Anda di halaman 1dari 3

Mengapa difabel silahkan di baca di post Analisis Kritis Diskriminasi terhadap Kaum Difabel,

sebagai konter atas wacana liberal yang berkembang di masyarakat dan terkonstruksi sangat kuat
yaitu normal dan tidak normal. Hal yang membawa pemaknaan baik dan tidak baik, sehat
atau sakit hingga mampu dan tidak mampu. Mungkin jika keluarga atau anak anda memiliki
kekurangan fisik maka dengan tidak mudah anda akan mengatakannya cacat atau tidak
normal. Pengkategorian meskipun dengan cara sains pun akan memberikan impak yang kurang
baik karena pada akhirnya bisa jadi masyarakat bisa menganggap sebagai berguna dan tak
berguna setelah melakukan tritmen-tritmen dalam institusi pendidikan luar biasa ataupun
lembaga rehabilitasi penyandang cacat.
Cacat atau Disability
Definisi disable betapa mengerikannya:
A disability may be physical, cognitive, mental, sensory, emotional, developmental or some
combination of these.
Disabilities is an umbrella term, covering impairments, activity limitations, and participation
restrictions. An impairment is a problem in body function or structure; an activity limitation is a
difficulty encountered by an individual in executing a task or action; while aparticipation
restriction is a problem experienced by an individual in involvement in life situations. Thus
disability is a complex phenomenon, reflecting an interaction between features of a persons
body and features of the society in which he or she lives.
World Health Organization[1]
Many people would rather be referred to as a person with a disability instead of handicapped.
Cerebral Palsy: A Guide for Care at the University of Delaware offers the following
guidelines:[2]
Impairment is the correct term to use to define a deviation from normal, such as not being able to
make a muscle move or not being able to control an unwanted movement. Disability is the term
used to define a restriction in the ability to perform a normal activity of daily living which
someone of the same age is able to perform. For example, a three year old child who is not able
to walk has a disability because a normal three year old can walk independently. Handicap is the
term used to describe a child or adult who, because of the disability, is unable to achieve the
normal role in society commensurate with his age and socio-cultural milieu. As an example, a
sixteen-year-old who is unable to prepare his own meal or care for his own toileting or hygiene
needs is handicapped. On the other hand, a sixteen-year-old who can walk only with the
assistance of crutches but who attends a regular school and is fully independent in activities of
daily living is disabled but not handicapped. All disabled people are impaired, and all
handicapped people are disabled, but a person can be impaired and not necessarily be disabled,

and a person can be disabled without being handicapped.


An individual may also qualify as disabled if he/she has had an impairment in the past or is seen
as disabled based on a personal or group standard or norm. Such impairments may include
physical, sensory, and cognitive or developmental disabilities. Mental disorders (also known as
psychiatric or psychosocial disability) and various types of chronic disease may also qualify as
disabilities.
Some advocates object to describing certain conditions (notably deafness and autism) as
disabilities, arguing that it is more appropriate to consider them developmental differences that
have been unfairly stigmatized by society.[3]
A disability may occur during a persons lifetime or may be present from birth.
Sumber: Wikipedia
Definisinya dalam bahasa : Cacat:
Cacat (Inggris:Disability) merupakan kelainan pada organ tubuh makhluk hidup yang seharusnya
tidak dimiliki oleh suatu organ tersebut atau luar biasa cute. Program Kebijakan Pemerintah bagi
Penyandang Cacat cenderung berbasis belas kasihan (charity), sehingga kurang memberdayakan
penyandang cacat untuk terlibat dalam berbagai masalah. Kurangnya sosialisasi peraturan
perundang-undangan tentang penyandang cacat menyebabkan perlakuan stakeholder unsur
pemerintah dan swasta yang kurang peduli.
Sumber Wikipedia
Bagaimana mereka bisa dicacatkan?
Sebagai orang timur yang mengahargai budaya, dekat dengan alam bahkan kejadian
terbentuknya alam. Akan sangat menghargai apapun yang ada dan bagaimana nanti mencari
solusinya. Mereka terlahir dengan keadaan tak bisa mendengar, buta, bisu ataupun dalam
perjalanan hidupnya menjadi tak bisa mendengar adalah hal yang biasa yang jikapun pembedaan
normal dan cacat itu berdasarkan statistik kurve normal, maka orang yang tak bisa mendengar
pun banyak dan sudah menjadi hal biasa di sekitar kita. Terkecuali mungkin di militer, ketika
masuk harus dalam keadaan sempurna namun ketika perang dan terluka maka dia mungkin
menjadi orang yang tak berguna, akan tetapi apakah hal tersebut manusiawi dan wajar?.
Metode yang digunakan penjajah Belanda dahulu ketika membuat cacat para pejuang Republik
adalah dengan membuatnya menjadi pesakitan, orang sakit, tidak normal, dan harus di buang ke
Digul untuk bisa disembuhkan atau tobat. Dilakukan oeh republik juga ketika pasca tragedi 1965
yaitu dengan membuang orang-orang PKI atau yang dituduh PKI ke pulau Buru atau
Nusakambangan, untuk disembuhkan dari kelalaiannya bertuhan dan dicacatkan hak-hak
kewarganegaraannya karena komunis. Demikian juga orang yang tuli atau bisu atau cacat apa
akan dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa, agar bisa berpendidikan bareng dengan orang cacat
lainnya. Lumayan sekarang ada pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, namun mengapa

harus khusus dan spesial, mengapa tidak diberikan silabus untuk anak tuna netra, anak tuli,
cerebral palsi, anak autis dan sebagainya sehingga masih saja berbau pencacatan.
Difabel sebagai konter hegemoni
Disabilitas dalam pandangan masyarakat tidak akan pernah berubah ketika masih memakai
wacana cacat dan normal atau anak normal dengan anak berkebutuhan khusus. Pengkotakkotakan ini membawa ragam makna dan ragam ketidakadilan yang masih saja melanggengkan
wacana lama.Sekolah-sekolah yang mengaku mengadopsi pendidikan inklusif pun secara nyata
hanya bisa dihitung dengan jari di Nusantara ini. Mereka semua tidak akan pernah paham dengan
konter wacana difabel, pendidikan inklusi ataupun persamaan perlakuan, apalagi persamaan hak
yang selalu digembar-gemborkan yaitu seperti education for all yang malah sama sekali
amburadul dengan memberikan alat uji dan materi yang sama pada siswa, atau bahkan malah
#sesatpikir dengan tidak ada pembedaan antara miskin dan kaya, sehingga siapa yang mau
sekolah berstandar internasional, tarifnya segini, persetan anda kaya atau miskin. Mereka sama
dan setara dalam arti jumlah rupiah yang sama.
Disabilitas memiliki arti jelas yaitu ketidakmampuan, sementara difabel dengan tegas
mengatakan sebagai kemampuan yang berbeda. Jadi apakah anda tidak memiliki kemampuan
atau memiliki kemampuan tertentu yang berbeda bahkan lebih baik meski anda tak bisa berjalan,
tuli atau buta?. Harap maklum istilah-istilah di Psikolgi pun mengatakan dengan disorder dan
sebagainya, namun apakah itu sesuai dengan budaya dan kearifan kita, yang dengan tanpa filter
langsung mencomot istilah-istilah dalam bahasa tes psikologi?
So? Mulai hari ini ada suatu kesepakatan yaitu menghapuskan penggunaan istilah cacat

terhadap kamu difabel

(Suryaden)

Anda mungkin juga menyukai