TINJAUAN PUSTAKA
Melaksanakan seleksi terhadap jenis-jenis ikan air tawar untuk jenis induk ikan unggul
2. Ikan Baong/Beong
Baung/Beong adalah nama segolongan ikan yang termasuk ke dalam marga Hemibagrus,
suku Bagridae. Ikan ini tersebar luas di India, Cina selatan dan Asia Tenggara. Baung masih
sekerabat dengan lele (bangsa Siluriformes). Nama marganya (Hemibagrus), berasal dari bahasa
Latin hemi yang berarti setengah atau separuh, dan bagrus, yang merupakan nama sejenis
ikan laut. (Peter K. L., Ng, H. H. 1995)
Marga Hemibagrus pada mulanya dianggap satu dengan marga Mystus (ikan-ikan keting
atau lundu), atau yang sebelumnya dikenal sebagai Macrones. Marga ini dipisahkan karena
anggotanya yang dewasa umumnya memiliki tubuh yang berukuran besar. Bertubuh agak mirip
dengan lele, ikan-ikan baung memiliki kepala yang memipih agak mendatar, dengan bagian
tulang tengkorak yang kasar di atas kepala tak tertutupi oleh kulit, dan sirip lemak yang
berukuran sedang berada di belakang sirip punggung (dorsal). (Heok Hee, Dodson, Julian J.
1999)
Baung adalah ikan air tawar yang dapat hidup dari perairan di muara sungai sampai ke
bagian hulu. Bahkan di Sungai Musi (Sumatera Selatan), baung ditemukan sampai ke muara
sungai di daerah pasang surut yang berair sedikit payau. Selain itu ikan ini juga banyak ditemui
di tempat-tempat yang letaknya di daerah banjir. Secara umum baung dinyatakan sebagai ikan
yang hidup di perairan umum seperti sungai, rawa, situ, danau dan waduk. Baung bersifat
noktural yang berarti aktivitas kegiatan hidupnya (mencari makan, dll) lebih banyak dilakukan
pada malam hari. Selain itu baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam liang-liang di
tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam baung termasuk ikan pemakan segala (omnivora),
namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan karnivora karena lebih dominan
memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil (Arsyad, 1973).
Menurunnya populasi ikan beong, menjadi sebuah persoalan dari masyarakat, pecinta
beong, hingga pemerintahan di Kabupaten Magelang. Ikan berhabitat asli di sungai Progo itu
lama kelamaan habis karena banyak ditangkap untuk ikan konsumsi. Namun, pembibitan dan
juga pembenihan ikan yang hidup liar ini jarang dilakukan. (Tribun Jogja)
Fidil Rahmat merasa prihatin dengan terus berkurangnya populasi ikan yang memiliki
nama latin mystus nemurus ini sejak akhir tahun 2000an. Ikan ini meski hidup liar di sungaisungai di beberapa wilayah Indonesia, telah menjadi salah satu ikon Magelang. Hal itu identik
dengan masakan sederhana nan nikmat berjuluk mangut beong Kabupaten Magelang. (Tribun
Jogja).
Persoalan berkurangnya dan terancam punahnya populasi ikan bersifat predator ini
bahkan menjadi pembahasan hingga tingkat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang. Fidil
kemudian bersama lima orang lainnya dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) BBI Kecamatan
Sawangan lalu membuat terobosan.Fidil yang merupakan Kepala UPT BBI Sawangan dan
kawan-kawannya kemudian mencoba mengeksplorasi dan melakukan eksperimen untuk
mengembang biakkan ikan beong dengan cara menangkarkan di kolam pada akhir tahun 2013.
Ide dan langkah mulia untuk melakukan konservasi sumber daya alam ini, awalnya tak mulus.
(Tribun Jogja)
Fidil dan timnya harus menemui kendala dalam proses mengawinkan dua indukan beong
yang dipinjamnya dari kantor UPT BBI Provinsi Jawa Tengah (Jateng) di Muntilan. Selama
enam bulan, ikan ini belum menunjukkan tanda-tanda dapat berkembang biak secara maksimal.
Mungkin, saat awal kami tangkarkan, beong ini masih dalam proses adaptasi lingkungan.
Hampir setengah tahun, dua indukan yang akan kami kembangbiakkan baru mau kawin,
jelasnya. Dia mengungkapkan, setelah enam bulan, tepatnya di pertengahan tahun 2014, proses
perkawinan dua indukan beong itu terjadi. Mereka bersorak. Namun, saat proses perkawinan dua
induk beong ini juga memerlukan waktu dan proses amat panjang. Kami menunggu sampai 3-4
jam untuk proses perkawinannya. Dalam kurun waktu tersebut, indukan beog bisa kawin selama
10-12 kali. Kami juga harus telaten memindahkan telur dengan substrat yang terbuat dari ijuk,
paparnya. (Tribun Jogja)
Dia berharap program konservasi ikan beong ini bisa terus berjalan dan menjadi program.
Diharapkan dalam dua kali setahun, sudah ada ribuan bibit beong yang ditebarkan ke sungai dari
ujung Secang hingga perbatasan dengan Kulonprogo, DIY. Untuk melestarikan ikan ini, BBI
Sawangan juga melakukan penangkaran di kolam-kolam. Mereka juga menggandeng pemuda
Dusun Butuh, Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang untuk melakukan
konservasi. (Tribun Jogja)
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Actinopterygii
Subkelas
: Actinopterygii
Ordo
: Siluriformes
Subordo
: Siluroidei
Famili
: Bagridae
Genus
: Mystus
Spesies
: Mystus Nemurus
Menurut Amri dan Khairuman (2008) tubuh ikan baung terbagi atas 3 bagian, yaitu
kepala, badan, dan ekor. Mulut, sepasang mata, hidung dan tutup insang (operculum) terdapat di
kepala. Ikan baung memiliki bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya kasar dan
depress. Di kepala, Terdapat mata di bagian depan dan operculum di bagian belakang. Terdapat
garis linea lateralis memanjang mulai dari belakang tutup insang sampai pangkal ekor. Ikan
baung memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan
sirip ekor. Morfologi ikan baung dapat dilihat pada Gambar 1.
disebut sebagai adiposefin. Sirip lemah ini memiliki panjang yang hampir sama dengan sirip
dubur. Sirip punggung mempunyai dua jari-jari keras, sedangkan jari-jari lunaknya ada tujuh
buah. Sirip dubur mempunyai 12-13 jari-jari lunak. Sirip perut mempunyai 6 jari-jari lunak dan 2
jari-jari keras yang menjadi patil. Dari segi ukuran, ikan tagih termasuk cukup besar untuk
ukuran ikan dari golongan Catfish (Supyan 2011).
mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak melakukan reproduksi. Pengetahuan
tentang kematangan gonad juga didapatkan keterangan bilamana ikan akan memijah, baru
memijah atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan pada saat pertama kali gonadnya masak, ada
hubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Tang dan
Affandi, 2001).
Ikan baung, sebagaimana ikan-ikan yang hidup di perairan umum air tawar memijah pada
awal musim hujan. Hal ini merupakan fenomena umum karena saat musim hujan, kawasan
(daerah) yang kering pada musim kemarau akan ditumbuhi rerumputan dan tergenang air. Di
kawasan demikian, banyak terdapat makanan dan cukup terlindungi bagi ikan untuk melakukan
pemijahan. Alawi dkk (1992) dalam Kordi (2009) melaporkan bahwa ikan baung di perairan
Sungai Kampar (Riau) memijah pada sekitar bulan Oktober sampai Desember.
Areal pemijahan biasanya ditumbuhi tanaman air seperti rerumputan, hydrilla dan lainlain. Kematangan gonad pertama dicapai pada umur sekitar satu tahun dimana beratnya telah
mencapai di atas 200 g. Pada ukuran tersebut, seekor ikan baung betina memiliki fekunditas
sekitar 5000 butir telur. Ikan baung dengan berat 2,7 kg produksi telurnya mencapai 1.365
sampai 160.235 butir (Tang et al., 1999). Pada umur yang lebih tua dan berukuran panjang 42 cm
serta berat badanya sekitar 800 g, fekunditas ikan baung dapat mencapai sekitar 80.000 butir
(Cholik, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Affandi,R, Sjafei, D S, Rahardjo, M. F. & Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan Pencernaan dan
Penyerapan Makan. Institut Pertanian Bogor
Affandi, R & tang,U.M.2002.Fisiologi Hewan Air. Unsri Press, Riau
Alawi, H. 1990. Memelihara Ikan dalam Karamba. Fakultas Perikanan, Universitas Riau.
Dedy Heryadi Sutisna, Ratno Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Jakarta: Penerbit
Kanisius.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Eschmeyer, W.N. 1998. Catalog of Fishes I-III. California Academy of Sciences, San Fransisco,
3517 pp
Heok Hee, Dodson, Julian J. 1999. Morphological and Genetic Descriptions of a New Species of
Catfish, Hemibagrus chrysops, from Sarawak, East Malaysia, with an Assessment of
Phylogenetic Relationships. Ebook: The Raffles Bulletin of Zoology.
Khairuman dan Khairul Amri. 2002. Membuat Pakan Ikan Komersil. Penerbit. Agromedia
Pustaka : Jakarta. 88 Hlm.
Khairuman dan Khairul Amri. 2002. Buku Budidaya Ikan Baung. Penerbit Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Kottelat, M., Anthony, J.W., Sri, N.K., Soetikno, W. Freshwater Fishes of Western Indonesia and
Sulawesi. Periplus Edition (HK), Ltd : Jakarta
Peter K. L., Ng, H. H. 1995. Hemibagrus gracilis, a New Species of Large Riverine Catfish
(Teleostei: Bagridae) from Peninsular Malaysia. Ebook: The Raffles Bulletin of Zoology.
Supyan. 2011. Aspek Biologi Ikan Baung. Jurnal Penelitian Perikanan. Jakarta.
http://dispeterikan.magelangkab.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=23:profil-balai-benih-ikan-bbi-kabmagelang&catid=271:artikel--berita. Diakses pada 17 April 2016 pukul 05:53
http://jogja.tribunnews.com/2015/03/01/mangut-beong-ikan-asli-sungai-progo-yang-nyatispunah. Diakses pada 17 April pukul 05:53