Anda di halaman 1dari 11

BAB I

DATA PASIEN
1.1 Status Pasien
1. Tanggal pemeriksaan
2. Nama pasien
3. Usia
4. Alamat
Aceh
5. Jenis Kelamin
6. Pendidikan
7. Pekerjaan

: 27 November 2014
: MN
: 19 tahun
: Jln. Tgk Diblang II No.48, Darussalam Banda
: Laki-Laki
: SMA
: Mahasiswa

1.2 Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan adanya garis putih pada pipi bagian dalamnya.
Pasien menyadari adanya garis putih tersebut ketika pasien melakukan
penambalan gigi. Pasien mengaku bercak tersebut tidak sakit dan juga tidak
terasa gatal. Pasien juga mengaku belum pernah minum obat-obatan untuk
menghilangkan bercak putih tersebut. Pasien juga mengaku memiliki
kebiasaan menggigit pipi dan bibir bagaian dalam. Pasien mengaku kebiasaan
tersebut tidak hanya dilakukan saat stress.
1.3 Riwayat penyakit sistemik
1. Penyakit Jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes Mellitus
4. Kelainan Darah
5. Penyakit Hepar
6. HIV +/ AIDS
7. Kelainan Pernafasan
8. Kelainan GIT
9. Penyakit Ginjal
10. Penyakit Kelainan
11. Atopi (Asma, Eksim, Alergi dll)
12. Alergi (Makanan, Obat, Logam)
13. Hamil
14. Kontrasepsi
1.4 Kebiasaan Buruk
1. Menyirih
2. Minuman beralkohol
3. Merokok

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Diakui ( mie, telur)
Disangkal
Disangkal

: Disangkal
: Disangkal
: DIsangkal

1.5 Pemeriksaan Ekstra Oral


1

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

A. Kelenjar Limfe
Submandibula
( Kanan )

: Tidak Teraba/Tidak sakit

( Kiri )

: Tidak teraba/Tidak sakit

Submental

: Tidak teraba

Servikal
( Kanan )

: Tidak teraba

( Kiri )

: Tidak teraba

B. Bibir
C. Wajah
D. Sirkum Oral

: T.A.K
: Simetris
: T.A.K

1.6 Pemeriksaan Intra Oral


a.
b.
c.
d.
e.

Mukosa Bukal
Mukosa Labial
Palatum Durum
Palatum Molle
Lidah (Dorsum)

: Fordyce granule (-), Cheek Biting (-)


: T.A.K
: Torus Palatinus (-)
: T.A.K
: putih kekuningan, tipis, di 1/3 posterior

f.
g.
h.
i.

dorsum lidah
Dasar Mulut
Gingiva
Saliva
Halitosis

: T.A.K
: Udem, Hiperemi
: T.A.K
:(-)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Gambar 1. Linea Alba Pada Mukosa Bukal Kanan

Gambar 2. Linea Alba Pada Mukosa Bukal Kiri

Gambar 3. Coating Tongue Pada 2/3 Anterior Dorsum Lidah

1.7 Masalah Klinis


Terdapat plak pada mukosa bukal kiri dan kanan hingga sudut mulut,
berbentuk irreguler, dengan ukuran 15 mm dan berwarna putih
1.8 Diagnosis
Linea Alba
1.9 Diagnosis Banding
Cheek biting, candidiasis pseudomembran, dan lichen planus tipe plak
1.10

Perawatan

KIE :

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

1. Komunikasikan pada pasien bahwa garis putih yang terdapat pada pipi bagian
dalam merupakan suatu variasi normal dan pasien tidak memerlukan perawatan
2. Instruksikan pasa pasien untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut serta
menyikat lidah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Secara literatur dapat diartikan sebagai garis putih. Hiperkeratosis fokal ini
terjadi akibat trauma friksional kronis jaringan yang bergesekan dengan gigi
disekitarnya. Umumnya terlihat sebagai garis horizontal sepanjang mukosa bukal
pada bidang oklusal secara bilateral.

1,2

Penelitian yang dilakukan di Turki pada

remaja usia 13-16 tahun, linea alba merupakan temuan yang paling sering kedua
dengan total 5.3% dari total temuan klinis.3

2.2 Gambaran Klinis


Linea alba umumnya asimtomatik dengan lebar 1-2 mm dan meluas dari
molar 2 sampai regio kaninus pada mukosa bukal.2 Lesi umum ditemukan secara
bilateral dan tidak bisa diseka. Garis putih tersebut dapat membentuk scallope dan
berada pada mukosa bukal pada bidang oklusal gigi disekitarnya. Penonjolan garis
bervariasi dan akan berkurang pada area edontolus, dan lebih menonjol pada
daerah gigi posterior. Konsistensinya normal pada saat palpasi. Kondisi ini sering
dihubungkan dengan lidah yang berkawah dan dapat menjadi tanda dari bruksm,
cleanching atau tekanan negatif oral.1-4

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Gambar 1. Linea Alba Pada Mukosa Bukal Kanan1

2.3 Gambaran Histologis


Perubahan epitel terdiri dari hiperkeratosis sebagai respon terhadap
aktifitas friksional gigi.1,3

2.4 Perawatan
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Biopsi tidak perlu
dilakukan,

kecuali

jika

tampilannya

tidak

khas

atau

diagnosis

yang

meragukan.Tidak diperlukan perawatan jika garis lurus berada pada mukosa bukal
bilateral. Jika tidak perlu dilakukan identifikasi dan eliminasi faktor penyebab.
tidak perlu dilakukan follow-up.1-4

2.5 Cheek Biting (Morsicatio Buccarum)


Istilah saintifik untuk cheek chewing chronic. Umumnya terjadi pada
mukosa bukal, namun dapat juga terjadi pada mukosa labial, dan lateral lidah.
Prevalensinya tinggi pada pasien dengan kondisi stress, atau yang menunjukkan
kondisi psikologis, kebanyakan pasien mengetahui kebiasaan menggigit tersebut.1

2.5.1 Etiologi

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Terjadi akibat gesekan atau friksi kronik pada permukaan mukosa oral.
Lesi tersebut analog dengan callus pada kulit. 1-4

2.5.2 Gambaran Klinis


Umumnya pada mukosa bukal bilateral, namun dapat juga unilateral
dengan keterlibatan mukosa labial, dan lateral lidah. Area cheek biting tersebut
jarang dijumpai zona eritem, erosi, dan fokal traumatik ulser. Posisi cheek biting
umumnya terdapat pada bagian tengah mukosa bukal anterior.1-4

Gambar. 2. Cheek biting. Pasien usia 30 tahun dengan plak putih mukosa bukal.. Terlihat
permukaan yang kasar yang merupakan tanda dari cheek biting.3

2.5.3 Gambaran Histologis


Terjadi hiperplasia sedang pada epitel dengan banyaknya lapisan sel
granular dan hiperkeratotis yang tebal namun tidak terjadi hiperplasia. Sering
terdapat infiltrasi sel inflamasi. Secara mikroskopis menunjukkan permukaan
epitel matur normal dengan permukaan parakeratotik yang berombak dan
inflamasi subepithelial minor. 2

2.5.4 Diagnosis

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Penegakan diagnosis dapat secara langsung berdasarkan tampilan klinis.


Klinisi yang familiar dengan perubahan cheek biting sangat jarang menggunakan
biopsi. Beberapa kasus mungkin tidak terdiagnosis diawal, dan memerlukan
biopsi.1-4

2.5.5 Perawatan
Tidak diperlukan perawatan. Beberapa penulis menyarankan psikoterapi
sebagai pilihan perawatan, namun belum ada penelitian yang luas dan indikasi
kelebihan yang didapat melalui pendekatan tersebut.1-4
2.6 Candidiasis Pseudomembran
Candidiasis pseudomembran atau sering disebut trush merupakan lesi
yang terdisi dari bintik-bintik, plak atau nodul yang dapat diseka menggunakan
kasa. Umumnya dapat mengenai bayi maupun orang dewasa dan tidak terdapat
predeliksi gender.

2.6.1 Etiologi
Etiologinya disebabkan oleh Candida albicans yang merupakan organisme
komensal yang tidak berbahayanpada mulut. Perubahan ekologi lokal seperti
gangguan flora oral (antibiotik,xerostomia) atau menurunnya pertahanan imun
(perawatan dengan imunosupresif, atau gangguan imun HIV/AIDS, leukemia,
limfoma, kanker, diabete) dapat menyebabkan Candida menjadi patogen
oportunistik.

2.6.2 Gambaran Klinis


Gambaran klinis candidiasis dapat terjadi dilokasi manapun dirongga
mulut, terutama pada vestibulum bukal atas dan palatum. Plak putih atau krem
yang dapat disea akan meninggalkan dasar merah yang tidak khas. Lesi merah
dapat muncul, lesi juga dapat berupa campuran antara putih dan merah. Secara

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

ekstraoral mukosa, kuku, dan kulit dapat terkena jika penyebabnya general seperti
pada defek imun.

2.6.3 Diagnosis Banding


Diagnosis banding candidiasis ni adalah lichen planus, hairy leukoplakia,
leukoplakia, koplik atau fordyce spot.

2.6.4 Diagnosis
Penegakan diagnosis umumnya secara klinis, namun pemeriksaan periodic
acid schiff (PAS) atau pewarnaan Gram (hifa) atau menggunakan obat kumur
dapat membantu. Hifa atau blastofora yang terlihat menunjukkan infeksi Candida.
Pemeriksaan darah untuk defek imun juga dapat dilakukan.

2.6.5 Perawatan
Perawatan untuk Candidiasi adalah merawat faktor predisposisi dan untuk
kasus yang ringan atau sedang pada orang yang sehat, dapat diberikan antifungal
topikal selama 2 minggu seperti nistatin suspensi oral atau ointent (untuk
perioral), tablet hisap amfoterisin atau mikonazol gel juga dapat diberikan. Pada
kasus yang sedang hingga berat atau pada pasien yang imunokompromis
diindikasikan flukonazol, itrakonazol, atau vorikonazol. Pada kasus refaktori,
dapat dilakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan apakah pasien tidak
imunokompromis atau organisme tidak resisten terhadap azol.

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BAB III
PEMBAHASAN
Pada tanggal 27 November 2014 pasien datang ke RSGM dengan keluhan
adanya garis putih pada pipi bagian dalamnya. Pasien menyadari adanya garis
putih tersebut ketika pasien melakukan penambalan gigi. Pasien mengaku bercak
tersebut tidak sakit dan juga tidak terasa gatal. Pasien juga mengaku belum pernah
minum obat-obatan untuk menghilangkan bercak putih tersebut. Pasien juga
mengaku memiliki kebiasaan menggigit pipi dan bibir bagaian dalam. Pasien
mengaku kebiasaan tersebut tidak hanya dilakukan saat stress.
Pada pemeriksaan intraoral terdapat plak pada mukosa bukal kiri dan
kanan hingga sudut mulut, berbentuk garis dan bergelombang, dengan ukuran 15
mm dan berwarna putih.
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien didiagnosa memiliki linea
alba. Diagnosa ditegakkan berrdasarkan gambaran klinis lesi berupa plak pada
mukosa bukal kiri dan kanan hingga sudut mulut, berbentuk garis dan
bergelombang, dengan ukuran 15 mm dan berwarna putih. Garis putih bilateral
tersebut merupakan karakteristik dari linea alba.1-4
Pasien tidak diberikan terapi karena lesi tersebut merupakan variasi
normal.1-4 Pasien diedukasikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dan
menyikat lidahnya.
Linea alba (garis putih) merupakan perubahan yang umum terjadi pada
mukosa bukal. Umumnya dihubungan dengan tekan, iritasi friksional, atau trauma

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

10

akibat permukaan facial gigi. Tidak terdapat masalah lain yang berhubungan
seperti overlap horizontal yang tidak baik, atau restorasi yang kasar dari gigi
penting untuk menentukan perkembangan linea alba.1

BAB 4
KESIMPULAN
Kesimpulan kasus ini pasien mengalami linea alba ditandai dengan adanya
plak putih bilateral pada mukosa bukal kiri dan kanan gigi hingga sudut mulut
pada area oklusal gigi. Temuan tersebut sesuai dengan gambaran klinis dari
linea alba.

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Neville, Damn, Allen, Bouqout. Oral and Maxillofacial pathology. 2nd ed.
London. Philadelphia. 2002
2. LanglaisRP, Miller CS. Color atlas of common oral disease. 2nd ed. Hal 83
3. Anura A. Traumatic Oral Mucosal Lesion. A Mini Review and Clinical
Update. OHDM 2014;13(2):254-259
4. Bruch JM, Treister NS. Clinical oral Medicine and Pathology. London.
Springer. 2010. 43
5. Scully C, Almeida OP, Bagan J dkk. Oral Medicine and Pathology at a
Glance. Singapore. Wiley-Blackwell. 2010 .66-67

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Anda mungkin juga menyukai