LAPORAN PRAKTEK
ASUHAN KEPERAWATAN PD. TN. H. SR
DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DAN SUB DURAL HEMATOMA
DI RUANG OBSERVASI INTENSIF RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL: 12 S.D 16 NOPEMBER 2001
MAHASISWA
M E N G E TAH U I
PEMBIMBING RUANGAN
PEMBIMBING AKADEMIK
HARMAYETI, SKP
NIP.
NIP.
CEDERA KEPALA
PENGERTIAN
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan
garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi) yang
merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejalagejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada
kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100
gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypicalmyocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi
ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel,
takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi .
Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol
otak tidak begitu besar.
2.
Memar otak
3.
Laserasi
2.
Hipotensi sistemik
3.
Hipoksia
4.
Hiperkapnea
5.
Udema otak
6.
Komplikasi pernapasan
Nyeri kepala
Muntah
Hemiparesis
Penurunan nadi
Peningkatan suhu
Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik.
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat
diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2
hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah :
Nyeri kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berfikir lambat
Kejang
Udem pupil
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Komplikasi pernapasan
Dilatasi pupil
Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah
permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Hemiparese
Kaku kuduk
dan
PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan
sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan
adanya komplikasi pada organ vital lainnya.
2. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien
dengan penanggung jawab.
3. Riwayat kesehatan :
Convulsi
Muntah
Dispnea / takipnea
Sakit kepala
Lemah
Luka di kepala
Paralise
Kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem
persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit
keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data
subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.
4. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15,
disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai
tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena
udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
5. Pemeriksaan Penujang
MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
X-Ray:
CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
Penatalaksanaan
Konservatif:
Bedrest total
Pemberian obat-obatan
Prioritas Perawatan:
1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan
rehabilitasi.
Tujuan:
1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
2. Komplikasi tidak terjadi
3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga
sebagai sumber informasi.
Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien
dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan
tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih
Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit ), adanya obstruksi dapat
menimbulkan
tidak adekuatnya
Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah
terhadap tube.
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang
simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan
tidak adanya penumpukan sputum.
Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum
banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk
mencegah hipoksia.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
1. Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Rasional : Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat
kesadaran.
Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri
efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas
yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak
Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang
menonjol.
Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan
menggunakan H2O2.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala.
Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
Beberapa diagnosa perawatan yang dapat dibuat untuk pasien dengan cedera kepala
adalah :
Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia
tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien
dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan
tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih
panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi
terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.
Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit ), adanya obstruksi dapat
menimbulkan
tidak adekuatnya
Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah
terhadap tube.
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang
simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan
tidak adanya penumpukan sputum.
Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum
banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk
mencegah hipoksia.
kesadaran.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena
jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan
intrakranial.
8. Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan
hindari
Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri
efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas
yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.
Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan
ketabahan dalam menghadapi krisis.
Potensial gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya
sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Rencana tindakan :
Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang
menonjol.
Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan
menggunakan H2O2.
ASUHAN KEPERAWATAN
:
Dx. Keperawatan
Tujuan
Gangguan
perfusi Mempertahankan
jaringan
sehubungan
otak dan
Implementasi
fungsi motorik.
Ditandai dengan:
Subyektif:
Rasional
dengan tingkat
udem otak
Intervensi
Independent:
pemulihan
tingkat kesadaran.
Respon motorik menen-
Kriteria hasil :
Tanda-tanda
stabil,
tidak
pon
terhadap
eksternal
stimulus
dan
indikasi
peningkatan
intrakranial
baik.
Reaksi
pupil
digerakan
dan
untuk
refleks
ba-
tang otak.
Pergerakan
bantu
mata
menentukan
memarea
Evaluasi
intracranial
tekanan
adalah
ter-
dan
tanda-tanda
peningkatan
tekanan
yang
irreguler
reaksi
terhadap
menekan.
Untuk
menge-
infeksi.
kepala
pada
batuk
yang penekanan
pada
vena
meningkatkan
berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik pening-katan
intrakranial.
Observasi
kejang
dan
terjadi
akibat
oksigen
deng-
menurunkan
an poksia otak.
hi-
Membantu
tekanan
menurunkan
intrakranial
se-
diuritik
untuk
sehingga
dapat
inflamasi,
menurunkan
edema
untuk
menurunkan
efek
rasa
negatif
nyeri
dari
peningkatan
tekanan
intrakranial.
Antipiretik
Independent:
dari
ventilator.
dapat
cepat
me-
Ditandai dengan:
Subyektif:
pasien
yang
piratori
dan pernapasan
Kriteria evaluasi
Penggunaan
otot
piratorik.
ada
atau
tanda-
dalam batas-batas
normal.
panjang
inspirasi
hadap
gangguan
karan gas.
Perhatikan
kelembaban
pertu-
selang
paru
ventilator menjadi
sekresi
sehingga
kental
meningkatkan
dan
resiko
infeksi.
Adanya obstruksi dapat
menimbulkan tidak adekuatnya
pengaliran
penyebaran
udara
yang
tidak adekuat.
Membantu
memberikan
gangguan
ventilator.
Tidak
efektifnya Mempertahankan
Independent:
pada
napas
penumpukan sputum
menit)
kelancaran
napas.
dapat
dise-
jalan babkan
pengumpulan
sputum,
perdarahan,
Kriteria Evaluasi
bronchospasme
atau
Ditandai dengan :
Subyektif:
suara
napas
bersih
ninggian
suara
sianosis
mesin,
tidak ada.
indikasi
yang
pema-
sputum.
Lakukan pengisapan lendir Pengisapan lendir tidak
dengan waktu kurang dari selalu rutin dan waktu
15
detik
banyak.
bila
sputum harus
dibatasi
mencegah hipoksia.
untuk
ventilasi
dasar Independent :
penjelasan
dan
adekuat.
pada pasien.
yang
Ditandai dengan :
Subyektif:
kecemasan
dilakukan
pada
terja-
kebersihan Beri
bantuan
untuk Kebersihan
lingkungan
eliminasi,
jaga,
ter-
mandi,
nutrisi
perorangan,
berpakaian,
membersihkan
penuhi
sesuai
dengan
kebutuh-
telinga,
merupakan
butuhan
dasar
kuat.
keakan
mencegah
rasa
in-
Berikan
bantuan
memenuhi
kebutuhan
kebutuhan
sehari-hari
yang
harus
perolehan
pada
yang
dapat waktu.
keluarga
perlu
agar
bantuan
untuk peraturan
yang
ada
di
keluarga Kecemasan
sehubungan
keadaan arga
dpt
kelu- Independent:
ber- Bina
hubungan
percaya.
an terapeutik perawat -
sien.
keluarga.
Ditandai dengan:
Kriteri evaluasi :
Subyektif:
Ekspresi
tidak
wajah
menunjang
adanya
masan.
merasa diper-hatikan.
keceKeluarga Beri
mengerti
cara semua
berhubungan
dgn tindakan
pasien.Pengetahu-
prosedur
yang
akibat
akan ketidaktahuan.
an keluarga me-
ngenai
dengan
keadaan,
pengobatan
tindakan
meningkat.
dan
klien.
Mempertahankan
hubungan
Berikan dorongan spiri- keluarga.
pasien
dan
keagamaan
mengurangi
rasa
gangguan Gangguan
integritas
sehubungan
immobilisasi,
adekuatnya
perifer.
Independent:
kulit integritas
tidak
sirkulasi
sirkuasi perifer
Kaji kulit pasien setiap 8 Untuk
menetapkan
jam.
Berikan
terjadinya
ke-
waktu
jam
perfusi
sekitar.
ke
Maka
memperlancar
jam
dapat
sirkulasi
tersebut.
Dengan
anatomi
maka
tubuh
tidak
gangguan,
posisi
anggota
mengalai
khususnya
menonjol
guna
kulit.
Keadaan
lembab
akan
terjadinya
sirkulasi
kerasakan
kulit.
Dapat mengurangi proses
untuk
keluar
setiap 8 jam.
Sebagai
bagian
memperkirakan
untuk
tindakan
mencegah
dengan
luas
H2O2.
menggunakan tambah
kulit.
ber
kerusakan
Dx. Keperawatan
Gangguan
perfusi
jaringan
Tujuan
Rencana Tindakan
otak Mempertahankan dan memperbaiki Independent:
Kriteria hasil :
Ditandai dengan:
Subyektif:
Tidak efektifnya pola napas sehubungan Mempertahankan pola napas yang Independent:
dengan depresi pada pusat napas di otak.
Kriteria evaluasi
Ditandai dengan:
Subyektif:
Tidak efektifnya kebersihan jalan napas Mempertahankan jalan napas dan Independent:
sehubungan dengan penumpukan sputum
mencegah aspirasi
Ditandai dengan :
Kriteria Evaluasi
Subyektif:
sputum banyak.
Keterbatasan aktifitas sehubungan dgn Kebutuhan dasar pasien dapat ter- Independent :
penurunan kesadaran (soporos - coma )
Kriteria hasil :
Ditandai dengan :
Subyektif:
Kebersihan
terja-ga,
kebersihan
lingkungan ter- jaga, nutrisi ter- Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
penuhi sesuai dengan kebutuh- an,
oksigen ade- kuat.
Kecemasan
keluarga
sehubungan Kecemasan
kelu-arga
dpt
ber- Independent:
kurang
Kriteri evaluasi :
Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
Ditandai dengan:
Subyektif:
kece-masan.
Keluarga
Potensial
gangguan
integritas
sirkuasi perifer
Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
Ganti posisi pasien setiap 2 jam. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan
gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien :
Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8
jam.
Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam
dengan menggunakan H2O2.
Dx. Keperawatan
Tujuan
Rencana Tindakan
Gangguan perfusi jaringan otak sehu- Mempertahankan dan memperbaiki Independent:
bungan dengan ude-ma otak
Ditandai dengan:
Kriteria hasil :
Subyektif:
I.
PENGKAJIAN
I.
Identitas
Nama
: Tn. H. SN
Umur
: 50 thn.
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: -
Alasan MRS
II.
Nursing history
2.
3.
Body system
Hasil CT Scan menunjukan cedera kepala bagian kiri dan ada sub epidural hematom
kiri, OF Fronto temporal parietal , post trepanasi dan terpasang drainage tertampung
30 CC.
3.4 Perkemihan Eliminasi uri (B4)
Pasien terpasang dower kateter dengan produksi urine + 1000 /9 jam
3.5 Pencernaan Eliminasi alvi (B5)
Klien dalam keadaan puasa. Kebutuhan cairan dan nutrisi dari cairan infus dengan RD
5 : NaCl 0,9 = 1000:1000.
3.6 Tulang otot integument (B6)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas. Akral agak dingin, turgor cukup, warna kulit
agak pucat.
3.7 Sistem endokrin
Tidak bisa dikaji.
4.
: 9,7 g/dl
: 17
: 4,5
Natrium:14
Analisa Gas Darah:
5.
PH
: 7,360
PCO2
: 36,2
PO2
: 190,7
HCO3
: 20
BE
: -5,4
Terapi
Fosmysin 2 x 2 gr
Phenitoin
Manitol
3 X 10 mg
4 X 100 cc
Cimetidin
3 X 1 ampul
Toradol
3 x 10 mg
O2 nasal 6 l/mnt
DS : -
Kemungkinan
Masalah
penyebab
Penurunan kesadaran
Tidak
bersihan
pada
efektif
jalan
pusat napas
terjadi
retraksi
dada.
Terdapat stridor
Reflek
batuk-,
lidah
menurun
dan
penumpukan sekret
2. DS : -
Gangguan perfusi
serebral
Penurunan kesadaran
3.
koordinasi Keterbatasan
monitor,
infus,
aktivitas
dower
kateter, NG tube.
Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret dan
menurunnya pangkal lidah
Tujuan :
Setelah diberi tindakan dalam waktu 24 jam, jalan nafas bersih dan efektif
Kriteria Evaluasi :
Suara napas bersih
tidak terdapat suara stridor
sianosis tidak ada, RR dalam batas normal (16 20x)
Rencana tindakan :
Kaji dengan ketat (tiap 60 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah
terhadap tube.
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang
simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak
adanya penumpukan sputum.
Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak.
Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah
hipoksia.
Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian
paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.
Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Makanan dan
minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga
kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik
jumlah, kalori, dan waktu.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal/jam
Tindakan keperawatan
14 Nopember
2001
08.00
09.00
10.00
11.00
15
Nopember
2001
14.00
15.00
16.00
18.00
EVALUASI
Tgl/jam
14 Nop
Diagnosa keperawatan
Evaluasi
12.30
1.Tidak
S: -
efektifnya
berhubungan dengan
berkurang, RR 26 x/mnt.
penumpukan
dan
sekret
pangkal lidah
2.
Gangguan
S:-
perfusi
berhubungan
P: Observasi
intervensi.
3.
Keterbatasan
aktifitas
berhubungan S:-
dengan
penurunan O:Kebutuhan
kesadaran (coma)
nutrisi dan
personal hygiene
terpenuhi.
A: Resiko masalah tetap terjadi
P: Intervensi dipertahankan
1.Tidak
efektifnya
15 Nop
S:-
20.00
berhubungan dengan
penumpukan sekret.
dengan depresi pada nadi 90 kuat dan teratur, RR 24, GCS= 2-2-5
pusat napas di otak.
3.
Keterbatasan S:_
aktifitas
berhubungan O:Kebutuhan
dengan
nutrisi dan
kesadaran (coma)
personal hygiene