PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan
oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan
perkawinan.Perilaku seks bebas yang terjadi pada
remaja dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian
orang tua terhadap anak yang disebabkan karena
kesibukan
masing-masing sehingga anak
tidak
memperoleh pengetahuan tentang seks bebas dari
orang tua dan oleh sebab itulah kadang kala anak
terjerumus pada pergaulan yang salah. Perilaku seks
bebas juga dapat terjadi jika remaja kurang mempunyai
pemikiran yang matang untuk berbuat sesuatu di
tambah lagi karena dorongan dari teman sebaya.
Kadang teman mempunyai pengaruh yang buruk dan
memaksa mencoba sesuatu yang baru sehingga
mereka mencoba melakukan hubungan seks dengan
lawan jenis tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi.
B.
Rumusan Masalah
Untuk menghindari masalah yang terlalu umum
dalam
makalah
ini,
maka
penulis
rumuskan
permasalahan yang ada agar permasalahan tersebut
lebih terfokus terhadap tema isi makalah ini. Adapun
rumusan masalah tersebut sebagi berikut :
1.
Apakah pengertian pendidikan seks ?
2.
Apa tujuan pendidikan seks ?
3.
Apa manfaat pendidikan seks ?
4.
Bagaimana materi pendidikan seks ?
C.
Tujuan penelitian
1.
Mengetahui pengertian pendidikan seks.
2.
Mengetahui tujuan pendidikan seks.
3.
Mengetahui manfaat pendidikan seks.
4.
Mengetahui materi pendidikan seks
D. Manfaat Penelitian
1.
Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi baru atau data ilmiah sebagai masukan
kepada ilmu pengetahuan, terutama dalam pendidikan
seks.
2.
Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
pihak-pihak:
a.
Lembaga pendidikan , sebagai bahan
informasi supaya setiap sekolah dapat meningkatkan
program pendidikan seks yang tepat bagi siswa.
b.
Bagi remaja, penelitian ini sangat berguna
dalam memberikan informasi yang benar dan terarah
mengenai pendidikan seks.
c.
Bagi orang tua, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi untuk
membekali anak untuk memperoleh pengetahuan dan
penerangan tentang pendidikan seks.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Mengapa Perlu Pendidikan Seks
Perkembangan ilmu dan teknologi telah membuat
dunia bagaikan desa buana yang segalanya serba
rujukan
bagi
pembacanya.
Imam Ghazali juga membuat risalah kecil, Ayyuha alWalad, untuk anak-anak agar memiliki perhatian yang
tinggi terhadap ilmu, moral, kerja positif, jiwa, dan
spiritual. Jika anak adalah amanah maka mendidiknya
dalam arti yang seluas-luasnya juga amanah yang
harus dilaksanakan oleh orangtua dan guru, termasuk
pendidikan seks pada anak usia dini.
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan upaya transfer
pengetahuan dan nilai (knowledge and values) tentang
fisik-genetik dan fungsinya khususnya yang terkait
dengan jenis (sex) laki-laki dan perempuan sebagai
kelanjutan dari kecenderungan primitif makhluk hewan
dan manusia yang tertarik dan mencintai lain jenisnya.
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran,
dan penerangan tentang masalah-masalah seksual
yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak
terbebas
dari
kebiasaan yang tidak Islami
serta
menutup segala kemungkinan ke arah hubungan
seksual terlarang. Pengarahan dan pemahaman yang
sehat tentang seks dari aspek kesehatan fisik, psikis,
dan spiritual.
Pendidikan seks merupakan upaya menindak
lanjuti kecenderungan insting manusia. Laki-laki
dengan dasar naluri insting sehatnya akan mencintai
perempuan,
dan jika mereka
mencintai
selain
perempuan
(min
duni
al-nisa)
maka
ia
termasuk kelompok yang memiliki nafsu
seksual
menyimpang seperti kaum Luth (homo) yang dilaknat
Tuhan (Q.S. al-Araf/7:80, al-Naml/22: 55). Pendidikan
ini berusaha untuk mengenal penciptaan manusia
dari
jenis
laki-laki
dan
perempuan.
Saling
mengenal menuju ketakwaan kepada Tuhan (alHujarat/49: 13). Melalui pendidikan akan berkembang
rasa
cinta
karena
ada
pengetahuan,
pengenalan, dan pengertian yang baik terhadap jeni
s lain. Rasa cinta laki-laki yang sudah mampu,
idealnya segera ditindak lanjuti dengan pernikahan
sehingga
bisa menciptakan hidup yang maslahah penuh
ketenangan dan cinta kasih (sakinah, mawaddah,
rahmah) sesuai dengan insting kemanusiaannya (alRum/30: 21).
Oleh karena telah memahami, suami akan
memperlakukan istrinya dengan maruf, dan melakukan
hubungan seksual (jima) secara sopan dan nyaman
untuk mereguk kenikmatan bersama dengan teknik dan
arah mana yang disukainya, fatu hartsakum anna
syitum (Q.S. al-Baqarah/2: 223). Pendidikan seks dapat
mengantarkan pemahaman terhadap antarjenis bahwa
manusia (laki-lakiperempuan)
sama
di
hadapan Allah yang membedakan secara fisik hanya
bentuk
anatomi
tubuh beserta fungsi reproduksinya saja sehingga ka
rena perbedaan itu yang
lakilaki bisa membuahi dan perempuan bias dibuahi,
hamil,
dan
melahirkan.
Pada wilayah domistik dan publik kedua
jenis
kelamin
ini
harus
saling
melengkapi, menyempurnakan,
dan mencintai
untuk membangun ketakwaan dan keharmonisan
hidup bersama dalam keluarga dan masyarakat. Per
golakan panjang dalam sejarah dan sampai kini yang
masih
dapat
disaksikan
adalah
perempuan diposisikan sebagai barang yang
bisa
diperjualbelikan (traficking seperti jaman Jahiliah) dan
dimiliki seperti barang. Ekspresi laki-laki bahwa ia
memiliki
perempuan
menyimpan dua
makna;
2.
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Dengan memperhatikan pada tujuan penelitian,
maka penelitian ini bersifat deskriptif verifikatif.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk membuat secara
sistematis, faktual dan akurat terhadap fakta-fakta,
sifat-sifat dengan interpretasi yang tepat . Sifat
verifikatif dalam penelitian inipun selain memberikan
gambaran
terhadap
fenomena-fenomena
yang
diteliti. Mendapatkan makna dan implikasi dari
masalah
yang
diteliti.
Sesuai dengan fenomana sosial yang
tercermin
dalam tujuan penelitian tadi, maka metode penelitian
yang digunakan adalah metode survey eksplanatori
(explanatory
survey).
Penggunaan metode
ini
dimaksudkan bukan hanya untuk menerangkan konsep
dan fakta, peristiwa sekarang ini (explanation), tetapi
bermaksud menganalisis dan menjelaskan pengaruh
kausal antara variabel-variabel melalui pengujian
hipotesis.
Dengan
survey eksplanatori diharapkan dapat mengungkap
secara cermat tentang pendidikan seks.
B.
BAB IV
METODOLOGI
A.
Data
Dari data responden, di peroleh bahwa yang
pernah mendapatkan pendidikan seks ada 3 orang, dan
3 orang yang tak pernah sama sekali. Mengenai
tentang pentingnya pendidikan seks di ajarkan 4 orang
menyatakan sangat penting, dan 2 orang lainnya
menyatakan penting.
Selanjutnya, menurut data responden biasanya
anak dapat informasi tentang kesehatan reproduksi dan
perilaku seksual ada 5 orang yang mengatakan dari
media massa dan 1 orang dari sekolah. Mengenai
tentang remaja melakukan hubungan seks ada 3
orang yang menyatakan pada umur 19 dan 2 orang
mengatakan 17 tahun.
Berdasarkan hasil analisa 5 orang siswa yang
tidak memahami tentang HIV/AIDS, dan 1 siswa sangat
memahami tentang HIV/AIDS. Mengenai tentang
hubungan seksual ada 3 orang membicarakan
Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan
melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi
terhadap responden tentang berbagai hal yang
berkenaan dengan permasalahan yang diteliti. Maka
diperoleh hasil penelitian yang dideskripsikan sebagai
berikut :
1.
di
lingkungan keluarga
sekalipun.
"Alangkah baiknya bila pendidikan seks yang tepat
dilakukan sedini mungkin untuk mencegah remaja dan
kaum muda ini mendapatkan informasi yang salah.
Orang tua merupakan sumber utama anak
seharusnya
mendapatkan
pendidikan seksual.
Bukannya malah menghindari topik yang sensitif
tersebut,
karena
ternyata
hasil
survei
juga
menunjukkan bahwa remaja membahas kegiatan
seksualnya dengan teman sebesar 70 %, disusul
dengan membahas di sekolah 20%, baru dengan
keluarga 10%, pendidikan seks yang harus diterima
anak
usia
15-19
tahun adalah pemahaman bahwa kematangan seks
ual yang telah
dialami
pada
usia tersebut akan bisa membuat mereka untuk
hamil
atau
menghamili
perempuan.
"Bagi anak lelaki, mereka harus memahami bahwa
dorongan seksual itu normal tapi juga harus diajari
agar
bagaimana
cara
iseng
mereka melepaskan ketegangan seksual seperti men
arik tali bra teman sekolahnya itu tidak menjadi
pelecehan seksual.
Rata-rata anak tidak pernah diajarkan pendidikan
se
di
lingkungan
keluarganya,
berdasarkan
hasil
responden 73,4% mengatakan tidak pernah diajarkan
pendidikan seks di lingkungan keluarga, 25,6%
mengatakan kadang-kadang dan 10% mengatakan
pernah.
Lingkungan keluarga merupakan kesempatan
bagus untuk penyuluhan masalah seks. Sampai
sekarang, kesempatan ini jarang digunakan oleh
orangtua,
karena masalah seks disampingkan atau
ditutupi.
Dalam
keadaan
ini,menurut
hasil
yang memfokuskan penahanan nafsu saja (AbstinenceOnly approach) tidak berhasil menunda mulainya
berhubungan seks antara kaum remaja. Walaupun
keadaan di Amerika Serikat memang berbeda dari
Indonesia, kenaikan kejadian hubungan seks antara
kaum remaja di Indonesia menunjukkan setingkat
kesamaan antara kecenderungan kaum remaja, dan
kebutuhan untuk pendidikan lebih dalam daripada
pengajaran Abstinence-Only.
Satu keadaan yang mencerminkan norma
masyarakat
di
ruang
sekolah
adalah tanggapan sekolah terhadap kejadian kehamil
an pra-nikah. Kehamilan pra-nikah memang sering
terjadi saat ini antara kaum bersekolah - setiap siswa
diwawancarai menceritakan tentang teman sebaya di
sekolah atau kampung yang mengalami masalah ini.
Sebenarnya, menurut aturan Departemen Pendidikan
Nasional
(DEPDIKNAS)
perempuan yang kehamilan saat bersekolah harus d
ikeluarkan. Menurut guru-guru, ada beberapa alasan
untuk aturan ini. Pertama, demi kepentingan siswa
perempuan kalau melanjutkan sekolah, akan
mengalami suasana tidak enak, dengan banyak
gosip. Kedua, ada yang khawatir tentang pengaruh
tak sehat kalau seorang perempuan jelas pernah
melakukan hubungan seks, mungkin teman sebayanya
akan dipengaruhi dan melakukan ikut-ikutan. Dan
ketiga, perempuan hamil dikeluarkan demi nama
sekolahnya. Hal ini sangat tabu, dan dianggap aib
yaitu mempermalukan keluarganya yang terlibat,
seterusnya
sekolah
yang
kelihatannya
gagal
memberikan norma-norma yang kuat kepada para
siswanya.
Para siswa mendukung pemberian Pendidikan
Seks yang sesuai dengan agamanya. Dari hasil
c)
Pubertas
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa remaja adalah masa peralihan dimana
seseorang berpindah dari kanak-kanak menjadi
dewasa, dalam masa ini berbagai perubahan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial terjadi dengan jelas.
Perubahan itu biasanya disertai oleh bernacam-macam
problema yang timbul karena tidak dipersiapakannya
jiwa remaja untuk menghadapi perubahan tersebut
ditambah lagi dengan tidak dimengertinya orang tua,
guru dan masyarakat tentang ciri pertumbuhan remaja
itu sendiri dan oleh sebab itu timbul berbagai problema
remaja dan bila problema itu tidak terselesaikan maka
akan muncul kenakalan remaja. Oleh sebab itu sangat
dibutuhkan perhatian orang tua dan masyarakat dalam
menghadapi problema remaja agar tidak menjurus
pada kenakalan remaja. Pemerintah seharusnya lebih
memperhatikan
remaja
yaitu
dengan
memberi
kemudahan bagi remaja dalam pendidikan seperti
memudahkan administrasi keuangan sekolah bagi anak
yang tidak mampu sehingga keuangan sekolah akan
sedikit terbantu dan remaja tidak terjerumus pada
kejahatan
B.
Saran
Fokusnya
utama
Pendidikan
Seks
adalah pendidikan dan pengetahuan daripada seks.Pen
didikan Seks mampu menyelamatkan kaum remaja dari
keadaan yang tidak sehat atau berbahaya untuk
kesehatannya. Seharusnya Pendidikan Seks tidak
dianggap tabu dan tidak ditutu- tutupi lagi.
Sebagai suatu cabang, masyarakat yang mampu
sebagian besar penduduk kaum muda, ruang sekolah
seharusnya mengambil peran utama untuk memberi
Pendidikan Seks ini.