Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS HEAT EXCHANGER

SEBAGAI ALAT PENGERING IKAN


DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG
MESIN DIESEL
THE STUDY OF HEAT EXCHANGER
AS A FISH DRYER EQUIPMENT
UTILISING THE HEAT OF EXHAUSTIVE GAS
OF A DIESEL ENGINE

MUARDI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

ii

ANALISIS HEAT EXCHANGER


SEBAGAI ALAT PENGERING IKAN
DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG
MESIN DIESEL

TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi
Teknik Mesin

Disusun dan diajukan oleh

MUARDI

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

iii

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS


Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama

Muardi

Nomor Mahasiswa

P2201209007

Program Studi

: Teknik Mesin

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini


benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Makassar, 07 Nopember 2013


Yang menyatakan

Muardi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, Tuhan yang


Maha Kuasa, atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat
penulis selesaikan meskipun banyak kendala yang penulis hadapi sejak
penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis ini.
Tesis dengan judul Analisis Heat Exchanger sebagai Alat
Pengering Ikan dengan Memanfaatkan Panas Gas Buang Mesin Diesel
merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Magister
(S2) pada Program Pascasarjana Teknik Mesin Universitas Hasanuddin
Makassar.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada Prof. Dr. Ir. Duma Hasan, D.E.A. sebagai
Ketua Komisi Penasehat dan Dr.-Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME.
sebagai Anggota Komisi Penasehat, atas arahan-arahan yang telah
diberikan selama penyusunan tesis ini, begitu pula kepada Tim Penguji
atas saran yang diberikan kepada penulis. Terima kasih pula penulis
sampaikan kepada Dr. Ir. Ganding Sitepu, Dipl. Eng. sebagai Kepala
Central Workshop Universitas Hasanuddin Makassar, Yasni Masandal,
S.T. sebagai Kepala Unit Fine Mekanik dan Muhammad Nasir, S.T.
sebagai Kepala Unit Perencanaan serta rekan-rekan di Central Workshop
Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu sejak pembuatan
hingga pengujian Heat Exchanger.

vi

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr.-Ing. Ir. Wahyu


H. Piarah, MSME. sebagai Dekan Fakultas Teknik dan Rafiuddin Syam,
S.T., M.Eng., Ph.D. sebagai Ketua Program Studi, Direktur, Bapak/Ibu
Dosen, Staf Program Studi Teknik Mesin Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin, dan seluruh teman-teman Pascasarjana Teknik
Mesin Angkatan 2009.
Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ayahanda dan
Ibunda, ayah dan ibu mertua, terlebih kepada istri tercinta, putra-putri
tersayang kakak dan adik-adikku yang telah memberikan dukungan,
motivasi

dan

doanya

yang

luar

biasa

sehingga

penulis

dapat

merampungkan tesis ini.


Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam pengembangan penelitian
selanjutnya.

Makassar, 07 Nopember 2013

Muardi

vii

viii

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

..

..

ii

iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

iv

..

HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PENGESAHAN

PRAKATA
ABSTRAK

vii

ABSTRACT

.. vii

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

ix
xi

xii

DAFTAR LAMPIRAN GRAFIK

xiii

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

xiv

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah .

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

A. Penukar Kalor (Heat Exchanger)

I. PENDAHULUAN

E. Batasan Masalah
II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Klasifikasi Heat Exchanger


C. Komposisi Gas Buang

D. Prose Pembakaran Bahan Bakar ..


E. Proses Pengeringan

10

F. Perhitungan Perpindahan Panas Pada Heat Exchanger


III. METODOLOGI PENELITIAN

. 15

23

A. Tempat Penelitian 23
B. Metode Pengumpulan Data
C. Bahan dan Alat Penelitian
D. Instalasi Pengujian

.. 23
. 23

. 26

E. Prosedur Pengambilan Data

27

F. Diagram Alir Penelitian 28


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .. 29
A. Analisa Perhitungan .. 29
1. Perhitungan Pada Penukar Kalor .. 29
2. Perhitungan Proses Pengering ... 36
B. Pembahasan .. 38
1. Pemakaian Bahan Bakar dan Kalor Bahan Bakar .. 38
2. Laju Aliran Massa dan Efektifitas Heat Exchanger

... 39

3. Kalor Penguapan dan Efisiensi Pengeringan . 39


4. Kadar Air Kering .. 40
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
A. Kesimpulan . 41
B. Saran 42
DAFTAR PUSTAKA .. 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
....

25

26

28

Gambar 3.1.

Mesin Diesel

Gambar 3.2.

Instalasi Pengujian

Gambar 3.3.

Diagram Alir Penelitian

Gambar 4.1.

Proses Perpindahan Panas pada Pipa dan


TahananTermalnya

..

30

xii

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Halaman
Tabel 1

Pengambilan data pada putaran mesin1600 rpm

45

Tabel 2

Pengambilan data pada putaran mesin1800 rpm

46

Tabel 3

Pengambilan data pada putaran mesin 2000 rpm

47

Tabel 4

Pengambilan data pada putaran mesin 2200 rpm

48

Tabel 5

Pengambilan data pada putaran mesin 2400 rpm

49

Tabel 6

Hasil perhitungan pada putaran mesin 1600 rpm

50

Tabel 7

Hasil perhitungan pada putaran mesin 1800 rpm

51

Tabel 8

Hasil perhitungan pada putaran mesin 2000 rpm

52

Tabel 9

Hasil perhitungan pada putaran mesin 2200 rpm

53

Tabel 10 Hasil perhitungan pada putaran mesin 2400 rpm

54

Tabel 11 Hasil perhitungan heat exchanger

55

Tabel 12 Sifat-sifat gas CO2

71

Tabel 13 Sifat-sifat Udara

71

Tabel 14 Sifat-sifat Thermodinamika dari Uap Air

72

xiii

DAFTAR LAMPIRAN GRAFIK

Halaman
Grafik 1

Konsumsi bahan bakar terhadap putaran

56

Grafik 2

Kalor bahan bakar terhadap putaran

56

Grafik 3

Laju aliran massa gas buang terhadap putaran

57

Grafik 4

Efektifitas heat exchanger terhadap putaran

57

Grafik 6

Kalor penguapan terhadap putaran

58

Grafik 5

Efisiensi pengeringan terhadap putaran

58

Grafik 7

Kadar air kering terhadap putaran

59

xiv

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

Halaman
Gambar 1

Pengambilan data berat sampel sebelum dipanaskan


pada putaran mesin1600 rpm

Gambar 2

60

Pengambilan data berat sampel sesudah dipanaskan


pada putaran mesin1600 rpm dan sebelum
dipanaskan pada putaran mesin1800 rpm

Gambar 3

61

Pengambilan data berat sampel sesudah dipanaskan


pada putaran mesin1800 rpm dan sebelum
dipanaskan pada putaran mesin 2000 rpm

Gambar 4

62

Pengambilan data berat sampel sesudah dipanaskan


pada putaran mesin 2000 rpm dan sebelum
dipanaskan pada putaran mesin 2200 rpm

Gambar 5

63

Pengambilan data berat sampel sesudah dipanaskan


pada putaran mesin 2200 rpm dan sebelum
dipanaskan pada putaran mesin 2400 rpm

Gambar 6

Pengambilan data berat sampel sesudah dipanaskan


pada putaran mesin 2400 rpm

Gambar 7

65

Pengambilan data putaran mesin 1600 rpm dan


putaran turbin/kompresor

Gambar 8

64

66

Pengambilan data putaran mesin 1800 rpm dan


putaran turbin/kompresor

66

xv

Gambar 9

Pengambilan data putaran mesin 2000 rpm dan


putaran turbin/kompresor

67

Gambar 10 Pengambilan data putaran mesin 2200 rpm dan


putaran turbin/kompresor

67

Gambar 11 Pengambilan data putaran mesin 2400 rpm dan


putaran turbin/kompresor

68

Gambar 12 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar


heat exchanger dan kecepatan udara keluar alat
pengering pada putaran mesin 1600 rpm

68

Gambar 13 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar


heat exchanger dan kecepatan udara keluar alat
pengering pada putaran mesin 1800 rpm

69

Gambar 15 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar


heat exchanger dan kecepatan udara keluar alat
pengering pada putaran mesin 2000 rpm

69

Gambar 16 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar


heat exchanger dan kecepatan udara keluar alat
pengering pada putaran mesin 2200 rpm

70

Gambar 16 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar


heat exchanger dan kecepatan udara keluar alat
pengering pada putaran mesin 2400 rpm
Gambar 14 Diagram psikrometrik

70
73

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Hukum Thermodinamika bahwa Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi energy dapat diubah
kedalam bentuk energi yang lain misalnya energi kimia yang ada di dalam
bahan bakar diubah menjadi energi panas dan energi panas itu diubah
menjadi energi mekanis pada mesin kalor.
Pemanfaatan energi bahan bakar pada mesin selalu diupayakan
agar berdaya guna tinggi, sebab energi yang dapat digunakan oleh mesin
Diesel sebagai penggerak hanya sepertiga dari hasil pembakaran bahan
bakar didalam silinder. Selebihnya energi bahan bakar tersebut terbuang
melalui dinding silinder, gas buang, minyak pelumas dan air pendingin.
Gas buang yang keluar melalui saluran gas buang mempunyai
temperatur yang cukup tinggi, energi tersebut cukup potensial digunakan
sebagai sumber energi panas untuk memanaskan udara dengan
menggunakan Heat Exchanger, sehingga udara panas yang keluar dari
Heat Exchanger dapat diaplikaskan sebagai pengering antara lain : ikan,
daging, buah-buahan serta dapat

diaplikasikan sebagai pemanas

ruangan.
Berbagai penelitian yang berhubungan dengan alat pengering telah
dilakukan diantaranya:

Ihsan Nurhabibi : melakukan penelitian pemanfaatan energi arang batok


kelapa untuk pengeringan kakao pada alat pengering type rak dari hasil
penelitian bahwa untuk mengeringkan kakao yang telah difermentasi
dengan kadar air 54% mencapai kadar air 7% dibutuhkan waktu
pengeringan selama 7 jam, energy yang dihasilkan arang batok kelapa
rata-rata 26,73 kJ/jam
Achmad Hasan: melakukan penelitian pemanfaatan langsung sumber
energi panas bumi untuk pengering kakao dari hasil penelitian untuk
mengeringkan 100 kg kakao dibutuhkan waktu selama 24 jam.
Ismail Thamrin: melakukan penelitian rancang bangun alat pengering ubi
kayu type rak dengan memanfaatkan energy surya, dari hasil penelitian
bahwa efisiensi alat 61,47% untuk menurunkan kadar air ubi kayu dari
38% menjadi 14 %
Ekadewi A. Handoyo, dkk : melakukan penelitian desai dan pengujian
system pengering ikan bertenaga surya dari hasil penelitian untuk
menurunkan kadar air ikan dari 60 % menjadi 38 % dibutuhkan waktu 6
jam.
Alat pengering banyak digunakan para nelayan tradisional untuk
mengeringkan hasil tangkapannya.

Alternatif ini dilakukan karena

biasanya mereka melaut selama beberapa minggu bahkan berbulanbulan.

Pada prinsipnya alat pengering surya dapat dimanfaatkan pada kapal-kapal


nelayan untuk mengawetkan hasil tangkapannya. Solusi lain yang akan diupayakan
adalah pengering ikan dengan memanfaatkan energi panas gas buang mesin yang
digunakan sebagai penggerak kapal nelayan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian dengan
judul Analisis Heat Exchanger Sebagai Alat Pengering Ikan dengan Memanfaatkan
Panas Gas Buang Mesin Diesel .

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu :
Bagaimana pegaruh prestasi mesin Diesel terhadap efektivitas heat
exchanger aliran silang (Cross Flow) dengan memanfaatkan panas gas
buang mesin Diesel.dan efisiensi pengeringan.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang di rumuskan maka tujuan yang
ingin dicapai pada penelitian ini adalah: Mengetahui pegaruh prestasi
mesin Diesel terhadap efektivitas heat exchanger aliran silang (Cross
Flow) dengan memanfaatkan panas gas buang mesin Diesel dan efisiensi
pengeringan

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.

Memberikan hasil ataupun informasi bagi kalangan Peneliti mengenai heat


exchanger tipe aliran silang (Cross Flow)., sebagai acuan untuk
mengembangkan penelitian pada bidang alat penukar kalor dan Motor
Bakar.

2.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan
pemerintah dalam meningkatkan pendayagunaan energi panas yang
terbuang dari hasil proses pembakaran bahan bakar.

E. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang dapat diteliti pada
pengaruh prestasi mesin terhadap heat exchanger dengan memanfaatkan
panas gas buang mesin Diesel, maka penelitian dibatasi pada hal-hal
sebagai berikut :
1.

Mesin yang digunakan adalah mesin Diesel empat langkah dengan


jumlah silinder satu

2.

Menghitung seberapa besar perpindahan panas yang terjadi didalam


kotak heat exchanger.

3.

Penelitian dilakukan dengan variasi putaran mesin yaitu pada


putaran 1600, 1800, 2000, 2200 dan 2400 rpm guna mengetahui
efektivitas dari heat exchanger.

4.

Obyek

yang

dijadikan

sampel

dalam

penelitian

ini

adalah

menurunkan kadar air dari ikan bandeng.


5.

Sampel yang digunakan pada setiap putaran adalah sama.

6.

Pengambilan data dilakukan secara eksperimental di laboratorium

7.

Perhitungan dilakukan pada heat exchanger dan pengering

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penukar Kalor (Heat Exchanger)
Penukar kalor adalah suatu alat yang menghasilkan perpindahan
panas dari suatu fluida ke fluida lain. Jenis penukar kalor sederhana ialah
sebuah wadah dimana fluida panas dan fluida dingin dicampur secara
langsung.
Jenis lain yang banyak digunakan adalah penukar kalor

dimana

fluida panas dan fluida dingin dipisahkan oleh suatu dinding atau sekat,
jenis penukar kalor ini disebut rekuperator. Alat ini terdapat dalam
beberapa bentuk diantaranya rangkaian pipa atau plat tipis.
Fluida panas yang mengalir di luar dinding pipa akan memindahkan
energi panasnya pada fluida dingin didalam pipa Heat Exchanger (HE)
melalui tiga metode yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Perpindahan panas terjadi akibat adanya perbedaan temperatur
pada satu atau dua media. Perpindahan panas di analisa dengan
menggunakan Hukum kekekalan energi, maka analisa perpindahan panas
dapat dilakukan dengan menggunakan kontrol volume yang dilewati oleh
energi.
B. Klasifikasi Heat Exchanger
Heat Exchanger dirancang serta dibuat dalam berbagai keperluan,
ukuran, tipe, bentuk dan pengaturan aliran. Adapun klasifikasi dari Heat
Exchanger tersebut antara lain :

1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan kalor


Berdasarkan proses perpindahan kalor yang berlangsung maka Heat
Exchanger dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Heat Exchanger secara langsung, yaitu Heat Exchanger yang
dirancang dimana fluida panas maupun fluida dingin berhubungan
secara langsung tanpa adanya sekat yang didesain secara khusus
untuk keperluan-keperluan aplikasi tertentu.
b. Heat Exchanger yang tidak langsung, yaitu Heat Exchanger yang
dirancang

dimana fluida panas tidak berhubungan langsung

(Undirect Contact) dengan fluida dingin. Kedua fluida dipisahkan


oleh suatu wadah berupa dinding rata sederhana atau juga
merupakan konfigurasi rumit yang melibatkan lintasan-lintasan
rangkap, sirip/fin, Heat Exchanger jenis ini biasanya disebut
dengan Recuperator.
2. Klasfikasi berdasarkan konstruksi
Berdasarkan konstruksinya Heat Exchanger dapat dibagi :
a. Saluran Pengubah Panas (Tubular Heat Exchanger)
Bagian utama Heat Exchanger ini adalah rangkaian pipa,
selongsong, bagian depan dan bagian belakang serta. sekat-sekat
yang digunakan untuk mendukung pipa sehingga fluida mengalir
dengan normal ke pipa-pipa.

b.

Heat Exchanger Tipe Plat (Plate Heat Exchanger)


Heat Exchanger tipe plat, biasanya terbuat dari logam tipis dengan
permukaan rata yang tersusun atas beberapa plat dengan jarak
tertentu sebagai lintasan aliran fluida.

c. Heat Exchanger Tipe Plat Sirip.


Tipe Plat sirip umum digunakan pada Heat Exchanger gas ke gas,
dengan tekanan tidak lebih dari 10 atmosfir (1000 kPa).
Temperatur operasi maksimumnya berkisar 800C.
d. Heat Exchanger Tipe Pipa Sirip (Tube Fin Heat Exchanger).
Untuk Pengoperasian tekanan tinggi

digunakan tipe pipa sirip.

Pipa sirip pada alat Heat Exchanger digunakan pada Turbin gas,
Nuklir, bahan bakar, automobil, pesawat udara, kulkas dan lainlain.
3. Klasifikasi berdasarkan aliran fluida
Berdasarkan aliran fluida panas dan fluida dingin Heat Exchanger
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Aliran Searah (Pararel Flow)
b. Aliran Berlawanan (Counter Flow)
c. Aliran Silang (Cross Flow).
d. Penggabungan beberapa aliran ( Multi Flow )
4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan kalor
Mekanisme perpindahan panas dapat menyangkut kombinasi dari
keadaan berikut di bawah ini:

1. Konveksi paksa atau bebas satu fase (Single-phase forced or


free convection).
2. Perubahan fase ( pendidihan atau kondensasi).
3. Radiasi atau penggabungan Konveksi dan radiasi.
C. Komposisi Gas Buang
Gas buang mesin diesel secara umum mengandung beberapa unsur
antara lain karbon dioksida, uap air (H20) dan nitrogen, serta memiliki
perbandingan sebagai berikut :
Carbon Dioksida ( CO2 )

12,61 %

Uap Air (H2O)

13,87 %

Nitrogen (N2)

73,52 %

Berdasarkan data di atas, maka dapat ditentukan massa jenis gas


buang gas. (kg/m3) dan panas, jenis gas buang Cp (kJ/kg.0C)
D.

Proses Pembakaran Bahan Bakar


Proses pembakaran yang baik adalah melepaskan seluruh panas

yang terdapat dalam bahan bakar, hal ini dapat terjadi bila didukung
dengan pengontrolan variabel penunjang pembakaran yaitu :
1. Turbulensi atau pencampuran oksigen dan bahan bakar yang baik.
2. Temperatur yang cukup tinggi untuk proses penyalaan dan menjaga
agar pembakaran tetap konstan dan berlanjut.
3. Waktu yang cukup untuk proses pembakaran.

10

E. Proses Pengeringan
Ikan

merupakan

bahan

makanan

yang

banyak

dikonsumsi

masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses


pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan
perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu
olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.
Tanda ikan yang sudah busuk:
a. Mata suram dan tenggelam
b. Sisik suram dan mudah lepas
c.

Warna kulit suram dengan lendir tebal

d. Insang berwarna kelabu dengan lendir tebal


e. Dinding perut lembek
f.

Warna keseluruhan suram dan berbau busuk


Tanda ikan yang masih segar:

a. Daging kenyal
b. Mata jernih menonjol
c.

Sisik kuat dan mengkilat

d. Sirip kuat
e. Warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang
f.

Insang berwarna merah

g. Dinding perut kuat


h. Bau ikan segar

11

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak


dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun
ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan
ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara
tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan,
sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang
biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan
perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti: menjaga
kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang
masih

segar,

serta

garam

yang

bersih.

Ada

bermacam-macam

pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan,


pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.
Tabel Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan
KOMPONEN
Kandungan Air
Protein
Lemak
Mineral dan vitamin

KADAR (%)
76,00
17,00
4,50
2,52-4,50

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein
tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan
manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.
Menurut Hadiwiyoto (1993) ikan segar mempunyai kadar air sekitar
50 % - 80 % yang merupakan komponen penyusun terbesar, kemudian
disusul protein dan lemak

12
.
Pengeringan ikan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada
didalam daging ikan sampai kegiatan mikroorganisme pembusuk serta
enzim yang meyebabkan pembusukan terhenti. Akibatnya ikan dapat
disimpan cukup lama sebagai bahan makanan. Pengeringan ikan ini
umumnya disertai dengan penggaraman sehingga ikan kering itu terasa
asin. Maksud penggaraman sebelum ikan dikeringkan yaitu untuk
menyerap kadar air dari permukaan ikan dan mengawetkannya sebelum
tercapai

tingkat

kekeringan

serta

dapat

menghambat

aktivitas

mikroorganisme selama proses pengeringan berlangsung.


Batas kadar air yang diperlukan dalam tubuh ikan kira kira 20
35 % agar perkembangan mikroorganisme pembusuk bisa terhenti.
Secara umum tujuan pengeringan ikan ialah:
1. Untuk mengawetkan ikan dengan cara menurunkan kadar air
didalamnya.
2. Untuk mengurangi volume dan berat ikan yang ditangani sehingga
biaya penganggkutan dan penyimpanan menurun.
3. Untuk

meningkatkan

kenyamanan

dalam

penggunaan

(pada

beberapa jenis produk tertentu pengeringan dikombinasi dengan


instanisasi).
Untuk memperoleh kualitas pengeringan yang bagus, ada beberapa
parameter yang harus dikontrol selama proses pengeringan, yaitu
kecepatan aliran udara, temperatur udara pengering dan kelembaban
relatif udara.

13

1. Kecepatan Aliran Udara


Kecepatan aliran udara yang tinggi dapat mempersingkat waktu
pengeringan.

Kecepatan

aliran

udara

yang

disarankan

untuk

melakukan proses pengeringan antara 1,52,0 m/s.


Disamping kecepatan, arah aliran udara juga memegang peranan
penting dalam proses pengeringan. Arah aliran udara pengering yang
sejajar dengan produk lebih efektif dibandingkan dengan aliran udara
yang datang dalam arah tegak lurus produk.
2. Temperatur Udara
Secara umum, temperatur udara yang tinggi akan menghasilkan
proses pengeringan yang lebih cepat. Namun temperatur pengeringan
yang lebih tinggi dari 50oC harus dihindari karena dapat menyebabkan
bagian luar produk sudah kering, tapi bagian dalam masih basah.
Khusus untuk ikan, temperatur pengeringan yang dianjurkan antara
4050 oC.
3. Kelembaban Relatif, RH
Pengeringan umumnya dilakukan pada kelembaban relatif yang
rendah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kecepatan difusi air.
Kelembaban relatif yang rendah di dalam ruang pengering dapat
terjadi jika udara pengering bersirkulasi dengan baik dari dalam ke
luar ruang pengering, sehingga semua uap air yang diperoleh setelah
kontak dengan produk langsung dibuang ke udara lingkungan.

14

Lama waktu pengeringan tergantung pada banyak faktor, antara lain


ukuran dan ketebalan ikan, temperatur pengering, kelembaban relatif
udara, kecepatan udara pengering dan total beban pengeringan.
Pada proses pengeringan terjadi dua proses, yaitu:
1. Proses perpindahan panas, yaitu suatu proses yang terjadi karena
perbedaan temperatur, panas yang dialirkan akan meningkatkan suhu
bahan sehingga tekanan uap air didalam bahan lebih tinggi dari
tekanan uap air di udara.
2. Proses perpindahan massa, yaitu suatu proses yang terjadi karena
kelembapan relatif udara pengering lebih rendah dari kelembaban
relatif bahan.
Kadar air ikan dapat ditentukan berdasarkan bobot basah dan bobot
kering. Kedua cara ini memungkinkan untuk menghitung kadar air dalam
proses pengeringan.
Adapun prosentase kadar air basis basah dirumuskan sebagai
berikut:
(2.1)

Adapun prosentase kadar air basis kering dirumuskan sebagai


berikut :
(2.2)
(

dimana :
= Massa air dalam bahan (kg)
= Massa padatan (kg)

15

Jumlah air yang menguap


(2.3)
dimana :
= berat bahan awal/basah (kg)
berat bahan akhir/kering (kg)
Dan energi yang digunakan untuk menguapkan air dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
(2.4)
dimana:
= Massa air yang menguap ( kg )
= Entalpi penguapan pada temperatur rata-rata (kJ/kg)
Energi yang diabsorb udara dihitung dengan menggunakan persamaan:
(

(2.5)

Efisiensi pengeringan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

(2.6)
F. Perhitungan Perpindahan Panas pada Heat Exchanger
1. Perpindahan panas konduksi
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu (temperature gradient),
maka akan terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi ke
bagian bersuhu rendah di dalam suatu medium (padat, cair, dan gas)
atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan
secara langsung.

16

Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena


hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan
molekul yang cukup besar. Menurut teori kinetik, suhu elemen suatu
zat sebanding dengan energi kinetik rata-rata molekul-molekul yang
membentuk elemen itu. Konduksi adalah satu-satunya mekanisme
dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak tembus
cahaya.
Berdasarkan hukum kedua termodinamika panas akan mengalir
secara otomatis dari titik yang bersuhu lebih tinggi ke titik yang
bersuhu lebih rendah, maka aliran panas akan menjadi positif bila
gradien suhu negatif.
Persamaan dasar konduksi satu dimensi dalam keadaan steady
adalah
(2.7)
dimana :
= laju aliran panas konduksi ( Watt)
= konduktifitas termal bahan (W/m K)
= luas penampang yang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m2)
= gradien suhu pada penampang (K)
= jarak dalam arah aliran panas (m)

17

2. Perpindahan Panas Konveksi


Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur,
konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi
antara permukaan benda padat , cairan dan gas (Frank Kreiht 1991).
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang
suhunya diatas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa
tahap, pertama panas akan mengalir dengan cara konduksi dari
permukaan ke partikel-partikel fluida yang berbatasan. Energi yang
berpindah dengan cara demikian akan menaikan suhu dan energi
dalam partikel-partikel fluida ini.
Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas
(free convection) dan konveksi paksa (forced convection). Jika
gerakan

fluida

berlangsung

semata-mata

sebagai

akibat

dariperbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu maka


prosesnya disebut konveksi bebas. Dan jika gerakan fluida itu
disebabkan oleh suatu alat dari luar seprti pompa atau kipas maka
prosesnya disebut konveksi paksa (Frank Kreiht 1991).
q = h (Tw Tf)

(2.8)

Dan perpindahan panas konveksi dari fluida panas ke dinding dingin


dapat ditulis sebagai berikut :
q = h. A.(Tf Tw)

(2.9)

18

dimana :
q = laju aliran panas konveksi (Watt)
A = luas penampang yang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m2)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 K)
Tw = temperatur permukaan (K)
Tf = temperatur fluida dingin (K)
3. Perpindahan panas radiasi
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari banda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu
terpisahkan di dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa
diantara benda-benda tersebut.
Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus- menerus.
Intensitas pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan.
Energi radiasi bergerak dengan kecepatan cahaya ( 3 x 108 m/s) dan
gejala-gejalanya

menyerupai

radiasi

cahaya.

Menurut

teori

elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal hanya berbeda


dalam panjang gelombang masing-masing.
Hukum Stefan-Boltzmann yang fundamental menyatakan
q = A T4
dimana :
A = Luas permukaan (m2)
= konstanta Stefan-Boltzmann ( 5,67 x 10-8 W/m2K4)
T = Suhu absolut (K)

(2.10)

19

4. Koefisien perpindahan panas menyeluruh


Koefisien perpindahan panas menyeluruh yang terjadi pada, sebuah
pipa kuningan Heat Exchanger dapat dihitung dengan metode
membagi beda suhu menyeluruh atau total dengan jumlah besanya
tahanan thermal pada pipa kuningan yang terjadi, dimana aliran panas
menyeluruh sebagai basil gabungan proses konduksi dan konveksi
bisa dinyatakan dengan koefisien perpindahan panas menyeluruh.
Koefisien perpindahan panas menyeluruh dapat dirumuskan dalam
suatu hubungan persamaan:

Atau

)( )

Jika jari-iari (r) dinyatakan dalam diameter pipa (d), dimana r = d/2,
maka persamaan diatas menjadi :

(J.P. Holman Hal. 482 )

(2.11)
(

)( )

5. Logaritmic Mean Temperture Difference ( LMTD ).


Akibat dari perbedaan temperatur fluida yang mengalir dalam suatu
Heat Exchanger

pada setiap panjang lintasannya menyebabkan

analisa perpindahan

panas menjadi sangat kompleks. Untuk itu

20

dibutuhkan sebuah metode dalam menyelesaikan masalah ini, yang


biasa kita sebut sebagai Metode Logaritmic Mean Temperature
Difference (LMTD). Evaluasi Perbedaan temperatur rata-rata pada
sebuah Heat Exchanger, dengan bentuk aliran silang.
(

)
(

(
) (

)
)

(2.12)

6. Perpindahan panas
Perpindahan panas terjadi pada saat fluida dingin maupun fluida
panas mengalir

didalam Heat Exchanger . Pada Heat Exchanger

temperatur fluida dingin dan fluida panas pada saat masuk maupun
keluar tidak sama.
Dengan asumsi bahwa nilai kapasitas panas spesifik (Cp) fluida dingin
dan panas adalah konstan, tidak ada kehilangan kalor ke lingkungan
serta keadaan steady , maka kalor yang dipindahkan : (J.P. Holman Hal. 490 )
Qgas = UTotal . A. LMTD

(2.13)

7. Metode Analisa Efektivitas NTU


Pendekatan LMTD dalam analisa Heat Exchanger berguna bila
temperatur masuk dan temperatur keluar diketahui, sehingga LMTD
dapat dengan mudah dihitung, dan aliran kalor, luas permukaan, dan
koefisien perpmdahan panas menyeluruh dapat ditentukan. Jika
dalam perencanaan suhu masuk dan suhu keluar tidak diketahui maka
analisa kita akan melibatkan prosedur interasi karena LMTD itu
hanyalah merupakan suatu fungsi logaritma.

21

Dalam hal demikian, analisa akan lebih mudah dilaksanakan dengan


menggunakan metode yang berdasarkan analisa efektivitas Heat
Exchanger dalam memindahkan sejumlah kalor tertentu. Metode
efektivitas ini juga memiliki beberapa keuntungan untuk menganalisa
soal-soal dimana kita harus membandingkan berbagai jenis Heat
Exchanger

guna

memilih

jenis

yang

terbaik

dalam

proses

perpindahan panas.
Efektivitas Heat Exchanger didefinisikan sebagai berikut :

(J.P. Holman Hal.

498 )

(2.14)

Untuk menghitung efektivitas Heat Exchanger aliran cross flow


dinyatakan dengan persamaan : (J.P. Holman Hal. 507)
[

(
(

)
)

(2.15)

(2.16)

(2.17)

(2.18)

22

8. Energi panas yang dilepaskan oleh gas buang


Gas buang yang dihasilkan pada proses pembakaran motor Diesel
masih memiliki energi panas yang bisa dimanfaatkan. Besarnya
energi yang dilepaskan oleh gas buang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:

(2.19)

laju aliran massa gas buang yang masuk pada Heat Exchanger
dapat diperoleh dengan persamaan :

Dimana :

(2.20)

luas penampang pipa yang dialiri gas buang

kecepatan gas buang

gb =

massa jenis gas buang

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian
Penelitian

dilaksanakan

di

Central

Workshop

Universitas

Hasanuddin Makassar.
B. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan cara sebagai berikut :
1. Pembuatan heat exchanger
2. Pengambilan data pada pengujian heat exchanger
3.

Studi kepustakaan.

C. Bahan dan Alat Penelitian


1.

Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
a. Plat Aluminium, plat besi, plat kuningan dan plat stainless.
b. Baut dan mur dari beberapa ukuran, paku keeling.
c. Batang poros untuk menghubungkan turbin dan kompresor.
d. Besi siku, pipa tembaga, pipa kuningan dan pipa besi.
e. Isolator (kain asbes), glasswool, selang karet.
f. Stop kran, elbow, double naple, water moor, dan over shock
dari berbagai ukuran.
g. Alkohol 95%.

24

2.

Alat
Adapun alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini
sebagai berikut :
a. Palu, gergaji, gunting seng, Pistol paku keling, kuas cat,
paku keling, meteran, bor, gerinda, alat pembengkok pipa
(swiging), kunci-kunci (pas, ring), obeng plus dan minus.
b. Las listrik, tang jepit, ragum dan meja kerja
c. Termokopel.
Type K. THC 05010
Type K. RS 158-525 Range -100C to +750C
d. Thermometer
Merek TEGAM 871 DIGITAL THERMOMETER Made in
U.S.A.
e. Tachometer digital
Optikal Tachometer TM -2011
f.

Timbangan digital
Merek JEULIN Rep: 701-056 Cap: 400 g Grad: 0,1 g

g. Anemometer
Merek Lutron AM -4200 Range: 0-30,0 m/s
h. Turbin dan kompresor
i.

Heat Exchanger

j.

Alat pengering (oven)

k. Motor Diesel.

25

Gambar 3.1. Mesin Diesel


Adapun spesitikasi motor diesel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Merek

: Mitsubishi

2. Type

: 4 Stroke

3. Daya

: 15,5 Hp

4. Putaran

: 2400 rpm

5. Jumlah silinder

: 1 silinder

6. Volume silinder

: 856 cc

7. Diameter bore x langkah

: 102 x 105 mm

8. Perbandingan kompresi

: 17,8

9. System penyalaan

: Engkol manual

26

D. Instalasi Pengujian

6
3

5
K

1
4

Mesi
n

Gambar 3.2. Instalasi Pengujian


Keterangan :
1. Temperatur gas buang masuk turbin
2. Temperatur gas buang keluar turbin
3. Temperatur gas buang keluar heat exchanger

4. Temperatur udara masuk kompresor


5. Temperatur udara keluar kompresor
6. Temperatur udara keluar heat exchanger
7. Teperatur udara keluar alat pengering

27

E. Prosedur Pengambilan Data.


Setelah semua komponen-komponen dari alat Heat Exchanger
terpasang pada tempatnya maka langkah selanjutnya adalah :
1.

Menyambung pipa exhaust dari mesin Diesel ke turbin.

2.

Menghidupkan Mesin Diesel dengan kondisi normal.

3.

Memasang alat Termokopel pada ke-7 titik

4.

Menaikan putaran mesin dengan menyetel pembukaan katup hingga


diperoleh putaran mesin 1600 rpm.

5.

Mencatat data-data diantaranya temperatur dan kecepatan gas buang,


udara, putaran mesin serta menimbang sampel ikan sebelum dan
sesudah dikeringkan.

6. Mengulangi prosedur point 4 dan 5 untuk putaran mesin 1800 rpm,


2000 rpm, 2200 rpm dan 2400 rpm.

28

F. Diagram Alir Penelitian


Mulai

Desain Alat Uji

Persiapan Bahan & Alat

Pembuatan Komponen
Heat Exchanger

Perakitan Komponen
Heat Exchanger

Pengujian Heat Exchanger

Analisis
Data

Baik

Kesimpulann

Selesai

Gambar 3.3. Diagram Alir Penelitian

Tidak Baik

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Perhitungan
1. Perhitungan pada penukar kalor
Perhitungan ini dilakukan pada temperatur rata-rata dan sebagai
contoh perhitungan diambil data pada putaran mesin 2000 rpm
dengan data sebagai berikut:
1. Temperatur gas masuk turbin (T1)

= 178,6 0C

2. Temperatur gas keluar turbin (T2)

= 148,8 0C

3. Temperatur gas keluar heat exchanger (T3)

= 95,92 0C

4. Temperatur udara masuk kompresor (T4)

= 39,53 0C

5. Temperatur udara keluar kompresor (T5)

= 43,82 0C

6. Temperatur udara keluar heat exchanger (T6) = 90,22 0C


7. Temperatur udara keluar alat pengering (T7) = 46,57 0C
8. Diameter pipa luar (do )

= 2,72 cm

9. Diameter pipa dalam (di )

= 2,54 cm

10. Pipa kuningan dengan (k)

= 128 W/m 0C

11. Kecepatan gas buang

= 10,7 m/s

12. Kecepatan udara keluar alat pengering

= 1,8 m/s

13. Kebutuhan bahan bakar

= 1,4 liter

30

a. Seksi Gas Buang (fluida panas) diluar pipa


Koefisien

perpindahan

panas

pada

gas

buang

(hi)

merupakan perpindahan panas secara konveksi paksa yang


dapat dihitung dengan menggunakan temperatur film gas buang
(Tg). Dimana temperatur film gas buang dapat diperoleh dari
rata-rata temperatur borongan gas buang dengan temperatur
dinding pipa pada destilator.

Gambar 4.1. Proses perpindahan panas pada pipa dan tahanan


thermalnya
1. Temperatur borongan gas buang :
q

Tg

)
Tu

do di

)
L
Ri

Ra

Ro

Tg

Ta

Komposisi gas buang diasumsikan adalah karbon dioksida


(CO2), maka sifat-sifat fisik dapat dievaluasi pada temperatu
Tf = 122,36 oC sebagai berikut :
= 1,3604 kg/m3

= 19,12 x 10-6 kg/m.s

Cp = 0,9381 kJ/ kg 0C

Pr = 0,7396

k = 0,0242 W/ m 0C

Prs = 0,742

= 14,09 x 10-6 m2/.s

31
2. Laju aliran massa gas buang

3. Bilangan Reynolds

Dimana :
Sp = Sn = 4,1 cm = 0,041 m

4. Bilangan Nuselt
Bilangan Nuselt untuk konveksi paksa aliran silang melintasi
rangkunan tabung / pipa menggunakan persamaan berikut :

32

Dimana :

5. Koefisien perpindahan panas

b. Seksi udara (fluida dingin) di dalam pipa


Koefisien perpindahan panas didalam pipa dimana terjadi
konveksi

paksa

sehingga

untuk

menentukan

koefisien

perpindahan panas pada pipa, maka sifat-sifat fluida dievaluasi


berdasarkan :
(
(

)
)

Dari table diperoleh:


= 2,02932 x 10 -5 kg/m.s

= 1,03382 kg/m3

k = 0,029273 W/ m 0C

Cp = 1,008341 kJ/kg OC

Pr = 0,6992

33

1. Bilangan Reynolds

Dimana kecepatan udara : 1,8 m/s


2. Bilangan Nuselt
Bilangan Nuselt untuk konveksi paksa aliran didalam tabung
/ pipa menggunakan persamaan berikut :

Dimana :

3. Koefisien perpindahan panas

34

c. Koefisien perpindahan panas menyeluruh ( U )


Koefisien perpindahan kalor menyeluruh ( U ) dihitunga
dengan persamaan :

W/m2 0C
d. Selisi temperatur logaritma rata-rata ( LMTD)
Selisi

temperatur

logaritma

menggunakan persamaan:

)
(

LMTD

Sehingga diperoleh :

rata-rata

dihitung

dengan

35

e. Luas perpindahan panas total


Luas permukaan perpindahan panas total sekali lintas dapat
diperoleh dari perkalian luas permukaan bagian luar ( .do.L)
dikali dengan jumlah pipa (n).

f.

Perpindahan panas total pada heat exchanger


Perpindahan panas total pada heat exchanger merupakan
kalor maksimum yang dapat dimanfaatkan memanaskan udara
dihitung dengan persamaan :
Qtotal = Atot x U x LMTD
= 0,84178 x

x 55,278

= 516 W
= 0,516 kW
g. Efektifitas heat exchanger
[

Dimana :

(
(

)
)

36
Dimana laju aliran massa udara :

kW/0C

Jadi Cmin = Cc =

Dari nilai c dan NTU dapat ditentukan efektifitas heat


exchanger dimana :

(
(

)
)

2. Perhitungan Proses Pengeringan


Dalam perhitungan ini digunakan data pada hasil pengujian dengan
putaran mesin 2000 rpm dimana untuk satu kali pengujian 6 sampel yaitu:

No

Berat
Sampel
(gram)

Sampel

Jumlah

Awal

140,1

128,5

146,3

134,4

137,6

114,9

801,8

Akhir

134,9

119,8

140,5

127,1

132,7

110,1

765,1

37

Pengeringan ini untuk mengurangi kadar air ikan bandeng dari 76%
menjadi 20%, sehingga banyaknya air yang harus dikurangi dalam
0,8018kg ikan bandeng basah adalah 76% - 20% = 56%, sedangkan
banyak air yang terkandung dalam 0,8018 kg ikan bandeng basah adalah
56% x 0,8018 kg = 0,449 kg.
Penurunan kadar air produk selama proses pengeringan.
Prosentase kadar air basis basah adalah :

Prosentase kadar air basis kering adalah :


[

Jumlah air yang menguap adalah sebagai berikut :

Energi

yang

digunakan

untuk

menguapkan

menggunakan persamaan :

Sehingga untuk pengujian selama 90 menit maka:

air

dihitung

dengan

38

Energi udara dihitung dengan menggunakan persamaan:


(

Efisiensi pengeringan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Untuk perhitngan pada putaran mesin 1600 rpm , 1800 rpm, 2000 rpm dan
2200 rpm dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan (lampiran).

B. Pembahasan

1. Pemakaian Bahan Bakar dan Kalor Bahan Bakar


Berdasarkan Tabel 11 hasil perhitungan, grafik 1 dan grafik 2
nampak bahwa konsumsi bahan bakar dan kalor bahan bakar naik
seiring dengan bertambahnya putaran mesin yaitu pada putaran 1600
rpm

konsumsi bahan bakar 0,58 kg/jam sedangkan

kalor bahan

bakar 6,7457 kJ/s, pada putaran 1800 rpm konsumsi bahan bakar
0,6960 kg/jam sedangkan

kalor bahan bakar 8,0949 kJ/s, pada

putaran 2000 rpm konsumsi bahan bakar 0,8120 kg/jam sedangkan


kalor bahan bakar 9,4440 kJ/s, pada putaran 2200 rpm konsumsi
bahan bakar 0,9280 kg/jam sedangkan kalor bahan bakar 10,7932
kJ/s dan pada putaran maksimum 2400 rpm konsumsi bahan bakar
1,102 kg/jam sedangkan kalor bahan bakar 12,8169 kJ/s.

39

2. Laju aliran Massa dan Efektifitas Heat Exchanger


Berdasarkan Tabel 11 hasil perhitungan serta grafik 3 dan grafik
4 nampak bahwa Laju aliran massa gas buang dan efektifita heat
exchanger naik seiring dengan bertambahnya putaran mesin yaitu
pada putaran 1600 rpm laju aliran massa gas buang 0,6064 kg/s
sedangkan efektifitas heat exchanger 70,09 % , pada putaran 1800
rpm laju aliran massa gas buang 0,6828 kg/s sedangkan efektifitas
heat exchanger 70,12 %, pada putaran 2000 rpm laju aliran massa
gas buang 0,7341 kg/s sedangkan efektifitas heat exchanger 70,61
%, pada putaran 2200 rpm laju aliran massa gas buang 0,8370 kg/s
sedangkan efektifitas heat exchanger 70,96 %, dan pada putaran
maksimum 2400 laju aliran massa gas buang 0,9149 kg/s sedangkan
efektifitas heat exchanger 71,29 %.
3. Kalor Penguapan dan Efisiensi Pengeringan
Berdasarkan Tabel 11 hasil perhitungan dan Grafik 5 nampak
bahwa kalor penguapan mengalami penurunan dari putaran mesin
1600 rpm kalor penguapan 0,044 kJ/s, putaran mesin 1800 rpm kalor
penguapan 0,019

kJ/s, putaran mesin 2000 rpm kalor penguapan

0,016 kJ/s sedangkan pada putaran mesin 2200 kalor penguapan naik
menjadi 0,023 kJ/s dan putaran mesin 2200 kalor penguapan naik
menjadi 0,028 kJ/s.
Grafik kalor penguapan dari putaran 1600 sampai 2400 rpm
idealnya adalah semakin menurun, namun pada putaran 2200 dan

40

2400 rpm naik kembali disebabkan jumlah air yang menguap dari
putaran 2000 ke 2200 rpm meningkat. Begitu pula dari putaran 2200
ke 2400 rpm meningkat seiring naiknya temperatur masuk alat
pengering.
Berdasarkan Tabel 11 hasil perhitungan efisiensi pengeringan
dan Grafik 6 nampak pula bahwa efisiensi pengeringan cenderung
menurun seiring dengan naiknya putaran mesin dimana pada putaran
mesin 1600 rpm efisiensi pengeringan 11,471 %, pada putaran mesin
1800 rpm efisiensi pengeringan 3,87 %, pada putaran mesin 2000 rpm
efisiensi pengeringan 2,394 %, pada putaran mesin 2200 rpm efisiensi
pengeringan 2,579 % dan pada putaran mesin 2400 rpm efisiensi
pengeringan 2,427 %.
4. Kadar Kering
Berdasarkan tabel 6 sampai tabel 10 hasil perhitungan serta
grafik 7 nampak bahwa kadar air basis kering

menurun seiring

dengan bertambahnya putaran mesin yaitu pada putaran 1600 rpm


kadar air basis kering 35,9 %, pada putaran 1800 rpm kadar air basis
kering 33,39%, pada putaran 2000 rpm kadar air basis kering 32,22
%, pada putaran 2200 rpm kadar air basis kering 31,20 %, dan pada
putaran maksimum 2400 kadar air basis kering 29,68 %.
Persentase kadar air yang dimaksud di atas adalah jumlah air
yang tersisa dalam tubuh ikan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selama 90
menit pengujian diperoleh : pada putaran 1600 rpm diperoleh efektifitas
heat exchanger 70,09% dan efisiensi pengeringan 11,471%; pada putaran
1800 rpm diperoleh efektifitas heat exchanger 70,12% dan efisiensi
pengeringan 3,87%; pada putaran 2000 rpm diperoleh efektifitas heat
exchanger 70,61% dan efisiensi pengeringan 2,394%; pada putaran 2200
rpm

diperoleh

efektifitas

heat

exchanger

70,96%

dan

efisiensi

pengeringan 2,579%; dan pada putaran maksimum 2400 rpm diperoleh


efektifitas heat exchanger 71,29% dan

efisiensi pengeringan 2,427%.

Penurunan efisiensi pengeringan seiring dengan berkurangnya kadar air


pada sampel yang diuji.
Pengeringan yang baik yaitu pada putaran 1800, 2000, dan 2200
rpm dengan temperatur pengeringan masing-masing 42,65OC, 46,57OC,
dan 49,18OC serta persentase pengeringan yaitu 33,39%, 32,22%, dan
31,22% karena hasil yang dicapai sesuai temperatur pengeringan yang
dianjurkan 40 50OC dan batas kadar air yang diperlukan dalam tubuh
ikan 20 35%.
Sedangkan pada putaran 1600 dan 2400 rpm yaitu temperatur
pengeringan terlalu rendah dan tinggi yaitu 36,7OC dan 52,95OC dan

42

begitu pula kadar air yang dihasilkan terlalu tinggi pada putaran 1600 rpm
yaitu 35,9OC.

B. Saran
Diharapkan agar penelitian ini dapat dilanjutkan sehingga energi
yang terbuang dapat dimanfaatkan secara maksimum dan pada proses
pengujian untuk setiap putaran mesin sebaiknya sampel yang digunakan
diganti dengan sampel yang baru. Dapat pula dilakukan penelitian
lanjutan dengan sampel jenis lain.

43

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.
(2011).
EDUCATION.
Pengeringan
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/12/pengeringan-ikan.html.
Nopember 2011.

Ikan.
Diakses

Anonim. (2000). PENGOLAHAN PANGAN. Ikan Asin Cara Penggaraman Basah.


http://www.warintek.ristek.go.id/pangan
kesehatan/pangan/piwp/ikan_asin_kering.pdf. Diakses Maret 2000.
Ekadewi A. Handoyo, dkk. (2012). Disain dan PengujianSistem Pengering Ikan Bertenaga
Surya. http://fportfolio.petra.ac.id/user files/91-021/Pengering%20Ikan.pdf.
Diakses pada tanggal 15 Maret 2012.
Hasan, Achmad. (2010). Penelitian Pemanfaatan Langsung Sumber Energi Panas Bumi
Untuk Pengeringan Kakao (Cokelat). (www.google.com, diakses pada tanggal 15
Maret 2011)
Heywood J.B. (1988). Internal Combustion Engine Fundamentals. McGraw-Hill. New York
Holman.J.P. (1997).Perpindahan Kalor. Erlangga. Jakarta
Kakac, S. and Liu.H. (1998). Heat Exchangers Selection, Rating, and Thermal Design.CRC
Press. Boca Raton Boston London New York Washington,D.C.
Kays, W.M. and Crawford. M.E. (1993). Convective Heat and Mass Transfer. McGrawHill,Inc., New York
Kreith, F. (1991). Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas. Erlangga. Jakarta
Nurhabibi,Ihsan. (2010) Pemanfaatan Energi Batok Kelapa Untuk Pengeringan Kakao
(Theobroma Cacao L) pada Alat Pengering Tipe Rak (Tray Dryer).
http://repository.unand.ac.id/5740/1/Tesis.pdf., Diakses pada tanggal 15 Maret
2011.
Ozisik, M.N. (1980). Heat Conduction. John Wiley & Sons, New York
Pinem, Muhammad Daud. (2004).
Kapasitas 12 kg/jam

Rancang

Bangun

Alat Pengering Ikan Teri

44

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15829/1/sim-des2004-%20(10).pdf.
Diakses Desember 2004.

Thamrin, Ismail. (2010). Rancang Bangun Alat pengering Ubi Kayu Tipe Rak dengan
Memanfaatkan
Energi
Surya.
http://eprints.unsri.ac.id/109/1/Pages_from_PROSIDING_AVOER_2011-6.pdf.
Diakses pada tanggal 15 Maret 2011.
Yani, Endri and Abdurrachim, Abdurrachim and Pratoto, Adjar (2009).. Analisis Efisiensi
Pengeringan Ikan Nila Pada Pengering Surya Aktif Tidak Langsung.
http://repository.unand.ac.id/1141/1/_26-33_endri_yani.pdf. Diakses pada bulan
April 2009.

TABEL 1. PENGAMBILAN DATA PADA PUTARAN MESIN 1600 rpm


Hari
Tanggal
Putaran Mesin (rpm)
Kebutuh. bb. ( Liter)
Kecepatan Udara Keluar Alat Pengering (m/s)
Kecepatan Gas Buang (m/s)
Putaran Turbin/Kompresor (rpm)

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis data
Temp. gas msk turbin (T1)
Temp. gas keluar turbin (T2)
Temp. gas keluar heat exchanger (T3)
Temp. udara masuk kompresor (T4)
Temp. udara keluar kompresor (T5)
Temp. udara keluar heat exchanger (T6)
Temp. udara keluar alat pengering (T7)
KONDISI SEKITAR
Temp. sekitar (OC)
Kec. Udara sekitar (m/s)

:Sabtu
:05/10/2013
: 1600 (1608)
:1,0
:1,4
:8,2
:3918

15
140,7
107,4
67,1
36,3
37
54,3
32,9

30
142,8
114,6
73,9
37,2
38,8
63,9
34,7

Waktu (menit)
45
60
142,8
142
116,7
116,7
76,9
77,9
37,3
37,2
39,8
40,5
69,4
71,7
36,6
37,9

33,5
0,3

34,7
0,2

34,4
0,4

34
0,4

75
141,9
116,5
77,9
37,8
40,8
72,4
38,7

90
142
116,6
78,1
37,8
41
72,9
39,4

34,3
0,3

33,9
0,3

rata-rata
142,03
114,75
75,30
37,27
39,65
67,43
36,70
34,13
0,32
45

TABEL 2. PENGAMBILAN DATA PADA PUTARAN MESIN 1800 rpm


Hari
Tanggal
Putaran Mesin (rpm)
Kebutuh. bb. ( Liter)
Kecepatan Udara Keluar Alat Pengering (m/s)
Kecepatan Gas Buang (m/s)
Putaran Turbin/Kompresor (rpm)

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis data
Temp. gas msk turbin (T1)
Temp. gas keluar turbin (T2)
Temp. gas keluar heat exchanger (T3)
Temp. udara masuk kompresor (T4)
Temp. udara keluar kompresor (T5)
Temp. udara keluar heat exchanger (T6)
Temp. udara keluar alat pengering (T7)
KONDISI SEKITAR
Temp. sekitar (OC)
Kec. Udara sekitar (m/s)

:Sabtu
:05/10/2013
: 1800 (1804)
:1,2
:1,5
:9,6
:4512
Waktu (menit)
15
159,6
130,5
84,5
39,8
42,1
77,5
40,8

30
160
132,4
85,9
38,9
42,5
80
41,8

45
160,1
132,7
87
38,4
42,4
81,3
42,6

60
160,1
132,8
87
38,5
42,8
82,1
43,2

75
160
132,6
87,4
39
42,8
82
43,5

90
160,1
132,9
87,6
39
42,9
82,4
44

34,8
0,2

34,8
0,2

35,7
0,1

35
0,2

34,9
0,2

34,8
0,3

rata-rata
159,98
132,32
86,57
38,93
42,58
80,88
42,65
35,00
0,20
46

TABEL 3. PENGAMBILAN DATA PADA PUTARAN MESIN 2000 rpm


Hari
Tanggal
Putaran Mesin (rpm)
Kebutuh. bb. ( Liter)
Kecepatan Udara Keluar Alat Pengering (m/s)
Kecepatan Gas Buang (m/s)
Putaran Turbin/Kompresor (rpm)

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis data
Temp. gas msk turbin (T1)
Temp. gas keluar turbin (T2)
Temp. gas keluar heat exchanger (T3)
Temp. udara masuk kompresor (T4)
Temp. udara keluar kompresor (T5)
Temp. udara keluar heat exchanger (T6)
Temp. udara keluar alat pengering (T7)
KONDISI SEKITAR
Temp. sekitar (OC)
Kec. Udara sekitar (m/s)

:Sabtu
:05/10/2013
: 2000 (2005)
:1,4
:1,8
:10,7
:4939

15
178,6
147,5
94
40
43,5
87,3
45,1

30
178,3
148,7
96
40,1
43,7
89,7
46

Waktu (menit)
45
60
178,5
178,8
149
149,2
96,5
96,4
39
38,7
43,7
44
91,2
91,3
46,7
47,1

34,6
0,3

35,1
0,4

34,4
0,4

34,3
0,3

75
178,7
149,2
96,2
39,6
44
91
47,1

90
178,7
149,2
96,4
39,8
44
90,8
47,4

34,5
0,4

35
0,3

rata-rata
178,60
148,80
95,92
39,53
43,82
90,22
46,57
34,65
0,35

47

TABEL 4. PENGAMBILAN DATA PADA PUTARAN MESIN 2200 rpm


Hari
Tanggal
Putaran Mesin (rpm)
Kebutuh. bb. ( Liter)
Kecepatan Udara Keluar Alat Pengering (m/s)
Kecepatan Gas Buang (m/s)
Putaran Turbin/Kompresor (rpm)

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis data
Temp. gas msk turbin (T1)
Temp. gas keluar turbin (T2)
Temp. gas keluar heat exchanger (T3)
Temp. udara masuk kompresor (T4)
Temp. udara keluar kompresor (T5)
Temp. udara keluar heat exchanger (T6)
Temp. udara keluar alat pengering (T7)
KONDISI SEKITAR
Temp. sekitar (OC)
Kec. Udara sekitar (m/s)

:Sabtu
:05/10/2013
: 2200 (2205)
:1,6
:2,1
:13
:5256

15
204
167,2
104,5
39,5
44,5
97,7
48,2

30
204
168,7
105,4
38,9
44,4
99,2
48,5

Waktu (menit)
45
60
203
201
169
168,8
160,4
106
37,6
39
44
44
100,9
100,7
49,2
49,6

34
0,4

33,2
0,3

33,5
0,3

32,9
0,2

ratarata

75
202
168,7
107,5
37,6
43,6
100,9
49,9

90
201
168,5
107,3
37,7
43,4
100,9
49,7

202,50
168,48
115,18
38,38
43,98
100,05
49,18

31,8
0,2

31,9
0,1

32,88
0,25

48

TABEL 5. PENGAMBILAN DATA PADA PUTARAN MESIN 2400 rpm


Hari
Tanggal
Putaran Mesin (rpm)
Kebutuh. bb. ( Liter)
Kecepatan Udara Keluar Alat Pengering (m/s)
Kecepatan Gas Buang (m/s)
Putaran Turbin/Kompresor (rpm)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis data
Temp. gas msk turbin (T1)
Temp. gas keluar turbin (T2)
Temp. gas keluar heat exchanger (T3)
Temp. udara masuk kompresor (T4)
Temp. udara keluar kompresor (T5)
Temp. udara keluar heat exchanger (T6)
Temp. udara keluar alat pengering (T7)
KONDISI SEKITAR
Temp. sekitar (OC)
Kec. Udara sekitar (m/s)

:Sabtu
:05/10/2013
: 2400 (2404)
:1,9
:2,4
:14,4
:5776
Waktu (menit)
15
228
189,3
116,2
38,9
43,6
108
50,5

30
229
190,9
118,2
38
43,6
111,7
51,7

45
229
191,2
118
38
43,9
113
53

60
228
192,3
117,7
38,2
43,1
114,1
53,6

75
229
191,8
118
37
43
114,1
54,1

90
228
191,3
117,8
37,4
43
113,7
54,8

31,2
0,1

31
0,1

31
0,1

30,7
0,1

30,6
0,1

30,5
0,2

rata-rata
228,50
191,13
117,65
37,92
43,37
112,43
52,95
30,83
0,12

49

TABEL 6. HASIL PERHITUNGAN PADA PUTARAN MESIN 1600 RPM

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

URAIAN
Berat sampel sebelum dimasukkan (gram)
Berat sampel sesudah dipanaskan (gram)
Persentase air yang dikurangi dalam ikan (%)
Banyaknya air pada ikan (kg)
Banyaknya air yang harus dikurangi (kg)
Persentase kadar basah (%)
Persentase kadar kering (%)
Jumlah air yang menguap (kg)
Kalor penguapan (kJ)
Kalor udara (kJ/s)
Efisiensi (%)

SAMPEL
1
189,30
147,30
56
0,106
0,059

2
148,50
136,10
56
0,083
0,047

3
167,50
154,20
56
0,094
0,053

4
150,90
138,80
56
0,085
0,047

5
155,20
145,30
56
0,087
0,049

6
133,30
123,90
56
0,075
0,042

56
35,897
0,042
99,87

56
35,897
0,0124
29,48

56
35,897
0,0133
31,62

56
35,897
0,0121
28,77

56
35,897
0,0099
23,54

56
35,897
0,0094
22,35

Jumlah
944,7
845,6
56
0,529
0,296
56
35,897
0,099
235,634
0,38
11,474

50

TABEL 7. HASIL PERHITUNGAN PADA PUTARAN MESIN 1800 RPM

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

URAIAN
Berat sampel sebelum dimasukkan (gram)
Berat sampel sesudah dipanaskan (gram)
Persentase air yang dikurangi dalam ikan (%)
Banyaknya air pada ikan (kg)
Banyaknya air yang harus dikurangi (kg)
Persentase kadar basah (%)
Persentase kadar kering (%)
Jumlah air yang menguap (kg)
Kalor penguapan (kJ)
Kalor udara (kJ/s)
Efisiensi (%)

SAMPEL
1
147,30
140,10
56
0,08
0,05
43,58
30,35
0,0072
16,95

2
136,10
128,50
56
0,08
0,04
51,32
33,92
0,0076
17,89

3
154,20
146,30
56
0,09
0,05
51,55
34,02
0,0079
18,60

4
138,80
134,40
56
0,08
0,04
51,51
34,00
0,0044
10,36

5
145,30
137,60
56
0,08
0,05
52,43
34,40
0,0077
18,13

6
123,90
114,90
56
0,07
0,04
52,05
34,23
0,009
21,19

Jumlah
845,6
801,8
56
0,474
0,265
50,13
33,39
0,0438
103,112
0,493
3,872

51

TABEL 8. HASIL PERHITUNGAN PADA PUTARAN MESIN 2000 RPM

No

URAIAN SAMPEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Berat sampel sebelum dimasukkan (gram)


Berat sampel sesudah dipanaskan (gram)
Persentase air yang dikurangi dalam ikan (%)
Banyaknya air pada ikan (kg)
Banyaknya air yang harus dikurangi (kg)
Persentase kadar basah (%)
Persentase kadar kering (%)
Jumlah air yang menguap (kg)
Kalor penguapan (kJ)
Kalor udara (kJ/s)
Efisiensi (%)

1
140,10
134,90
56
0,08
0,044

2
128,50
119,80
56
0,07
0,040

SAMPEL
3
4
146,30
134,40
140,50
127,10
56
56
0,08
0,08
0,046
0,042

41,45
29,30
0,0052
12,16

48,46
32,64
0,0087
20,34

48,91
32,85
0,0058
13,56

49,88
33,28
0,0073
17,07

5
137,60
132,70
56
0,08
0,043

6
114,90
110,10
56
0,06
0,036

49,65
33,18
0,0049
11,46

48,27
32,56
0,0048
11,22

Jumlah
801,8
765,1
56
0,45
0,251
47,53
32,22
0,0367
85,797
0,664
2,394

52

TABEL 9. HASIL PERHITUNGAN PADA PUTARAN MESIN 2200 RPM

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

URAIAN SAMPEL
Berat sampel sebelum dimasukkan (gram)
Berat sampel sesudah dipanaskan (gram)
Persentase air yang dikurangi dalam ikan(%)
Banyaknya air pada ikan (kg)
Banyaknya air yang harus dikurangi (kg)
Persentase kadar basah (%)
Persentase kadar kering (%)
Jumlah air yang menguap (kg)
Kalor penguapan (kJ)
Kalor udara (kJ/s)
Efisiensi (%)

1
134,90
128,20
56
0,08
0,04
39,91
28,52
0,0067
15,56

2
119,80
111,30
56
0,07
0,04
45,18
31,12
0,0085
19,74

SAMPEL
3
4
140,50
127,10
127,00
120,50
56
56
0,08
0,07
0,04
0,04
46,97
47,17
31,96
32,05
0,0135
0,0066
31,35
15,33

5
132,70
122,30
56
0,07
0,04
47,88
32,38
0,0104
24,15

6
110,10
102,60
56
0,06
0,03
46,25
31,63
0,0075
17,42

Jumlah
765,100
711,900
56
0,428
0,240
45,35
31,2
0,0532
123,549
0,887
2,580

53

TABEL 10. HASIL PERHITUNGAN PADA PUTARAN MESIN 2400 RPM

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

URAIAN SAMPEL
Berat sampel sebelum dimasukkan (gram)
Berat sampel sesudah dipanaskan (gram)
Persentase air yang dikurangi dalam ikan (%)
Banyaknya air pada ikan (kg)
Banyaknya air yang harus dikurangi (kg)
Persentase kadar basah (%)
Persentase kadar kering (%)
Jumlah air yang menguap (kg)
Kalor penguapan (kJ)
Kalor udara (kJ/s)
Efisiensi (%)

1
128,20

2
111,30

SAMPEL
3
4
127,00 120,50

112,90
56
0,07
0,04
37,92
27,5
0,0153
35,22

102,50
56
0,06
0,03
41,97
29,56
0,0088
20,26

115,40
56
0,07
0,04
42,46
29,8
0,0116
26,70

105,50
56
0,07
0,04
44,72
30,9
0,015
34,53

5
122,30

6
102,60

113,40
56
0,07
0,04
44,13
30,62
0,0089
20,49

96,00
56
0,06
0,03
43,1
30,12
0,0066
15,19

Jumlah
711,900
645,700
56
0,399
0,223
42,20
29,68
0,0662
152,386
1,163
2,427

54

TABEL 11. HASIL PERHITUNGAN HEAT EXCHANGER


No
1
2
3
4
5
No
1
2
3
4
5

Putaran

Fh

Qfuel

mg

Re

Nu

ho
2o

W/m C

Re

Nu

hi
W/m2 oC

rpm

kg/jam

kJ/s

kg/s

1600
1800
2000
2200
2400

0,5800
0,6960
0,8120
0,9280
1,1020

6,7457
8,0949
9,4440
10,7932
12,8169

0,6064
0,6828
0,7341
0,8370
0,9149

54079,682
58900,949
61510,644
66397,557
71775,196

215,918
227,207
233,000
243,053
255,404

174,342
193,428
207,521
241,253
253,512

1955,725
2000,399
2329,172
2640,442
2920,508

8,886
9,041
10,206
11,278
12,219

9,884
10,277
11,763
13,166
14,478

Putaran

LMTD

NTU

Qtot

Q udara

Qev

pengeringan

rpm

W/m2 oC

(kJ/s)

kJ/s

1600
1800
2000
2200
2400

9,317
9,723
11,089
12,438
13,642

70,09
70,12
70,61
70,96
71,29

0,32
0,39
0,52
0,73
0,88

0,3803
0,4932
0,6637
0,8870
1,1626

kJ/s
0,044
0,019
0,016
0,023
0,028

41,208
47,611
55,278
69,808
76,470

0,0223
0,0204
0,0221
0,0217
0,0222

0,6341
0,6345
0,6138
0,6004
0,5875

11,471
3,870
2,394
2,579
2,427

55

56

Fe (kg/jam)

Grafik 1. Konsumsi Bahan Bakar vs Putaran


1.2
1.1
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3

1.1020

0.9280
0.8120
0.6960
0.5800

1600

1800

2000

2200

2400

Putaran (rpm)

Grafik 2. Kalor Bahan Bakar vs Putaran


12.8169

Qfull (kJ/s)

12.3
10.7932

10.3

9.4440

8.3

8.0949
6.7457

6.3
4.3
2.3
0.3
1600

1800

2000

Putaran (rpm)

2200

2400

57

0.97
0.92
0.87
0.82
0.77
0.72
0.67
0.62
0.57
0.52

0.9149
0.8370
0.7341
0.6828

0.6064

1600

1800

2000

2200

2400

Putaran (rpm)

Grafik 4. Efektifitas vs Putaran


72
Efektifitas (%)

mg (kg/s)

Grafik 3. Laju Aliran Massa Gas Buang vs Putaran

71.29
71

70.96
70.61
70.12

70.09

70

69
1600

1800

2000

2200

2400

58

Grafik 5. Kalor Penguapan vs Putaran


Qevap (kJ/s)

0.05
0.044

0.04
0.03

0.028

0.023

0.02

0.019

0.016

0.01

1600

1800

2000

2200

2400

Putaran (rpm)

Grafik 6. Efisiensi Pengeringan vs Putaran


pengeringan (%)

12.3

11.471

10.3
8.3
6.3
4.3

3.870
2.579

2.394

2.3

2.427

0.3
1600

1800

2000

Putaran (rpm)

2200

2400

59

Grafik 7. Kadar Air Kering vs Putaran

Kadar Air Kering (%)

40.00
35.00

35.90
33.39

32.22

30.00

31.20

29.68

25.00
20.00
1600

1800

2000

Putaran (rpm)

2200

2400

60

LAMPIRAN GAMBAR

61

Gambar 1 Pengambilan data berat sample 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 sebelum


dipanaskan pada putaran mesin 1600 rpm

62

Gambar 2 Pengambilan data berat sample 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 sesudah


dipanaskan pada putaran mesin 1600 rpm dan sebelum
dipanaskan pada putaran mesin 1800 rpm

63

Gambar 3 Pengambilan data berat sample 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 sesudah


dipanaskan pada putaran mesin 1800 rpm dan sebelum
dipanaskan pada putaran mesin 2000 rpm

64

Gambar 4 Pengambilan data berat sample 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 sesudah


dipanaskan pada putaran mesin 2000 rpm dan sebelum
dipanaskan pada putaran mesin 2200 rpm

65

Gambar 5 Pengambilan data berat sample 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 sesudah


dipanaskan pada putaran mesin 2200 rpm dan sebelum
dipanaskan pada putaran mesin 2400 rpm

66

Gambar 6 Pengambilan data berat sample 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 sesudah


dipanaskan pada putaran mesin 2400 rpm

Gambar 7 Pengambilan data putaran mesin 1600 rpm dan putaran


turbin/kompresor

Gambar 8 Pengambilan data putaran mesin 1800 rpm dan putaran


turbin/kompresor

67

Gambar 9 Pengambilan data putaran mesin 2000 rpm dan putaran


turbin/kompresor

Gambar 10 Pengambilan data putaran mesin 2200 rpm dan putaran


turbin/kompresor

68

Gambar 11 Pengambilan data putaran mesin


turbin/kompresor

2400 rpm dan putaran

Gambar 12 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar heat


exchanger dan kecepatan udarah keluar alat pengering pada
putaran mesin 1600 rpm

69

Gambar 13 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar heat


exchanger dan kecepatan udarah keluar alat pengering pada
putaran mesin 1800 rpm

Gambar 14 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar heat


exchanger dan kecepatan udarah keluar alat pengering pada
putaran mesin 2000 rpm

70

Gambar 15 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar heat


exchanger dan kecepatan udarah keluar alat pengering pada
putaran mesin 2200 rpm

Gambar 16 Pengambilan data kecepatan gas buang keluar heat


exchanger dan kecepatan udarah keluar alat pengering pada
putaran mesin 2400 rpm

71

Tabel 12. Sifat-Sifat Gas CO2


T,K
300
350
400
450
500
550
600

(kg/m3)
1,7973
1,5362
1,3424
1,1918
1,0732
0,9739
0,8938

Cp(kJ/kgoC)
0,871
0,9
0,942
0,98
1,013
1,047
1,076

(kg/m.s)
1,4958E-05
1,7205E-05
0,00001932
0,00002134
0,00002326
0,00002508
0,00002683

v(m2/s)
8,321E-06
1,119E-05
1,439E-05
1,790E-05
2,167E-05
2,574E-05
3,002E-05

k(W/m.oC)
0,016572
0,02047
0,02461
0,02897
0,03352
0,03821
0,04311

Pr
0,77
0,755
0,738
0,721
0,702
0,685
0,668

Tabel 13. Sifat-Sifat Udara


T,K

(kg/m3)

Cp(kJ/kgoC)

(kg/m.s)

v(m2/s)

k(W/m.oC)

Pr

100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600

3,601
2,3675
1,7684
1,4128
1,1774
0,998
0,8826
0,7833
0,7048
0,6423
0,5879

1,0266
1,0099
1,0061
1,0053
1,0057
1,009
1,014
1,0207
1,0295
1,0392
1,0551

6,924E-06
1,028E-05
1,329E-05
1,599E-05
1,846E-05
2,075E-05
2,286E-05
2,484E-05
2,671E-05
2,848E-05
3,018E-05

1,923E-06
4,343E-06
7,490E-06
1,131E-05
1,569E-05
2,076E-05
2,590E-05
3,171E-05
3,790E-05
4,434E-05
5,134E-05

0,009246
0,013735
0,01809
0,02227
0,02624
0,03003
0,03365
0,03707
0,04038
0,0436
0,04659

0,770
0,753
0,739
0,722
0,708
0,697
0,689
0,683
0,680
0,680
0,682

72
Tabel 14. Sifat-sifat Thermodinamika dari Uap Air
Enthalpy
Entropy
Specific Volume
Internal Energy
Sat..
Sat..
Sat.
Sat.
Sat.
Sat.
Sat.
Sat.
Evap.
Evap.
Evap.
Liquid
Vapor
Liquid
Vapor
Liquid
Vapor
Liquid
Vapor sg
ufg
hfg
sfg
vf
vg
uf
ug
hf
hg
sf
0,01
0,6113
0,001000
206,14
,00
2375,3
2375,3
,01
2501,3
2501,4
,0000
9,1562
9,1562
5
0,8721
0,001000
147,12
20,97
2361,3
2382,3
20,98
2489,6
2510,6
,0761
8,9496
9,0257
10
1,2276
0,001000
106,38
42,00
2347,2
2389,2
42,01
2477,7
2519,8
,1510
8,7498
8,9008
15
1,7051
0,001001
77,93
62,99
2333,1
2396,1
62,99
2465,9
2528,9
,2245
8,5569
8,7814
20
2,339
0,001002
57,79
83,95
2319,0
2402,9
83,96
2454,1
2538,1
,2966
8,3706
8,6672
25
3,169
0,001003
43,36
104,88
2304,9
2409,8
104,89
2442,3
2547,2
,3674
8,1905
8,5580
30
4,246
0,001004
32,89
125,78
2290,8
2416,6
125,79
2430,5
2556,3
,4369
8,0164
8,4533
35
5,628
0,001006
25,22
146,67
2276,7
2423,4
146,68
2418,6
2565,3
,5053
7,8478
8,3531
40
7,384
0,001008
19,52
167,56
2262,6
2430,1
167,57
2406,7
2574,3
,5725
7,6845
8,2570
45
9,593
0,001010
15,26
188,44
2248,4
2436,8
188,45
2394,8
2583,2
,6387
7,5261
8,1648
50
12,349
0,001012
12,03
209,32
2234,2
2443,5
209,33
2382,7
2592,1
,7038
7,3725
8,0763
55
15,758
0,001015
9,568
230,21
2219,9
2450,1
230,23
2370,7
2600,9
,7679
7,2234
7,9913
60
19,940
0,001017
7,671
251,11
2205,5
2456,6
251,13
2358,5
2609,6
,8312
7,0784
7,9096
65
25,03
0,001020
6,197
272,02
2191,1
2463,1
272,06
2346,2
2618,3
,8935
6,9375
7,8310
70
31,19
0,001023
5,042
292,95
2176,6
2469,6
292,98
2333,8
2626,8
,9549
6,8004
7,7553
75
38,58
0,001026
4,131
313,90
2162,0
2475,9
313,93
2321,4
2635,3
1,0155
6,6669
7,6824
80
47,39
0,001029
3,407
334,86
2147,4
2482,2
334,91
2308,8
2643,7
1,0753
6,5369
7,6122
85
57,83
0,001033
2,828
355,84
2132,6
2488,4
355,90
2296,0
2651,9
1,1343
6,4102
7,5445
90
70,14
0,001036
2,361
376,85
2117,7
2494,5
376,92
2283,2
2660,1
1,1925
6,2866
7,4791
95
84,55
0,001040
1,982
397,88
2102,7
2500,6
397,96
2270,2
2668,1
1,2500
6,1659
7,4159
100 0,10135
0,001044
1,6729
418,94
2087,6
2506,5
419,04
2257,0
2676,1
1,3069
6,0480
7,3549
105
0,12082
0,001048
1,4194
440,02
2072,3
2512,4
440,15
2243,7
2683,8
1,3630
5,9328
7,2958
"Diadopsi dari Joseph H. Keenan, Frederick G. Keyes, Philip G. Hill, and Joan G. Moore, Steam Tables, (New York: John Wiley & Sons, Inc.,
1969).
Temp.
C
T

Press.
kPa
P

Gambar 14. Diagram Psikrometrik

73

Anda mungkin juga menyukai