Anda di halaman 1dari 3

Geologi Regional Cekungan Kutai

Wed, Nov 06, 2013

Secara fisiografis, Cekungan Kutai berbatasan di sebelah utara dengan Tinggian Mangkalihat, Zona Sesar
Bengalon, dan Sangkulirang. Di sebelah selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang yang bertindak
sebagai zona sumbu cekungan sejak akhir Paleogen hingga sekarang (Moss dan Chamber, 1999). Di sebelah
barat berbatasan dengan Central Kalimantan Range yang dikenal sebagai Kompleks Orogenesa Kuching,
berupa metasedimen kapur yang telah terangkat dan telah terdeformasi. Di bagian timur berbatasan dengan
Selat Makassar.
Kerangka tektonik di Kalimantan bagian timur dipengaruhi oleh perkembangan tektonik regional yang
melibatkan interaksi antara Lempeng Pasifik, Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia, serta
dipengaruhi oleh tektonik regional di asia bagian tenggara (Biantoro et al., 1992).
Bentukan struktur Cekungan Kutai didominasi oleh perlipatan dan pensesaran. Secara umum, sumbu
perlipatan
dan pensesarannya berarah timurlaut-baratdaya dan subparalel terhadap garis pantai timur pulau
G
Kalimantan.
Di daerah ini juga terdapat tiga jenis sesar, yaitu sesar naik, sesar turun dan sesar mendatar.
a
Adapun struktur Cekungan Kutai dapat dilihat pada Gambar 1.
m
b
a
Batuan
r

dasar (basement) dari Cekungan Kutai diduga sebagai karakter benua dan samudera yang dikenal
sebagai transisi mengambang (rafted transitional). Batuan dasar Cekungan Kutai berkaitan dengan segmen
yang lebih awal pada periode waktu Kapur Akhir Paleosen (70 60 MA).
1

Cekungan pada bagian timur dan tenggara Kalimantan dikontrol oleh adanya proses pergerakan lempeng
S
kerak samudera dari arah tenggara yang mengarah ke baratlaut Kalimantan seperti terlihat pada Gambar 2.
t
r
u
k
tGambar
u
r

2 Perkembangan tektonik Cekungan Kutai (Hutchison, 1996)

Dari Gambar 2 terlihat bahwa kerak samudera yang berasal dari tenggara Kalimantan mendesak massa
kerak benua Schwaner ke arah baratlaut, dikarenakan massa kerak Schwaner sangat kuat maka kerak
r
samudera
mengalami patah sehingga ada yang turun ke bawah dan naik ke atas. Karena di dorong terus
e
dari arah Irian Jaya terjadilah obduksi yang akhirnya membentuk batuan ofiolit pada pegunungan Meratus.
g
iKetika kerak samudera mengalami tekanan dari arah tenggara sudah sampai pada titik jenuh maka kerak
o
tersebut patah dan karena adanya arus konveksi dari bawah kerak maka terjadilah bukaan (rifting) yang
n
kemudian
terisi sedimen sehingga menyebabkan terbentuknya cekungan-cekungan yang berarah relatif
a
utaraselatan
seperti Cekungan Kutai.
l
Kawasan
daratan pesisir Delta Mahakam memiliki seri perlipatan antiklin kuat dan sinklin yang luas yang
K
dikenal
dengan nama Antiklonorium Samarinda yang merupakan hasil proses struktur pembalikan (inversi)
a
ldari cekungan Paleogen.
i
m
Stratigrafi
Cekungan Kutai menurut Allen dan Chamber (1998) terdiri dari dua pengelompokan utama yaitu:
a
n
t
Seri
transgresi Paleogen
a
n

Zona ini dimulai dari tektonik ekstensional dan rift infill saat Eosen dan diakhiri dengan ekstensional post-rift
laut dalam dan karbonat platform pada kala Oligosen Akhir.
(
S
Seri
regresi Neogen
a
t
y
Zona ini dimulai Miosen Akhir hingga sekarang, yang menghasilkan deltaic progradation.
a
terdiri dari lapisan-lapisan sedimen klastik delta hingga paralik atau laut dangkal dengan
n
barat ke arah timur dan banyak dijumpai lapisan batubara (lignit).
a

Adapun stratigrafi Cekungan Kutai dapat dilihat pada Gambar 3.


e
t

a
lGambar 3 Stratigrafi
.
,SISTEM PETROLEUM
1
9
9
9
)
d

Cekungan Kutai (Satyana et al., 1999)

Sedimen regresi ini


progradasi dari

Batuan induk utama terdiri dari Formasi Pamaluan, Pulau Balang, dan Balikpapan.Formasi Pamaluan,
kandungan material organiknya cukup (1-2%), tetapi hanya terdapat di bagian utara dari Cekungan Kutai.
Pada Formasi Bebulu terdapat kandungan material organik yang cukup dengan HI di atas 300. Formasi
Balikpapan merupakan batuan induk yang terbaik di Cekungan Kutai karena kandungan material organiknya
tinggi dengan HI lebih besar dari 400 dan matang. Formasi ini ketebalannya mencapai lebih dari 3000 m,
sehingga diperkirakan mampu menghasilkan hidrokarbon dalam jumlah yang cukup banyak (Hadipandoyo,
et al., 2007).
Batuan reservoar terdapat pada formasi Kiham Haloq, Balikpapan, dan Kampung Baru, tetapi yang produktif
hanya Formasi Balikpapan dan Kampung Baru (Hadipandoyo, et al., 2007). Porositas permukaan pasir
literanitik berkisar <5% - 25% dengan permeabilitas <10 mD - 200 mD.
Seal yang ada pada cekungan ini berasal dari serpih dan dijumpai hampir di semua formasi yang berumur
Miosen. Kelompok Balikpapan dan Formasi Kampung Baru memiliki serpih yang sangat potensial sebagai
seal.
Migrasi vertikal dari dapur Paleogen matang terjadi melalui jaringan sesar-sesar menuju ke reservoar yang
berumur Miosen Tengah dan Atas. Migrasi lateral dari areal dapur matang oleh reservoar lapisan kemiringan
ke timur menuju trap stratigrafi ataupun struktur.
Jenis perangkap didominasi oleh perangkap struktur khususnya tutupan (closure) four-way yang diikat oleh
sesar. Perangkap stratigrafi menjadi perangkap yang penting namun lebih sulit diidentifikasi keberadaannya
bila dibandingkan dengan perangkap struktur. Kombinasi dari perangkap struktur dan stratigrafi lebih umum
ditemukan pada Cekungan Kutai.
REFERENSI
Allen, G.P dan Chambers, J.LC., 1998, Deltaic Sediment in The Modern and Miocene Mahakam Delta, IPA,
Jakarta
Biantoro, E., Muritno, B.P., Mamuaya, J.M.B., 1992, Inversion Faults As The Major Structural Control In The
Northern Part Of The Kutai Basin, East Kalimantan, Proceedings of 21st Annual Convention of Indonesian
Petroleum Association
Hadipandoyo, S., Setyoko, J., Suliantara, Guntur, A., Riyanto, H., Saputro, H.H., Harahap, M.D., Firdaus, N.,
2007, Kualifikasi Sumberdaya Hidrokarbon Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangn Energi dan
Sumberdaya Mineral LEMIGAS, Jakarta
Hall, R., 2005, Cenozoic Tectonics of Indonesia, Problems and Models, Indonesian Petroleum Association and
Royal Halloway University of London
Hutchison, C.S., 1996, The 'Rajang Accretionary Prism' and 'Lupar Line' Problem of Borneo, in R. Hall and
D.J. Blundell, (eds.), Tectonic Evolution of SE Asia, Geological Society of London Special Publication, p. 247261.
Mora, S., Gardini, M., Kusumanegara, Y., dan Wiweko, A.A., 2000, Modern, ancient deltaic deposits &
petroleum system of Mahakam Area. AAPG-IPA Fieldtrip Guidebook
Moss, S.J. dan Chambers, J.L.C., 1999, Depositional Modelling And Facies Architecture Of Rift And Inversion
In The Kutai Basin, Kalimantan, Indonesia, Indonesian Petroleum Association, Proceedings 27th Annual
Convention, Jakarta, 459-486
Satyana, A.H., Nugroho, D., Surantoko, I, 1999, Tectonic Controls on The Hydrocarbon Habitats of The
Barito, Kutai and Tarakan Basin, Eastern Kalimantan, Indonesia; Major Dissimilarities, Journal of Asian Earth
Sciences Special Issue Vol. 17, No. 1-2, Elsevier Science, Oxford 99-120
Van de weerd, A. A., and R.A. Armin, 1992, Origin and evolution of the Tertiary hydrocarbon bearing basins
in Kalimantan (Borneo), Indonesia: AAPG Bulletin, v.76,p.1778-1803
Rizka Farizal
http://genrambai.blogspot.com.au/2013/01/geologi-regional-cekungan-kutai_11.html

Anda mungkin juga menyukai