ummi Maktum sesuai dengan permintaannya. Akan
tetapi, beliau tidak memenuhi permintaannya. Lalu ditegur oleh Allah
karena perbuatan tersebut. Berpalingnya Rasulullah saw. dari Ibnu Ummi
Maktum adalah tindakan khilf al-awl (menyalahi yang utama) sehingga
Allah SWT menegur perbuatan beliau.31
Kedua, pengemban dakwah tidak dituntut hingga berhasil. Yang wajib
adalah dalam melakukan dakwah harus serius, sungguh-sungguh dan
mengerahkan segala daya upaya. Ketika sudah ditunaikan, gugurlah
kewajiban itu. Pengemban dakwah tidak dimintai pertanggungjawaban
atas orang yang tetap menolak dakwah. Dalam ayat ini ditegaskan:
Wam alayka all an yazakk (tidak ada [celaan] atas kamu kalau dia
tidak membersihkan diri).
Ketiga, dakwah wajib ditujukan kepada semua orang, tanpa membedabedakan status sosial, kekayaan, jenis kelamin, dan lain-lain. Menurut
Ibnu Katsir, inilah yang diperintahkan Allah SWT kepada Rasulullah saw.
dalam ayat-ayat ini.32
Meskipun demikian, ayat ini menunjukkan prioritas orang yang lebih
didahulukan ketika terjadi benturan waktu. Orang-orang yang memiliki
minat

yang

lebih

besar

terhadap

dakwah,

bersemangat

kebenaran, dan keinginan memperbaiki dirisekalipun

mencari

dari kalangan

dhuaflebih didahulukan dibandingkan dengan orang yang sudah

merasa cukup dan tidak perlu beriman sekalipun dari kalangan kaya dan
berada.
WalLh alam bi ash-shawb. [Ust. Rokhmat S. Labib, M.E.I.]

Catatan kaki:
1

Al-Alusi, Rh al-Man, vol. 15 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

1995), 241. Lihat juga: asy-Syaukani, Fat-h al-Qadr, vol. 5 (Damaskus:


Dar al-Kutub al-Thayyib, 1994), 462.
2

Ibnu Katsir, Tafsr al-Qurn al-Azhm, 8 (tt: Dar Thayyibah, 1999),

319.
3

Ibnu Katsir, Tafsr al-Qurn al-Azhm, 8, 319

Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadr, vol. 5, 462.

Ar-Razi, Mafth al-Ghayb, vol. 31 (Beirut: Dar Ihya al-Turats

al-Arabi, 1420 H), 53.


6

Al-Asfahani, al-Mufradt f Gharb al-Qurn (Damaskus: Dar al-

Qalam, 1992), 522.


7

Ath-Thabari, Jmi al-Bayn f Tawl al-Qurn, vol. 24 (tt:

Muassasah al-Risalah, 2000), 217.


8

Al-Qurthubi, Al-Jmi li Ahkm al-Qurn, vol. 19 (Kairo: Dar al-

Kutub al-Mishriyyah, 1969), 211.


9

Ar-Razi, Mafth al-Ghayb, vol. 31, 53.

10

Al-Alusi, Rh al-Man, vol. 15, 241.

11

Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadr, vol. 5, 462.

12

Al-Biqai, Nazhm ad-Durar, vol. 21 (Kairo: Dar al-Kitab al-Islami,

tt), 251.
13

Ibnu Katsir, Tafsr al-Qurn al-Azhm, 8, 319

14

Al-Khazin, Lubb al-Tawl f Man at-Tanzl, vol. 4 (Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 394.


15

Al-Qurthubi, Al-Jmi li Ahkm al-Qurn, vol. 19, 212.

16

Ibnu Katsir, Tafsr al-Qurn al-Azhm, 8, 319.

17

Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadr, vol. 5, 463.

18

Al-Ukbari, al-Tibyn f Irb al-Qur`n, vol. 2 (tt: Isa al-Baba al-

Halbi, tt), 1271.


19

Ibnu Katsir, Tafsr al-Qurn al-Azhm, 8, 319

20

Al-Qurthubi, Al-Jmi li Ahkm al-Qurn, vol. 19, 212.

21

Ar-Razi, Mafth al-Ghayb, vol. 31, 53. Lihat juga dalam al-Jazairi,

Aysar al-Tafsr, vol. 5, 517.


22

Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhth,

23

Al-Qurthubi, Al-Jmi li Ahkm al-Qurn, vol. 19, 215.

24

Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadr, vol. 5, 463.

25

Ath-Thabari, Jmi al-Bayn f Tawl al-Qurn, vol. 24, 220.

26

Ibnu Katsir, Tafsr al-Qurn al-Azhm, 8, 319.

27

Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadr, vol. 5, 463.

28

Ath-Thabari, Jmi al-Bayn f Tawl al-Qurn, vol. 24, 220.

29

Ath-Thabari, Jmi al-Bayn f Tawl al-Qurn, vol. 24, 218.

30

Lihat: al-Qurthubi, Al-Jmi li Ahkm al-Qurn, vol. 19.

31

An-Nabhani, Asy-Syakhshiyyah al-Islmiyyah, vol. 1 (Beirut: Dar al-

Ummah, 2003), 153-154


32

Ibnu Katsir, Tafsr al-Qurn al-Azhm, 8, 319

Siyasah Dakwah: Menegakkan Khilafah, Mewujudkan Rahmah

Para Tokoh Umat yang Dirahmati Allah SWT.


Telah maklum, Islam adalah dn ar-rahmah; agama yang ketika diterapkan
secara kffah akan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Telah maklum
pula, syariah secara kffah itu hanya bisa ditegakkan dengan Daulah
Khilafah Islamiyyah. Hal ini telah dijelas oleh para ulama mutabar. AlImam Abu Zakari al-Nawawi rahimahulLah dalam Rawdhat al-Thlibn wa
Umdat al-Muftn berkata:





Umat harus memiliki seorang imam yang bertugas
menegakkan agama, menolong sunnah, membela orang yang
dizalimi, menunaikan hak, dan menempatkan hak pada
tempatnya.

Karena Daulah Khilafah adalah institusi pelaksana syariah, sementara


syariah saat diterapkan secara kffah akan mewujudkan rahmah, maka

Daulah Khilafah adalah dawlah ar-rahmah. Daulah ini mewujudkan dan


menebarkan rahmat dalam kehidupan.
Siapa pun yang membuka catatan sejarah tentang Khilafah Islamiyyah,
niscaya akan menemukan realitas ini. Kehidupan penuh rahmat benarbenar terwujud dalam kehidupan; bukan hanya dirasakan oleh kaum
Muslim, tetapi juga kaum kafir. Karena itu tidak aneh jika manusia dari
berbagai bangsa berbondong-bondong masuk Islam dengan sukarela.

Para Tokoh Umat yang Dirahmati Allah SWT.


Bukan hanya dawlah ar-rahmah, Daulah Khilafah Islamiyyah juga dawlah
al-adl; negara yang mewujudkan keadilan dalam kehidupan. Sebab,
hukum yang ditegakkan Khilafah Islamiyyah adalah hukum yang berasal
dari Zat Yang Mahaadil











(Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah
bagi kaum yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).

Keadilan itu juga terwujud karena Khilafah Islamiyyah memperlakukan


rakyatnya secara adil di depan hukum dan peradilan, tanpa memandang
strata sosial, suku, bangsa, maupun agamanya. Allah SWT berfriman:










Jika kalian menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah
kalian menetapkan hukum itu dengan adil(QS al-Nisa [4]: 58).

Realitas ini tentu berbeda dengan negara demokrasi yang menyerahkan


pembuatan undang-undang kepada segelintir orang. Bagaimana mungkin
tercipta keadilan jika undang-undang yang diterapkan dibuat oleh
segelintir orang yang tak terbebas dari ambisi dan tendensi pribadi,
apalagi suka korupsi dan dapat diintervensi?

Para Tokoh Umat yang Dirahmati Allah SWT.


Daulah Khilafah adalah dawlah ar-riyah. Daulah ini memelihara urusan
rakyatnya, menunaikan kemaslahatan mereka, menjamin kebutuhan
mereka dan menjaga mereka dari segala marabahaya. Daulah ini
menjalankan sabda Rasulullah saw.:









Imam (Khalifah) adalah pemelihara urusan rakyat dan dia
ditanya tentang rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari).

Rasulullah saw. juga bersabda:












Sesungguhnya seorang pemimpin itu adalah perisai, orangorang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dia
(HR al-Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, Daulah Khilafah bukanlah dawlah al-jibyah (negara


pemalak), seperti negara kapitalis. Negara kapitalis gemar memalak
rakyatnya dengan pajak mencekik dan aneka pungutan yang
memberatkan; melepaskan tanggung jawabnya dalam urusan pendidikan
dan kesehatan, mengharamkan subsidi sekalipun rakyatnya sudah
sengsara dan makin menderita; memaksa rakyatnya untuk bertarung
dalam pasar bebas, sekalipun mereka jelas telah kalah tersingkir dalam
kompetisi pasar bebas.

Para Tokoh Umat yang Dirahmati Allah SWT.


Daulah Khilafah adalah dawlah al-hidyah; negara yang menebarkan
petunjuk kepada manusia; mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju
cahaya kebenaran Islam. Sebab, politik luar negeri Daulah Khilafah adalah

nasyr al-Islm il al-lam (menyebarkan Islam ke seluruh dunia). Dengan


Daulah Khilafah Islam dengan cepat tersebar ke seluruh antero dunia;
wilayah kekuasaanya terbentang luas, bahkan menjadi negara adidaya
berabad-abad lamanya.
Ini jelas berbeda dengan negara kapitalis yang menebarkan ideologinya
dengan jalan imperialisme, seperti Amerika dan negara-negara kafir
penjajah lainnya. Mereka melakukan ekspansi ke negara lain untuk
menjarah kekayaannya, menjajah negerinya dan memperbudak
penduduknya.

Para Tokoh yang Dirahmati Allah SWT.


Namun sungguh disayangkan, Daulah Khilafah yang memiliki berbagai
keistimewaan itu sekarang tidak ada. Setelah dihapuskan oleh Musthafa
Kemal pada 28 Rajab 1342 H atau 3 Maret 1924, umat Islam hidup tanpa
Khilafah. Sejak itu sebagian besar hukum syariah tidak dijalankan.
Akibatnya, Islam sebagai rahmatan li al-lamn tidak terwujud dalam
kehidupan.
Sebaliknya, kehidupan dunia dikuasai oleh kezaliman dan ketidakadilan,
seperti yang dialami umat Islam di negeri ini dan di berbagai belahan
dunia lainnya. Umat ini tak henti dirundung nestapa. Kemiskinan terus
membengkak. Utang luar negeri bertambah banyak. Berbagai kriminalitas
semakin marak. Korupsi kian melonjak. Kekayaan alam umat dijarah.
Bahkan negerinya pun dijajah. Inilah realitas umat Islam tanpa Khilafah.
Karena itu siapa pun yang menginginkan Islam kembali mejadi rahmatan
li al-lamn, tidak memiliki pilihan lain kecuali mengembalikan Daulah
Khilafah yang menerapkan syariah secara kffah . Inilah jalan satusatunya yang wajib kita tempuh. Bahkan bukan sekadar wajib atau
fardhu, menegakkan khilafah adalah tj al-furdh (mahkota kewajiban),
yang dengan itu berbagai kejiban lainnya dapat ditegakkan.
Inilah jalan yang mampu membebaskan kita dari dominasi, hegemoni,
intervensi dan segala bentuk penjajahan Amerika Serikat dan negaranegara kafir penjajah lainnya. Inilah jalan yang dapat menghapuskan
neimperialisme-neokolonialisme yang menjadi biang utama penderitaan

dunia.
Inilah jalan yang dapat menyatukan umat Islam dan negeri-negeri Islam
yang membentang luas dalam satu kepemimpinan dan satu negara.
Khilafah akan menjadi negara adi daya baru yang dapat melibas negara
Amerika Serikat yang kini mendominasi dunia beserta semua negara
imperialis lainnya.
Inilah jalan yang membuat kita dapat meraih predikat khayru ummah,
sebaik-baik umat; umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia karena
kitga melaksanakan amar makruf dan nahi munkar secara sempurna dan
mengimani Allah SWT.
Inilah jalan yang dapat membuka limpahan berkah dari langit dan bumi.
Itulah yang dijanjikan Allah SWT kepada penduduk negeri yang mau
beriman dan bertakwa kepada-Nya, yakni saat mereka menjadikan akidah
Islam sebagai dasar kehidupan dan syariah Islam sebagai hukum yang
diterapkan.
Inilah jalan yang dapat menghasilkan kebaikan di dunia dan akhirat.
Inilah jalan yang menjauhkan kita dari azab neraka dan murka Allah SWT
sekaligus mengantarkan kita memperoleh nikmat surga dan ridha Allah
SWT.

Para Tokoh yang Dirahmati Allah SWT,


Oleh karena itu, pada kesempatan yang mulia ini, kami kembali mengajak
para tokoh dan seluruh umat Islam untuk berjuang menegakkan Khilafah.
Marilah kita menyingsingkan baju untuk menolong agama Allah SWT.
Hanya dengan itu, kita akan ditolong oleh Allah SWT sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya:











Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi
Mahaperkasa (QS al-Hajj [22] : 40).

Kami juga mengajak para tokoh untuk bergabung dalam gerakan yang
sungguh-sungguh berjuang untuk mengembalikan tegaknya Khilafah.
Sebab, metode syari untuk menegakkan Khilafah adalah dengan
berjamaah. Marilah kita mendukung jamaah yang senantiasa konsisten
dengan Islam dan tidak mau bergeser sedikit pun dari Islam; jamaah yang
memiliki konsep yang jelas, detail dan benar tentang Khilafah beserta
semua sistem yang dibutuhkan; jamaah yang meneladani tharqah
Rasulullah saw. dalam menegakkan Daulah; jamaah yang tanpa henti
berjuang di tengah umat dan bersama mereka untuk menegakkan
Khilafah.

Para Tokoh yang Dirahmati Allah SWT.


Maka dari itu kami mengajak para tokoh untuk bergabung dengan Hizbut
Tahrir untuk berjuang menegakkan Khilafah; mengerahkan segala daya
upaya untuk menyongsong janji Allah SWT dan Rasul-Nya:







Kemudian akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj
kenabian (HR Ahmad).

Insya Allah, dengan izin dan pertolongan-Nya, masa itu akan segera tiba.
Tanda-tandanya semakin jelas. Dukungan umat terhadap syariah dan
Khilafah terus meningkat. Sebaliknya, kepercayaan umat terhadap
ideologi Kapitalisme, sistem ekonomi liberal dan demokrasi semakin
luntur. Demikian pula terhadap para penguasa saat ini. Umat sudah
semakin sadar bahwa para penguasa itu tak lebih merupakan para kaki
tangan dan komprador negara-negara kafir penjajah. Karena itu
keruntuhan mulkan jabriyyan (kekuasaan diktator) itu hanya soal waktu.
Insya Allah, tak akan lama lagi masa mereka akan segera berakhir diganti
dengan Khilfah al minhj al-nubuwwah.
Wahai para tokoh umat, sambutlah seruan kami dengan penuh semangat,
bulatkan tekad dan kokohkan niat untuk mewujudkan tujuan mulia ini.
Sambutlah perintah Allah SWT:






Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian pada suatu yang
memberikan kehidupan kepada kalian (QS al-Anfal [8]: 24).

Mari kita tegakkan Daulah Khilafah, wujudkan rahmah! []

Hadis PIlihan: Kaum Muslim Merupakan Satu Kesatuan


KAUMMUSLIMMERUPAKAN
SATUKESATUAN


:








:














Numan bin Basyir ra. berkata: Rasulullah saw. telah bersabda,
Kaum Muslim seperti seorang laki-laki; jika matanya sakit maka

semua tubuhnya (merasakan) sakit; jika kepalanya sakit maka


semua tubuhnya (merasakan) sakit. (HR Muslim dan Ahmad).
Hadis ini adalah satu di antara sekian banyak nas, baik hadis maupun alQuran,

yang

menjelaskan

kesatuan

kaum

Muslim.

Kaum

muslim

merupakan satu entitas, satu kesatuan yang diikat dengan ikatan


ukhuwah iman.
Al-Munawi di dalam Faydh al-Qadr menjelaskan hadis di atas, Hadis ini
memberikan faedah makna pengagungan hak-hak Muslim atas Muslim
yang lain. Hadis ini mendorong kaum Muslim untuk saling mengasihi dan
saling mendukung pada selain dosa dan selain yang tidak disukai; saling
menolong dan saling membela; saling menyebarkan salam satu sama
lain; menjenguk yang sakit di antara mereka; menghadiri jenazah
mereka dan yang lainnya. Di dalam hadis ini juga ada perhatian terhadap
hak keluarga, pembantu, tetangga, teman perjalanan dan semua orang
yang memiliki hubungan dengan mereka.
Hadis di atas juga diriwayatkan dengan redaksi yang sedikit berbeda.
Numan bin Basyir ra. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:











Perumpamaan kaum Mukmin dalam kecintaan, kasih sayang
dan tolong-menolong di antara sesama mereka semisal satu
tubuh; jika satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh akan
ikut merasakannya dengan terjaga dan demam (HR Muslim,
al-Bukhari dan Ahmad).

Ibnu Abi Hamzah, seperti dikutip oleh Ibnu Hajar al-Ashqalani di dalam
Fathu al-Br, mengatakan tentang hadis tersebut, Yang tampak bahwa
at-tarhum, at-tawdud dan at-tathuf, meski berdekatan dalam makna,
di antara ketiganya ada perbedaan dalam hal kelembutannya. At-

Tarhum

yang

dimaksud-kan

adalah

sebagian

mereka

mengasihi

sebagian yang lain dengan ukhuwah (persaudaraan) iman, bukan karena


sebab yang lain. At-Tawdud yang dimaksudkan adalah saling menjalin
kontak

yang

mendatangkan

kecintaan

(mahabbah)

seperti

saling

mengunjungi dan saling memberi hadiah. Adapun at-tathuf yang


dimaksudkan adalah saling menolong sebagian atas sebagian yang lain
seperti memakaian pakaian kepadanya untuk memperkuatnya.
Mula Ali al-Qari di dalam Mirqh al-Maftih mengatakan, Jadi maknanya,
sebagaimana pada saat sebagian anggota tubuh sakit, rasa sakit
menjalar ke seluruh tubuh, maka demikian juga kaum Mukmin; mereka
seperti satu jiwa. Jika satu orang dari mereka ditimpa musibah, mereka
semua ikut berduka dan harus fokus untuk menghilangkan musibah itu
darinya.
Makna at-tathuf (saling menopang) secara gamblang dinyatakan dalam
hadis lain. Abu Musa al-Asyari ra. menuturkan bahwa Rasul saw.
bersabda:











Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan,
sebagian menopang/menguatkan sebagian yang lain (HR
Muslim).

Mula Ali al-Qari menjelaskan, tak diragukan bahwa orang kuat menopang
pihak yang lemah. Alhasil, maknanya, Mukmin tidak menjadi kuat dalam
suatu perkara agama atau dunianya kecuali dengan bantuan saudaranya,
seperti satu bangunan sebagian menguatkan sebagian lainnya.
Allah SWT juga mendeskripsikan potret kaum Mukmin:


...

Kaum Mukmin, lelaki dan perempuan, sebagian mereka


adalah penolong bagi sebagian yang lain (QS at-Taubah [9]:
71).

Ayat ini secara dallah al-iltizm bermakna perintah agar kaum Mukmin
baik laki-laki maupun perempuan, sebagian menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. Makna hadis di atas jelas sejalan dengan ayat ini.
Nas-nas di atas jelas menunjukkan tiga hal. Pertama: Kaum Muslim
merupakan satu entitas utuh yang menjadi satu kesatuan. Penderitaan
mereka adalah satu. Jika ada sebagian yang tekena musibah, kaum
Muslim lainnya ikut merasakan musibah itu. Jadi kaum Muslim harus
memiliki empati satu sama lain dan menunjukkannya secara nyata.
Kedua: Dalam interaksi sehari-hari, kaum Muslim harus saling mengasihi,
melakukan hal-hal yang bisa menumbuhkan kasih sayang dan kecintaan
di

antara

mereka,

seperti

saling

mengunjungi,

memberi

hadiah,

menjenguk yang sakit, memberi selamat atas kebahagiaan, menyebarkan


salam dan hal-hal baik lainnya. Tentu kaum Muslim tidak boleh
melanggar hak atau menyakiti satu sama lain sebagaimana tangan tidak
akan menyakiti kaki atau wajah atau organ lainnya, dan demikian juga
seluruh organ. Kaum Muslim juga harus berusaha menghilangkan bahaya
yang menimpa sebagian mereka seperti tangan akan mencabut duri yang
mengenai kaki; juga harus mencegah bahaya yang bisa menimpa
sebagian mereka seperti mata yang akan menghindarkan kaki dari duri
yang ada di jalan. Kaum Muslim harus memberikan keadilan kepada yang
dizalimi dan menindak pihak yang menzalimi.
Ketiga: Kaum Muslim harus saling membantu, saling menopang dan
saling mendukung satu sama lain, tentu dalam hal kebaikan dan
kebenaran;

bukan dalam hal

dosa dan permusuhan.

Ibarat

satu

bangunan, antarbagian saling menopang dan menguatkan. Ini juga


mengisyaratkan bahwa kekuatan itu ada dalam persatuan. Sebaliknya,
jika bercerai-berai, kaum Muslim akan lemah (QS al-Anfal [8]: 46).
Bagian dari menifestasi ukhuwah, jika ada di antara kaum Muslim saling
berkelahi, maka kaum Muslim yang lain harus mendamaikan mereka (QS
al-Hujurat: 10) dan menindak pihak yang tidak mau didamaikan dan
terus melakukan penyerangan (QS al-Hujurat: 9). Tentu kaum Muslim
tidak boleh ikut dalam perkelahian itu.

Dalam konteks permisalan di

atas, memberi jalan kepada musuh apalagi membantu musuh menyerang


umat Islam jelas bertentangan dengan permisalan di atas dan jelas
merupakan

dosa

besar.

WalLh

alam

bi

ash-shawb.

[Yahya

Abdurrahman]

Takrifat: Sebab
SEBAB

Sebab (as-sabab) merupakan salah satu jenis khithb/al-hukmu alwadhi. Imam al-Amidi di dalam Al-Ihkm f Ushl al-Ahkm menjelaskan,
sebab (as-sabab) secara bahasa bermakna m yumkinu tawashshulu bihi
ila maqshd[in] m (apa saja yang mungkin bisa mengantarkan pada apa
yang dimaksudkan/dituju).
Tali, misalnya, disebut sebab karena bisa mengantarkan pada air. Jalan
disebut sebab karena bisa mengantarkan ke tempat yang dituju.
Dalam pembahasan khithb al-wadhi, yang dimaksud atau yang dituju
adalah hukum syariah. Maka dari itu, sebab dalam bahasan ini secara
bahasa adalah apa yang bisa digunakan untuk sampai pada hukum
syariah yang dituju. Ini makna sebab secara bahasa.
Hanya saja, sebab dalam pembahasan ini telah menjadi istilah spesifik
yang dielaborasi oleh para ulama ushul dalam disiplin ilmu ushul fikih.
Imam al-Amidi di dalam Al-Ihkam f Ushl al-Ahkm dan kebanyakan

ulama ushul menjelaskan: as-sabab adalah kullu washf[in] zhhir[in]


mundhabith[in] dalla ad-dall as-sami al kawnihi muarrifan li hukm[in]
syariyy[in] (setiap sifat lahiriah yang mengikat yang ditunjukkan oleh
dalil sami bahwa keberadaannya adalah penanda hukum syariah).
Imam asy-Syaukani di dalam Irsydu al-Fuhl menyatakan: sebab adalah
jalu washf[in] zhhir[in] mundhabith[in] manth[an] li wujdi hukm[in]
ay yastalzimu wujduhu wujudahu (sifat lahiriah yang mengikat yang
dijadikan sebagai manth [tempat bergantung] bagi eksistensi hukum,
yakni keberadaan sebab itu meniscayakan adanya hukum itu).
Hanya saja, penanda hukum syariah itu bisa memberikan satu dari dua
jenis informasi. Pertama, memberi tanda tentang ada (eksis)-nya hukum
syariah. Kedua, memberi tanda pensyariatan hukum syariah. Jenis yang
pertama itulah yang dimaksudkan dengan as-sabab. Adapun jenis yang
kedua disebut sebagai illat, bukan as-sabab.
Karena itu pengertian as-sabab di atas masih belum mni, sebab belum
menghalangi masuknya illat dalam cakupan makna definisi itu. Definisi
as-sabab yang jmi dan mni, seperti dijelaskan oleh al-Allamah asySyaikh Taqyuddin an-Nabhani di dalam Asy-Syakhshiyyah al-Islmmiyah
Juz 3 adalah: kullu washf[in] zhhir[in] mundhabith[in] dalla ad-dallu
as-sami al kawnihi muarrif[an] li wujdi al-hukmi asy-syari l li tasyri
al-hukmi (setiap sifat lahiriah yang mengikat yang ditunjukkan oleh dalil
sami bahwa keberadaannya adalah sebagai penanda tentang keberadaan
hukum syariah, bukan penanda tentang pensyariatan hukum).
Contoh as-sabab: tergelincirnya matahari menjadi penanda tentang telah
eksisnya kewajiban shalat zuhur. Tergelincirnya matahari itu menjadi assabab karena nas syariah menunjukkan tergelincirnya matahari sebagai
sifat lahiriah yang mengikat yang menjadi penanda (muarrifan) bahwa
kewajiban shalat zuhur telah ada (tiba). Allah SWT berfirman:





Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir (QS al-Isra
[17]: 78).

Nabi saw. juga menjelaskan dalam banyak hadis waktu shalat zhuhur
bermula ketika matahari telah tergelincir ke arah barat. Di antaranya,
Abdullah bin Umar menuturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda:


...




Waktu shalat zhuhur adalah jika matahari telah tergelincir...
(HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Hibban).

Tergelincirnya matahari itu tidak menjadi penanda tentang kewajiban


shalat zhuhur. Kewajiban shalat zhuhur dinyatakan oleh nas-nash lainnya
(QS al-Baqarah [2]: 45; an-Nisa [4]: 103). Jadi disini ada hukum
tentang kewajiban shalat zhuhur. Lalu kapan kewajiban itu eksis? Di
situlah, nas di atas menunjukkan bahwa tergelincirnya matahari menjadi
penanda atau pemberi informasi bahwa kewajiban shalat zhuhur itu telah
eksis.
Allah SWT juga telah mewajibkan puasa Ramadhan (QS al-Baqarah [2]:
183). Allah SWT membebankan kewajiban puasa Ramadhan itu kepada
mukallaf. Allah SWT juga menetapkan sesuatu yang menjadi penanda
(as-sabab) kapan eksisnya kewajiban itu. Sabab puasa Ramadhan itu
adalah masuknya bulan Ramadhan (QS al-Baqarah [2]: 185) yang
ditandai dengan terlihatnya hilal. Abu Hurairah ra. menuturkan, Nabi saw
besabda:

...

Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal)... (HR al-Bukhari,


Muslim, an-Nasai, at-Tirmidzi dan Ahmad).

Ibnu Umar ra. juga menuturkan bahwa Nabi saw. penah bersabda:

...

Jika kalian melihat hilal maka berpuasalah... (HR Ibnu Majah).

Tercapainya nishb adalah sebab adanya kewajiban zakat. Akad-akad


syari menjadi sebab kebolehan memanfaatkan sesuatu atau sebab
perpindahan

kepemilikan.

Jadi

hukumnya

adalah

kewajiban

zakat,

sementara tercapainya nishb yang ditetapkan secara syari untuk hukum


tersebut

adalah

untuk

memberitahukan

eksisnya

hukum

tersebut.

Kebolehan pemanfaatan atau perpindahan kepemilikan adalah hukumnya,


sementara akad-akad yang ditetapkan secara syari untuk hukum
tersebut adalah untuk memberitahukan eksisnya hukum itu.
Jadi Allah SWT mensyariatkan dan membebankan hukum tertentu kepada
mukallaf sekaligus menetapkan penandanya yang menunjukkan eksisnya
hukum tersebut. Penanda itulah yang menjadi sebab (as-sabab) syari.
Jadi, sebab (as-sabab) adalah penanda (muarrif) atas keberadaan
hukum, bukan penanda atas pensyariatan hukum. Adapun sesuatu yang
ditetapkan oleh dalil sami untuk memberitahukan sebab pensyariatan
hukum,

itulah

illat.

Misalnya,

melalaikan

shalat

menjadi

illat

pengharaman jual-beli saat azan Jumat (QS al-Jumuah [62]: 9-10).


Kaharaman itu bisa diberlakukan pada apapun yang bisa menyebabkan
melalaikan shalat Jumat, tidak hanya jual-beli.
Sebab

(as-sabab)

Tercapainya
Tenggelamnya

kadang

nishb,

merupakan

misalnya,

matahari

menjadi

sebab

untuk

hukum

taklfi.
zakat.

menjadi

sebab

kewajiban

sebab

kewajiban

shalat

maghrib.

Kemaksiatan atau kejahatan menjadi sebab sanksi syari. Zina menjadi


sebab dicambuk 80 kali atau dirajam. Pencurian menjadi sebab dipotong
tangan. Minum khamr menjadi sebab dicambuk 40 kali. Masuknya bulan
haji menjadi sebab kewajiban berhaji. Masuknya bulan dengan terlihatnya
hilal Ramadhan menjadi sebab kewajiban puasa Ramadhan. Sakit dan
safar menjadi sebab kebolehan tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.
Akad nikah menjadi sebab kewajiban mahar. Kewajiban nafkah dan
kewajiban bag istri untuk taat kepada suami.
Sebab (as-sabab) itu kadang merupakan sebab yang menetapkan
kepemilikan,

kehalalan,

atau

hilangnya

kepemilikan

dan

hilangnya

kehalalan. Waris menjadi sebab perpindahan kepemilikan harta waris dari


al-muwarrits kepada ahli waris, artinya menjadi sebab penetapan
kepemilikan bagi ahli waris. Pemberian ijin menjadi sebab halalnya masuk
rumah dan melihat bagian dalam rumah. Menghilangkan atau merusak
barang menjadi sebab wajibnya dhaman (menjamin) bagi orang yang
menghilangkan atau merusakkannya. Hubungan kekerabatan menjadi
sebab penetapan hak waris.
Akad-akad dan tasharruf menjadi sebab bagi hukum yang dihasilkan oleh
akad dan tasharruf tersebut. Akad jual-beli, hibah, hadiah menjadi sebab
perpindahan kepemilikan dari penjual, pemberi hibah, pemberi hadiah
kepada pembeli, penerima hibah atau hadiah; artinya menjadi sebab
penetapan kepemilikan barang bagi pembeli, penerima hibah dan
penerima hadiah. Wasiat menjadi sebab penetapan kepimilikan bagi
penerima wasiat atas harta yang diwasiatkan. Wakaf dan pembebasan
budak menjadi sebab hilangnya kepemilikan atas harta wakaf dan budak
itu. Akad nikah menjadi sebab halalnya hubungan suami-istri dan istimt
di antara suami istri. Sebaliknya, talak menjadi sebab haramnya
hubungan suami-istri itu.
Jika sebab (as-sabab) itu ada maka musabab (akibat)-nya ada, baik
berupa hukum taklfi atau penetapan kepemilikan, atau penetapan
kehalalan,

atau

hilangnya

kepemilikan

dan

kehalalan

itu.

Karena

musabab itu secara syari tidak akan terlepas dari as-sabab, baik orang
yang melakukan as-sabab itu bermaksud untuk menghasilkan musabab
itu ataupun tidak. Siapa saja yang melakukan safar boleh berbuka pada
siang

hari

bulan

Ramadhan

baik

ia

bermaksud

untuk

mendapat

kebolehan itu ataupun tidak. Siapa saja yang melangsungkan akad nikah
wajib membayar mahar dan wajib memberikan nafkah kepada istri. Siapa
saja yang mentalak istrinya talak satu atau talak dua dia boleh
merujuknya lagi. Meski dia mengatakan, tidak ada rujuk untukku, hak
merujuki istrinya itu tetap ada untuk dia karena musabab ituyaitu hak
merujuk istri yang dia talakditetapkan oleh Asy-Syri, bukan berasal
dari manusia. Pengaitan as-sabab dengan al-musabab itu atas ketetapan
Allah SWT.

Hanya saja, terwujudnya hukum yang keberadaannya ditandai dengan


adanya sebab tidak bisa diketahui dengan hanya adanya as-sabab itu.
Pasalnya, adanya as-sabab hanya menunjukkan telah adanya hukumnya.
Tergelincirnya matahari hanya menunjukkan telah eksisnya kewajiban
shalat zhuhur, bukan menunjukkan telah terwujudnya shalat zhuhur dari
seorang mukallaf.

Akad nikah hanya menunjukkan eksisnya kewajiban

mahar atau nafkah dan tidak menunjukkan apakah mahar dan nafkah itu
telah ditunaikan atau belum.
WalLh alam bi ash-shawb. [Yahya Abdurrahman]

Dunia Islam: Hakikat Rekonsiliasi AS-Rusia


HAKIKATREKONSILIASIAS-RUSIA
(Jawab-Soal Bersama Amir Hizbut Tahrir)

Soal:

Sudah diketahui bahwa intervensi Rusia ke wilayah udara Suriah


terjadi dengan persetujuan Amerika dalam sebuah kesepakatan
busuk. Dengan kesepakatan itu, Rusia melakukan tugasnya
melayani kepentingan Amerika di Suriah dengan imbalan: Amerika
menutup mata dari pendudukan Rusia atas Crimea, juga dari apa
yang terjadi di timur Ukraina. Dari sini bisa dipahami adanya politik

rekonsiliasi antara Rusia dan Amerika. Namun, belakangan ini


terjadi peristiwa yang menjadikan Rusia dijauhkan dari KTT Nuklir
yang diatur oleh Obama. Demikian juga terjadi konfrontasi/perang
Azerbaijan yang didukung Amerika dengan Armenia yang didukung
Rusia. Semua itu membuat rekonsioliasi itu menjadi kacau.
Pertanyaannya, bagaimana menjelaskan hal ini?

Jawab:
Putin

yang

pernah

menjadi

direktur

KGB

pada

saat

Uni

Soviet,

merindukan kembali peran internasional yang menonjol yang dulu dimiliki


oleh Uni Soviet bersama Amerika. Karena itu ia setuju melakukan peran
permusuhan
mengokohkan

jahat

di

Suriah

pemerintahan

untuk
Bashar

kepentingan
sampai

Amerika

Amerika

dengan

menemukan

pengganti Bashar. Sebelumnya pemerintahan Bashar hampir tumbang.


Amerika khawatir kekosongan pasca tumbangnya Bashar itu akan diisi
oleh kekuaan islami yang mukhlis. Putin beranggapan bahwa dengan
melayani Amerika di Suriah akan meredakan reaksi Amerika atas Rusia
terkait problem perbatasan selatan Rusia di Crimea dan seputar Ukraina.
Nyatanya, ini masalah yang berbeda dengan masalah pelayanan di
Suriah!
Intervensi Rusia di Suriah dalam memerangi kaum Muslim, dengan
pertolongan Allah SWT, akan membuat Rusia merasakan bencana dan
malapetaka yang terjadi bersama dengan problem-problem Ukraina,
ditambah titik di lautan kemarahan kaum Muslim terhadap Rusia.
Sungguh, hari esok bagi orang yang menunggunya adalah dekat. Ini dari
satu sisi.
Di sisi lain, Putin beranggapan bahwa Amerika akan memberi Rusia
imbalan dengan mengangkat peran internasional Rusia dalam berbagai
masalah internasional. Sungguh, ini adalah kebodohan politik. Sebabnya,
negara yang tegak di atas ideologi Kapitalismeseperti AS, red.tidak
punya nilai kecuali manfaat dan mengekpsloitasi pihak lain. Karena itu
negara-negara kapitalis yang kuat akan mengerahkan daya upaya untuk
menghegemoni negara-negara kapitalisme yang lebih lemah. Amerika,

Eropa dan Rusia sama-sama mengikuti ideologi Kapitalisme. Ini berbeda


dengan masa sebelumnya saat Barat mengikuti ideologi Kapitalisme,
sementarea

Uni

Soviet

mengikuti

ideologi

Sosialisme-komunisme.

Masing-masing ideologi memiliki nilai yang saling bersaing satu sama


lain. Saat itu keduanya mungkin untuk bersaing memperebutkan kontrol
dan pengaruh serta menjadi pesaing yang biasa diantisipasi. Adapun
terkait

negara-negara

besar

yang

mengadopsi

Kapitalisme

maka

hegemoni akan tetap jadi milik negara kapitalis yang kuat. Kesepakatan
negara kuat dengan negara-negara lain yang berasal dari ideologi yang
sama adalah untuk melayani negara kuat itu dan bukan agar negara lain
itu menjadi pesaingnya. Karena itu Amerika tidak menerima Eropa atau
Rusia menjadi pesaingnya jika negara-negara itu memiliki kekuatan pada
tingkat yang bisa menjadi pesaing Amerika. Hal itu karena ideologi
Kapitalisme tegak di atas manfaat dan bagian yang lebih besar adalah
untuk pihak yang lebih kuat.
Begitulah,

anggapan

Putin

tersebutbahwa

jika

Rusia

melayani

kepentingan Amerika di Suriah maka Amerika akan meredakan problemproblem regional dan internasional Rusiaadalah anggapan yang keliru.
Hal itu tampak dengan jelas dalam dua perkara yang disebutkan di dalam
pertanyaan, yaitu KTT Nuklir dan perang antara Azerbaijan dan Armenia.
Terkait KTT Nuklir, Amerika telah mengadakan dan menyiapkan program
dan jadwal kerja untuk KTT Nuklir itu. Dalam semua itu Amerika
mengabaikan Rusia yang merupakan negara nuklir kedua di dunia. KTT
berlangsung dari 31 Maret 2016 hingga 1 April 2016. Di dalam KTT Nuklir
itu, Amerika berusaha mengokohkan diri sebagai kekuatan besar, adidaya
serta pemimpin historis yang memimpin semua negara di dunia dan bisa
melakukan apa saja yang diinginkan, di mana saja dan kapan saja.
Amerika bahkan tidak memberikan perhatian sama sekali kepada Rusia
dan tidak mengikutsertakan Rusia di dalam persiapan KTT Nuklir sebagai
negara nuklir terbesar kedua.
Sebelumnya Kremlin menegaskan bahwa persiapan KTT memerlukan
kerjasama dengan Rusia. Kremlin juga menegaskan bahwa kajian isu-isu
berkaitan dengan keamanan nuklir menuntut upaya bersama dan
memperhatikan

kepentingan

dan

sikap

pihak-pihak

lain.

Ini

yang

dikatakan oleh Juru Bicara Kremlin Dimitri Biskov. Akan tetapi, ia


menjelaskan secara langsung bahwa Moskow, selama persiapan KTT,
menghadapi kekurangan dalam kerjasama dalam hal kajian isu-isu dan
topik-topik yang tersusun dalam jadwal kerja, disertai kampanye media
provokatif dari pihak Amerika Serikat (Russia Today, 31/3/2016).
Selama seruan dan penyelenggaraan KTT tampak sekali Wasingthon
meremehkansampai pada batas merendahkanRusia. Inilah yang
mendorong Putin untuk tidak hadir. Meskipun sebabnya adalah Amerika
mengabaikan Rusia dalam persiapan dan pelaksanaan konferensi, reaksi
Amerika terhadap ketidakhadiran Putin lebih dingin dan meremehkan
Rusia dibandingkan dengan selama Perang Dingin terjadi. Wakil Penasihat
Keamanan Nasional Gedung Putih, Ben Rhodes, mengatakan, Kami
yakin, dengan keputusannya tidak berpartisipasi mengirimkan delegasi
tingkat tinggi di KTT Keamanan Nuklir di Washington minggu ini, Rusia
telah menyia-nyiakan kesempatan bagi dirinya sendiri pada tingkat
pertama. Semua yang dilakukan Rusia hanya akan mengisolasi dirinya
sendiri dengan tidak berpartisipasi seperti yang mereka lakukan dulu.
(Situs al-Badeel dan Reuters, 31/3/2016).
Bahkan Obama menurunkan nilai Rusia dengan menempatkan Rusia
setara dengan Korea Utara. Obama mengatakan di akhir KTT Nuklir,
Masih banyak pekerjaan yang dituntut untuk mengurangi arsenal nuklir
Rusia dan Korea Utara.
Ia menambahkan, Pekerjaan kita belum berhenti. Banyak bahan-bahan
nuklir yang harus diamankan pada tingkat global. (Al-Jazeera.net,
1/4/2016).
Begitulah. Tampak jelas sejauh mana Amerika meremehkan Rusia dalam
masalah KTT Nuklir!
Adapun terkait perang antara Azerbaijan dan Armenia, perang meletus
secara hampir tiba-tiba di sepanjang garis demarkasi antara Armenia dan
Azerbaijan di kawasan Pegunungan Karabagh pada 2/4/2016. Para
pemimpin politik dan militer diundang di Baku, Ibukota Azerbaijan, untuk
sebuah pertemuan darurat. Demikian juga Armenia melakukan hal yang
sama.

Ini

seperti

yang

dinyatakan

oleh

Presiden

Armenia

Serge

Sarkisiyan, Sungguh itu merupakan pertempuran bersenjata paling


berbahaya sejak dibangun gencatan senjata pada tahun 1994. (AlJazeera.net, 3/4/2016).
Bisa disimpulkan bahwa pengaruh Rusia sangat stabil di Armenia yang
menjadi tuan rumah satu dari pangkalan militer Rusia terbesar yang
meliputi resimen 102 militer Rusia dan menjadi markas sekitar 5.000
tentara Rusia. Rusia memberikan hibah dan utang ke Armenia yang
miskin sumberdaya. Rusia memberikan dukungan militer kepada Armenia
pada

periode

konflik

dengan

Azerbaijan

atas

daerah

Pegunungan

Karabagh sebelum dan setelah pecahnya Uni Soviet. Rusia kala itu adalah
penengah yang memaksakan penghentian tembak-menembak di antara
kedua kubu pada tahun 1994. Hal itu untuk kemenangan Armenia, sebab
Armenia dan kelompoknya di wilayah Karabagh telah menguasai wilayah
keturunan Azeri secara penuh dan menduduki 9% wilayah Azerbaijan
lainnya di sebelah barat dan selatan wilayah Karabagh, bahkan juga
wilayah timurnya. Karena itu, Rusia fokus untuk menghentikan perang
paling akhir ini.
Adapun peran Amerika dalam perang yang meletus ini dilakukan dari
balik tirai, bahkan tanpa tirai. Situs Almashrialyawm pada 31/3/2016
memberitakan,

Presiden

Azerbaijan

pada

Rabu

30/3/2016

di

Washington, di depan Menteri Luar Negeri AS, Kerry, telah meminta


Armenia untuk menarik segera militernya dari Nagorani Qurrah Bakh,
wilayah yang menjadi persengketaan kedua negara. Kerry menerima
Presiden Azerbaijan di sela-sela KTT internasional seputar keamanan
nuklir yang diorganisir oleh Presiden Barack Obama selama dua hari,
Kamis dan Jumat. Aliyev di depan Kerry mengatakan kepada para
wartawan, Kami berterima kasih kepada Pemerintah AS atas upayanya
untuk mengadakan jalan guna menyelesaikan konflik panjang antara
Armenia dan Azerbaijan.
Ia menambahkan, Konflik wajib diselesaikan berdasarkan kaidah resolusi
Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penarikan segera dan tidak
bersyarat militer Armenia dari wilayah kami.

Adapun Kerry menyerukan, Penyelesaian final konflik yang membeku di


Nagorani Qurrah Bakh dan solusi itu haruslah solusi negosiatif.
Azerbaijan, minyaknya dan pipa yang mengalirkan minyaknya ke Laut
Hitam dan Turki telah menarik perhatian besar Amerika sejak Azerbaijan
merdeka tahun 1991. Hal itu juga meliputi pentingnya Azerbaijan dalam
per-saingan Rusia-Amerika.

Dengan itu maka

pernyataan Presiden

Azerbaijan tiga hari sebe-lum meletusnya perang, sementara pernyataan


itu dia lontarkan dari Washington dengan disertai oleh Menlu AS Kerry,
mengindikasikan tanpa diragukan lagi bahwa Amerikalah yang memicu
perang di serambi Rusia Kaukasus. Ini merupkaan ancaman untuk
kepentingan-kepen-tingan Rusia di Armenia dan Kaukasus. Kawa-san ini
sangat sensitif untuk Rusia. Artinya, dengan menyulut perang ini,
Amerika telah memberikan pukulan-pukulan ke pihak Rusia.
Ringkasnya, merupakan suatu kebodohan politik saat Putin beranggapan
bahwa dengan kesepakatannya yang jahat dengan Amerika di Suriah, dia
akan mendapat kemurahan Amerika dengan meredakan problem-problem
wilayah dan internasional Rusia. Akan tetapi, batas-batas kesepakatan itu
akan terus terbatas di Suriah disebabkan pelayanan Rusia untuk
kepentingan-kepentingan Amerika dan tidak mesti melebihi hal itu
sampai

isu-isu

internasional

lainnya.

Ini

menjelaskan

ketegangan

hubungan Amerika-Rusia di KTT Nuklir dan perang antara Azerbaijan dan


Armenia, meski tenangnya hubungan Amerika Rusia di Suriah. [Sumber:
http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/politicalquestions/36514.html#sthash.2XUTP4jE. dpuf ]

Jejak Syariah: Sudan: Terkoyak Oleh Intervensi Asing (Bagian 4)


SUDANTERKOYAK
KARENAINTERVENSIASING
(Bagian 4-Habis)

Setelah Sudan Selatan dan Darfur direkayasa oleh AS dan Barat agar
terus bergejolak bahkan hingga pemisahan, belahan Front Timur juga
direkayasa. Front Timur adalah gabungan dari kelompok pemberontak
yang beroperasi di Sudan wilayah timur, khususnya di Propinsi Red Sea
dan Kassala. Pimpinan Front Timur adalah Musa Muhammad Ahmad. SPLA
pimpinan John Garang dulu adalah anggota utama Front Timur. Namun,
sebagai konsekuensi dari perjanjian Naivasha (CPA), SPLA harus keluar
dari keanggotaan di Front Timur. Keangotaan SPLA itu diperoleh pada
Februari 04 setelah Beja Congress (kelompok pemberontak yang lebih
besar di Front Timur berasal dari Beja) dan Rashaida Free Lions (kelompok
pemberontak yang lebih kecil berasal dari Suku Rahsaida) bergabung
menjadi satu (merger). Selanjutnya Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak
(JEM) yang beroperasi di Darfur ikut bergabung dalam Front
Timur. Dengan demikian tampak jelas bahwa di Front Timur banyak faksi
pemberontak yang dimainkan oleh AS dan sekutunya dengan berbagai
latar belakang. Hal ini tampak jelas pada hubungan yang terjadi antara
Front Timur dan AS.
Pada awalnya Front Timur mendapat dukungan dari Pemerintah
Eritrea. Pemerintah Eritrea sendiri termasuk agen AS di kawasan. Artinya,
Front Timur ini didukung oleh AS melalui Eritrea. JEM yang berasal dari
Barat sebenarnya mendapat dukungan dari Eropa (Perancis dan
Inggris). Dengan demikian keikutsertaan JEM dalam Front Timur
merupakan strategi Eropa agar punya andil di Front Timur sehingga nanti
mereka berhak mendapatkan bagian.
Beja Congress dan Rashaida Free Lions sama-sama menyatakan bahwa
pemberontakan mereka itu dilatarbelakangi oleh ketidakadilan distribusi
keuntungan minyak. Mereka menuntut bagian yang lebih besar dari yang

selama ini ada. Gerakan mereka itu sebenarnya diinspirasi oleh apa yang
didapatkan oleh Sudan Selatan. Mereka belajar bahwa menciptakan
ketidakstabilan atau memberontak adalah cara paling mudah untuk
menuntut bagian lebih besar dari kekayaan yang ada di wilayah mereka.
Seperti diketahui, Propinsi Red Sea termasuk kaya akan minyak. Menurut
data ECOS 2007, wilayah Kassala dan Qadaref adalah masuk dalam
wilayah konsesi blok 10 yang masih bebas belum ada yang
menguasai. Port Sudan yang ada di Red Sea adalah terminal ekspor
minyak Sudan, jadi memegang peranan vital. Pemerintah Sudan, dengan
pembiayaan dari CNPC, membangun kilang baru dekat Port Sudan dengan
kapasitas 50.000 barel perhari. Front Timur berulang mengancam akan
memblok aliran minyak melalui jaringan pipa ke Port Sudan.
Pada pertengahan 2006, Pemerintah Eritrea mengubah strategi dari
sebelumnya tampak sebagai pendukung utama Front Timur lalu berubah
menjadi penengah dengan memberi tempat kepada Pemerintah Sudan
untuk berunding dengan Front Timur. Perundingan itu berhasil
menyepakati Agreement on Declaration of Principles pada 19 Juni
2006. Upaya ini sebenarnya adalah langkah AS. Sebagaimana di Darfur,
AS menghendaki penyelesaian yang sedikit berbeda dengan konflik
Selatan. Karena Pemerintah Eritrea adalah agen AS, relatif mudah bagi AS
mengarahkan penyelesaian masalah Front Timur dibanding masalah
Darfur. Maka dari itu, sejak itu Pemerintah Eritrea selama empat bulan
berikutnya memediasi negosiasi Pemerintah Sudan dengan Front Timur
untuk mencapai CPA (Comprehensive Peace Agreement). CPA itu berhasil
di sepakati pada 14 Oktiber 2006 di Asmara. CPA dengan Front Timur itu
meliputi masalah keamanan, pembagian kekuasaan pada level federal
dan regional, serta pembagian kekayaan berkaitan dengan tiga negara
bagian (propinsi) yaitu Red Sea, Kassala dan Qadaref.
Dari poin-poin CPA terlihat bahwa penyelesaian Front Timur adalah ke
arah otonomi meski akan siap untuk ke arah pemisahan jika waktunya
tiba. Ini persis seperti yang dikehendaki oleh AS bagi penyelesaian konflik
Darfur.
Dari paparan tulisan-tulisan sebelumnya tampak jelas bahwa konflik di
Sudan, baik konflik Sudan Selatan, konflik Darfur dan konflik Front Timur
tidak lain adalah wujud dari pertarungan antara AS dan Eropa. AS telah

memenangi pertarungan itu di Selatan, memimpin dan Front Timur dan


terus bersaing di Darfur. Baik AS dan Eropa adalah negara yang
mengemban ideologi kapitalis. Tujuan mereka tidak lain untuk merampok
kekayaan Sudan. Memang seperti itulah watak negara kapitalis dan hal
itu dibuktikan dari apa yang terjadi di negeri-negeri Islam.
Norm Dixon, seorang kolumnis dari Australia, menulis judul kolomnya
pada 19/08/04: Laba Minyak

Berada di Balik Air Mata Barat

untuk Darfur (Counterpunch.org).


Uwe Friesecke, seorang analis dari Jerman, menuturkan bahwa dahaga
Barat akan minyak Sudan pada faktanya memulai konflik di Darfur
dengan melatih pemberontak SLM/A dan JEM. Chaos di Sudan akan
memberikan peluang kepada Pemerintah Barat untuk melakukan
intervensi militer dan memprovokasi perubahan rejim di Kharthoum,
dengan pemerintah yang baru, yang kemudian dikendalikan oleh Bank
Dunia dan IMF untuk membuka (meliberalkan) perekonomian
Sudan. Negeri yang cadangan minyak terbuktinya meningkat pesat itu
pun akan bisa diakses oleh perusahaan minyak Barat. AS telah
mengumumkan niat untuk menjadikan Afrika sebagai salah satu sumber
utama minyaknya. Inggris juga memiliki perusahaan minyak
besar. Friesecke mengutip sumber di pemerintahan AS, bahwa mereka
(Barat) telah membuat rencana detil untuk masa pasca-perdamaian
Sudan di barat (Afrol News, 10/9/04).
Bagaimanapun upaya AS untuk menutupi motifnya itu tetap saja tidak
berhasil. Doktrin Carter yang disampaikan mantan Presiden Jimmy Carte
pada tahun 1980 yang menjadi pegangan Pemerintah AS telah
menyingkap tabir itu. Carter menyatakan: Minyak Teluk memiliki urgensi
keamanan nasional bagi Amerika Serikat. AS akan menggunakan segala
sarana, termasuk kekuatan militer untuk menjamin kepentingankepentingannya.
I.M. Rosenthal menyebutkan juga dalam Surat Kabar Herald Tribune pada
27/8/1990: Siapapun orang Amerika yang peduli terhadap tanda-tanda
politik mengetahui bahwa AS tidak berperang melawan Irak demi
demokrasi, karena demokrasi tidak ada di dunia Arab. AS juga tidak
berperang demi keluarga kerajaan di Kuwait. AS pergi berperang untuk
menghentikan Irak atas kontrol terhadap satu sumber, yang merupakan

darah bagi industri, dan yang menentukan hidup matinya


perekonomian.
Kebijakan ini bukan hanya khusus bagi Teluk, tetapi bagi seluruh negeri
Muslim, termasuk Sudan yang merupakan salah satu sumur minyak
terbesar di Afrika. Organisasi Human Right Watch dalam salah satu
laporannya menyatakan: Agama dan minyak telah menempatkan Sudan
dalam daftar prioritas Presiden Amerika dan pemerintahannya.
Sudan kini telah terbelah menjadi dua, Sudan dengan Sudan Selatan.
Tidak menutup kemungkinan jika situasinya tidak menguntungkan bagi
AS, Sudan akan dibelah lagi menjadi beberapa bagian.
WalLh alam bi ash-shawb. [Gus Uwik; dari berbagai sumber]

MEMPERLAKUKAN
OBYEK DAKWAH
(Tafsir QS Abasa [80]: 1-10)

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang


seorang buta kepada dia. Tahukah kamu, boleh jadi dia ingin
membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan
pengajaran, lalu pengajaran itu memberikan manfaat kepada dirinya?
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, dia kamu layani.
Padahal tidak ada (celaan) atas kamu kalau dia tidak membersihkan diri
(beriman). Adapun orang yang datang kepada kamu dengan bersegera
(untuk mendapatkan pengajaran), sementara dia takut kepada (Allah),
dia kamu abaikan (QS Abasa [80]: 1-10).

Anda mungkin juga menyukai