Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


GAWAT DARURAT
Definisi
Keperawatan gawat darurat adalah asuhan pelayanan yang diberikan kepada
individu dari berbagai tingkat usia yang mengalami gangguan integritas fisik dan
emosional yang terjadi secara mendadak dan memerlukan intervensi secara tepat dan
cepat (segera).
Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Pada saat perawatan diberikan dalam situasi kedaruratan. Beberapa keperawatan
penting harus dibuat.
Keperawatan membutuhkan penilaian yang didasarkan pada pemahaman tentang
kondisi yang menimbulkan kedaruratan dan efeknya pada seseorang.
Tujuan utama dari penatalaksanaan medis kedaruratan adalah :
-

Mempertahankan hidup

Mencegah keadaan memburuk sebelum penanganan pasti dilakukan atau


diberikan.

Memulihkan pasien agar dapat hidup, berguna pada saat pasien masuk ke UGD.

Tujuan utama yang ingin dicapai adalah :


Untuk menentukan luasnya untuk memulai penatalaksanaan
Misalnya : cedera atau kondisi yang mengganggu fungsi fisiologis vital
(obstruksi saluran nafas, perdarahan pasif) lebih diutamakan.
Luka di wajah, leher dan dada yang mengganggu pernafasan merupakan
prioritas tertinggi.
Anggota tim kerja kedaruratan bekerja sama menyelesaikan perawatan
individu pasien yang komprehensif.
Prinsip Penatalaksanaan Kedaruratan
1. Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang adekuat, resusitasi jika
dipertahankan, kaji cedera dada dan obstruksi jalan nafas.
2. Kontrol perdarahan dan konsistensi
3. Evaluasi dan pemulihan curah jantung
4. Mencegah dan menangani shock
5. Mendapatkan pemeriksaan fisik yang terus menerus karena keadaan cedera
atau penyakit yang serius dari pasien tidak statis.
6. Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah, evaluasi ukuran dan
aktivitas, pupil dan respon motoriknya.
7. Mulai pantau EKG jika diperlukan

8. Lakukan pembebatan jika ada dugaan fraktur servikal dengan cedera kepala.
9. Melindungi luka dengan balutan
10. Periksa apakah pasien menggunakan kewaspadaan medik atau identitas
mengenai alergi dan masalah kesehatan lainnya.
11. Mulai mengisi lembar alur TTV dan status neurologik untuk mendapatkan
petunjuk dalam mengambil keputusan.
Triase Kedaruratan
1. Darurat : kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh : henti jantung, oedema paru nyeri dada berasal dari jantung dan trauma
multi system.
2. Mendesak : tindakan segera
Kondisi yang merupakan masalah medik yang sifnifikan dan memerlukan
penatalaksanaan segera TTV stabil.
Contoh : laserasi sederhana, fraktur tungkai tanpa komplikasi nyeri signifikan dan
penyakit kronis seperti kanker.
3. Tidak mendesak : tindakan dapat ditunda beberapa jam bila perlu.
Contoh : cedera minor, sakit tenggorokan, nyeri penanggung bawah.
TRIAGE PRA RUMAH SAKIT
Meningkatkan kasus kecelakaan lalu lintas, luka bakar, tenggelam. Kondisi ini
mendorong beberapa tenaga medis untuk memberikan penyuluhan tentang resusitasi
di tempat-tempat yang rawan kecelakaan seperti di pantai.
Diperlukan pelayanan ambulans yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.
Kemampuan untuk menolong di tempat kejadian dan di perjalanan
Masalah yang potensial dan aktual yang sangat bervariasi.
Kondisi pasien dapat berubah-ubah terus menerus, pengkajian dilakukan terus
menerus, diagnosa keperawatan sesuai kondisi.
Intervensi mandiri dan independent
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
1. Dasar Keperawatan di Gawat Darurat
Pasien / keluarga
Perawat harus memahami reaksi yang dapat timbul, antara lain :
a. Ketakutan
-

Takut akan kematian

Takut akan pengobatan

Takut pada penyakit

Terhadap lingkungan gawat darurat yang sibuk

Banyak pasien lain

Ketakutan pasien / keluarga memberikan dampak pada perawat :


-

Bekerja lebih empati

Kemampuan dan ketakutan yang baik : dapat meningkatkan rasa aman


dan nyaman pasien dan keluarga.

Memberikan penjelasan yang efektif tentang kondisi dan penanganan


masalah- masalah melalui komunikasi terapeutik.

Menunjukkan sikap yang dapat diandalkan dan selalu siap di ruangan.


Ketakutan dapat berkurang

b. Tidak sabar / marah


Di UGD pasien / keluarga menganggap kondisi harus segera ditolong dan
membutuhkan perhatian yang penuh.
Jika hal ini tidak dipenuhi pasien / keluarga tidak sabar / kurang kontrol
akan emosinya sehingga dapat menimbulkan marah.
Perawat harus menyadari kemungkinan ini dengan pencegahan :
-

Memberi penjelasan tentang kondisi pasien

Penjelasan tentang penanganan yang dilakukan

Penjelasan pemeriksaan penunjang yang perlu ditunggu

Penjelasan tentang pasien lain yang lebih memerlukan pertolongan


segera

Langkah awal, mereka harus ditangani dengan penuh

Perhatian dan kesigapan

c. Kesedihan
-

Kehilangan anggota tubuh / kesehatan

Kehilangan orang yang dicintai

Merasa tidak diperhatikan keluarga

kelemahan

d. Perawat
Pekerjaan di UGD
-

Membutuhkan penanganan cepat dan tepat

Kerja terus menerus

Jumlah pasien relatif banyak

Mobilitas tinggi

Alat-alat khusus

II. Proses Keperawatan di UGD


Karena kondisi pasien gawat darurat adalah mengancam kehidupan maka prinsip
proses keperawatan :
1. Life support
-

Perlu diprioritaskan kondisi yang memerlukan tindakan segera

Kadang tindakan keperawatan dilakukan tanpa perencanaan yang sistematik


dan bahkan dilakukan bersamamaan dengan pengkajian.

Pendokumentasian dapat dilakukan setelah keselamatan pasien terjamin / sudah


teratasi.

Umumnya diagnosa keperawatan berkisar pada masalah fisik untuk


mempertahankan kehidupan

2. Ringkas dan dapat segera dimengerti


-

Jumlah pasien relatif banyak dengan mobilitas yang tinggi membutuhkan


formulasi proses keperawatan yang singkat / ringkas dan jelas tapi mudah
dipahami.

3. Mayor kondisi dan bolistik


-

Proses keperawatan di gawat darurat prioritas kondisi-kondisi utama yang


mengganggu kehidupan atau mengganggu kebutuhan dasar pasien dan keluarga
dari segi fisik psikologis sosial.

4. Akurat / benar
-

Kesalahan pengkajian / pembuatan diagnosa dan rencana tindakan dapat


menghasilkan askep yang tidak efektif.

Perawat selalu meningkatkan pengetahuan / kemampuan

Semua data yang ada / tindakan yang dilakukan harus benar, telah dikaji / telah
dilakukan sehingga evaluasi kondisi pasien setelah penanganan dapat optimal.

TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Beberapa jenis pengkajian di UGD :
1. Pengkajian awal
Fungsinya menilai kondisi kegawatan pasien
Penting dilakukan agar pasien mendapatkan pertolongan dan diawasi dengan
baik di gawat darurat.
2. Pengkajian segera
Setelah ditempatkan sesuai dengan kondisi klien, pengkajian segera dilakukan
Pengkajian dari kondisi yang paling terganggu (mayor kondisi) :
Kepatenan jalan nafas, pendarahan sirkulasi (A, B, C) kondisi biologis
kemudian kondisi psikologis.
Urutan pengkajian :
Kondisi umum : TTV, tingkat kesadaran, keadaan umum
Sistem / organ yang mengalami gangguan utama
Riwayat perjalanan penyakit penting dilakukan untuk membedakan diagnosis.
Efek / gangguan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar akibat penyakitnya.
Kondisi emosi dan sosial
Pengkajian dapat dikelompokkan :

a. Primary assesment
Keluhan utama :
-

Faktor pencetus

Mekanisme trauma

Observasi

A, B, C

b. Sekundary assesment
Pengkajian

keadaan kesehatan umum, head to me

c. Tertiere assesment
Pengkajian

data fokus

Perencaanaan dan Pelaksanaan


Diagnosa keperawatan ; perencanaan tindakan sama di ruang perawatan, namun
supaya lebih efektif dan efisien dapat dibuat secara list.
Perlu mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang sering timbul di UGD
Salah satu kondisi yang sering timbul adalah : bersihkan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan sputum

ASKEP GAWAT DARURAT SISTEM MUSKULOSKLETAL


A. ASKEP GAWAT DARURAT PADA KONDISI FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh
benturan / tekanan yang keras pada tulang.
Penyebab :
1. Trauma
-

Langsung : objek bergerak menubruk tulang terjadi karena tekanan


terpelintir atau sentakan.

Tak langsung : jatuh dari ketinggian dengan berdiri atau duduk sehingga
terjadi fraktur tulang belakang.

2. Patologis
Disebabkan karena infeksi seperti osteoporosis atau penyebaran kanker
3. Degenerasi
Terjadi karena proses kemunduran fungsi fisiologi tulang yang terjadi pada usia
lanjut.
PATOFISOLOGI YANG BERDAMPAK PADA KDM
Energi yang sangat kasar

Membentur / menekan tulang

Terjadi diskertinuitas tulang / fraktur

Kerusakan periostakum dan pembuluh darah di cortex,sumsum tulang dan jaringan


sekitar

Pendarahan

Hematom

Inflamasi
Masalah keperawatan :
-

Cemas

Gangguan integritas kulit

Gangguan perfusi jaringan

Tujuan : perfusi jaringan dipertahankan


Intervensi :

Traksi / gips/
Operasi

1. Pantau nadi dari fraktur setiap 1 jam dan 2 jam dan observasi warna, suhu dan
sensori
2. Kaji pengisian kapiler, bandingkan dengan sebelahnya
3. Pertahankan kesejajaran tubuh dan posisi yang dipesankan
4. Observasi terhadap tanda sindrom kompartemen
5. Pasang stocking antiemetik : lepaskan untuk setiap menginfeksi terhadap tekanan,
nyeri dan kemerahan.
B. ASKEP GAWAT DARURAT PADA KONDISI AMPUTASI
Amputasi adalah : pengangkatan / pemotongan sebagian anggota tubuh / anggota
gerak yang disebabkan oleh trauma, gangguan peredaran darah, osteomyetitis, kanker.
Pengkajian pasca operasi
Observasi / temuan
-

Lokasi, integritas dan tipe nyeri

Posisi stump

Balutan stum, jumlah dan warna drainase, adakan drain

Status pernafasan, TTV

Potensial komplikasi
-

Hemoragi

Infeksi luka

Nyeri

Kontraktur

Penatalaksanaan medik
1. Posisi stump pasca operasi
2. Tipe balutan / pemasangan prostese pasca operasi
3. Analgetik, antibiotik, antipiretik, sedatif
4. Latihan, terapi fisik
5. Diet, aktivitas, istirahat
Diagnosa keperawatan I :
1. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh
Tujuan :
Gangguan gambaran diri dapat diatasi
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspreikan perasaan cemas, rendah diri dan perasaan
kehilangan bagian tubuh.
b. Berikan support dan informasi pada pasien tentang kondisi tempat amputasi,
jenis protesa yang digunakan
c. Libatkan pasien dengan amputasi lainnya
d. Kerjasama dengan tim kesehatan lainnya :
-

Rujuk ke psikiater

Rujuk ke ahli fisioterapi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan perlukaan Amputasi


Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Dengan kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda-tanda infeksi dan peningkatan edema
b. Ganti balutan stump
c. Cuci dan keringkan area, pajankan terhadap udara sebelum memasang kembali
balutan
d. Pertahankan kekeringan balutan
e. Pantau suhu tubuh setiap 4 jam
f. Berikan diet TKTP
g. Berikan antibiotik / antipiuretik, pantau efektivitas / efek samping

GANGGUAN AKIBAT TRAUMA / INJURI


SISTEM MUSKULOSKLETAL
A. Askep Pada Amputasi
Amputasi ekstremitas bawah diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler perifer
progresif.
-

Gejala sisa DM

Ganggren

Trauma

Deformitas kongenital

Tumor ganas

Amputasi dapatv dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastis

Menghilangkan gejala

Memperbaiki gejala

Dan menyelematkan hidup pasien

Penatalaksanaan :
Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan
yang baik
Tempat amputasi didasarkan pada 2 faktor :
1. Peredaran darah pada bagian itu
2. Kegunaan fungsional : prostesis
Status peredaran darah ekstremitas dapat dievvaluasi melalui :
1. Perfusi otot dan kulit
2. Floemetri dopler
3. Penentuan TD sgemental dan tekanan parsial desigen perkutan
4. Angiografi

vasaskularisasi dapat dilakukan

Penatalaksanaan Sisa Tungkai


1. Balutan rigid tertutup
Kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan
mencegah kontraktur
2. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompres dapat digunakan jika diperlukan infeksi
berkala : hematom luka dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan
infeksi.
3. Amputasi bertahap
Ada ganggren atau infeksi
Proses Keperawatan
1. Pengkajian

a. Evaluasi status neurovaskuler dan fungsional ekstremitas


b. Pengkajian fisik, misalnya : warna, suhu, denyut nadi, keadaan kulit, respon
terhadap perubahan posisi, sensasi, nyeri dan fungsi.
c. Status nutrisi
d. Status psikologis
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan amputasi
b. Kerusakan integritas kulit
c. Gangguan citra tubuh
d. Berduka disfungsional
e. Kurang perawatan diri
f. Gangguan mobilitas fisik
3. Intervensi keperawatan
a. Merendahkan nyeri

kontrol dengan analgetika opinoid, evaluasi hematom

atau cairan yang terkumpul


b. Mempercepat penyembuhan luka
c. Memperbaiki citra tubuh
d. Mengatasi berduka
e. Perawatan mandiri
f. Pengembalian mobilitas fisik
B. Askep Pada Fraktur
Fraktur

terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Fraktur disebabkan :
1. Pukulan langsung
2. Gaya meremuk
3. Gerakan puntir mendadak
4. Kontraksi otot ekstrem
Fraktur mempengaruhi jaringan di sekitar dan mengakibatkan :
1. Edema jaringan lunak
2. Pendarahan otot dan sendi
3. Dislokasi sendi
4. Ruptur tendo
5. Kerusakan saraf dan pembuluh darah
Jenis fraktur :
1. Fraktur komplet
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran
2. Fraktur tidak komplet
Patah hanya terjadi pada sebagian dan garis tulang
3. Fraktur tertutup
Tidak menyebabkan robeknya kulit

4. Fraktur terbuka
Dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patah tulang
Fraktur terbuka degradasi menjadi :
a. Grade I, dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm
b. Grade II, luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstrensif
c. Grade III, sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif

paling berat

Jenis khusus fraktur :


1. Green stick
Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkak
2. Transversal
Fraktur sepanjang garis tengah tulang
3. Oblik
Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil
dibanding transversal)
4. Spiral
Fraktur memuntir seputar batang tulang
5. Komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberap fragnmen
6. Depresi
Fraktur dengan fragnmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan wajah)
7. Kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (pada tulang belakang)
8. Patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor)

9. Avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya
10. Epifisieal
Fraktur melalui epifis
11. Impaksi
Fraktur fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya
Manifestasi Klinis
1. Nyeri : terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang di inobilisasi
2. Hilangnya fungsi
3. Deformitas

4. Krepitus
5. Pemendekan ekstremitas
6. Pembengkakan lokal
7. Perubahan warna
Prinsip penanganan Fraktur
1. Reduksi fraktur

setting tulang

mengembalikan fragmen pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis.


Reduksi tertutup

dilakukan dengan mengembalikan fragmen fragmen tulang

ke posisinya.
Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan immobilisasi
Reduksi terbuka

dengan pendekatan bedah fragmen tulang direduksi

menggunakan alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, palat, atau
batangan logam.
2. Immobilisasi fraktur
Fiksasi interna : pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu
Fiksasi eksterna : impian logam
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
4. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur
KONTUSIO
Cedera

pada jaringan lunak diakibatkan kekerasan tumpul (mis : pukulan,

tendangan atau jatuh)


Terputusnya pembuluh darah kecil

Pendarahan jaringan lunak

Ekimosis, memar

Gejala nyeri, bengkak dan perubahan warna


Penatalaksanaan :
-

Kompres dingin

Meninggikan bagian yang sakit

Pemasangan balut tekan tekan

Istirahat
STRAIN

Tarikan otot akibat penggunaan yang berlebihan atau stress yang berlebihan. Strain
adalah robeknya mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam jaringan.

Nyeri mendadak dan nyeri tekan lokal pada pemakaian otot dan kontraksi
isometrik
SPRAIN

Cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan menjepit atau memutar.
Fungsi ligamen : menjaga stabilitas namun masih memungkinkan mobilitas.
Ligamen robek

Terputus pembuluh darah

Edema sendi nyeri tekan

Gerakan sendi sangat nyeri


DISLOKASI SENDI

Suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tidak lagi
dalam hubungan anatomis, tulang lepas dari sendi.
Dislokasi disebabkan / didapat :
1. Kongenital

sejak lahir

2. Spontan atau patologik


3. Traumatik
Tanda dan gejala dislokasi traumatik :
1. Nyeri
2. Perubahan lentur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
ASKEP GAWAT DARURAT PEDIATRIK
Askep Gawat Darurat Obstruksi Benda Asing di Jalan Nafas
Benda asing lebih sering tersngkut di daerah krikofarings karena dorongan otot farings
yang kuat.
Obstruksi

berupa obstruksi parsial

Berupa obstruksi total

Dapat berakibat fatal


Pada banyak kasus

benda asing itu secara spontan dikeluarkan dari pohon

trakeobronchial dan gejala sisa : iritasi residual dan edema bronchial. Jika benda asing
cepat dikeluarkan maka keadaan berjalan biasa.

Aspirasi benda asing yang mengandung lemak jenuh seperti kacang tanah dapat
menimbulkan iritasi dan radang pada jaringan mukosa.
Makin lama benda asing itu tersangkut makin meningkat edema, peradangan dan
ancaman infeksi.
INSIDEN
1. Paling sering pada anak usia 6 bulan, 6 tahun
2. Aspirasi : penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada anak yang berusia
kurang dari 1 tahun
3. Kacang tanah dan kacang lain dari kasus aspirasi benda asing
MANIFESTASI KLINIK
1. Awalnya batuk / muntah dan tersedat
2. Batuk akut atau mengi
3. Batuk kronik atau mengi
4. Dispnea
5. Retraksi
6. Sianosis
7. Bunyi nafas menurun di atas area yang kena
8. Mungkin ada periode tenang atau periode tanpa gejala
9. Demam
10. Suara serak, stridor, afonia laring
11. Bunyi benda asing pada saat batuk, karena benda asing itu bergerak
KOMPLIKASI
1. Bronkospasme
2. Atelektasis
3. Bronkitis
4. Bronkistasis
5. Pneumonias
6. Abses paru
7. Fistula bronkopulmoner
8. Kematian
UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1. Foto thoraks
2. Bronkoskopi
3. Fluoroskopi
4. Xeroradiografi
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Manuver Heimlich : pukulan di atas punggung dapat dilakukan sebelum
hospitalisasi untuk obstruksi yang mengancam kehidupan
2. Tindakan diagnostik yang agresif seperti bronkoskopi
OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN :

1. Bronkodilator inbalasi
2. Kortikosteroid : menghindari edema jalan nafas
3. Antibiotik sistemik
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Ansietas
3. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas
INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Pukul punggung beberapa kali diikuti sentakan pada dada : bayi 1 tahun
2. Lakukan manuver heimlich (sentakan abdomen pada anak di atas 1 tahun)
PERAWATAN PRA BEDAH
1. Lakukan pemantauan respiratori
2. Beri posisi yang nyaman
3. Puasakan sebelum pembedahan
4. Siapkan untuk bronkoskopi atau thoraks
5. Kurangi ansietas anak
PERAWATAN PASCA BEDAH
1. Kaji pernafasan untuk mendeteksi tanda-tanda gawat pernafasan
2. Kaji efek pemberian obat
ASKEP GAWAT DARURAT PADA ASMA
ASMA : penyakit paru dengan ciri khas yakni sakitan nafas sangat mudah bereaksi
terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan
asma.
Kelainan yang didapat adalah :
1. Otot bronkus akan mengerut (penyempitan)
2. Selaput lendir bronkus edema
3. Produksi lendir banyak
Faktor pencetus :
1. Alergen
2. Infeksi : virus dan streptokokus serta jamur
3. Iritan : hair spray minyak wangi, asap rokok, bau tajam, polutan udara, dll.
4. Cuaca
5. Kegiatan jasmani : berat, misalnya berlari
6. Infeksi saluran nafas : virus pada sinus akut (kronik)
7. Faktor psikis
Gambaran klinik :
Ada berbagai pembagian asma pada anak :
1. Asma episodik yang jarang

2. Asma episodik sering


3. Asma kronik atau persisten
Pemeriksaan diagnostik :
1. Uji faal paru : peak flow meter dengan cara anak disuruh meniup flow meter
2. Foto thoraks : kelainan berupa atelektasoi
3. Pemeriksaan darah : terdapat eosinofilia pada darah tepi
Obat-obatan asma pada anak (pada saat serangan atau pencegahan) :
1. Bronkodilator : adrenalin, orsiprenalin, terbutalin, fenoterol
2. Kortokosteroid : prednison, hidrokortisol, dexamethason
3. Mukolitik : banyak minum air

Diberikan pada saat serangan


Obat pencegahan harus diberikan walaupun sedang tidak mendapat serangan :
1. Bronkodilator
2. Kortikosteroid
3. Ketotilen
4. DSCG (intal)
5. Mukolitik
Penatalaksanaan
a. Medik
-

Serangan asma ringan : bronkodilator oral atau aerosol

Asma sedang asma sedang : bronkodilator aerosol


Bronkodilator subkutan misalnya adrenalin, kortikosteroid dan perlu O2

Asma berat : jika gagal dengan bronkodilator oral, subkutan dan kortikosteroid
perlu teofilimum (teofilin) IV dan koreksi penyimpangan asam basa serta
elektrolit O2 dan pasien harus dirawat di Rumah Sakit.

b. Keperawatan
Serangan / tidak serangan
-

Tidak serangan
HE pada keluarga :
-

Tanda-tanda asma

Cara memberikan obat

Mencegah faktor pencetus (menghilangkan)

Menjaga keserasian keluarga : psikologis


Menjaga kesehatan : makanan bergizi, hindari makan mengandung allergen
-

Serangan : diperhatikan
1. Pasien menderita kesukaran bernafas
2. Gangguan rasa aman / nyaman

Kesukaran bernafas
-

Pemberian obat bronkodilator dan O2

Pakaian dilepas jika mengganggu

Ruang yang cukup mengandung O2, jendela dibuka, jangan ditempatkan dekat
jendela

Jika terjadi serangan dan tidak ada obat maka anak dapat disuruh menghirup
uap air panas yang diberi garam dapur.
ASKEP GAWAT DARURAT PADA KONDISI
SUDDEN INFANT DEATH SYNDROME (SIDS)

SIDS: kematian mendadak pada bayi di bawah 1 tahun


Patofisiologi SIDS : belum jelas, penelitian terbaru berfokus pada penjelasanpenjelasan
1. Abnormalitas SSP : tertundanya mielinisasi atau gliosis di area kontrol pernafasan
di batang otak
2. Aritmia jantung primer
3. Obstruksi jalan nafas
4. Kerusakan pengaturan suhu
5. Agen infeksi yang mungkin yang mungkin : septikemia viral
Faktor resiko :
Pada bayi :
-

Prematur BBL 2500 gr

BBLR untuk usia gestasi

Pria resiko 50 %

Multipara

Apgar secre rendah

Penyakit pernafasan

Riwayat perawatan intensif

Familial :
-

Status sosial ekonomi rendah

Tingkat pendidikan rendah

Maternal :
-

Ibu muda 20 tahun

Riwayat merokok selama hamil

Riwayat penyalahgunaan obat (narkoba)

Multipara

Interval antar kehamilan yang pendek

Anemia

Diagnosa keperawatan
1. Perubahan proses keluarga

2. Resiko tinggi berduka disfungsional


3. Resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif
Intervensi Keperawatan :
Pencegahan :
1. Pemeriksaan dengan cermat secara menyeluruh
2. Pendidikan pada orang tua
3. Pantau kemampuan anggota keluarga : partisipasi jika apnea : RSP
Perawatan setelah SIOS
Dukung keluarga selama masa berduka akut
1. Beri konseling pada orang tua dan tekankan bahwa mereka tidak bersalah atas
kematian bayinya
2. Dorong orang tua untuk mengekspresikan rasa salahnya
3. Gunakan keterampilan mendengar yang terapeutik untuk membantu orang tua
dalam proses berduka
4. Berikan privasi yang cukup bagi orang tua
ASKEP GAWAT DARURAT PADA KONDISI KEJANG
Kejang : perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas
neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
Penyebab kejang mencakup faktor-faktor :
-

Perinetal

Malformasi otak congenital

Faktor genetik

Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)

Penyakit demam

Gangguan metabolisme

Trauma neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi

Penyakit degeneratif susunan saraf


Kejang idiopatik : kejang yang tidak diketahui penyebabnya
Epilepsi : kejang kronik yang berasal dari serebri menunjukkan disfungsi otak yang
mendasarinya
Epilepsi : bukan suatu penyakit

Klasifikasi Kejang
A. Kejang parsial (fokal, lokal)
1. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu mencakup :
a. Tanda-tanda motorik : kedutan pada wajah, tangan atau salah satu sisi tubuh
umumnya gerakan tiap kejang sama.
b. Tanda / gejala otonomik : muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil

c. Gejala somatosensoris atauu sensori khusus mendengar musik, merasa


seakan jatuh dari udara, paresterik
d. Gejala psikis : dejavu, rasa takut,
2. Kejang parsial kompleks
a. Terdapat gangguan kesadaran
b. Gerakan otomatik : mengecap-ngecapkan bibir, menggenggam ulang pada
tangan
c. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
3. Kejang umum (konvulsif / non konvulsif)
a. Kejang absens
1). Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2). Tatapan terpaku 15 detik
3). Awitan dan akhiral cepat setelah itu kembali waspada dan konsentrasi
penuh
4). Umumnya pada usia 4 dan 14 tahun sembuh sendiri saat usia 18 tahun
b. Kejang mioklonik
Kedutan-kedutan invokinter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
mendadak
c. Kejang mioklonik lanjutan
1). Terlihat pada orang sehat selama tidak patologik kedutan-kedutan seperti
dari leher, bahu, lengan atas dan kaki
2). Kurang dari 5 detik
3). Tidak sadar hanya sesaat
d. Kejang tonik klonik
1). Diawali dengan hilang kesadaran klonik : kaku pada otot ekstremitas
batang tubuh dan wajah 1 menit
2). Hilangnya kontrol kandung kemih dan usus
3). Tidak ada respirasi dan sianosis
4). Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan
bawah
5). Latergi, konfusi dan tidur dalam fase postictal
e. Kejang aatonik
1). Hilangnya tonus secara mendadak, kelopak mata turun, kepala
menunduk jatuh ke tanah
2). Singkat dan terjadi tanpa peringatan
f. Status epileptikus
1). Biasanya kejang tonik klonik, umum yang terjadi berulang-ulang
2). Anak tidak sadar diantara kejang
3). Potensial untuk depresi, pernafasan hipotensi dan hipoksia
4). Memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera

Penatalaksanaan Medis
Obat anti konvulsan : mengurangi letupan neural, membantu aktivitas asam
amino penghambat atau mengurangi letupan lambat dari neuron thalamus.
1. Fenobarbital : kejang mioklonik, kejang tonik klonik, status epiletikus 15 40
mcg/ml
2. Feniton (dilantin) : kejang parsial tonik klonik, status epileptikus 10 20 mcg/ml
3. Karbomazepin (tegetrol) : kejang parsial, tonik-klonik 4 12 mcg/ml
4. Asam valproal : kejang absens atipik, mioklonik, tonik konik, atonik, kejang
campuran 40 100 mcg/ml
5. Frimidon : tonik klonik 4 12 mcg/ml
6. Zarontin : kejang absens
7. Klonopin : kejang absens, kejang tonik klonik spasme infantile
Diagnosa keperawatan :
1. Resiko tinggi cedera
2. Resiko tinggi koping keluarga dan koping individu yang tidak efektif
3. Gangguan citra tubuh
Intervensi keperawatan
Kejang
1. Lindungi anak dari cedera
a. Jangan mencoba untuk merestrein anak
b. Jaga anak supaya tidak jatuh
c. Jangan memasukkan benda ke dalam mulut
d. Longgarkan pakaian yang ketat
e. Jaga anak dari benda tajam
f. Miringkan anak untuk memfasilitasi, bersihkan jalan nafas dari sekret
2. Lakukan observasi secara teliti, catat aktivitas kejang untuk membantu diagnosis
atau pengkajian respons pengobatan.
a. Waktu awitan dan kejadian pemicu
b. Aura
c. Jenis kejang
d. Intervensi selama kejang
e. Fase postictal
f. TTV
Status epileptikus
1. Stabilnya kepatenan jalan nafas
2. Beri tambahan O2 100 % melalui masker
3. Siapkan jaker IV pemberian obat
4. Pantau TTV

ASKEP GAWAT DARURAT PADA KONDISI ABDOMINALIS


ASKEP GAWAT DARURAT MUNTAH GASTROESOFAGUS REFLUKS
Refluks gastroesofagus : jumlah abnormal isi lambung di dalam isofagus, jalan nafas
atas dan daerah trakeobronkial
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Tekanan sfinger esofagus bawah
2. Volume materi refleks dalam esofagus
3. Kecepatan sekresi lambung
4. Ketidakmampuan lambung untuk melakukan pengosongan
Manifestasi klinis :
1. Muntah-muntah kronik (paling sering)
2. BB turun gagal tumbuh
3. Apnea (pada bayi) karena inspirasi
4. Hematematis atau melena akibat pendarahan esofagus
Penatalaksanaan medis
1. Anak diberi makanan dan diletakkan pada posisi telungkup setelah makan dan
kepala ditinggikan
2. Tempat duduk bayi tidak boleh ditinggikan untuk mencegah tekanan intraabdomen
3. Pengobatan : antasid, sisaprid, metaklopromid dan cimetidin
4. Fundoplikasio : tindakan bedah pada refleks gastroesofagus
Diagnosa keperawatan :
1. Kurang volume cairan
2. Nyeri
3. Perubahan nutrisi
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas
5. Resiko tinggi gangguan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah
Intervensi keperawatan
1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
a. Posisi kepala 60o selama 30 40 menit
b. Beri makan sedikit tapi sering
c. Kentalkan susu dengan sereal
d. Beri makan malam beberapa jam sebelum tidur
e. Timbang BB
f. Pantau asupan dan haluaran
2. Observasi, pantau tanda-tanda dissteres pernafasan
3. Siapkan anak untuk pembedahan
4. Cegah distensi abdomen
a. Pertahankan kepakuan selang nasogastrik, gastrosomi jika terpasang
b. Periksa posisi selang nasogastrik

c. Auskultasi bising usus


5. Pantau adanya tanda dan gejala hemoragi pasca pembedahan
6. Bantu orang tua untuk mengekspresikan perasaannnya
7. Berikan kegiatan stimulasi perkembangan
ASKEP GAWAT DARURAT GASTROENTRITIS
Gastroentritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus GE
akut ditandai dengan muntah-muntah dan diare, hilang cairan dan elektrolit.
Penyebab :
1. Virus
2. Bakteri
3. Parasit
Manifestasi klinis
1. Frekuensi BAB sering : konsisten cair
2. Muntah
3. Demam
4. Kram abdomen
5. Membran mukosa kering
6. Fontanela cekung (nbayi)
7. BB menurun
8. Malaise
Penatalaksanaan medis
1. Cairan per oral
2. Cairan Iv, larutan salin normal
3. Pemberian obat antiemetika dan antispasmodik
4. Antibiotik tidak dianjurkan pada GA bakterial maupun vival dapat sembuh dengan
sendirinya
5. Antibiotika disebabkan shigella, E. Coly, salmonella
Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
2. Diare
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
4. Kurang pengetahuan
Intervensi keperawatan
1. Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit anak
a. Pantau cairan IV
b. Kaji asupan dan haluaran
c. Kaji status hidrasi
d. Pantau BB harian
e. Kaji kemampuan untuk rehidrasi mulut

2. Cegah iritabilitas makan melalui kulit


a. Kaji konsumsi makan melalui mulut
b. Hindari produk susu
c. Konsul ahli gizi
3. Cegah iritasi dan kerusakan kulit
4. Penuhi kebutuhan perkembangan anak
5. Berikan dukungan emosional pada keluarga.
ASKEP GAWAT DARURAT PADA KONDISI LUKA BAKAR
Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal,
kimiawi, listrik. Keparahan luka bakar dikaji dengan menentukan :
1. Jenis luka bakar
2. Lamanya kontak
3. Area yang terkena
4. Cedera yang terkait
5. Penyakit atau kondisi yang sudah ada
Klasifikasi luka bakar sesuai kedalaman
1. Derajat I (superfisial)
-

Mengenai epidermis superfisial, misalnya : terbakar sinar matahari

Gejala : kemerahan tidak ada cedera jaringan atau kerusakan saraf

2. Derajat II (ketebalan parsial)


-

Dermis superfisial sampai dalam mencakup keseluruhan epidermis dan


sebagian dermis yang bervarisasi
Misalnya : tersiram

Gejala : nyeri, kulit merah sembab vesikel

3. Derajat III (ketebalan penuh)


-

Epidermis dan dermis, rusak mengenai jaringan lemak subkutan, fasia, obat dan
tulang
Misalnya : karena api

Gejala : tidak nyeri, kulit putih, merah atau hitam

Manifestasi klinis
Untuk luka bakar sedang berat
1. Tachikardia
2. Tekanan darah turun
3. Ekstremitas dingin
4. Perubahan tingkat kesadaran
5. Dehidrasi
6. Peningkatan frekuensi nafas
Komplikasi
1. Gagal ginjal

2. Asidosis metabolik
3. Hiperkalemia
4. Hiponatremia
5. Hipokalsemia
6. Masalah paru :
-

Edema paru

Insufisiensi paru

Embolus paru

Pneumonia bakterial

7. Infeksi
8. Ulkus curling
Penatalaksanaan medis
1. Resusitasi cairan : kehilangan ccairan intravaskular
2. Pemberian O2 : masker
3. Luka bakar, ditutup dengan obat topikal dibiarkan terbuka dan terpajan di udara.
Udara ditutup kain kasa
4. Luka bakar berat
5. Analgetik : nyeri
6. Pemenuhan nutrisi TKTP
Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas
2. Kurang volume cairan
3. Nyeri
4. Resiko tinggi infeksi
5. Kerusakan integritas kulit
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Ansietas
8. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
9. Perubahan proses keluarga
Intervensi keperawatan darurat
1. Luka terkena air panas : bilas dengan air, buka pakaiannya
2. Luka bakar api : jatuhkan dan gulingkan badan anak untuk memadamkan api,
siram dengan air dingin
Buka pakaian yang tidak menempel
3. Bahan kimia : bilas, mata dan kulit selama 20 menit dengan air
4. Listrik : matikan sumber listrik, lakukan cesufitasi jantung paru
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA SISTEM ENDOKRIN
A. ASKEP GAWAT DARURAT KETOASIDOSIS DIABETES

Ketoasidosis adalah defisiensi berat insulin dan disertai dengan gangguan


metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini disebut sebagai status
akselerasi puasa.
Tanda-tanda klinis ketoasidosis diabetik adalah :
1. Hiperosmolaritas
2. Asidosis
3. Penipisan volume
Peristiwa patofisiologis yang diakibatkan ketiga gangguan ini berhubungan satu
sama lain. Keparahan dari tiap gangguan dapat beragam mulai dari ringan sampai
berat.

MEKANISME KETOASIDOSIS
Defisiensi insulin
Berat

Katabolisme

Asam amino

Ambilan glukosa

Hiperglikemia

Diuresis osmotik

Kehilangan
hipotonik

Hiperosmolaritas

Koma

Glukoneogenesis

Kehilangan
elektrolit urine
Penipisan
volume

Syok

Protein

Kehilangan
nitrogen

Lipotisis

Gliserol

Asam lemak
bebas

Ketogenesis

Ketonemia

Ketonuria

Ketoasidosis

Asidesis
metabolik

Hiperglikemia dan hiperosmolaritas


Pasien dengan DKA kadar gula 300 sampai dengan 800 mg/dl atau lebih tinggi.
Sepanjang volume darah yang bersikulasi relatif normal, glukosa difiltrasi oleh

glomerulus ginjal ke dalam tubulus ginjal dan sepanjang beban glukosa yang difiltrasi
relatif kecil maka semua glukosa ini diabsorbsi ke dalam aliran darah. Bila beban yang
difiltrasi melebihi tingkat tertentu seperti 180 mg/dl, glukosa mulai terlepas ke dalam
urine karena kapasitas reabsorbsi tubulus telah terlampaui. Seiring dengan makin
meningkatnya beban filtrasi. Kehilangan glukosa melalui urine meningkat dengan
cepat. Kemudian hampir semua glukosa ekstra yang terdapat dalam sirkulasi hilang
melalui urine.
Ketosis dan asidosis
Temuan yang mungkin :
-

Hiperglikemia

Glikosuria

Penipisan volume

Hiperosmolaritas

Latergi

kelelahan

koma

Hiperventilasi sebagai mekanisme kompensasi


Temuan yang mungkin :
-

Hiperventilasi

Pernafasan kussmaul dan nafas berbau buah-buahan

Celah anion meningkat

Penurunan bikarbonat

Penurunan PH

Kehilangan cairan dan elektrolit


Penipisan volume :
-

Diuresis osmotis

Glukosa tertinggal dalam filtrat setelah tubulus renalis, semua dari glukosa yang
mampu dilakukannnya. Mendorong air untuk tetap berada dalam tubulus, filtrat
yang menandung glukosa ini tersapu keluar tubuh terbawa bersama air,
natrium,kalium, amoniat, fosfat dan garam-garam lain. Mengakibatkan aliran urine
yang cepat dan membantu kehilangan air dan elektrolit.

Penatalaksanaan
-

Volume : penggantian garam dan air


Tujuannya adalah untuk memulihkan penipisan volume ekstra seluler secepat
mungkin. Infus 1 liter pertama dalam 1 jam. Penggantian cairan diteruskan
setidaknya 1 L/jam sampai frekuensi jantung TD dan aliran urine menandakan
bahwa volume telah teratasi.

Penggantian lebih lanjut


Penggantian volume penting dalam :
-

Memulihkan integritas sirkulasi

Mengatasi hiperglikemia

Mencegah hiperglikemia

Mengurangi asidosis laktat

Insulin
Efek insulin dalam pengobatan ketosidosis :
1. Cepat menghentikan suplai asam-asam lemak yang berasal dari jaringan
adipose dengan membatasi pembentukan keton dari sumbernya.
2. Insulin secara langsung menghambat glukoneogenesis hepatic, mencegah
tambahan. Glukosa lebih jauh yang sebelumnya sudah sangat berlebihan dalam
cairan ekstra seluler.
3. Insulin memulihkan sintesis protein seluler

Hal-hal penting dalam penatalaksanaan ketoasidosis diabetik


1. Bantu dalam mencari faktor penyebab
2. Tangani rasa haus dan muntah dan cegah aspirasi
3. Rawat koma dan fungsi kandung kemih
4. Pantau masukan, haluaran dan pemberian obat
5. Cegah kekambuhan dengan penyuluhan kesehatan dan pengenalan diri mengenai
resiko rawat inap.
RENCANA ASKEP KETOASIDOSIS DIABETIK
Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia skunder terhadap
ketoasidosis diabetes (KAD).
Tujuan :
a. Memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Memulihkan glukosa serum dalam batas normal
c. Perbaikan mual dan muntah
d. Meningkatkan nutrisi normal sejalan dengan membaiknya nafsu makan dan
menurunnya gejala-gejala.
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pneumona
pernafasan kusmaul
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan menangani episode
kritis diabetik
ASKEP GAWAT GAWAT DARURAT HIPERGLIKEMIA HIPERSOMOLAR
NONKETOTIK
Gambaran klinis sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik terdiri atas :
-

Hipotensi

Dehidrasi berat

Tachikardi

Tanda-tanda neurologis yang bervariasi

Angka mortalitas 5% - 30% dan biasanya berhubungan dengan penyakit yang


mendasarinya.
Penyebab :
Terjadi pada usia 50 70 tahun dan tidak memiliki riwayat diabetes atau hanya
menderita Diabetes tipe II yang ringan
Timbulnya keadaan akut diketahui dengan kejadian pencetus seperti sakit yang
akut. Konsumsi obat-obatan : insufisiensi insulin atau prosedur terapeutik.
Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik : poliuria selama berhari-hari hingga
berminggu-minggu disertai asupan cairan yang tidak adekuat.
Penatalaksanaan
-

Pemberian cairan elektrolit dan insulin

HHNK pada orang tua : pemantauan ketat terhadap status volume dan elektrolit
untuk mencegah gagal jantung kongestif serta disritmia jantung.

Terapi cairan dimulai dengan pemberian larutan normal saline 0,9% sesuai dengan
natrium dan intensitas penurunan volume

Pemantauan tekanan vena sentral atau arteri

Penambahan kalium ke dalam infus kalau haluaran urine memadai dan dipandu
dengan pemantauan EKC yang kontinu serta penguluran kalum yang sering.
Insulin biasanya diberikan melalui infus secara kontinu dengan kecepatan lambat
untuk mengatasi hiperglikemia dan dekstrosa ditambahkan ke dalam cairan infus
bila kadar glukosa menurun 250 300 mg/dl.

Bentuk

terapi lain berdasarkan penyakit pasien dan hasil-hasil pemeriksaan

laboratorium
-

Terapi dilanjutkan sampai kelainan metabolik terkoreksi dan gejala neurologis


menghilang

ASKEP GAWAT DARURAT HIPOGLIKEMIA


(REAKSI INSULIN)
HIPOGLIKEMIA : kadar glukosa darah turun di bawah 50 60 mg/dl
Terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari.
Gejala
Gejala dikelompokkan menjadi 2 yaitu gejala adrenergik dan gejala sistem saraf pusat
1. Hipoglikemia ringan

Kadar

glukosa

darah

menurun

sistem

saraf

sipatis

akan

terangsang

pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala : perspirasi, tremor,


tachikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemia sedang
Sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik
Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
-

Ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo konfusi, penurunan daya


ingat

Patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkordinasi,
perubahan emosional.

Perilaku tidak emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan

3. Hipoglikemia berat
Gejala :
-

Perilaku disorientasi, serangan kejang

Sulit dibangunkan waktu tidur atau bahkan kehilangan kesadaran

Penanganan :
Pemberian 10 15 gram gula yang bekerja cepat peroral
-

2 4 tablet glukosa

4 6 ons buah atau teh manis

6 10 butir permen khusus

2 3 sendok sirup atau madu

Penanganan hipoglikemia berat :


Pasien tidak sadar 1 mg glukosa secara subkutan
Glukagon adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel alfa pankreas menstimulasi
hati untuk melepaskan glukosa (melalui pemecahan glikogen) yaitu simpanan glukosa.
Penyuntikan glukagon
dalam air

pasien sadar dalam iv 25 50 ml dextrose 50 %

efek terlihat dalam beberapa menit.

Pasien dan anggota keluarga harus diberitahu tentang berbagai gejala yang
potensial yang terdapat pada hipoglikemia.
ASKEP GAWAT DARURAT KRISIS TIROID
Krisis tiroid adalah kedaruratan medis yang disebabkan oleh eksaserbasi akut
dari gejala-gejala hipertiroidisme. Biasanya dicetuskan oleh kejadian stres seperti
operasi injeksi, trauma atau penyakit kardiovaskuler akut.
Pengkajian :
Neurologis :
-

Kegelisahan ekstrem

Kekacauan mental

Psikosis

Apatis

Koma

Mata :
-

Besar, melotot keluar

Edema periorbital

Tremor kelopak mata

Kelemahan atau paralisis otot ekstraokuler

Kardiovaskuler :
-

Diaforesis berat

Disproporsi tachicardia terhadap perubahan tekanan darah

Nadi lemah, hipotensi

Pernafasan : edema pulmoner


Gastrointestinal :
-

Anoreksia

Muntah keras

Nyeri hebat pada abdomen

Hepatomegali

Icterus

Penatalaksanaan medis
-

Reserpin untuk menurunkan jaringan katekolamin

Kontrol hipertermia

Tindakan pendinginan

Volume ekspander untuk hipotensi

Glukokortikoid

Digoksin untuk gagal jantung kongestif

Diagnosa keperawatan :
1. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan peningkatan rangsangan sistem
saraf simpatis oleh tingginya kadar hormon tiroid.
Intervensi :
-

Kaji tingkat kesadaran, orientasi efek dan persepsi tiap 4 jam sampai 8 jam

Beri lingkungan tenang

Ajarkan teknik penurunan stres

Berikan aktivitas yang menghibur

Pantau reaksi buruk terhadap pengobatan

2. Intoleransi aktivitas
-

Kaji TTV dan tingkat aktivitas sebelumnya

Berikan jarak waktu antara prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang
cukup

Bantu klien saat melakukan aktivitas

Rencanakan aktivitas setiap hari dan pola istirahat yang dapat memudahkan
peningkatan toleransi untuk perawatan diri

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme basal


4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan diare, mual, nyeri
abdomen
5. Resiko terhadap perubahan integritas jaringan (mata) berhubungan dengan
mekanisme perlindungan
6. Hipertermia.

Anda mungkin juga menyukai