Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan salah satu pembangkit yang ada
di PT PJB UP Gresik. Di PLTU ini terdiri dari beberapa komponen utama
diantaranya adalah boiler, turbin, generator dan kondensor. Boiler merupakan alat
penghasil uap yang nantinya digunakan untuk memutar turbin. Turbin yang
berputar akan menggerakkan generator yang mana akan menghasilkan tenaga
listrik. Uap panas sisa dari turbin yang telah mengalami penurunan suhu akan
dikondensasikan di kondensor. Kondensor sebagai salah satu sistem pendingin
yang terdiri dari penyemprotan udara, hot well, pompa kondensat dan selongsong
pipa air pendingin merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
sebuah industri pembangkitan listrik. Dengan tidak adanya sistem kondenser
maka operasional dari sistem pembangkit akan berjalan lambat disebabkan
pemanasan air yang dilakukan oleh boiler membutuhkan waktu yang sangat lama
sehingga akan menyebabkan rendahnya proses pembangkitan daya listrik pada
suatu sistem pembangkit.
Fungsi utama dari sebuah kondensor sebagai tempat kondensasi yaitu
merubah uap menjadi air dengan cara menerima uap panas dari turbin berupa
panas laten kemudian mentransfer panas tersebut menuju air pendingin dan
akhirnya air pendingin tersebut dibuang ke laut. Dalam sebuah pembangkit listrik
tenaga uap, kondensor digunakan pula untuk memompa balik air yang telah
terkondensasi menuju ke boiler yang berfungsi sebagai air umpan. Sehingga
dengan fungsi tersebut, kondensor mempunyai beberapa manfaat seperti dapat
menghemat pemakaian air dari luar dan dapat menghemat bahan bakar yang
digunakan sebagai pembentukan uap.

Dalam operasi suatu kondensor seringkali dijumpai terjadinya penurunan


kinerja alat terutama pada komponen yang berfungsi untuk melakukan proses
perpindahan panas. Akibat dari sistem air pindingin kondensor yang berasal dari
air laut maka dapat diperkirakan bahwa salah satu penyebab dari penurunan
kinerja dari kondensor tersebut adalah karena adanya kebocoran kondensor yang
disebabkan oleh kurang baiknya mutu air laut yang digunakan. Sehingga untuk
mengoptimalkan kembali kinerja suatu kondensor maka perlu dilakukan
pengecekan secara berkala pada mutu air pendingin yang digunakan agar biotabiota laut tidak masuk dan tumbuh di dalam kondensor.
Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengambilan keputusan untuk
mengoptimalkan kembali kinerja pada suatu sistem kondensor agar sesuai atau
mendekati kinerja maksimal yang tertera pada desain awal, maka seorang petugas
terlebih dahulu harus melakukan studi analisis pada parameter-parameter
kondensor, khususnya pada komponen-komponen sistem yang melakukan
peristiwa perpindahan panas saat operasional terjadi. Hal ini dilakukan dengan
tujuan agar dapat diketahui secara pasti seberapa besar tingkat kebocoran yang
terjadi pada sebuah sistem kondensor sehingga penurunan kinerja dapat diketahui
secara baik dan akurat.
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Penelitian yang dilakukan mencakup pengambilan data dalam jangka waktu
tertentu yaitu pada pagi dan sore hari, melakukan pengecekan kadar klorin
(C20H16N4) dan ferrosulfat (Fe2SO4) pada air pendingin kondensor, dan
menghitung nilai efisiensi dari kondensor. Variabel yang digunakan adalah waktu
pengambilan data yaitu saat pagi dan sore hari serta nilai suhu air pendingin yang
digunakan.
1.3

Batasan Masalah
Batasan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hubungan waktu

pengambilan data, serta hubungan suhu terhadap nilai panas yang hilang untuk

menghitung nilai efisiensi kondensor sebelum dan sesudah mengalami kebocoran.


Tube kondensor terbuat dari bahan alumuniun brass. Sedangkan air pendingin
yang digunakan adalah air laut yang sebelumnya dilakukan penyaringan untuk
menghilangkan sampah-sampah yang ada di laut.

1.4

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat

dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut.


1. Bagaimana hubungan antara suhu dengan nilai panas yang hilang ?
2. Bagaimana hubungan antara waktu dengan nilai panas yang hilang ?
1.5

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui hubungan antara suhu dengan nilai panas yang
hilang.
2. Untuk mengetahui hubungan antara waktu dengan nilai panas yang
hilang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Gambaran Umum PLTU PT PJB UP Gresik


PT. PJB UP Gresik merupakan anak perusahaan PT. PLN (Persero) yang

bergerak dibidang produksi pasokan energi listrik dan penyaluran energi listrik
untuk Jawa Timur dan Bali yang berdiri pada 3 Oktober 1995. PT. PJB UP Gresik
memiliki daya total sebesar 2.259 MW dan terdiri atas beberapa jenis pembangkit
listrik yaitu PLTU unit 1 dan 2 sebesar 2x100 MW, PLTU unit 3 dan 4 sebesar
2x200 MW, PLTGU blok 1,2 dan 3 sebesar 3x526 MW dan PLTG unit 1 dan 2
sebesar 2x20 MW.
Pemasukan pendapatan yang diperoleh PT. PJB UP Gresik bergantung
pada kuantitas energi listrik yang dihasilkan, sehingga ketersediaan peralatan,
peralatan dan komponen komponen peralatan di PT. PJB UP Gresik menjadi
faktor penting dalam menghasilkan energi listrik yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Apabila terjadi kerusakan
pada peralatan yang digunakan dalam menghasilkan energi listrik maka hal
vtersebut tentu akan

menghambat ketersediaan

pasokan energi

listrik.

Terhambatnya ketersediaan pasokan energi listrik menyebabkan terganggunya


aktivitas masyarakat baik di sektor industri manufaktur, usaha, rumah tangga dan
umum. Sehingga untuk menjamin ketersediaan pasokan energi listrik, dibutuhkan
3 suatu proses pemeliharaan yang tepat terhadap peralatan-peralatan yang
digunakan PT. PJB UP Gresik untuk menghasilkan pasokan energi listrik.
PT. PJB UP Gresik menerapkan overhaul secara berkala untuk peralatan
peralatan yang ada di PLTG, PLTU maupun PLTGU PT PJB UP Gresik. Jenis dan
lamanya durasi overhaul yang dilakukan tergantung pada jam operasi peralatan
atau lifetime peralatan, semakin lama peralatan digunakan maka tingkatan
overhaul yang dilakukan juga semakin tinggi, namun ada juga beberapa peralatan
yang sudah mengalami kerusakan sebelum periode overhaul dilakukan. Kegiatan

overhaul yang dilakukan dapat berupa pengecekan, perbaikan maupun


penggantian peralatan-peralatan pada peralatan utama seperti peralatan boiler,
kondensor , turbin dan peralatan lainnya yang ada di PJB UP Gresik. Peralatanperalatan utama tersebut dapat dilihat di alur proses penghasilan energi listrik
tenaga uap PLTU UP Gresik berikut ini :

Gambar 2.1 Skema Alur Proses PLTU PT PJB UP Gresik

Dari gambar 2.1 diatas, dapat dilihat bahwa peralatan utama PLTU UP
Gresik adalah boiler, kondensor, turbin dan generator. Sedangkan untuk peralatan
yang ada didalamnya adalah desalination plant, water treatment, Boiler Feed
Pump (BFP), Circulating Water Pump (CWP) dll. Peralatan-peralatan utama
seperti boiler dan kondensor merupakan peralatan yang sangat menentukan
keberlanjutan proses produksi listrik tenaga uap di PLTU karena apabila peralatan

tersebut mengalami gangguan maka sistem produksi akan mengalami kegagalan.


Kegagalan dalam sistem dapat berupa downtime dan derating (penurunan beban
produksi listrik). Downtime dapat disebabkan oleh kebocoran yang tidak terduga
pada pipa peralatan boiler sehingga sistem produksi listrik tenaga uap pada PLTU
benar-benar tidak dapat melakukan kegiatan produksi. Sementara itu derating
disebabkan oleh kebocoran pada tube kondensor dan buntunya sistem vakum pada
kondensor sehingga menyebabkan aliran air menjadi berkurang dan terjadilah
penurunan beban produksi listrik atau biasa disebut sebagai derating.
2.2

Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk

mengkondensasikan uap keluaran turbin. Uap setelah memutar turbin langsung


mengalir menuju kondensor untuk diubah menjadi air (dikondensasikan), hal ini
terjadi karena uap bersentuhan langsung dengan pipa-pipa (tubes) yang
didalamnya dialiri oleh air pendingin. Oleh karena kondensor merupakan salah
satu komponen utama yang sangat penting, maka kemampuan kondensor dalam
mengkondensasikan uap keluaran turbin harus benar-benar diperhatikan, sehingga
perpindahan panas antara fluida pendingin pendingin dengan ua keluaran turbin
dapat maksimal dan pengkondenasasian terjadi dengan baik.
Kondensor terdiri dari tube-tube kecil yang melintang. Pada tube-tube
inilah air pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap mengalir dari atas menuju
ke bawah agar mengalami kondensasi atau pengembunan. Sebelum masuk
kedalam kondensor, air laut biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk
menyaring kotoran-kotoran ataupun lumpur yang terbawa air laut.
Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari sudu terakhir turbin,
maka vakum kondensor harus dijaga, karena dengan ada vakum pada kondensor
akan membuat tekananudara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan
yang lebih rendah di kondensor,maka uap akan bisa bergerak dengan mudah
menuju kondensor. Fungsi kondensor adalah mengkondensasikan uap bekas dari
turbin

menjadi

air

kondensatemelalui

pipa-pipa

pendingin

agar

dapat

disirkulasikan kembali. Akibat kondensasi ini sisi uapkondensor termasuk hotwell


berada pada kondisi vacuum.

Gambar 2.2 Aliran Fluida Kondensor


2.2.1

Jenis Kondensor
Secara umum terdapat dua jenis kondensor yaitu Surface Condenser dan

Direct Contact Condenser. Berikut klasifikasi kedua jenis kondeser tersebut.


1. Surface Condensor
Prinsip kerja surface condenser adalah steam masuk ke dalam shell condensor
melalui steam inlet connection pada bagian atas kondensor. Steam kemudian
bersinggungan dengan tube kondensor yang bertemperatur rendah sehingga
temperatur steam turun dan terkondensasi, menghasilkan kondensat yang
terkumpul pada hotwell.
Temperatur rendah pada tube dijaga dengan cara mensirkulasikan air yang
menyerap kalor dari steam pada proses kondensasi. Kalor yang dimaksud disini
disebut kalor laten penguapan dan terkadang disebut juga kalor kondensasi (heat
of condensation) dalam lingkup bahasan kondensor. Kondensat yang terkumpul di
hotwell kemudian dipindahkan dari kondensor dengan menggunakan pompa

kondensat ke exhaust kondensat. Ketika meninggalkan kondensor, hampir


keseluruhan steam telah terkondensasi kecuali bagian yang jenuh dari udara yang
ada di dalam sistem.
Udara yang ada di dalam sistem secara umum timbul akibat adanya
kebocoran pada perpipaan, shaft seal, katup-katup, dan sebagainya. Udara ini
masuk ke dalam kondensor bersama dengan steam. Udara dijenuhkan oleh uap air,
kemudian melewati air cooling section dimana campuran antara uap dan udara
didinginkan untuk selanjutnya dibuang dari kondensor dengan menggunakan air
ejectors yang berfungsi untuk mempertahankan vacuum di kondensor.
Untuk menghilangkan udara yang terlarut dalm kondensat akibat adanya
udara di kondensor, dilakukan deaeration. Deaeration dilakukan di kondensor
dengan memanaskan kondensat dengan steam agar udara yang terlalut pada
kondensat akan menguap. Udara kemudian ditarik ke air cooling section dengan
memanfaatkan tekanan rendah yang terjadi pada air cooling section. Air ejector
kemudian akan memindahkan udara dari sistem.
Surface condensor terdiri dari dua jenis yang dibedakan oleh cara masuknya
uap dan air pendingin, berikut jenis-jenisnya:
1) Tipe Horizontal Condensor
Pada tipe kondesor ini, air pendingin masuk melalui bagian bawah,
kemudian masuk kedalam pipa (tube) dan akan keluar pada bagian atas,
sedangkap uap akan masuk pada bagian tengah kondensor dan akan keluar
sebgai kondensat pada bagian bawah.

Gambar 2.2 Horizontal Condensor


2) Tipe Vertical Condenser

Pada jenis kondensor ini, tempat masuknya air pendingin melalui


bagian bawah dan akan mengalir di dalam pipa selanjutnya akan keluar pada
bagian atas kondensor, sedangkan steam akan masuk pada bagian atas dan
air kondesat akan keluar pada bagian bawah.

Gambar 2.3 Vertical Condensor

2. Direct Contact Condensor


Direct-contact

Condenser

mengkondensasikan

steam

dengan

mencampurnya langsung dengan air pendingin. Direct-contact atau open


Condenser digunakan pada beberapa kasus khusus, seperti :
1. Geothermal power plant.
2. Pada power plant yang menggunakan perbedaan temperatur di air
laut (OTEC)
Direct-contact Condenser dibagi menjadi dua jenis lagi, yaitu :
a)

Spray Condenser
Pada Spray Condenser, pencampuran steam dengan air pendingin

dilakukan dengan jalan menyemprotkan air ke steam. Sehingga steam yang


keluar dari exhaust turbin pada bagian bawah bercampur dengan air
pendingin pada bagian tengah menghasilkan kondensat yang mendekati fase

saturated. Kemudian dipompakan kembali kecooling tower, sebagian dari


kondensat dikembalikan ke boiler sebagai feedwater. Sisanya didinginkan,
biasanya di dalam dry- (closed) cooling tower. Air yang didinginkan
pada Cooling tower disemprotkan ke exhaustturbin dan proses berulang.
b)

Barometric dan Jet Condenser


Ini merupakan jenis awal dari kondensor. Jenis ini beroperasi dengan

prinsip yang sama dengan spray condenser tetapi tidak menggunakan pompa
dalam pengoperasiannya. Vacuum dalam kondensor diperoleh dengan
menggunakan prinsip head statis seperti pada barometric Condenser, atau
menggunakan diffuser seperti pada Jet Condenser.

Gambar 2.4 Jet Condensor

2.3

Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari

suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah
tersebut. Karena beda suhu terdapat di seluruh semesta Proses perpindahan panas
melalui tiga macam perpindahan yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
2.3.1

Perpindahan Panas Konduksi


Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor

dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga
terjadi pertukaran energi dan momentum.

Persamaan Dasar Konduksi :


qcond = kA +

T 1T 2
T
=kA
x
x

Keterangan :
q

= Laju Perpindahan Panas (kj / det,W)

k = Konduktifitas Termal (W/m.C)


A = Luas Penampang (m)
dT = Perbedaan Temperatur ( C, F )
dX = Perbedaan Jarak (m / det)
T = Perubahan Suhu ( C, F )
dT/dx = gradient temperatur kearah perpindahan kalor.konstanta positif k
disebut konduktifitas atau kehantaran termal benda itu, sedangkan tanda minus
disisipkan agar memenuhi hokum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor
mengalir ketempat yang lebih rendah dalam skala temperatur.
Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan antara
laju aliran panas yang melintas permukaan isothermal dan gradient yang terdapat
pada permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada setiap
titik dalam suatu benda pada setiap waktu yang dikenal dengan hukum fourier.
Dalam penerapan hokum Fourier (persamaan dasar konduksi) pada suatu
dinding datar, jika persamaan tersebut diintegrasikan maka akan didapatkan :
qk = kA

T 1T 2
x

Bilamana konduktivitas termal (thermal conductivity) dianggap tetap. Tebal


dinding adalah x, sedangkan T1 dan T2 adalah temperatur muka dinding. Jika

konduktivitas berubah menurut hubungan linear dengan temperatur, seperti k = k 0


(1+ T maka persamaan aliran kalor menjadi

qk =

kA

2
2
+(T 1T 2) +(T 2 T 1 )
x
2

2.3.1.1 Konduktivitas Termal


Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang
disebut konduktivitas termal. Persamaan di atas merupakan persamaan dasar
tentang konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah
dilaksanakan pengukuran dalam percobaan untuk menentukan konduktifitas
termal berbagai bahan. Pada umumnya konduktivitas termal itu sangat tergantung
pada suhu.
Daftar Tabel 2-1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0
Konduktivitas Termal
K
W/m
Bahan
Logam
Perak (urni)
Tembaga (murni)
Alumunium (murni)
Nikel (murni)
Besi (murni)
Baja karbon, 1% C
Timbal (murni)
Baja karbon-nikel
(18% cr, 8% ni
Bukan logam
Kuarsa (sejajar sumbu)
Magnesit
Marmar
Batu pasir
Kaca, jendela

Btu/h.ft.0F

410
385
202
93
73
43
35
16.3

237
223
117
54
42
25
20.3
9.4

41.6
4.15
2.08-

24
2.4
1.2-

2.94
1.83
0.78

1.7
1.06
0.45

Kayu maple atau ek


Serbuk gergaji
Wol kaca
Zat cair
Air-raksa
Air-raksa
Amonia
Minyak lumas, SAE 50
Freon 12, 22 FCCI
Gas
Hidrogen
Helium
Udara
Uap air (jenuh)
Karbon dioksida

2.3.2

0.17
0.059
38

0.096
0.034
0.022

8.21
0.556
0.54
0.147
0.073

4.74
0.327
0.312
0.085
0.042

0.175
0.141
0.024
0.0206
0.0146

0.101
0.081
0.0139
0.0119
0.00844

Perpindahan Panas Konveksi


Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/

pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah


kehilangan panas dari
Menurut

cara

radiator mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll.

menggerakkan

alirannya,

perpindahan

panas

konveksi

diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan


konveksi paksa (forced convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya
perbedaan kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut
sebagai konveksi bebas (free/natural convection). Bila gerakan fluida disebabkan
oleh gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang
menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan, maka
perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa (forced convection).
Laju perpindahan panas pada beda suhu tertentu dapat dihitung dengan
persamaan
q=hA(T w T )
Keterangan :
Q = Laju Perpindahan Panas ( kj/det atau W )

h = Koefisien perpindahan Panas Konveksi ( W / m2.0C )


A = Luas Bidang Permukaan Perpindahaan Panas ( ft2 , m2 )
Tw = Temperature Dinding ( 0C , K )
T= Temperature Sekeliling ( 0C , K )
Tanda minus ( - ) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika,
sedangkan panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif ( + ).

a.) Bilangan Reynolds


Bilangan Reynold digunakan sebagai kriteria untuk menunjukkan
aliran fluida itu laminer dan turbulen. Untuk bilangan Re<2300 dikatakan
aliran laminar; Re>2300 dikatakan aliran turbulen. Transisi dari aliran
laminar menjadi turbulen terjadi apabila :
=

. D. v

Dimana :

= massa jenis (kg/m3)

= diameter aliran fluida (m)

= viskositas fluida (Pa.s)

b.) Bilangan Prandtl (Pr)


Bilangan Prandtl adalah bilangan tanpa dimensi yang merupakan
fungsi dari sifat-sifat fluida. Bilangan Prandtl didefinisikan sebagai
perbandingan viskositas kinematik terhadap difusitas thermal fluida yaitu :

Pr=

Cp .
k

Dimana :
Cp = panas spesifik fluida (J/kg.K)
= viskositas fluida (Pa.det)
k = konduktivitas thermal (W/m2K)

c.) Bilangan Nusselt (Nu)


Nu=

hc . D
k

Dimana :
hc = koefisien konveksi (W/m2K)
D = diameter efektif aliran fluida (m)
k = konduktifitas thermal fluida (W/mK)
Banyak rumusan yang telah dikembangkan untuk susunan aliran
tertentu sehingga hubungan antara bilangan Nusselt, Reynolds dan Prandtl
dapat dirumuskan :

m
C( n)(Pr )
Nu=

2.3.3 Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan energi secara radiasi berlangsung akibat foton-foton
dipancarkan dengan arah, fase dan frekuensi yang serampangan dari suatu
permukaan ke permukaan lain. Pada saat mencapai permukaan lain, foton yang

diradiasikan juga diserap, dipantulkan atau diteruskan (ditransmisikan) melalui


permukaan tersebut.
Energi yang diradiasikan dari suatu permukaan ditentukan dalam bentuk
daya pancar (emissive power) yang secara termodinamika dapat dibuktikan bahwa
daya pancar tersebut sebanding dengan pangkat empat dari temperatur absolutnya.
Untuk radiator ideal, biasanya berupa benda hitam (black body).
Daya Pancar :
Q pancaran=A T

Dimana :
Qpancaran = laju perpindahan panas ( W)

= konstanta boltzman (5,669.10-8 W/m2.K4)

= luas permukaan benda (m2)

= suhu absolut benda ( 0C )

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi observasi dan studi literatur.

Observasi dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara langsung kondisi


peralatan kondensor dalam skala industri yang berlokasi di PT. PJB UP Gresik
pada PLTU Unit 1 dan Unit 2. Studi literatur yang dilakukan dengan mencari
jurnal maupun literatur penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kondensor.
3.2

Alat dan Bahan

3.2.1

Alat

3.2.2

Kondensor PLTU Unit 1


Kondensor PLTU Unit 2
Digital Titration Cartride (Titrasi Digital)
Spektrofotometer
Nestle Tube

Bahan

Air laut
Steam
Fe2SO4
Ammonium FeSO4
Hg(SCN)2
HCl pekat
Hidroxilamine Hydrochloric
Orthophenantrolin
Ammonium Acetate

3.3 Prosedur Percobaan


1. Mempelajari literatur yang dibutuhkan untuk perhitungan dan diskusi
dengan pihak pabrik agar proses bisa dimengerti dengan baik.
2. Mengambil dan mencatat data - data spesifikasi Kondensor Unit 1 dan
Unit 2
a. Mengecek jenis alat dan material bahan yang digunakan
b. Temperatur fluida masuk dan keluar
c. Kadar Fe2SO4 (Ferrosulfat) di dalam air
d. Kadar Cl- (Chloride) di dalam air
e. Menghitung efisiensi kinerja Kondensor Unit 1 dan Unit 2 data
aktual.

3. Melakukan pengecekan kadar Cl- (Chloride) dan Fe2SO4 (Ferrosulfat)


di laboratorium kimia.
4. Mengambil data data kondisi operasi di control room PLTU Unit 1
dan 2.
5. Mengolah data menggunakan perhitungan berdasarkan literatur
6. Menganalisis data perhitungan anatar Kondensor Unit 1 dan Unit 2
7. Mengambil kesimpulan
3.4

Skema Kerja
Berikut Skema Kerja dalam pengerjaan Tugas Akhir (TA) ini:
Observasi terhadap kondensor
PLTU unit 1 dan unit 2 PT PJB

Studi literatur

Pengambilan Data Operasi


pada CCR Unit 1 dan Unit 2

Pengecekan kadar FeSO4 dan


Cl- di Laboratorium Kimia

Mengulang pengambilan Data


Operasi pada CCR Unit 1 dan Unit
2

Menghitung nilai
Cleanliness Factor
(CF)

CF teoritis atau CF
aktual

Kinerja dari
condensor

Selesai

3.5

Variabel Percobaan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, perlakuan terhadap Kondensor

PLTU Unit 1 dan Unit 2 PT PJB UP Gresik, yaitu :


1.
2.
3.
4.
5.
3.6

Waktu
Suhu fluida inlet dan suhu fluida outlet
Tekanan
Kadar Fe2SO4
Kadar Cl-

Teknik Pengumpulan dan Analisa Data


Hasil data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dalam bentuk tabel

dan selanjutnya akan di diolah dalam bentuk grafik.

T Hi
Hari, tanggal

2016
16 Februari
2016
17 Februari
2016
18 Februari
2016
19 Februari
2016

T Ci

T Co

(oC)

(oC)

Jam
(oC)

15 Februari

T Ho

08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00

(oC)

Kadar

Kadar

Cl-

Fe2SO4

Nilai CF

20 Februari
2016
21 Februari
2016
22 Februari
2016
23 Februari
2016
24 Februari
2016
25 Februari
2016
26 Februari
2016
27 Februari
2016
28 Februari
2016
29 Februari
2016
1 Maret 2016
2 Maret 2016
3 Maret 2016
4 Maret 2016
5 Maret 2016
6 Maret 2016
7 Maret 2016

08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00
08.00
14.00

BAB IV
TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

4.1

Tempat Pelaksanaan Laporan Akhir


Tempat pelaksanaan penelitian di PT. PJB UP Gresik. Adapun ruangan

yang digunakan adalah:


1. Laboratorium Analisa Mutu Air PLTU
2. Perencanaan, Pengendalian, Operasi PLTU (Rendal Op PLTU)
3. Central Control Room (CCR) PLTU Unit 1 dan 2

4.2

Waktu Pelaksanaan Laporan Akhir


Proses pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan dimulai sejak minggu

ke-II bulan Maret 2016 hingga minggu ke-IV bulan Mei 2016.

4.3

Jadwal Pelaksanaan
Adapun jenis-jenis kegiatan dan jadwal waktu kegiatannya adalah sebagai

berikut:

Jenis Kegiatan

Maret 2016

April 2016

Mei 2016

Minggu ke-

Minggu ke-

Minggu ke-

II

III

IV

I II

III

IV

I II

III

IV

Melakukan survei ke plant PLTU


Unit 1 dan 2 serta laboratorium air
PLTU
Melakukan koordinasi dengan
petugas di CCR dan laboratorium

Mengambil data di Rendal


Operasi PLTU
Pengambilan sampel air
pendingin
Pengencekan kadar klorin dan
ferrosulfat
Melakukan perhitungan
Penyusunan laporan
Konsultasi ke pembimbing

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-34495-2510100069-

chapter1.pdf (Diakses 3 Maret 2016)


Christie, Geankoplis. 1993. Transport Processes and Unit Operations (3 rd Ed.).
Prentice-Hall International, Inc.
Darmawan, Steven. et al. 2014. Evaluasi Desain Termal Kondensor PLTN Tipe
PWR Menggunakan Program Shell and Tube Heat Exchanger Design, vol.
12, pp. 10-17, Mei 2014
Instruction Manual-DIV. II for Steam Turbine and Auxiliary Equipment
Kern, Donald Q. 1988. Process Heat Transfer. McGraw-Hill Book Company
Moran, Michael J. dan Shapiro, Howard N. 2004. Termodinamika Teknik. Jilid 1.
Diterjemahkan oleh Yulianto Sulistyo Nugroho. Penerbit Erlangga.
Putri, Tika Chairil dan Arisanda, Ula Okta. 2013. Evaluasi Kinerja Carbamate
Condenser EA 102 pada Unit Sintesa Produksi Urea PT Petrokimia Gresik.
Tugas Akhir. Tidak diterbitkan. Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang.
Reynolds,

William

C.

dan

Perkins,

Henry

C.

1987.

Enggineering

Thermodynamics (2nd Ed.). McGraw-Hill, Inc.


Sujayanti, Dheta Nuraini dan Firdausy, Rizki. 2012. Evaluasi Kinerja Multistage
Flash Evaporator Unit Desalinasi di PLTU PT PJB UP Gresik. Tugas
Akhir. Tidak diterbitkan. Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang.

LAMPIRAN
PRINCIPAL DATA OF SURFACE CONDENSER
1. DESIGN DATA
Number of Sets

One (1) per Unit


Two Passes, Reverse Flow, Divided

Type

Water Box, Horizontal Surface Type


1,35423 x 108 kcal/hr
268,510 kg/hr
550,2 kcal/kg
6,080 m2
65 mmHg (at Condenser Inlet)
85 %
2,951 kcal/m2hroC
0,01 cc/liter
30 m3

Condenser Duty
Steam to be Condensed
Heat Content of Steam
Condenser Surface
Absolute Pressure
Cleanliness Factor
Overall Heat Transfer Coefficient
Oxygen Content of the Condensate
Hotwell Capacity
Cooling Water:

Sea Water

Source
Quantity
Inlet Temperature
Velocity through Tubes
Temperature Rise

244 m3/min
30 oC
2,096 m/sec
9,25 oC
2 (Full Reverse Flow Type)
4,3 mAq

Number of Water Passes


Pressure Drop through

2. PHYSICAL DATA
The materials thicknesses of construction are as follows:
Name of Part
Shell Plate and Hotwell
Waterboxes
Waterbox

Thickness (mm)
16, 19
16

Materials
Rolled Steel Plate
JIS G3101 SS41
Same as above (Protected by

28

Rubber Lining)
Same as above

Tube Plate

28

Tube Support Plates

16

Tubes

25 mm O.D. x
1,25 mm THK
(8.000 pcs)

Naval Brass
JIS H3203 NBsPI
Rolled Steel Plate
JIS G3101 SS41
Main Condensing Zone
Aluminium Brass
JIS H3632 BsTF2-0
Air Cooling Zone
Titanium
JIS H4631 TTH35W

Note: Tube at exhaust impingement zone shall be protected from impingement


damage by adequate method with Titanium tubes.
Method of Installing Tubes:
At inlet end

Belled and rolled

At outlet end

Rolled only

Tubes are arrange in consideration of drainage.

Inlet and Outlet Circulating Water Opening:


Provided on the waterbox
Inside diameter

1,100 mm

End

Flanged

Tube Length and Number:


Effective Length

7,938 mm

Overall Length

8,000 mm

Number

TTH35W

588 (Air Cooling Zone)

BsTF2-0

9172 (Condensing Zone)

Total

9760

Anda mungkin juga menyukai