Anda di halaman 1dari 16

1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang

berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan
darah, seperti protrombin atau faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta
beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui perannya dalam
pembekuan darah.1
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
Vitamin K1 (phytomenadione), tedapat pada sayuran hijau. Sediaan yang ada saat ini adalah
cremophor dan vitamin K mixed micelles (KMM).
Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan
beberapa strain E. coli.
Vitamin K3 (menadione) merupakan vitamin K sintetik yang sekarang jarang diberikan
pada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.1
Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K dalam tali
pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 48-72 jam
setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini akan bertambah secara perlahan selama
beberapa minggu tetapi tetap berada di bawah kadar orang dewasa. Peningkatan ini
disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari makanan. Sedangkan bayi baru lahir relatif
kekurangan vitamin K karena berbagai alasan, (1) Rendahnya kadar vitamin K dalam plasma
dan cadangan di hati pada saat bayi karena sedikitnya perpindahan vitamin K ke plasenta, (2)
Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI, (3) Tidak mendapat injeksi vitamin K1 pada saat
baru lahir. Vitamin K ini berperan dalam kaskade pembekuan darah.
Semua neonatus dalam 48-72 jam setelah kelahiran secara fisiologis memiliki kadar
faktor koagulasi yang bergantung vitamin K (faktor II, VII, IX, dan X) yang rendah, yang
akan berangsur normal pada usia 7-10 hari. Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya vitamin
K pada ibu dan tidak adanya flora normal usus yang mensintesis vitamin K. Defisiensi faktor
koagulasi tersebut dapat menyebabkan perdarahan spontan.
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic
Disease of the Newborn (HDN), dahulu lebih dikenal dengan Acquired Prothrombin Complex
Deficiency (APCD). PDVK adalah perdarahan spontan atau akibat trauma yang disebabkan
karena penurunan aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX,
2

dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi lain, kadar fibrinogen, dan jumlah trombosit,
masih dalam batas normal. Kelainan ini akan segera membaik dengan pemberian vitamin K.1
Acquaired Prothrombin Complex Deiciency adalah suatu gangguan perdarahan serius
pada periode awal kelahiran yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1966. Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit paling serius yg mempengaruhi bayi. 1
Gangguan pada proses pembekuan darah, dapat berupa kelainan yang diturunkan secara
genetik atau kelainan yang didapat. Gangguan pembekuan yang didapat bias disebabkan oleh
adanya gangguan faktor koagulasi karena kekurangan faktor pembekuan yang tergantung
vitamin K, penyakit hati, percepatan penghancuran faktor koagulasi dan inhibitor koagulasi.
Salah satu diantaranya adalah defisiensi kompleks protrombin yaitu kekurangan faktor-faktor
koagulasi faktor II, VII, IX dan X.1,2,3

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic

Disease of the Newborn (HDN), dahulu lebih dikenal dengan Acquired Prothrombin Complex
Deficiency (APCD). PDVK adalah perdarahan spontan atau akibat trauma yang disebabkan
karena penurunan aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX,
dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi lain, kadar fibrinogen, dan jumlah trombosit,
masih dalam batas normal. Kelainan ini akan segera membaik dengan pemberian vitamin K.1
2.2

Etiologi
Proses hemostasis merupakan mekanisme yang kompleks, terdiri dari empat fase

yaitu fase vaskular (terjadi reaksi lokal pembuluh darah), fase trombosit (timbul aktifitas
trombosit), fase plasma (terjadi interaksi beberapa faktor koagulasi spesifik yang beredar di
dalam darah) dan fase fibrinolisis (proses lisis bekuan darah). Bila salah satu dari keempat
proses ini terganggu, maka akan timbul gangguan pada proses hemostasis yang manifestasi
klinisnya adalah perdarahan.1
Secara umum gangguan pembekuan darah masa anak disebabkan oleh beberapa
keadaan seperti pada tabel 1.
3

Tabel 1. Etiologi gangguan pembekuan darah masa anak2


1. Kekurangan faktor pembekuan darah yang tergantung vitamin K
2. Penyakit hati
3. Percepatan penghancuran faktor koagulasi
a. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
b. Fibrinolisis (penyakit hati, agen trombolitik, pasca pembedahan)
4. Inhibitor terhadap faktor koagulasi
a. Inhibitor spesifik
b. Antibodi antifosfolipid
c. Lain-lain : antitrombin, paraproteinemia
5. Lain-lain
a. Setelah transfusi masif
b. Setelah mendapatkan sirkulasi ekstrakorporal
c. Penyakit jantung bawaan, amiloidosis, sindroma nefrotik

2.3

Epidemiologi
Angka kejadian VKDB berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak

mendapat vitamin K profilaksis. Di Amerika Serikat, frekuensi VKDB dilaporkan bervariasi


antara 0,25-1,5% pada tahun 1961, dan menurun menjadi 0-0,44% pada 10 tahun terakhir
dengan adanya program pemberian profilaksis vitamin K.

Di Jepang, insiden VKDB

mencapai 20 25 per 100.000 kelahiran. 16 Danielsson pada tahun 2004 melaporkan bahwa
insidens VKDB di Hanoi Vietnam sangat tinggi, sebesar 116 per 100.000 kelahiran. Angka
kematian akibat VKDB di Asia mencapai 1:1200 sampai 1:1400 kelahiran. Angka kejadian
tersebut ditemukan lebih tinggi, mencapai 1:500 kelahiran, di daerah-daerah yang tidak
memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir.2,3
Di Indonesia, data mengenai VKDB secara nasional belum tersedia. Hingga tahun
2004 didapatkan 21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr Sardjito Yogyakarta dan 8
kasus di RSU Dr Soetomo Surabaya.

2.4

Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya VKDB antara lain obat-obatan

yang mengganggu metabolisme vitamin K, yang diminum ibu selama kehamilan, seperti
antikonvulsan

(karbamasepin,

fenitoin,

fenobarbital),

antibiotika

(sefalosporin),

antituberkulostik (INH, rifampicin) dan antikoagulan (warfarin). Faktor resiko lain adalah
kurangnya sintesis vitamin K oleh bakteri usus karena pemakaian antibiotika berlebihan,
gangguan fungsi hati (koletasis), kurangnya asupan vitamin K pada bayi yang mendapatkan
ASI ekslusif, serta malabsorbsi vitamin K akibat kelainan usus maupun akibat diare.2,4
2.5

Klasifikasi
Meskipun terdapat beberapa kontroversi mengenai rentang waktu antara kelahiran

sampai terjadinya perdarahan awal, vitamin K deficiency bleeding diklasifikasi menjadi tiga
periode waktu setelah kelahiran, antara lain4:
1.Vitamin K deficiency bleeding dini
Awal-awal vitamin K perdarahan kekurangan biasanya terjadi selama 24 jam pertama
setelah lahir. Hal ini terlihat pada bayi yang lahir dari ibu mengambil antikonvulsan atau obat
antituberkulosis. Komplikasi perdarahan yang serius dapat terjadi dalam jenis perdarahan.
Mekanisme yang antikonvulsan dan antituberkulosis obat menyebabkan perdarahan
kekurangan vitamin K pada neonatus tidak dimengerti dengan jelas, tetapi penelitian yang
terbatas menunjukkan bahwa perdarahan kekurangan vitamin K adalah hasil dari defisiensi
vitamin K dan dapat dicegah dengan pemberian vitamin K kepada ibu selama 2-4 minggu
terakhir kehamilan. Suplemen vitamin K diberikan setelah kelahiran untuk onset dini
perdarahan kekurangan vitamin K mungkin terlalu terlambat untuk mencegah penyakit ini,
terutama jika suplementasi vitamin K tidak disediakan selama kehamilan. 4
Obat ibu banyak dan / atau paparan racun selama kehamilan berhubungan dengan
perdarahan kekurangan vitamin K pada neonatus (misalnya, antikonvulsan: fenitoin,
barbiturat, karbamazepin, obat antitubercular: rifampisin, isoniazid, vitamin K antagonis:
warfarin, phenprocoumon). 4
2. Vitamin K deficiency bleeding klasik
Klasik vitamin K perdarahan kekurangan biasanya terjadi setelah 24 jam dan hingga
akhir minggu pertama kehidupan. Klasik vitamin K perdarahan kekurangan diamati pada bayi
yang belum menerima vitamin K profilaksis saat lahir. Insiden klasik berkisar defisiensi
vitamin K perdarahan 0,25-1,7 kasus per 100 kelahiran. Biasanya penyakit ini terjadi dari hari
5

kedua kehidupan sampai akhir minggu pertama, namun dapat terjadi selama bulan pertama
dan kadang-kadang tumpang tindih dengan akhir-onset perdarahan kekurangan vitamin K.
Bayi yang memiliki Vitamin K deficiency bleeding klasik sering sakit, menunda makan, atau
keduanya. Perdarahan biasanya terjadi pada umbilikus, GI saluran (yaitu, melena),, kulit
hidung, situs bedah (misalnya, sunat), dan, jarang, di otak. 4
3. Vitamin K deficiency bleeding lambat (Acquaired prothrombin complex deficiency)
Hal ini biasanya terjadi antara usia 2-12 minggu, namun, akhir-onset vitamin K
perdarahan kekurangan dapat dilihat selama 6 bulan setelah kelahiran. Penyakit ini paling
sering terjadi pada bayi yang disusui yang tidak menerima vitamin K profilaksis saat lahir.
Vitamin K konten rendah dalam ASI matang dan berkisar dari 1-4 mcg / L. Kontaminan
industri dalam ASI telah terlibat dalam mempromosikan vitamin K perdarahan kekurangan.
Lebih dari setengah dari bayi hadir dengan perdarahan intrakranial akut.4
Tabel 2. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K pada anak
VKDB dini

VKDB lambat
(APCD)
2 minggu 6
bulan (terutama
2-8 minggu)
-Intake Vit K
inadekuat
-Kadar vit K
rendah pada ASI
-Tidak dapat
profilaksis vit K

Umur

< 24 jam

1-7 hari (terbanyak 3-5


hari)

Penyebab &
Faktor resiko

Obat yang
diminum
selama
kehamilan

-Pemberian makanan
terlambat
-Intake Vit K inadekuat
-Kadar vit K rendah
pada ASI
-Tidak dapat profilaksis
vit K

Frekuensi

<5% pada
kelompok
resiko tinggi

0,01-1%
(tergantung pola makan
bayi)

4-10 per 100.000


kelahiran
(terutama di Asia
Tenggara)

Lokasi
perdarahan

Sefalhematom
,
umbilikus,
intrakranial,
intraabdomina
l, GIT,
intratorakal
-penghentian /
penggantian
obat penyebab

GIT, umbilikus, hidung,


tempat suntikan, bekas
sirkumsisi, intrakranial

Intrakranial (3060%), kulit,


hidung, GIT,
tempat suntikan,
umbilikus, UGT,
intratorakal

-Vit K profilaksis (oral /


im)
- asupan vit K yang
Patofisiologi dan Patogenesis adekuat

Vit K profilaksis
(im)
- asupan vit K
yang adekuat

Pencegahan

2.6

VKDB klasik

Secondary PC
deficiency
Segala usia
-obstruksi
bilier
-penyakit hati
-malabsorbsi
-intake kurang
(nutrisi
parenteral)

2.6.1 Proses Koagulasi


Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri dari jalur intrinsik dan jalur
ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah mengenai permukaan sel endotelial, sedangkan
jalur ekstrinsik dimulai dengan pelepasan tissue factor (Faktor III) pada tempat terjadinya
luka.2,6
Jalur pembekuan darah intrinsik memerlukan faktor VIII, IX, X, XI dan XII, dibantu
dengan protein prekalikrein, High-Molecular Weight Kininogen (HMWK), ion kalsium dan
fosfolipid dari trombosit. Jalur ini dimulai ketika prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor
XII bersentuhan dengan permukaan sel endotelial, yang disebut dengan fase kontak. Adanya
fase kontak ini menyebabkan konversi dari prekalikrein menjadi kalikrein, yang kemudian
mengaktifkan faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa memacu proses pembekuan
melalui aktivasi faktor XI, IX, X dan II (protrombin) secara berurutan (Gambar 1).2
Aktifasi faktor Xa memerlukan bantuan dari tenase complex, terdiri dari ion Ca,
faktor VIIIa, IXa dan X, yang terdapat pada permukaan sel trombosit. Faktor VIIIa pada
proses koagulasi bersifat seperti reseptor terhadap faktor IXa dan X. Aktifasi faktor VIII
menjadi faktor VIIIa dipicu oleh terbentuknya trombin, akan tetapi makin tinggi kadar
trombin, malah akan memecah faktor VIIIa menjadi bentuk inaktif.2,6,7
Jalur ekstrinsik dimulai pada tempat terjadinya luka dengan melepaskan tissue factor
(TF). TF merupakan suatu lipoprotein yang terdapat pada permukaan sel, adanya kontak
dengan plasma akan memulai terjadinya proses koagulasi. TF akan berikatan dengan faktor
VIIa akan mempercepat aktifasi faktor X menjadi faktor Xa sama seperti proses pada jalur
intrinsik. Aktifasi faktor VII terjadi melalui kerja dari trombin dan faktor Xa. Faktor VIIa dan
TF ternyata juga mampu mengaktifkan faktor IX, sehingga membentuk hubungan antara jalur
ekstrinsik dan intrinsik.2

Gambar 1. Kaskade pembekuan darah.2


Selanjutnya faktor Xa akan mengaktifkan protrombin (faktor II) menjadi trombin
(faktor IIa). Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin monomer dengan bantuan
kompleks protrombinase yang terdiri dari fosfolipid sel trombosit, ion Ca, faktor V dan Xa.
Faktor V merupakan kofaktor dalam pembentukan kompleks protrombinase. Seperti faktor
VIII, faktor V teraktivasi menjadi faktor Va dipivu oleh adanya trombin. Selain itu trombin
juga mengubah faktor XIII menjadi faktor XIIIa yang akan membantu pembentukan crosslinked fibrin polymer yang lebih kuat.2
2.6.2 Perkembangan Hemostasis Selama Masa Anak
Sistem koagulasi pada neonatus masih imatur sehingga pada saat lahir kadar protein
koagulasi lebih rendah. Kadar dari sistem prokoagulasi seperti protein prekalikrein, High
Molecular Weight Kininogen (HMWK), faktor V, XI dan XII serta faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K (II, VII, IX, X) pada bayi cukup bulan lebih rendah 15 20%
dibandingkan dewasa dan lebih rendah lagi pada bayi kurang bulan. Kadar inhibitor
koagulasi seperti antitrombin, protein C dan S juga lebih rendah 50% dari normal. Sedangkan
kadar factor VIII, faktor von Willebrand dan fibrinogen setara dengan dewasa.3,8
Kadar protein prokoagulasi ini secara bertahap akan meningkat dan dapat mencapai
kadar yang sama dengan dewasa pada usia 6 bulan. Kadar faktor koagulasi yang tergantung
vitamin K berangsur kembali ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada bayi
8

baru lahir rendah mungkin disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu serta tidak adanya
cadangan flora normal usus yang mampu mensintesis vitamin K.3
Selain itu kadar inhibitor koagulasi juga meningkat dalam 3 6 bulan pertama
kehidupan kecuali protein C yang masih rendah sampai usia belasan tahun. 2 Meskipun kadar
beberapa protein koagulasi lebih rendah, pemeriksaan prothrombin time (PT) dan activated
partial thromboplastin time (aPTT) tidak jauh berbeda dibandingkan dengan anak dan
dewasa. Namun didapatkan pemanjangan pemeriksaan bleeding time terutama pada usia < 10
tahun, sehingga interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara hatihati.4,8
2.6.3 Defisiensi Vitamin K
Vitamin K merupakan salah satu vitamin larut dalam lemak, yang diperlukan dalam
sintesis protein tergantung vitamin K (Vitamin K dependent protein ) atau GIa. Vitamin K
diperlukan sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX dan X (kompleks protrombin) serta protein
C dan S yang berperan sebagai antikoagulan (menghambat proses pembekuan). Molekulmolekul faktor II, VII, IX dan X pertama kali disintesis dalam sel hati dan disimpan dalam
bentuk prekursor tidak aktif. Vitamin K diperlukan untuk konversi prekursor tidak aktif
menjadi faktor pembekuan yang aktif.3
Kekurangan vitamin K dapat menimbulkan gangguan dari proses koagulasi sehingga
menyebabkan kecenderungan terjadinya perdarahan atau dikenal dengan Vitamin K
Deficiency Bleeding (VKDB).2
Gambar 2 menunjukkan terjadinya fase karbosilaksi dalam siklus metabolisme
vitamin K. Pada kondisi defisiensi vitamin K, rantai polipeptida dari faktor koagulasi
tergantung vitamin K tetap terbentuk normal, namun fase karboksilasi (proses gamma
karboksilasi dari amino terminal glutamic acid) tidak terjadi. Sehingga bentuk akarboksi dari
faktor II, VII, IX dan X tidak mampu berikatan dengan ion kalsium dan tidak dapat berubah
menjadi bentuk aktif yang diperlukan dalam proses koagulasi.2

Gambar 2. Siklus vitamin K dan reaksi karboksilasi.


Kadar vitamin K pada ASI < 5 mg/ml, jauh lebih rendah dibandingkan dengan susu
formula yaitu sekitar 50 - 60 mg/ml. Selain itu pada usus bayi yang mendapat susu formula,
mengandung bakteri bacteriodes fragilis yang mampu memproduksi vitamin K. Sedangkan
pada bayi dengan ASI eksklusif, ususnya mengandung bakteri Lactobacillus yang tidak dapat
memproduksi vitamin K.2
2.7

Diagnosis
Pendekatan diagnosis VKDB melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi tentang onset perdarahan, lokasi perdarahan,
pola pemberian makanan, serta riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan.
Pemeriksaan fisik ditujukan untuk melihat keadaan umum bayi dan lokasi perdarahan pada
tempat-tempat tertentu seperti GIT, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi dan lain sebagainya.2
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan aktifitas faktor II, VII, IX, dan X
sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia. Terdapat pemanjangan waktu
pembekuan, Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT), sedangkan
Thrombin Time (TT) dan masa perdarahan normal. Pemeriksaan lain seperti USG, CT Scan
atau MRI dapat dilakukan untuk melihat lokasi perdarahan misalnya jika dicurigai adanya
perdarahan intrakranial. Selain itu respon yang baik terhadap pemberian vitamin K
memperkuat diagnosis VKDB.2,3,8
10

VKDB harus dibedakan dengan gangguan hemostasis lain baik yang didapat maupun
yang bersifat kongenital. Diantaranya gangguan fungsi hati juga dapat menyebabkan
gangguan sintesis faktor-faktor pembekuan darah, sehingga memberikan manifestasi klinis
perdarahan. Tabel dibawah memperlihatkan gambaran laboratorium kedua kelainan tersebut.2
Tabel 3. Gambaran laboratorium VKDB dan penyakit hati
Komponen

VKDB

Penyakit Hati

Morfologi eritrosit

Normal

Sel target

PTT

Memanjang

Memanjang

PT

Memanjang

Memanjang

Fibrin Degradation Product (FDP)

Normal

Normal/naik sedikit

Trombosit

Normal

Normal

Faktor koagulasi yang menurun

II,VII,IX,X

I,II,V,VII,IX,X

2.8

Diagnosis Banding
Pada kasus APCD ini, terdapat beberapa diagnosis banding antara lain seperti
cryoglobulinemia, sindrom cushing, disseminated intravascular coagulation, defisisensi
faktor IX/V/VII/VIII/XI/XIII, thrombotik thrombocytopenia purpura. 8
2.9

Pencegahan dan Penatalaksanaan


Penatalaksanaan VKDB terdiri dari penatalaksanaan untuk pencegahan dan

penatalaksaan untuk mengobati kelainan ini.


2.9.1 Pencegahan VKDB
Dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis. Ada tiga bentuk vitamin K,
yaitu :
1. Vitamin K1 (phylloquinone), terdapat dalam sayuran hijau
2. Vitamin K2 (menaquinone), disintesis oleh flora usus normal
3. Vitamin K3 (menadione), vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan karena
dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.2
Pemberian vitamin K per oral sama efektifnya dibandingkan pemberian intramuskular
dalam mencegah terjadinya VKDB klasik, namun tidak efektif dalam mencegah timbulnya
VKDB lambat. Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan phytonadione, suatu sintesis
analog vitamin K1 yang larut dalam lemak, diberikan secara i.m. 2,9
Thailand sejak tahun 1988 merekomendasikan pemberian vitamin K 2 mg per oral
11

untuk bayi normal dan 0,5 1 mg i.m untuk bayi prematur atau tidak sehat. Ternyata mampu
menurunkan angka kejadian VKDB dari 30 70 menjadi 4 7 per 100.000 kelahiran. Sejak
tahun 1999 Vitamin K 1 mg i.m harus diberikan pada semua bayi baru lahir dan diberikan
bersama imunisasi rutin.5
Kanada sejak tahun 1997 merekomendasikan pemberian vitamin K1 intramuskular
0.5mg (untuk bayi < 1500g) dan 1 mg (untuk bayi > 1500g) diberikan dalam waktu 6 jam
setelah lahir. Untuk orang tua yang menolak pemberian secara i.m., vitamin K1 diberikan per
oral dengan dosis 2mg segera setelah minum diulang pada usia 2-4 minggu dan 6-8 minggu.
AAP pada tahun 2003 merekomendasikan pemberian vitamin K pada semua bayi baru lahir
dengan dosis tunggal 0.5mg-1mg i.m. departemen kesehatan RI pada tahun 2003 mengajukan
rekomendasi untuk pemberian vitamin K1 pada semua bayi baru lahir dengan dosis 1mg i.m
(dosis tunggal) atau secara per oral 3 kali @ 2 mg pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari
dan umur 1-2 tahun.10
Untuk ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat
profilaksis vitamin K1 5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg i.m pada 24 jam sebelum
melahirkan. Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg i.m dan diulang 24 jam kemudian.2
Meskipun ada penelitian yang melaporkan hubungan antara pemberian vitamin K i.m
dengan meningkatnya angka kejadian kanker pada anak, namun penelitian terbaru yang
dilakukan oleh Mc Kinney pada tahun 1998 tidak membuktikan adanya peningkatan resiko
terjadinya kanker pada anak yang mendapatkan profilaksis vitamin K i.m.1
Neo K ampul merupakan vitamin K yang sering digunakan pada bayi yang baru lahir
yang diberi secara i.m. untuk pencegahan dan pengobatan pada penyakit hemorragic pada
bayi baru lahir. Neo K ampul mempunyai kandungan Phytonadione, dengan kemasan 1
ampul 2 mg/ ml. Dosis pemberian 0,5 1 mg i.m, 1 6 jam setelah kelahiran. Efek samping
Neo K ini apa bila diberikan secara berlebihan akan menyebabkan Hiperbilirubinemia, dan
terjadi reaksi hipersensitif termasuk syok anafilaktik dan kematian.12

12

gambar 3. Neo K Ampul. http://medicastore.com/obat/12095/NEO-K_AMPUL.html.


2.9.2 Pengobatan Defisiensi Vitamin K
Bayi yang dicurigai mengalami VKDB harus segera mendapat pengobatan vitamin K1
dengan dosis 1 2 mg/hari selama 1 3 hari. Vitamin K1 tidak boleh diberikan secara
intramuskular karena akan membentuk hematoma yang besar, sebaiknya pemberian dilakukan
secara

subkutan

karena

absorbsinya

cepat.

Pemberian

secara

intravena

harus

diperti.mbangkan dengan seksama karena dapat memberikan reaksi anafilaksis, meskipun


jarang terjadi.2
Selain itu pemberian fresh frozen plasma (FFP) dapat dipertimbangkan pada bayi
dengan perdarahan yang luas dengan dosis 10 15 ml/kg, mampu meningkatkan kadar faktor
koagulasi tergantung vitamin K sampai 0,1 0,2 unit/ml. Respon pengobatan diharapkan
terjadi dalam waktu 4 6 jam, ditandai dengan berhentinya perdarahan dan pemeriksaan faal
hemostasis yang membaik. Pada bayi cukup bulan, jika tidak didapatkan perbaikan dalam 24
jam maka harus dipikirkan kelainan yang lain misalnya penyakit hati. Transfusi Packet Red
Cell (PRC) berfungsi untuk mengatasi anemia. Penatalaksanaan lain untuk perdarahan
intrakranial dapat di berikan anticonvulsan, dexamethasone iv, pemeriksaan cairan subdural
setiap hari dengan cara penekanan, dan pungsi lumbal pada saat keadaan membaik serta
pencegahan komplikasi neurologis dan stimulasi untuk kecacatan neurologis. 2,6
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada VKDB ini adalah perdarah intrakranial, dan komplikasi
pemberian vitamin K antara lain reasksi ana filaksis bila diberikan secara IV, anemia
haemolitik, hiperbilirubinemia dalam dosis tinggi, dan hematoma pada lokasi suntikan.12,13

13

2.11

Prognosis
Prognosis VKDB ringan pada umumnya baik, setelah mendapat vitamin K1 akan

membaik dalam waktu 24 jam.9 Angka kematian pada VKDB dengan manifestasi perdarahan
berat seperti intrakranial, intratorakal dan intraabdominal sangat tinggi. Pada perdarahan
intrakranial angka kematian dapat mencapai 25% dan kecacatan permanen mencapai 50
65%.2,8

PENUTUPAN
Kesimpulan
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic
Disease of the Newborn (HDN), dahulu lebih dikenal dengan Acquired Prothrombin Complex
Deficiency (APCD). PDVK adalah perdarahan spontan atau akibat trauma yang disebabkan
karena penurunan aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX,
dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi lain, kadar fibrinogen, dan jumlah trombosit,
masih dalam batas normal. Kelainan ini akan segera membaik dengan pemberian vitamin K.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya VKDB antara lain obat-obatan
yang mengganggu metabolisme vitamin K, yang diminum ibu selama kehamilan, seperti
antikonvulsan. Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri dari jalur intrinsik dan
jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah mengenai permukaan sel endotelial,
sedangkan jalur ekstrinsik dimulai dengan pelepasan tissue factor (Faktor III) pada tempat
terjadinya luka.
Pendekatan diagnosis VKDB melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi tentang onset perdarahan, lokasi perdarahan,
pola pemberian makanan, serta riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan aktifitas faktor II, VII, IX, dan X
sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia.
Penatalaksanaan VKDB dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis.
Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu : Vitamin K1 (phylloquinone), terdapat dalam sayuran
hijau), Vitamin K2 (menaquinone), disintesis oleh flora usus normal), dan Vitamin K3
(menadione). Selain itu pemberian fresh frozen plasma (FFP) dapat dipertimbangkan pada
14

bayi dengan perdarahan yang luas.


DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. DR. dr. Sudigdo Sastroasmoro Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K, Buku
Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak 2007: 279-281
2. Pansatiankul, B., Jitapunkul, S. 2008. Risk factors of Acquaired Prothrombin
Complex Deficiency Syndrome: A Case-Control Study. Journal Med Assoc Thai
91:S1-8. Available from: http://www.medassocthai.org/journal [Accesed on February
11th 2013].
3. Raspati, Harry., Reniarti, Lelani., Susanah, Susi. 2010. Gangguan Pembekuan Darah
didapat Defisiensi Vitamin K. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.
4. Hagstrom

JN,

2003.

Hypoprothrombinemia.

Available

from:

http://www.emedicine.medscape.com/article/956030 [Accessed on February 11th


2013].
5. Nimavat, D.,dkk. 2009. Hemorrhagic Disease of Newborn. Medscape Reference.
Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/974489

[Accessed

on

February 11th 2013].


6. Isarangkura P, Chuansumrit A. 1999. Vitamin K Deficiency in infant. 1999. Available
from: http://www.ishapd.org/1999/43.pdf [Accesed on February 11th 2013].
7. Johnson, Monco., J, Marilyn. 2007. Gangguan koagulasi. Buku Ajar Pediatri Rudolph
Vol 2. Jakarta: EGC.
8. Corrigan, James J. 2000. Penyakit Perdarahan dan Trombosis. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Vol 2 Eds 15. Jakarta: EGC.
9. Schwartz,

Robert.

2011.

Factor

II.

Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/209742 [Accessed on February 11th 2013].


10. Lee, Kimberley G., Dkk. 2010. Hemorrhagic Disease of The Newborn. MedlinePlus.
Available

from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007320.htm

[Accessed on February 11th 2013].


11. Tulchinsky, TH. 2007. Vitamin K Prophylaxis for Newborn: A Position Paper. Braun
School

of

Public

Health.

Available

from:
15

http://archives.who.int/eml/expcom/expcom16/COMMENTS/VitK.pdf [Accessed on
February 11th 2013].
12. Media

Informasi

Obat

dan

Penyakit.

Neo

Ampul.

http://medicastore.com/obat/12095/NEO-K_AMPUL.html. [Accessed on March 04th


2013].
13. Kementerian kesehatan Anak, Pentingnya Pemberian Vitamin K1 Pada Bayi Baru
Lahir.

Direktorat

Bina

Kesehatan

Anak.

2011.

http://www.kesehatananak.depkes.go.id. [Accessed on March 05th 2013].

16

Anda mungkin juga menyukai