Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


ROTARY SAMPLE DEVIDER, HAMMER MILL,
dan SIEVE SHAKER

Dibuat untuk Memenuhi Syarat Praktikum Pengolahan Bahan Galian


Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung

Oleh:
Eko Prayitno 103131017

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSTAS BANGKA BELITUNG
2016

LEMBAR PENGESAHAN
BERITA ACARA PRAKTIKUM
JAW CRUSHER DAN DOUBLE ROLL CRUSHER

Balunijuk, 03 Maret 2016


Praktikan,

Eko Prayitno
Mengetahui
Asisten,

Yuzan Fudhaili Tri Wibawa


Menyetujui
Dosen Pengampuh,

Guskarnali, S.T, M.T

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengolahan
Bahan Galian.
Memenuhi kurikulum jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka
Belitung pada semester VI, Mahasiswa diwajibkan mengikuti praktikum
Pengolahan Bahan Galian, yang merupakan penunjang.
Laporan ini merupakan hasil dari pengamatan penelitian dalam
melaksanakan kegiatan praktikum Pengolahan Bahan Galian.Laporan ini
membahas tentang hasil pengamatan cara kerja alat-alat yang biasa digunakan
oleh perusahaan-perusahaan pertambangan yaitu Jaw Crusher dan Double Roll
Crusher. Laporan ini dibuat untuk memenuhi syarat praktikum pengolahanbahan
galian sebagaimana mestinya.
Dengan selesainya laporan praktikum ini penulis mengucapkan mohon
maaf sebelumnya bila ada kekurangan dalam membuat laporan Pengolahan Bahan
Galian dan sangat berterima kasih kepada dosen pengampuh dan asistenasistennya pada mata kuliah Pengolahan Bahan Galian. Penulis berharap laporan
ini dapat berguna dan bermanfaat di waktu yang akan datang.

Balunijuk, 03 Maret 2016


Penulis

Eko Prayitno

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................5
1.1 Latar Belakang.........................................................................................5
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................6
BAB II TEORI DASAR........................................................................................7
2.1 Definisi Rotary Sample Devider....................................................................7
2.2 Definisi Hammer Mill..............................................................................9
2.3 Definisi Sieve Shaker...............................................................................11
BAB III METODE................................................................................................18
3.1 Alat dan Bahan................................................................................................18
3.2 Langkah-langkah Kegiatan Praktikum......................................................18
3.4 Waktu Kegiatan...........................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................20
4.1 Rotary Sample Devider...................................................................................20
4.2 Hammer Mill.................................................................................21
4.3 Sieve Shaker.22
BAB V KESIMPULAN........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Operasi dalam pengolahan mineral pada prinsipnya sama seperti yang telah
dilakukan pada ribuan tahun yang lalu. Tentunya pada perkembangan peralatan
dan system pengolahan pada masa sekarang ini telah sangat lebih modern, tetapi
masalah yang dihadapi tetap sama, yaitu bagaimana mengolah mineral dengan
sifatnya yang keras, abarasive, susunan kristal yang tidak homogen agar mendapat
hasil pemisahan yang maksimal.
Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah
jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap
untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu
menjalani pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat
ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan.Pengolahan
bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah
suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik
bahan galian untuk memperoleh produk bahan galian yang bersangkutan.
Pengolahan

Bahan

Galian

merupakan

metode

yang

dilakukan

untuk

meningkatkan mutu dan kualitasbahan galian. Karena umumnya material bahan


berharga pada saat proses penambangan masih belumbisa digunakan secara
langsung karena masih bercampur dengan impurutis atau zat pengotor
(Tailing)yang umumnya berasal dari material koalisinya. Setelah proses
pengolahan awal, bahan galian utamabiasanya didapatkan dalam bentuk
konsentrat bahan galian.

Dari segi ekonomis pengolahan ini bertujuan untuk :


1. Memudahkan dalam pengolahan lebih lanjut, Umumnya setelah ditambang,
bahan

galian

digunakansebagai

tidak dapat
bahan

langsung

baku

digunakan,

dari industri

lain

Namun
dengan

kembali

diadakannya

pengolahan awal. Maka hal ini akanmemudahkan konsumen untuk langsung


menggunakan bahan galian tersebut tanpa harusmengeluarkan cost untuk
pengolahan awal, sehingga konsumen akan dapat membeli bahan galiandengan
harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum pengolahan awal.
2. Memaksimalkan jumlah daya angkut. Dengan dipisahkannya antara tailing
dengan konsentrat, maka pada saat proses pemindahan bahangalian, kita tidak
perlu memindahkan zat pengotornya, sehingga jumlah bahan galian yang dapat
kitapindahkan menjadi maksimal dan hal ini akan mempengaruhi pada cost
transportasi pemindahan bahangalian (Hauling) yang semakin rendah.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum pengolahan bahan galian
adalah:
1.2.1 Maksud
1. Untuk dapat mempelajari cara mencari umpan,nilai recovery, konsentrat,
dan tailing dalam suatu formula .
2. Mengetahui nilai kadar dan berat suatu umpan, konsentrat, dan tailing
1.2.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses peremukan atau penghancuranpereduksian suatu
umpan (sampel) dengan menghasilkan produk yang berbeda-beda.
2. Mengetahui aplikasi Rotary Sample Devider, Hammer Mill, dan Sieve
Shaker.
3. Untuk dapat memahami atau mengetahui sistem pengolahan bahan galian
4. Dapat memahami dan menjelaskan beberapa contoh peralatan yang
biasanya digunakan dalam pengolahan bahan galian.

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Rotary Sample Devider


Pembagi Sampel Putar (Rotary Sample Divider atau RSD) Preiser bisa membagi
batu bara, mineral, abu dan sampel butiran lainnya menjadi subbagian-subbagian
secara cepat dan akurat. Laju keluaran, ukuran maksimum sampel, dan rasio
pembagian RSD bisa disesuaikan dengan permintaan pelanggan.RSD bisa
digunakan untuk mencampur sampel sebelum dibagi-bagi dengan mengolah
sampel beberapa kali melalui RSD.

Semua komponen yang menyentuh sampel seperti hoper, nampan


pengisian bergetar, penutup berbentuk U, segmen pembagi dan
penampung tumpahan dibuat dari baja tahan karat.

Bisa digunakan untuk menghasilkan 1 hingga 16 pecahan sampel dalam


berbagai kombinasi. Pilih segmen pembagi berdasarkan ukuran maksimum
nominal, kapasitas dan rasio pembagian sampel. Tersedia segmen-segmen
untuk menghasilkan pecahan berukuran 1/16 sampel, 1/8 sampel, dan 1/4
sampel.

Hoper berukuran 1,8 kaki kubik atau 0,05 m3 (51 liter) dengan pintu
berukuran 4 x 6 inci (10,16 x 15,24 cm) untuk memungkinkan pecahan
sampel yang akurat hingga ukuran maksimum 1 1/3 inci (3,378 cm)

Laju pengisian bisa disesuaikan untuk memungkinkan tingkat ketepatan


pengambilan sampel yang terbesar.

Bagian hoper pengisian bisa digunakan secara terpisah untuk pengisian


alat peremuk rahang dan alat pembuat serbuk.

Penutup berbentuk U berfungsi sebagai pemotong aliran sampel dan


mencegah hilangnya sampel. Jumlah penutup harus sama dengan jumlah
segmen pembagi.

Dimensi: 44 inci (111 cm) T x 56 inci (142 cm) L x 33 inci (83,8 cm) D;
Berat: 650 lb (295 kg); Voltase: 230V / 1PH / 50Hz.

Pembagian sampel dapat dilakukan baik secara manual maupun mekanis.


Jika pembagian akan dilakukan secara manual tetapi tidak menggunakan riffle,
dapat dilakukan dengan cara yang disebut sebagai cara coning and quartering.
Prinsipnya ialah batubara dibentuk seperti gunung (timbunan mirip kerucut
pendek), ditekan sampai rata dan kemudian dibagi menjadi 4 bagian yang sama.
Dua bagian yang berlawanan disatukan untuk kemudian dibagi empat lagi, begitu
seterusnya sampai diperoleh berat yang diinginkan. Dua bagian lainnya dibuang.
Umumnya cara ini dipakai untuk membagi sampel apabila tidak tersedia riffle di
lapangan.
Riffle digunakan untuk membagi sampel menjadi dua bagian sama banyak,
kemudian membagi setengahnya lagi dan demikian seterusnya hingga diperoleh
berat yang diinginkan (sama dengan cara kerja coning and quartering).
Peralatan pembagi sampel yang bekerja secara mekanis antara lain rotary
sample divider (RSD) dan slotted belt. Keuntungan alat pembagi sampel mekanis
ialah reduction ratio dapat divariasikan, dan tidak perlu membagi sampel sampai
setengahnya secara berurutan. Setelah dibagi, sampel dapat diperoleh dengan
mengambil increment kecil yang banyak (diperlukan minimal 50 increment).Jadi,
menghindarkan tahap pencampuran.
Rotary Sample Divider alat ini terdiri atas sejumlah continer misalnya 12
atau 8 yang dibentuk seperti segmen-segmen pada pelat berputar sekitar 60 rpm.
Ukuran minimal lubang pintu harus tiga kali ukuran terbesar partikel batubara.
Jadi, sejumlah increment akan terpisah pada setiap putarannya, terbagi merata ke
settiap kontainer. Jika ada 8 segmen, satu kontainer akan mengandung fraksi
seperdelapan dari jumlah batu bara yang masuk ke RSD, sehingga kita dapat
8

mengambil fraksi 1/8, atau .

2.2 Hammer Mill


Mesin Crusher jenis Hammer Mill ini adalah mesin crusher yang bekerja dengan
prinsip pukul rotary dengan kecepatan rmp yang tinggi. Hampir sama dengan
Impact Crusher, tetapi utk hammer mill bias menghasilkan produk dengan
kehalusan mencapai 80 mesh. Mesin Hammer mill ini biasa digunakan untuk
memproduksi pasir halus, konsentrat mineral, mineral ore, tepung batu-batuan yg
unsur2 pembentuknya berupa butiran halus seperti kapur, dolomite, zeolit, dsb.
Ada 5 struktur yang terdapat pada mesin hammer mill ini, yaitu :
1. Foundation : Ini merupakan bagian paling dasar mesin yang berguna untuk
menghubungkan dan menopang seluruh bagian mesin serta bertindak
sebagai tempat hasil produksi keluar.
2. Rotor : bagian ini berfungsi sebagai penggerak utama kinerja mesin.
Terdiri dari poros utama, piringan bingkai, piringan penghancur, dan
landasan. Bagian ini juga bekerja dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan keseimbangan setiap bagian
sebelum mesin dijalankan.

3. Operating door : Bagian ini berfungsi sebagai pintu untuk melihat dan
memeriksa komponen-komponen yang berada di dalam mesin. Hal ini
memungkinkan kita untuk membersihkan saringan dan mengganti pisau
penghancur dengan lebih mudah.
4. Casing bagian atas : Bagian ini berfungsi sebagai penghubung antara
bagian atas mesin dengan bagian bawahnya. Selain itu, casing ini juga
berfungsi sebagai pengapit saringan dan memberikan ruangan produksi
yang cukup bersama-sama dengan rotor.
5. Feeding guide structure : Bagian ini berfungsi sebagai pintu masuk bahan
baku produksi.

Prinsip Kerja
Bahan baku yang dimasukkan ke dalam mesin selanjutnya akan dibawa oleh
sebuah pelat ke bagian penghancuran. Setelah bahan baku dihancurkan, lantas
kemudian bahan pun akan dipotong dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga
menjadi tepung. Proses ini juga menimbulkan tekanan udara di dalam akan
mengalir keluar. Dengan kata lain bahan baku yang berupa tepung akan terbang
keluar melewati saringan. Bahan yang masih berukuran besar akan diproses
kembali hingga berbentuk tepung halus.
Cara Kerja

10

Cara kerja mesin hammer mill ini sebenarnya tidak terlalu rumit. Secara umum,
mesin ini berbentuk sebuah tabung besi yang memiliki poros di bagian vertikal
atau horizontal. Rotor berputar di bagian dalam mesin akan menggerakkan mesin
penepung. Bahan baku yang telah diproses oleh mesin akan keluar sesuai besar
ukuran yang telah dipilih melalui saringan.
2.3 Sieve Shaker
Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan
menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian dapat dipisahkan anatara
partikel lolos ayakan (butiran halus) dan yang tertinggal di ayakan ( butiran
kasar). Ukuran butiran tertentu yang masihdapat melintasi ayakan dinyatakan
sebagai butiran batas.
Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan yang
mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses
pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang
ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita untuk
mendapatkan serbuk dengan ukuran yang seragam.
Sieve shaker merupakan suatu alat yang berfungsi dalam memilah sedimen
berdasarkan ukuran partikelnya. Pada sieve shaker terdapat saringan ataupun
ayakan-ayakan yang pada dasarnya diberikan lubang yang disebut dengan Mesh.
Mesh menggunakan jumlah lubang persatuan panjang yang apabila negara yang
menggunakan sistem satuan Inggris menggunakan satuan inchi yang dihitung dari
pusat kawat. Ukuran partikel adalah dimensi suatu partikel yang dinyatakan dalam
istilah lubang terkecil dimana partikel tersebut dapat melewatinya.
Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan
menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara
partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir
kasar).Ukuran butiran tertentu yang masih bisa melintasi ayakan, dinyatakan
sebagai butiran batas (Voigt, 1994).Teknik pemisahan dengan menggunakan
pengayakan, merupakan teknik yang tertua, teknik ini dapat dilakukan untuk
11

campuran heterogen khususnya campuran dalam fasa padat. Proses pemisahan


didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran tersebut. Sehingga
ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam
satuan mesh (Zulfikar, 2010), contoh ayakan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

Gambar 1. Saringan dengan ukuran pori dalam mesh


Pada pengayakan manual, bahan dipaksa melewati lubang ayakan, umumnya
dengan bantuan bilah kayu atau bilah bahan sintetis atau dengan sikat.Beberapa
farmakope memuat spesifikasi ayakan dengan lebar lubang tertentu.Sekelompok
partikel dinyatakan memiliki tingkat kehalusan tertentu jika seluruh partikel dapat
melintasi lebar lubang yang sesuai (artinya tanpa sisa diayakan).Dengan demikian
ada batasan maksimal dari ukuran partikel (Voigt, 1994).
Sedangkan, pada pengayakan secara mekanik (pengayak getaran, guncangan atau
kocokan) dilakukan dengan bantuan mesin, yang umumnya mempunyai satu set
ayakan dengan ukuran lebar lubang standar yang berlainan. Bahan yang dipak,
bergerak-gerak diatas ayakan, berdesakan melalui lubang kemudian terbagi
menjadi fraksi-fraksi yang berbeda.Beberapa mesin pengayak bekerja dengan
gerakan melingkar atau ellipsoid terhadap permukaan ayakan. Pada jenis ayakan
yang statis, bahan yang diayak dipaksa melalui lubang dengan menggunakan
bantuan udara kencang atau juga air deras (Voigt, 1994).

12

Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam pengayakan tergantung
dari material yang akan dianalisa, anatara lain:
1.Ayakan dengan gerak

Gambar 2. Ayakan dengan gerakan melempar


Cara pengayakan dalam metode ini, sampel terlempar ke atas secara vertikal
dengan sedikit gerakan melingkar sehingga menyebabkan penyebaran pada
sampel dan terjadi pemisahan secara menyeluruh, pada saat yang bersamaan
sampel yang terlempar keatas akan berputar (rotasi) dan jatuh di atas permukaan
ayakan, sampel dengan ukuran yang lebih kecil dari lubang ayakan akan
melewati saringan dan yang ukuran lebih besar akan dilemparkan ke atas lagi dan
begitu seterusnya. Sieve shaker modern digerakkan dengan electro magnetik yang
bergerak dengan menggunakan sistem pegas yang mana getaran yang dihasilkan
dialirkan ke ayakan dan dilengkapi dengan kontrol waktu (Zulfikar, 2010).
2. Ayakan dengan gerakan horizontal

13

Gambar 3. Ayakan dengan gerakan horizontal


Cara Pengayakan dalam metode ini, sampel bergerak secara horisontal (mendatar)
pada bidang permukaan sieve (ayakan), metode ini baik digunakan untuk sampel
yang berbentuk jarum, datar, panjang atau berbentuk serat. Metode ini cocok
untuk melakukan analisa ukuran partikel aggregat (Zulfikar, 2010).
Metode pengayakan digunakan untuk pengukuran partikel diameter 50 nm-500
nm.Metode ini menggunakan satu seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh
National Bureau of Standards. Menurut metode USP untuk menguji kehalusan
serbuk, suatu massa sampel diletakkan pada ayakan yang sesuai dalam suatu alat
penggojog mekanis (shaker). Serbuk digojog selama beberapa waktu tertentu dan
bahan yang lolos dari satu ayakan, berikutnya dapat diayak pada ayakan yang
lebih halus, kemudian dikumpulkan, dan ditimbang (Sudjaswadi, 2002).
Metode pengayakan digunakan untuk mengetahui ukuran partikel berdasarkan
nomor mesh.Metode ini merupakan metode langsung karena ukuran partikel dapat
dilhat secara dua dan tiga dimensi.Metode ini menggunakan suatu seri ayakan
standar yang dikalibrasi oleh The National Bureau of Standard.Ayakan umumnya
digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar, tetapi jika digunakan
dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan untuk mengayak
bahan sampai sehalus 44 mikrometer (ayakan no.325).
Jika diinginkan analisis yang lebih rinci, ayakan bisa disusun lima berturut-turut
mulai dari yang kasar di atas, sampai dengan yang terhalus di bawah. Satu sampel
serbuk yang ditimbang teliti ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah
ayakan tersebut digoyangkan untuk satu periode waktu tertentu, serbuk yang

14

tertinggal di atas tiap saringan ditimbang. Kesalahan pengayakan akan timbul dari
sejumlah

variabel

termasuk

beban

ayakan

dan

lama

serta

intensitas

penggoyangan.
Metode dengan menggunakan satu seri ayakan yang telah dikalibrasi oleh
Nasional Bureau of Standards, merupakan suatu metode yang paling sederhana,
tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel.Di sini penentunya adalah
pengukuran geometrik partikel.Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut
meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang
akandiayak diletakkan pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel
yang ukurannya lebih kecil dari lebar jala yang dijumpai, berjatuhan
melewatinya.Menghasilkan bahan halus (bahan yang lolos dari ayakan).Partikel
yang tinggal pada ayakan, membentuk bahan kasar.
Menurut metode U.S.P untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel
tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik.
Nomor mesh menyatakan banyaknya lubang dalam 1 inchi. Ayakan dengan nomor
mesh kecil memiliki lubang ayakan yang besar berarti ukuran partikel yang
melewatinya juga berukuran besar. Sebaliknya ayakan dengan nomor mesh besar
memiliki lubang ayakan kecil berarti ukuran partikel yang melewatinya kecil.
Tujuan penyusunan ayakan adalah memisahkan partikel sesuai dengan ukuran
partikel masing-masing sehingga bahan yang lolos ayakan pertama akan tersaring
pada ayakan kedua dan seterusnya hingga partikel itu tidak dapat lagi melewati
ayakan dengan nomor mesh tertentu.

15

Gambar 4. Susunan ayakan untuk memisahkan partikel sesuai dengan ukuran


partikel masing-masing
Waktu pengayakan dilakukan selama lima menit karena waktu tersebut dianggap
waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan (nomor
mesh). Bila waktu lebih dari lima menit dikhawatirkan partikel terlalu sering
bertumbukan sehingga pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan begitu akan
terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang dari lima menit partikel belum terayak
sempurna.
Setelah diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan untuk
mengetahui besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat disebabkan
tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan bahan dari ayakan ke
timbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung.Pengayakan dilakukan
sampai selisih dengan bobot sebelumnya tidak lebih dari 5% untuk meminimalisir
kesalahan karena jika lebih dari 5% berarti tidak homogen.Secara statistik
dihitung % bobot kumulatif bobot atas dan bobot bawah.Atas ukuran maksudnya
untuk mengetahui bobot sampel yang ada pada pengayakan paling atas atau
menghitung seluruh jumlah % partikel yang berada di atas ayakan, sedangkan
bobot kumulatif bawah dihitung berdasarkan perhitungan 100 nomor mesh
(Anonim, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain :
1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu
optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya
serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi
terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika
sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.

16

3. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin


banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili
semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah
keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang
paling kasar.

Keuntungan dari metode pengayakan antara lain:


1. Lebih cepat dan praktis.
2. Dapat diketahui ukuran partikel dari kecil sampai besar.
3. Dalam waktu relatif singkat dapat diperoleh hasil yang diinginkan.
4. Tidak bersifat subyektif.
5. Lebih mudah diamati.
6. Tidak membutuhkan ketelitian mata pengamat.
Kerugian dari metode pengayakan antara lain.
1. Tidak dapat mengetahui bentuk partikel secara pasti seperti pada metode
mikroskopi.
2. Ukuran partikel tidak pasti karena ditentukan secara kelompok
(berdasarkan keseragaman). Tidak dapat menentukan diameter partikel
karena ukuran partikel diperoleh berdasarkan nomor mesh ayakan.

17

3. Adanya agregasi karena adanya getaran sehingga mempengaruhi validasi


data.

BAB III
METODE
3.1 Alat dan Bahan

Rotary Sample Devider


Hammer Mill
Sieve Shaker
Alat pelindung diri ( apron, kaca mata safety, aerphone, masker )
Bahan ( batu granit)

3.2 Langkah-langkah Kegitan Praktikum


Rotary Sample Devider

Siapkan bahan yang akan diproses


Nyalakan mesin Rotary Sample Devider
Masukkan bahan/material kedalam mesin Rotary Sample Devider
Tunggu hingga material terbagi pada riffle

18

Setelah material telah terbagi, material siap untuk diproses ke tahapan


selanjutnya.
Hammer Mill

Siapkan material yang akan diproses


Nyalakan mesin Hammer Mill
Masukkan bahan/material kedalam mesin Hammer Mill
Tunggu hingga proses pengecilan ukuran selesai
Setelah proses selesai, ambil hasil pada tempat penampungan
Material siap diproses ke tahapan selanjutnya

Sieve Shaker
Urutkan/susun ayakan bertingkat dari atas ke bawah dengan diawali
ayakan yang memiliki diameter lubang paling besar hingga terkecil.
Masukkan material ke dalam ayakan paling atas (diameternya paling
besar).
Letakkan di atas shieve shaker (mesin pemisah partikel), dan tutup dengan
menggunakan tutup pemberat yang sudah tersedia di shaker guna untuk
menekan ayakan bertingkat agar tidak goyang dan tumpah.
Nyalakan mesin dengan menekan tombol START/RESUME.
Setelah mesin berhenti, ambil ayakan dari mesin dan lihat hasil sedimen
dari setiap ayakan. Untuk hasil ayakan yang paling kecil di masukkan ke
dalam cawan dan dimuat di open.

3.3 Waktu Kegiatan


Pelaksanaan praktikum Pengolahan Bahan Galian pertemuan pertama kali
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Maret 2016 pukul 15.00 WIB.

19

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Rotary Sample Devider


Tipe jaw crusher

20

Jaw crusher yang digunakan dalam kegiatan praktikum dengan ukuran


material maksimal 5 x 8

Bahan
Bahan yang digunakan yang digunakan berupa batu granit

Hasil
Hasil produksi dari jaw crusher berukuran agak besar dari pada double roll
crusher karena jaw crusher, merupakan alat primary crushing.

21

4.2 Double Roll Crusher


Tipe Double Roll Crusher

Bahan
Bahan yang digunakan berupa batu granit berukuran lebih kecil, karena
bouble roll crushing merupakan alat secondary crushing.

Pengaturan jarak double roll crusher


Pengaturan jarak dilakukan agar mendapatkan hasil dari produksi sesuai
dengan hasil yang diinginkan.

22

Hasil
Hasil produksi dari double roll crusher berukuran lebih kecil daripada hasil
dari produksi jaw crusher. Hasil produksi berukuran sesuai dengan ukuran
jarak dari kedua roll crusher.

BABV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari kegiatan praktikum pengolahan bahan galian industri Rotary


Sample Devider, Hammer Mill, dan Sieve Shaker sebagai berikut :
Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk
meningkatkan mutu dan kualitas bahan galian. Karna umumnya material bahan

23

berharga pada saat proses penambangan masih belum bisa digunakan secara
langsung karna masih bercampur dengan impurutis atau zat pengotor (Tailing)
yang umumnya berasal dari material koalisinya. Setelah proses pengolahan awal,
bahan galian utama biasanya didapatkan dalam bentuk konsentrat bahan galian.
Dari segi ekonomis pengolahan ini bertujuan untuk :
1. Memudahkan dalam pengolahan lebih lanjut
Umumnya, setelah ditambang, bahan galian tidak dapat langsung
digunakan. Namun kembali digunakan sebagai bahan baku dari industri
lain dengan diadakannya pengolahan awal. Maka hal ini akan
memudahkan konsumen untuk langsung menggunakan bahan galian
tersebut tanpa harus mengeluarkan cost untuk pengolahan awal, sehingga
konsumen akan dapat membeli bahan galian dengan harga yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan sebelum pengolahan awal.
2. Memaksimalkan jumlah daya angkut
Dengan dipisahkannya antara tailing dengan konsentrat, maka pada saat
proses pemindahan bahan galian, kita tidak perlu memindahkan zat
pengotornya, sehingga jumlah bahan galian yang dapat kita pindahkan
menjadi maksimal dan hal ini akan mempengaruhi pada cost transportasi
pemindahan bahan galian (Hauling) yang semakin rendah.

Dari segi teknis, pengolahan awal ini juga memliki beberapa


keuntungan,diantaranya :
1. Memudahkan dalam pengolahan lanjutan
Dengan sudah terpisahnya konsentrat dan tailing, maka pengolahan
lanjutan untuk konsentrat ini akan menjadi lebih mudah.
2. Kemungkinan mendapatkan mineral ikutan
Pada saat pengolahan, proses utama yang dilakukan adalah memisahkan
bahan galian utama dengan material lain.

24

DAFTAR PUSTAKA

Sukamto, Untung. dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Pengolahan Bahan Galian.


Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, Jurusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta.
Anonim. 2010. Particle Size Sieve Analyses. (Online).
(http://www.particletechlabs.com/particle-size/sieve-analyses, diakses Minggu, 20
Mei 2012 pukul 08.11 WIB).
Parrot, L,E..1970. Pharmaceutical Technologi. Burgess Publishing Company.
Mineapolish.

25

Zulfikar. 2010. Pengayakan. (online). (http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dananalisis/pengayakan/ , diakses Minggu, 13 Mei 2012 pukul 20.12 WIB).

26

Anda mungkin juga menyukai