antibiotik antibiotik yang telah ada telah diperlihatkan sebagai harapan saat ini. Suatu
pendekatan yang baru yaitu FDC (seftriakson, sulbaktam dengan EDTA adjuvan) sebuah
entitias antibiotik adjuvan yang baru (AAE) telah dibuktikan efektivitasnya baru baru ini
pada infeksi dengan kisaran yang luas [7, 8].
Penelitian retrospektif observasional ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi suatu
kombinasi dosis tetap (FDC) dari Seftriakson + Sulbaktam dengan edetat dinatrium adjuvan
sebagai obat menghambat resistensi karbapenem dalam penatalaksanaan dari infeksi bakteri
sedang hingga berat pada kasus LRTI, UTI dan IAI.
Metode
Rancangan penelitian
Penelitian retrospektif ini dirancang untuk melakukan evaluasi terhadap efektivitas
dari FDC yang baru dengan membandingkannya terhadap meropenem dalam pengobatan
pasien pasien yang didiagnosis dengan infeksi bakteri gram negatif sedang hingga berat
terkait rumah sakit. Penelitian ini dilakukan pada institut ilmu kedokteran ilmiah Asia ,
Faridabab yang dilakukan selama 18 bulan antara juni 2013 hingga desember 2014. Semua
pasien yang dimasukkan ke dalam rumah sakit selama lebih dari 48 jam dengan infeksi
patogen tunggal dan menunjukkan sensitivitas terhadap pengobatan FDC yang baru atau
meropenem akan dianggap memenuhi persyaratan untuk penelitian ini.
Kertas file kasus rumah sakit dari semua pasien akan di tinjau kembali untuk dapat
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan seperti tanda tanda klinis dan gejala gejala
pada saat pasien tersebut dirawat dirumah sakit dan selama periode pengobatan dan pada
akhirnya pada saat akhir dari terapi diberikan. Semua pemeriksaan laboratorium yang penting
seperti sputum, bronkoalveolar lavage (BAL), sekresi endotrakea (ET), urin dan kultur darah
dan laporan sensitivitas, pemeriksaan hematologi, biokimia dan pemeriksaan pemeriksaan
relevan lainnya akan dilakukan pada saat awal penelitian dan diakhir dari masa pengobatan
kemudian akan dievaluasi dari semua pasien yang telah diikutsertakan kedalam penelitian
saat ini.
Identifikasi bakteri
Identifikasi dari bakteri akan dilakukan sesuai dengan metode yang telah dijelaskan
oleh Cheesbrough (2000).
Tabel 1. Karakteristik Demografis dari pasien - pasien yang diobati selama periode
penelitian.
Karakteristik
Pasien yang dievaluasi
Usia, rata rata tahun SD
Jenis Infeksi (%)
UTI
LRTI
IAI
Jumlah dari infeksi dengan keluarga patogen Enterobakteriseae
Jumlah dari infeksi dengan keluarga patogen non - Enterobakteriseae
Nilai
95
58,17 13,98
32 (33,68%)
43 (45,26%)
20 (21,05%)
62 (65,26%)
33 (34,73%)
Kelompok 2A (G2A) : Pasien pasien dengan kultur yang sensitif terhadap pemberian
meropenem dan FDC pada mereka yang telah digunakan meropenem secara empiris (n = 31,
32,63%).
Kelompok 2B (G2B) : Pasien pasien dengan kultur yang sensitif terhadap pemberian
meropenem dan FDC pada mereka yang telah digunakan FDC secara empiris ( n = 34,
35,78%).
Kelompok 3 (G3) : Pasien - pasien dengan kultur yang sensitif terhadap pemberian
meropenem dan FDC intermediet pada mereka yang FDC digunakan secara empiris bersama
sama dengan kolistin ( n = 10, 10,52%).
Uji sensitivitas antibiotik in vitro
Semua, bakteri yang di isolasi, diambil dari semua sampel kultur akan dilakukan uji
sensitivitas untuk FDC, meropenem dan kolistin dengan menggunakan metode piringan
difusi berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh CLSI (2013). Piringan meropenem (10
ug), FDC (45 ug) dan kolistin (10 ug) didapatkan dari Himedia (Mumbai, India). Zona
inhibisi yang berada disekitar dari berbagai macam piringan antibiotik akan diukur dan
dibandingkan dengan CLSI. Sensitivitas dari organisme organisme yang diisolasi terhadap
antibiotik akan dilaporkan dalam bentuk sensitif (S) dan intermediet (I) berdasarkan titik
perubahan.
Evaluasi klinis dari pasien
Efektivitas klinis dari terapi yang diberikan akan dievaluasi dan diklasifikasikan
dalam bentuk sembuh (resolusi terhadap tanda tanda klinis dan gejala gejala atau
perbaikan yang tidak membutuhkan terapi antibakteri lebih lanjut), atau gagal (tanda tanda
klinis yang persisten dan gejala gejala atau perburukan dari tanda dan gejala yang
membutuhkan terapi antimikroba alternatif setelah 72 jam pengobatan). Tingkat efektivitas
secara keseluruhan didefiniskan sebagai proporsi dari pasien yang sembuh. Efektivitas
terhadap bakteri akan dievaluasi berdasarkan empat kategori berikut : eradikasi sepenuhnya
jika terjadi eliminasi dari patogen - patogen penyebab, persistensi jika patogen patogen
penyebab dapat di isolasi berulang kali, substitusi jika organisme baru di isolasi pada kultur
berulang dan infeksi kembali jika terjadi kemunculan kembali dari patogen patogen
penyebab sebelumnya setelah eradikasi dengan dan dengan gejala gejala klinis dari infeksi
tersebut.
Hasil
Rancangan penelitian dan analisis demografis
Sejumlah 107 data pasien telah dievaluasi secara retorspektif didalam penelitian ini.
Variabel variabel dari setiap pasien seperti usia, agen agen penyebab, dan regimen terapi
antibiotik kemudian akan di catat. Dari 107 pasien dari penelitian ini, sejumlah 95 orang
pasien dengan infeksi bakteri tunggal ditatalaksanaa baik dengan menggunakan FDC atau
degnan menggunakan
negatif atau kegagalan terapi atau kadaluarsa tidak akan diikutkan lagi kedalam penelitian ini.
Usia rata rata dari pasien yang diikutsertakan ke dalam penelitian ini adalah 58.1713.98
tahun.
Sensitivitas antibiotik in vitro
Berdasarkan evaluasi dari data kultur dan sensitivitas, telah ditemukan bahwa sampel
sampel klinis dari pasien
pertumbuhan yang bermakna ditemukan pada 95 sampel kultur (88,78%) yang mana
menunjukkan patogen yang bermakna secara klinis yang dapat dijadikan sebagai
agen
penyebab dari penyakit. Diantara infeksi bakteri tersebut, patogen yang paling sering
ditemukan pada saat isolasi adalah E.coli yang mana ditemukan dari isolasi sampel 37 pasien
(38,94%) diikuti dengan Klebsiella spp.(n = 25 pasien, 26,31%), Pseudomonas spp. (n 18
pasien, 18,94%) dan Acinetobakter spp. (15 pasien, 15,78). Secara keselutuhan, 62 patogen
(65,26) penyebab infeksi berasal dari keluargan Enterobakteriseae sementara 33 patogen
(34,73%) berasal dari keluarga non enterobakteriseae.
Hasil dari uji sensitivitas antimikroba in vitro untuk FDC dan Meropenem telah
diperlihatkan pada Tabel 2. Semua patogen patogen yang di uji memperlihatkan pola
sensitivitas yang berbeda beda terhadap FDC dan meropenem. Berdasarkan hasil dari uji
sensitivitas, FDC tampak sebagai agen antibakteri yang paling aktif terhadap E. Coli
(94,54%) diikuti dengan Acinetobakter spp. (93,33%), Pseudomonas spp, (88,,88%) dan
Kelbiella spp, (84%). Disisi lain, sensitivitas tingkat tinggi untuk meropenem diperlihatkan
oleh E. Coli (86,47%) diikuti dengan Kelbsiella spp. (64%). Secara keseluruhan dari 95
patogen, sebagian besar dari patogen tersebut (n 85, 89,47%) sensitif terhadap pemberian
FDC dan 10 patogen sisanya (10,52%) menunjukkan respon intermediet terhadap pemberian
FDC.
Penatalaksanaan antibiotik dan evaluasi terhadap efektivitasnya
Pada hari ketiga pengobatan, perkembangan dari terapi akan diukur dalam bentuk
perbaikan dari tanda tanda dan gejala gejala klinis pasien dan hasil uji mikrobiologis.
Pasien pasien dengan patogen yang sensitif dengan perbaikan klinis akan terus
mendapatkan terapi empiris yang didapatkannya. Pasien pasien yang tidak menunjukkan
respon terhadap pemberian FDC, maka akan diberikan kolistin sebagai terapi tambahan
dalam pengobatannya.
Pada G1, dari 20 pasien yang mendapatkan FDC, 15 pasien (75%) secara klinis telah
sembuh dengan eradikasi bakteriologis secara keseluruhan dalam 7 8 hari sedangkan 5
pasien gagal berespon terhada pemberian FDC pada hari ketiga akan diganti menjadi regimen
pengobatan kombinasi FDC + kolistin dan semua pasien tersebut telah sembuh dengan
tambahan 8 hari terapi sehingga total waktu terapi yang dibutuhkan adalah 11 hari. Durasi
dari pengobatan antibiotik pada 15 pasien yang diobati dengan FDC adalah 7,2 1,01 hari
(tabel 3). Untuk G2, diantara 65 pasien yang terinfeksi patogen sensitif baik terhadap
pemberian FDC dan meropenem, 31 pasien mendapatkan meropenem (G2A) dan 34 pasien
mendapatkan FDC (G2B). Penilaian klinis dari kelompok yang mendapatkan meropenem
(G2A) meniunjukkan kesembuhan pada 19 pasien (61, 29%) sementara 12 pasien (38,70%)
tidak menunjukkan perbaikan klinis apapun oleh karenanya diberikan penambahan kolistin
pada terapi yang sedang berjalan tersebut. Pada hari ketiga,
Tabel 2. Uji sensitivitas antibiotik in vitro untuk bakteri yang diisolasi dari infeksi
organisme tunggal.
Jumlah
Patogen diisolasi
E. coli
Klebisella sp.
Pseudomonas sp.
Acitenobacter sp.
Total
Sensitivitas %
FDC seftriakson +
isolasi
sulbaktam + edetat
individu
dinatrium
37
25
18
15
95
S
94,54
84
88,88
93,33
--
I
5,4
16
11,11
6,66
--
Meropenem
S
86,47
64
66,66
78,57
--
I
23,53
36
33,34
21,43
--