PENDAHULUAN
1.1
1.3
Rumusan masalah
a. Mengapa Kulit pisang dipilih sebagai bahan baku pembuatan
bioetanol?
b. Apa saja kandungan yang terdapat dalamu kulit pisang?
c. Bagaimana proses pembuatan bioetanol berbahan baku kulit pisang?
Tujuan
1. Mengetahui proses pengolahan limbah kulit pisang raja dan kepok menjadi
bioetanol.
2. Menganalisis perbandingan kadar bioetanol yang dihasilkan dari jenis kulit
pisang kepok dan raja.
3. Menganalisis pengaruh lama fermentasi dan jumlah ragi terhadap
perbandingan kadar bioetanol pada variasi jenis kulit pisang raja dan kepok.
4. Untuk mengetahui pengaruh waktu hidrolisis pati secara
kimiawi dengan penambahan HCl dan secara biologis dengan
penambahan Aspergillus niger terhadap produktivitas etanol
selama proses fermentasi etanol dari kulit pisang ambon
oleh Saccharomyces cerevisiae.
5. Untuk membuat bioetanol dari kulit pisang raja.
2
BAB II
DATA
2.1 Bahan Baku
Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat dalam
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang disimpan dalam akar, batang buah, kulit,
dan biji sebagai cadangan makanan. Pati adalah polimer D-glukosa dan
ditemukan sebagai karbohidrat simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya
ketela pohon, pisang, jagung,dan lain-lain.
Kulit pisang kepok digunakan karena mengandung karbohidrat.
Karbohidrat tersebut diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian
di fermentasi dengan menggunakan Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol.
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari fermentasi gula dari sumber karbohidrat
menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007). Bioetanol diartikan
juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung
pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan
bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium.
Tabel kandungan kulit pisang
Unsur
Air
Karbohidrat
Lemak
Protein
Kalsium
Pospor
Besi
Vitamin B
Vitamin C
Komposisi
69,80 %
18,50%
2,11%
0,32%
715mg/100gr
117mg/100gr
0,6mg/100gr
0,12mg/100gr
17,5mg/100gr
2.3 . Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan satu zat baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan
dengan menggunakan air. Proses ini melibatkan pengionan molekul air ataupun
peruraian senyawa yang lain (Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002).Hidrolisis
diterapkan pada reaksi kimia yang berupa organic atau anorganik dimana air
mempengaruhi dekomposisi ganda dengan campuran yang lain, hydrogen akan
membentuk satu komponen
4
Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka
untuk memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator.
Penambahan katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air,
sehingga reaksi hidrolisis tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering
digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida.
Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan
reaksi yang terbentuk
(C6H10O5)n+ nH2O
n(C6H12O6)
2.4. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau
anaerob sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium
klorida bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan
mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu fermentasi
yang busuk biasanya adalah fermentasi yang mengalami kontaminasi,
sedangkan fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi
alkohol.
Mikroba yang digunakan untuk fermentasi dapat berasal dari makanan
tersebut dan dibuat pemupukan terhadapnya. Tetapi cara tersebut biasanya
berlangsung agak lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan mikroba
yang
tidak
dikehendaki
lebih
cepat.
Maka
untuk
mempercepat
metabolisme
pada
Saccharomyces
cereviseae
merupakan
5
rangkaian reaksi yang terarah yang berlangsung pada sel. Pada proses ini terjadi
serangkaian reaksi yang bersifat merombak suatu bahan tertentu dan
menghasilkan energy serta serangkaian reaksi lain yang bersifat mensintesis
senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi. Saccharomyces
cereviseae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan fermentasi terhadap
saccharomyces cereviseae
Glukosa
enzim zimosa
C2H5OH + 2CO2
etanol
c. Nutrisi
Selain sumber karbon, Saccharomyces cereviseae juga memerlukan
sumber nitrogen, vitamin dan mineral dalam pertumbuhannya. Pada umumnya
sebagian besar Saccharomyces cereviseae memerlukan vitamin seperti biotin
dan thiamin yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa mineral juga
harus ada untuk pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat,
kalium, sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga (Prescott and
Dunn,1959).
d. pH
pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan
kehidupan
menggunakan bantuan
dari
aktivitas
mikroba.Bioethanol
bioethanol
dalam
dan
industri
digunakan untuk senyawa etanol atau etil bioethanol dengan rumus kimia
C2H5OH. Etanol termasuk bioethanol primer yaitu bioethanol yanh gugus
hidroksinya terikat pada atom karbon primer. Sifat-sifat bioethanol yang mudah
menguap, mudah terbakar, berbau spesifik, cairannya tidak berwarna, dan
mudah larut dalam : air, eter, khloroform, dan aseton.
2.6 ALAT DAN BAHAN
Alat :
Kertas pH
Pipet tetes
Gelas piala
Blender
Batang pengaduk
Gelas ukur
Kertas saring
Oven
Kompor
Erlenmeyer
8
2.
Bahan
Kulit pisang raja
Bakteri Saccharomyces cereviseae
Larutan H2SO4 0,5 N
Ammonium sulfat
Urea
2.7 PEMBAHASAN
A. CARA KERJA
1.
Persiapan Bahan
2.
Hidrolisis Pati
3.
Fermentasi
100 mL filtrat
9
4.
1 mL hasil fermentasi
Ditambahkan 1 mL Na2Cr2O7
Ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat
Amati perubahan yang terjadi
Note: adanya perubahan warna larutan dari oren ke hijau menandakan adanya
alkohol di dalam larutan tersebut.
2.8 DATA PENGAMATAN
Sampel
Tahapan pelaksanaan
Hasil Pengamatan
Pati yang dihasilkan berwarna
Persiapan Bahan
Hidrolisis Pati
Fermentasi
10
v. ragi 30 mL
v.ragi 50 Ml
Uji alkohol
2.9
v.ragi 30 mL
Oren-oren (negatif)
v.ragi 50 mL
Oren-oren (negatif)
PEMBAHASAN
Dalam pratikum mandiri kali ini kami mengangkat sebuah judul yaitu
mengenai Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang Raja, kulit pisang raja ini
mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi yaitu, senyawa
sellulosa. Bioetanol ini dibuat melalui proses anaerob dengan bantuan mikroba
yaitu Saccharomyses cerevisiae dengan teknik fermentasi.
Proses pembuatan etanol ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu yang
pertama tahap pengambilan pati dari kulit pisang raja tersebut, dimana kulit
pisang ini dipotong kecil-kecil dan diblender, kemudian disaring dan diambil
filtratnya. Filtrat tersebut kemudian diendapkan dan dikeringkan pada oven
dengan suhu 45-500 C, sehingga diperoleh pati pisang raja.
Selanjutnya tahap kedua yaitu hidrolisis pati dari kulit pisang raja.
Hidrolisis merupakan suatu reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan zat baru :
(C6H10O5)n + nH2O
Pati
air
(C6H12O6)
glukosa
dimana pati kulit pisang raja tadi ditambahkan H 2SO4 0,5 N sebanyak 50 ml
sebagai katalisator karena reaksi air dengan pati berlangsung sangat lambat.
11
Kemudian campuran tadi direfluks sampai suhu 100 0C selama 2,5 jam, setelah
itu didinginkan sampai suhu ruangan dan disaring sehingga diperoleh filtrat.
Tahap ketiga dari percobaan ini adalah tahap fermentasi, fermentasi
adalah suatu proses oksidasi karbohidrat yang bersifat anaerob. Dimana
fermentasi
ini
mengubah
glukosa
menjadi
bioethanol
oleh
sel-sel
saccharomyces cereviseae
Glukosa
enzim zimosa
C2H5OH + 2CO2
etanol
Setelah dianalisa secara kualitatif untuk uji alkohol yaitu dengan cara
penambahan 1 ml natrium bikromat 1% dengan katalis H 2SO4 terhadap1 ml
bioetanol yang terbentuk diperoleh hasil negatif ditandai dengan tidak
berubahnya warna orange menjadi warna hijau. Reaksi yang seharusnya terjadi
untuk uji positif adanya ethanol adalah sebagai berikut:
3CH3CH2OH(aq) + Na2Cr2O7(aq) + 4H2SO4(l)
3CH3COOH(aq)+
Cr2(SO4)3(aq)
Na2SO4(aq) + 7H2O(l)
Praktikum ini tidak berhasil dikarenakan oleh beberapa faktor, yang
pertama proses fermentasi ini berlangsung secara anaerob yang tidak
membutuhkan oksigen, sedangkan pada saat dilakukan pratikum tepatnya pada
penutupan fermentasi tidak dilakukan secara rapat sehingga ada kemungkinan
oksigen dapat masuk kedalam fermentasi sehingga memicu tumbuhnya jamur
sehingga mengganggu kerja bakteri untuk mengubah glukosa menjadi etanol.
Kesalahan yang kedua yaitu rentang dilakukannya refluk dan fermentasi
sangat renggang sehingga ada kemungkinan hasil hidrolisisnya sudah rusak,
sehingga ada kemungkinan tidak ada glukosa yang terbentuk yang akan diubah
oleh bakteri menjadi ethanol. Dan kemungkinan terakhir bahwa bakteri
Sacchromyces tidak tumbuh dalam media akibat terganggu mikroorganisme
lain.
Menurut teori ada beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi
bioetanol yaitu media, suhu, nutrisi, pH, volume starter, waktu fermentasi, dan
konsentrasi gula. pH untuk media fermentasi adalah 4-6 sedangkan pada
percobaan tidak ditentukan pH nya, waktu fermentasi yang normal yaitu 3-14
hari, jika waktunya terlalu cepat, bakteri Saccharomyces cerevisiae masih dalam
masa pertumbuhan, sedangkan pada percobaan hanya dilakukan selama 7 hari,
ada kemungkinan bakteri masih dalam proses pertumbuhan.
13
14
Jumlah Ragi
Waktu Fermentasi
H2
H4
H6
R3 8.30%;
12.70%;
15.16%;
Kepok
R5 14.50%;
15.12%;
16.77%;
R7 13.87%;
15.90%;
17.22%;
R3 9.08%;
10.15%;
12.88%;
Raja
R5 11.05%;
12.10%;
13.20;%
R7 12.90%;
14.08%;
15.62%
Kadar Bioetanol yang di hasilkan:
Jenis
Pisang
H8
16.20%
17.08%
17.05%.
13.81%
15,67%
16.55%.
15
BAB III
KESIMPULAN
1. Pembuatan Bioetanol dari kulit pisang raja ini dibuat melalui
proses anaerob dengan bantuan mikroba yaitu saccharomyses
cerevisiae dengan teknik fermentasi.
2. Proses pembuatan etanol ini dilakukan dengan beberapa
tahap yaitu tahap pertama pengambilan pati dari kulit pisang
raja, tahap kedua yaitu hidrolisis pati dari kulit pisang raja dan
tahap ketiga adalah tahap fermentasi.
3. Hidrolisis merupakan suatu reaksi kimia antara air dengan
suatu zat lain yang menghasilkan zat baru, pada percobaan ini
di ubah pati menjadi glukosa.
4. Proses fermentasi yang dilakukan pada percobaan adalah
mengubah glukosa menjadi bioethanol oleh saccharomyces
cereviseae.
5.Uji analisa etanol pada percobaan ini adalah negatif (tidak
menghasilkan etanol). Ini disebabkan oleh beberapa kesalahan,
diantaranya pengaturan pH yang tidak dilakukan, jarak waktu
refluks dengan fermentasi terlalu lama, dll.
6.Proses pengolahan kulit pisang menjadi bioetanol yaitu
dengan tahap tahap proses penghalusan, hidrolisis,
fermentasi dengan ragi masing masing sebanyak 3, 5, 7 gram
dengan lama waktu 2, 4, 6, 8 hari, destilasi.
7.Semakin lama fermentasi, mikroorganisme semakin aktif dan
semakin bertambahnya ragi hasil etanol semakin meningkat
yang terdapat pada sampel kulit pisang dengan berat ragi 3
gram, 5 gram, 7 gram kadar etanol lebih meningkat pada hari
ke 8.
16
Daftar Pustaka
Azizah, Nur, Mulyani S. 2012. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 1 No.2.
Isra, Darma. 2007. Pemanfaatan Hidrolisat Pati Sagu (Metroxylan sp.) Sebagai
Sumber Karbon Pada Fermentasi Etanol Oleh Saccharomyces
cerevisiae. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Jumari, Arif., Indah, Ariyani. 2009. Pembuatan Bioetanol dari Jambu Mete
dengan Metode Fermentasi. Mahasiswa Teknik Kimia FT-UNS. Solo.
Karlina, Simbolon. 2008. Pengaruh Persentase Ragi Tape dan Lama
Fermentasi Terhadap Mutu Tape Ubi Jalar. Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian USU. Medan.
Kunaipah. 2009. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa
Terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir
Susu Kacang Merah. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan. Makasar.
Retno, Dyah., Wasir N. 2011. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang. Jurusan
Teknik Kimia FTI, UPN Veteran. Yogyakarta.
Riswan, Simanjutak. 2009. Studi Pembuatan Etanol Dari Limbah Gula.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Pudjatmaka,A.H dan Qodratillah,M.T. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rhonny dan Danang. 2003. Laporan Penelitian Pembuatan Bioethanol dari
Kulit Pisang. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional
17
Lampiran
Proses Pemotongan kulit pisang
18
19