Anda di halaman 1dari 27

Definisi Dan Fungsi Alat Rontgen Secara Lengkap

RAGAM PERSIAPAN RONTGEN


Persiapan sebelum pemeriksaan dengan menggunakan sinar rontgen dapat dibedakan
sebagai berikut:

Radiografi konvensional tanpa persiapan. Maksudnya, saat anak datang bisa


langsung difoto. Biasanya ini untuk pemeriksaan tulang atau toraks.

Radiografi konvensional dengan persiapan. Yaitu pemeriksaan radiografi


konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya untuk foto rontgen
perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam atau
hanya makan bubur kecap. Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya pun
dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang dideritanya.

Pemeriksaan dengan kontras. Yaitu sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke


dalam tubuh dengan Cara diminum, atau dimasukkan lewat anus, atau
disuntikkan ke pembuluh vena. Alat rontgen yang digunakan untuk
pemeriksaan selanjutnya adalah fluoroskopi. Pemeriksaan dilakukan jika usus
atau lambung anak dicurigai terputar. Untuk anak yang dicurigai menderita
Hirschsprung (penyempitan di usus besar yang disebabkan bagian usus tidak
memiliki persarafan pada dindingnya), kontras dimasukkan lewat anus.
Sedangkan untuk anak yang mengalami kelainan ginjal atau saluran kemih,
kontras dimasukkan lewat pembuluh vena atau kandung kemih

Setelah dilakukan tindakan ini, bukan tidak mungkin akan muncul reaksi alergi pada
beberapa anak. Indikasinya adalah gatal, kemerahan, muntah, tekanan darah turun
hingga sesak napas. Oleh karena itu, alat/obat-obat untuk menangani kondisi ini harus
tersedia di ruang pemeriksaan yang merupakan bagian dari prosedur standar
pelaksanaan rontgen menggunakan kontras.
Untuk mencegah paparan radiasi, ada perlengkapan khusus yang digunakan selama
proses berlangsung. Misalnya organ vital anak akan ditutup selama pelaksanaan foto
rontgen, atau orang tua yang memegangi anaknya diharuskan memakai pelindung
khusus yang disebut shielding atau apron. Jatuhnya sinar ke tubuh anak pun harus
melewati piranti khusus guna meminimalisir kemungkinan bahaya radiasi. Intinya,
persiapan matang sudah dipikirkan untuk memprioritaskan keamanan pasien.
Cara Kerja Foto Rontgen
Foto rontgen di gunakan oleh para dokter untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh
pasien. Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana kondisi

kesehatan paru-paru, jantung, bagian dalam perut, dan bagian-bagian dalam tubuh
pasien yang lain. Dari foto ronsen jugalah kita dapat mengetahui keadaan tulangtulang. Apakah ada yang patah, bengkok, atau ada ketidak normalan sambungan antar
tulang.
Tidak seperti foto pada umumnya, foto rontgen menggunakan sinar X sebagai
pemantul cahayanya. Namun, tidak seperti cahaya lampu yang dapat bersinar terang,
sinar ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang.
Untuk memotret bagian dalam tubuh, seseorang harus berada di antara tempat
penyimpanan film dan tabung yang memancarkan sinar X tersebut.Sinar X ini akan
menembus kulit dan bagian tubuh lain kecuali tulang. Bayangan sinar ini kemudian
direkam pada film. Setelah film tersebut dicuci, bagian yang tidak dapat ditembus
sinar X akan berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus oleh sinar X akan
berwarna putih.
Dari hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit dalam atau dokter tulang dapat
menentukan pengobatan yang tepat bagi pasiennya.
Dibaca :
Unit ukuran dan eksposur
Ukuran X-sinar pengion kemampuan disebut eksposur:

The coulomb per kilogram (C / kg) adalah SI unit radiasi pengion paparan, dan
itu adalah jumlah radiasi yang dibutuhkan untuk membuat satu coulomb biaya
polaritas masing-masing satu kilogram materi.

The rontgen (R) adalah unit tradisional usang paparan, yang mewakili jumlah
radiasi yang diperlukan untuk membuat satu unit yang elektrostatik biaya
polaritas masing-masing dalam satu sentimeter kubik udara kering. 1 rontgen =
2.58 10 -4 C / kg.

Namun, efek radiasi pengion pada masalah (terutama jaringan hidup) lebih erat terkait
dengan jumlah energi yang disimpan ke dalam mereka daripada biaya yang di
hasilkan . Ini mengukur energi yang diserap disebut dosis serap :

The abu-abu (Gy), yang memiliki satuan (joule / kilogram), adalah unit SI dari
dosis serap , dan itu adalah jumlah radiasi yang diperlukan untuk deposit satu
joule energi dalam satu kilogram apapun materi.

The rad adalah unit (usang) tradisional yang sesuai, sama dengan 10 millijoules
energi disimpan per kilogram. 100 rad = 1 abu-abu.

Dosis ekivalen adalah ukuran dari efek biologis dari radiasi pada jaringan manusia.
Untuk sinar-X itu sama dengan dosis serap .

The sievert (Sv) adalah satuan SI untuk dosis ekivalen , dan dosis efektif , yang
untuk dosis setara dengan sinar-X secara numerik sama dengan abu-abu (Gy),
dan untuk dosis efektif sinar-X biasanya tidak sama dengan abu-abu (Gy).

The setara rontgen man (rem) adalah unit tradisional dosis ekivalen. Untuk
sinar-X itu sama dengan rad millijoules atau 10 energi disimpan per kilogram. 1
Sv = 100 rem.

Kesulitan: pada sinar X-ray dapat melintasi obyek yang relatif tebal tanpa banyak
diserap atau tersebar . Untuk alasan ini sinar-X secara luas digunakan untuk gambar
bagian dalam obyek visual buram.
Kemudahan:dengan rontgen kita dapat mendeteksi penyakit-penyakit dalam secara
mudah.
Solusi:jangan berlebihan dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen

Bahaya Alat Rontgen Masih Menimbulkan Kekeliruan

Jika kita berkutat pada bidang kesehatan, tentu kita sudah mengenal dengan alat radiologi yang
kita kenal dengan sebutan alat rontgen. Akan tetapi, pemberitahuan akan bahaya alat rontgen
pada kesehatan manusia masih diabaikan. Bahkan dari beberapa kasus, masih banyak orang tua
yang menginginkan anaknya di rontgen saat terserang batuk dengan alasan ingin melihat secara
detail paru-paru si anak.
Nah, perlu kita ulas kembali bahwasannya alat rontgen merupakan suatu metode diagnostik
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik berupa Sinar-X.
Sinar-X
Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Sinar-X adalah pancaran
gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang listrik, radio, inframerah panas,

cahaya, sinar gamma , sinar kosmik dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang
sangat pendek. Penggunaan sinar-x adalah sesuatu yang penting untuk diagnosa gigi geligi serta
jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling banyak pada diagnostic imaging system.
Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak pada panjang gelombang
dimana panjang gelombang pada Sinar-X lebih pendek yaitu :
1 A = 1/100.000.000 cm = 10-8 cm.
Sifat Sinar-X
Daya tembus Sinar-X dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus
yang sangat besar.
Pertebaran Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada
bahan atau zat yang dilalui.
Penyerapan Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin
besar penyerapannya.
Fluoresensi Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi).
Ionisasi Efek primer dari Sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan
ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
Efek biologi Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
Terjadinya Sinar-X
Pada dasarnya pesawat Sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung Sinar-X, sumber
tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung Sinar-X, dan
unit pengatur.
Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dimana pada tabung tersebut dalam keadaan
vakum fungsinya agar elektron yang bergerak cepat dapat bergerak bebas dan tidak bertumbukan
dengan elektron lain. kemudian pada tabung rontgen diberi sumber listrik untuk memanaskan
katoda (filament) kira-kira lebih dari 20.000 0C sampai menyala dengan mengantarkan listrik dari
transformator, Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament) terlepas, dengan
memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat gerakannya menuju anoda
(target), electron yang bergerak dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000 Kvolt)
yang mengenai target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami perlambatan saat mendekati
target karena pengaruh gaya inti atom (target anoda) sehingga menimbulkan Sinar-X yang mana
dinamakan Sinar-X Brehmsstrahlung, elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda
(target) sehingga terbentuk panas (99%) dan Sinar-X (1%), Sinar X akan keluar dan diarahkan
dari tabung melelui jendela yang disebut diafragma, panas yang ditimbulkan pada target
(sasaran) akibat benturan elektron dihilangkan dengan radiator pendingin.
Berikut hasil pemotretan dengan rontgen

Pemanfaatan Sinar-X dalam Dunia Medis


Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan gelombang pendek. SinarX mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian
sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran nuklir.
Pemanfaatan sinar-X di bidang kedokteran nuklir merupakan salah satu Cara untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi ini telah cukup beragam mulai dari radiasi untuk
diagnostik, pemeriksaan sinar-X gigi dan penggunaan radiasi sinar-X untuk terapi. Radioterapi
adalah suatu pengobatan yang menggunakan sinar pengion yang banyak dipakai untuk
menangani penyakit kanker. Alat diagnosis yang banyak digunakan di daerah adalah pesawat
sinar-X (photo Rontgen) yang berfungsi untuk photo thorax, tulang tangan atau kaki dan organ
tubuh yang lainnya. Radiasi di bidang kedokteran membawa manfaat yang cukup nyata bagi
yang menggunakannya. Dengan radiasi suatu penyakit atau kelainan organ tubuh dapat lebih
awal kita diketahui dan pendeteksiannya lebih teliti.
Bahaya Sinar-X
1. Bila sinar-x mengenai tubuh manusia akan menyebabkan jaringan kulit menjadi mengering,
jaringan tulang akan keropos dan sel telur perempuan akan mati, sehingga menyebabkan mandul.
2. Radiasi dari sinar-x ini bukanlah penyakit, akan tetapi dampak radiasi ini akan menurunkan
tingkat stamina dan kekebalan tubuh seseorang.
3. Sinar-x yang dipaparkan kepada wanita hamil dapat berpotensi menimbulkan keguguran, atau
cacat janin, termasuk malformasi, pertumbuhan terlambat, terbentuk kanker pada usia
dewasanya, atau kelainan lainnya.
http://thazbhy.blogspot.co.id/2013/11/definisi-dan-fungsi-alat-rontgensecara_4655.html

ILMU PENGETAHUAN ALAT RONTGEN


Published October 19, 2013 by bebellarizki

Nama : Bella Rizki


kelas : 1EB18

NPM : 21213697
TUGAS PKTI 1C
ALAT RONTGEN

Orang lebih mengenal alat kedokteran ini dengan sebutan Rontgen. Alat ini dipergunakan untuk
mengetahui bagian dalam khususnya paru-paru. X-ray menjalankan fungsi kerjanya dengan
penggunaan sinar radiasi. Sinar-X (rontgen) merupakan jenis radiasi yang paling banyak
ditemukan dalam kegiatan sehari-hari. Semua sinar-X di bumi ini dibuat oleh manusia dengan
menggunakan peralatan listrik tegangan tinggi. Alat pembangkit sinar-X dapat dinyalakan dan
dimatikan. Jika tegangan tinggi dimatikan, maka tidak akan ada lagi radiasi. Sinar-X dapat
menembus bahan, misalnya jaringan tubuh, air, kayu atau besi, karena sinar-X mempunyai
panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-X hanya dapat ditahan secara efektif oleh bahan
yang mempunyai kerapatan tinggi, misalnya timah hitam (Pb) atau beton tebal Sinar-X atau sinar
Rntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer (mirip dengan frekuensi dalam jangka 30 PHz to
60 EHz). Sinar-X umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan Kristalografi sinar-X.
Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.
SEJARAH RONTGEN (1845-1923)
Wilhelm Conrad Rontgen adalah penemu sinar X yang dilahirkan pada tahun 1845 di kota
Lennep, Jerman. Dia memperoleh gelar doktor tahun 1869 dari Universitas Zurich. Selama 19
tahun sesudah itu, Rontgen bekerja di berbagai universitas, dan lambat laun memperoleh reputasi
seorang ilmuwan yang handal. Tahun 1888 dia diangkat menjadi mahaguru bidang fisika dan
Direktur Lembaga Fisika Universitas Wurburg. Di situlah, tahun 1895, Rontgen membuat
penemuan yang membuat namanya terkenal.

Pada tanggal 8 November 1895 Rontgen membuat percobaan dengan sinar cathode. Sinar
cathode terdiri dari arus electron. Arus diprodusir dengan menggunakan voltase tinggi antara
elektrode yang ditempatkan pada masing-masing ujung tabung gelas yang udaranya hampir
dikosongkan seluruhnya. Sinar cathode sendiri tidak khusus merembes dan sudah distop oleh
beberapa sentimeter udara. Pada peristiwa ini Rontgen sudah sepenuhnya menutup dia punya
tabung sinar cathode dengan kertas hitam tebal, sehingga biarpun sinar listrik dinyalakan, tak ada
cahaya yang bisa terlihat dari tabung. Tetapi, tatkala Rontgen menyalakan arus listrik di dalam
tabung sinar cathode, dia terperanjat melihat bahwa cahaya mulai memancar pada layar yang
terletak dekat bangku seperti distimulir oleh sinar lampu. Dia padamkan tabung dan layar (yang
terbungkus oleh barium platino cyanide) cahaya berhenti memijar. Karena tabung sinar cathode
sepenuhnya tertutup, Rontgen segera sadar bahwa sesuatu bentuk radiasi yang tak kelihatan
mesti datang dari tabung ketika cahaya listrik dinyalakan. Karena ini merupakan hal yang
misterius, dia sebut radiasi yang tampak itu sinar X. Adapun X merupakan lambang
matematik biasa untuk sesuatu yang tidak diketahui.
Setelah itu, Rontgen menyisihkan penyelidikan-penyelidikan lain dan pusatkan perhatian
terhadap penelaahan hal-ihwal yang terkandung dalam sinar X. Sesudah beberapa minggu

kerja keras, dia menemukan bukti-bukti lain seperti :


(1) sinar X dapat membuat berbagai sinar benda kimia selain barium platinocyanide.
(2) sinar X dapat menerobos melalui berbagai benda yang tak tembus oleh cahaya biasa.
Penggunaan sinar X yang paling dikenal tentu saja di bidang pengobatan dan diagnosa gigi.
Penggunaan lain adalah di bidang radioterapi, di mana sinar X digunakan untuk menghancurkan
tumor ganas atau mencegah pertumbuhannya.
Rontgen tak punya anak, karena itu dia dan istrinya mengangkat anak seorang gadis. Tahun 1901
Rontgen menerima Hadiah Nobel untuk bidang fisika, yang untuk pertama kalinya diberikan
untuk bidang itu. Dia tutup usia di Munich, Jerman tahun 1923.
komponen Sinar-X

RAGAM PERSIAPAN RONTGEN


Persiapan sebelum pemeriksaan dengan menggunakan sinar rontgen sebagai berikut:

Radiografi konvensional tanpa persiapan. Maksudnya, saat anak datang bisa


langsung difoto. Biasanya ini untuk pemeriksaan tulang atau toraks.

Radiografi konvensional dengan persiapan. Yaitu pemeriksaan radiografi


konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya untuk foto rontgen
perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam atau
hanya makan bubur kecap. Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya
pun dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang dideritanya.

Pemeriksaan dengan kontras. Yaitu sebelum dirontgen, kontras dimasukkan


ke dalam tubuh dengan cara diminum, atau dimasukkan lewat anus, atau
disuntikkan ke pembuluh vena. Alat rontgen yang digunakan untuk
pemeriksaan selanjutnya adalah fluoroskopi. Pemeriksaan dilakukan jika usus
atau lambung anak dicurigai terputar. Untuk anak yang dicurigai menderita
Hirschsprung (penyempitan di usus besar yang disebabkan bagian usus tidak
memiliki persarafan pada dindingnya), kontras dimasukkan lewat anus.

Sedangkan untuk anak yang mengalami kelainan ginjal atau saluran kemih,
kontras dimasukkan lewat pembuluh vena atau kandung kemih

Setelah dilakukan tindakan ini, bukan tidak mungkin akan muncul reaksi alergi pada beberapa
anak. Indikasinya adalah gatal, kemerahan, muntah, tekanan darah turun hingga sesak napas.
Oleh karena itu, alat/obat-obat untuk menangani kondisi ini harus tersedia di ruang pemeriksaan
yang merupakan bagian dari prosedur standar pelaksanaan rontgen menggunakan kontras.
Untuk mencegah paparan radiasi, ada perlengkapan khusus yang digunakan selama proses
berlangsung. Misalnya organ vital anak akan ditutup selama pelaksanaan foto rontgen, atau
orang tua yang memegangi anaknya diharuskan memakai pelindung khusus yang disebut
shielding atau apron. Jatuhnya sinar ke tubuh anak pun harus melewati piranti khusus guna
meminimalisir kemungkinan bahaya radiasi. Intinya, persiapan matang sudah dipikirkan untuk
memprioritaskan keamanan pasien.
Cara Kerja Foto Rontgen
Foto rontgen di gunakan oleh para dokter untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh pasien.
Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatan paru-paru,
jantung, bagian dalam perut, dan bagian-bagian dalam tubuh pasien yang lain. Dari foto ronsen
jugalah kita dapat mengetahui keadaan tulang-tulang. Apakah ada yang patah, bengkok, atau ada
ketidak normalan sambungan antar tulang. Tidak seperti foto pada umumnya, foto rontgen
menggunakan sinar X sebagai pemantul cahayanya. Namun, tidak seperti cahaya lampu yang
dapat bersinar terang, sinar ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Untuk memotret
bagian dalam tubuh, seseorang harus berada di antara tempat penyimpanan film dan tabung yang
memancarkan sinar X tersebut.Sinar X ini akan menembus kulit dan bagian tubuh lain kecuali
tulang. Bayangan sinar ini kemudian direkam pada film. Setelah film tersebut dicuci, bagian
yang tidak dapat ditembus sinar X akan berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus
oleh sinar X akan berwarna putih. Dari hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit dalam
atau dokter tulang dapat menentukan pengobatan yang tepat bagi pasiennya.
Kelebihan :
Sebagai Alat Diagnosis atau biasa disebut dengan photo Rontgen, Sebagai Alat Terapi
(linec). dengan rontgen kita dapat mendeteksi penyakit-penyakit dalam secara mudah.
Kekurangan :
Sifat biasa sinar X bergerak laju dan lurus. Tidak boleh Fokus oleh kanta atau cermin dipesong
oleh medan magnet sekitar arah tertuju yang dilaluinya. Sifat khas menembusi jirim padat.
Kesan pendarcahaya memberikan kesan cahaya kepada sebatian kimia seperti zink sulfida,
kalsium tungstat dan barium platinosiamida. Kesan pengion alur sinar X yang melintas melalui

gas memindahkan tenaganya kepada molekul-molekul yang akan seterusnya akan berpecah
kepada titik yang berkas negatif. Kesan biologi sinar X bertindak dengan tisu hidup yang berada
dalam tubuh, pada sinar X-ray dapat melintasi obyek yang relatif tebal tanpa banyak diserap atau
tersebar . Untuk alasan ini sinar-X secara luas digunakan untuk gambar bagian dalam obyek
visual buram, jangan berlebihan dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen.

https://bebellarizki.wordpress.com/2013/10/19/tugas-pkti-1c-ilmu-pengetahuan/

Rontgen

Rontgen
Rontgen atau Roentgen (disimbolkan dengan R) adalah sebuah satuan pengukuran radiasi ion di
udara (berupa sinar X atau sinar gamma), yang dinamai sesuai dengan nama fisikawan Jerman
Wilhelm Rontgen. Rontgen adalah jumlah radiasi yang dibutuhkan untuk menghantarkan muatan
positif dan negatif dari 1 satuan elektrostatik muatan listrik dalam 1 cm udara pada suhu dan
tekanan standar. Ini setara dengan upaya untuk menghasilkan sekitar 2.08109 pasang ion.
Dalam sistem SI, 1 R = 2.58104 C/kg. Dosis 500 R dalam 5 jam berbahaya bagi manusia.
Dalam keadaan atmosfer standar (kepadatan udara ~1.293 kg/m) dan menggunakan energi
ionisasi udara 36.16 J/C, akan didapat 1 R 9.330 mGy, atau 1 Gy 107.2 R.
Rontgen dan CT-Scan adalah alat pendeteksi yang sudah tidak asing lagi di dunia kedokteran.
Tetapi bagi orang awam atau yang belum pernah mengenal alat ini biasanya begitu mendengar
langsung merasakan takut dan khawatir. Padahal alat ini sangat diperlukan untuk mendeteksi
penyakit atau kelainan pada diderita pada tubuh kita.
Rontgen berasal dari kata Roentgen (Wilhelm Roentgen, seorang dokter berkebangsaan Jerman)
yang menemukan suatu bentuk sinar, oleh karena tidak mengetahui namanya, maka ia memberi
nama sinar X, yang dikenal dengan sinar Roentgen. Nama sinar roentgen sendiri, diusulkan oleh
seorang anatomist yang terkenal bernama Kolliker pada tahun 1986. Sinar yang tidak kelihatan
ini mempunyai kemampuan untuk menembus segala material yang dapat menyerap sinar. Sinar
Roentgen ini pertama kali dipergunakan pada dunia kedokteran pada tanggal 8 Februari 1896 di
sebuah klinik di kota Dartmouth, Massachussets, Amerika Serikat.
CT-Scan (Computer Tomography Scanning) adalah suatu alat yang merupakan gabungan dari
teknologi computer dan sinar X yang dipergunakan untuk mendeteksi bagian-bagian tubuh
melalui potongan-potongan gambar yang dihasilkannya. Kali pertama ditemukan oleh seorang
insinyur berkebangsaan Inggris yaitu Sir Godfrey Hounsfield dan dr Alan Cormack yang
membuat mereka mendapat hadiah Nobel pada tahun 1979.

Dengan bantuan CT-Scan, seorang radiolog atau dokter dapat melihat daerah yang diinginkan
seperti nodul atau tumor kecil, yang tidak dapat dilihat dengan sinar X. CT-Scan sering
dipergunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang belakang, daerah dada, perut, pinggang dan
sinus-sinus.
Untuk mengetahui keadaan fisik badan, dari kedua alat tersebut di atas, sama-sama memiliki
keunggulan. Penggunaan kedua alat tersebut tergantung dari tujuan yang ingin diketahui oleh
dokter yang memintakan pemeriksaan. Evaluasi pemeriksaan fisik badan tidak semata-mata
hanya bergantung pada kedua jenis alat tersebut di atas, melainkan merupakan kesimpulan dari
semua bagian tubuh yang telah menjalani pemeriksaan. Di RSPB melalui general medical check
up.(*)
Penggunaan di Bidang Kesehatan
Menjadi salah satu alat yang paling berguna di bidang kesehatan, ahli radiologi menggunakan
pemindaian sinar-X untuk menghasilkan gambar struktur internal tubuh pasien.
Hal ini memungkinkan berbagai diagnosa seperti patah tulang, mencari kemungkinan adanya
tumor, dan bahkan melihat saluran pencernaan dapat dilakukan dengan lebih akurat.
Dengan menggunakan ruang ion yang terletak antara pasien dan film sinar-X, ahli radiologi
dapat mengatur jumlah paparan radiasi yang diemisikan ke pasien.
http://pendeteksikesehatan.blogspot.co.id/2011/11/rontgen.html

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangsn zaman, manusia atau ahli medis menggunakan teknologi
untuk membantu pengobatan. Di sisi lain keamanan tehnologi tersebut terhadap mahkluk hidup
juga harus diperhatikan agar tidak malah memperburuk keadaan pasien.
Salah- satu teknologi yang dhikembangkan dikalangan ahli medis untuk mengobati
pasienya adalah Sinar X. Ahli medis menggunakan Sinar X untuk memotret kedudukan tulang
atau organ dalam tubuh manusia.
Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya.
Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang
kedokteran . Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut dengan photo Rontgen sedangkan yang
untuk terapi disebut Linec (Linier Accelerator). Dengan perkembangan teknologi maka photo

Rontgen dapat di tingkatkan fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang disebut dengan CT.
Scan (Computed Tomography Scan). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X
maka akan membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga
dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
Tetapi apakah penggunaan Sinar X itu tidak berbahaya bagi manusia. Padahal daya
tembus Sinar X cukup besar, apakah jaringan tubuh manusia aman kalau terkena paparan sinar-x
terlalu lama. Dan sinar X juga merupakan salah satu gelombang elektromaknetik yang dimana
radiasi dari gelombang elektromaknetik bisa membahayakan kesehatan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1

Apa definisi dari rontgen ?

1.2.2

Apa tujuan dari rontgen ?

1.2.3

Apa saja indikasi foto rontgen ?

1.2.4

Apa saja ragam persiapan rontgen ?

1.2.5

Apa saja batas paparan radiasi pada rontgen ?

1.2.6

Bagaimana cara kerja rontgen ?

1.2.7

Apa kelebihan dan kekurangan dari rontgen ?

1.3 Tujuan
1.3.1

Agar mahasiswa memahami definisi rontgen.

1.3.2

Agar mahasiswa memahami tujuan rontgen.

1.3.3

Agar mahasiswa memahami indikasi foto rontgen.

1.3.4

Agar mahasiswa memahami ragam persiapan rontgen.

1.3.5

Agar mahasiswa memahami batas paparan radiasi pada rontgen.

1.3.6

Agar mahasiswa memahami cara kerja rontgen.

1.3.7

Agar mahasiswa memahami kelebihan dan kekurangan rontgen.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
Foto rontgen adalah alat yang menggunakan sinar sebagai cara untuk mampu
menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian
dalam tubuh.
Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film agar
bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga sudah bisa
diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam bentuk CD atau
bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-mail.
2.2 Tujuan
1. Mendapatkan gambaran dan mengetahui kelainan anatomis tubuh.
2. Dapat mempertanggung jawabkan dalam memberikan perawatan.
3 Membantu menegakkan diagnosa.
2.3 Indikasi
Sinar X yang digunakan untuk foto rontgen merupakan sinar yang dapat menyebarkan
radiasi. Meski demikian, manfaat yang didapat dari teknologi ini lebih banyak ketimbang
risikonya jika dilakukan dengan benar. Itulah mengapa, bila dianggap perlu bayi yang baru lahir
pun bisa menjalani tindakan ini untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya kelainan dalam
tubuhnya. Tindakan ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan penatalaksaan selanjutnya.
Akan tetapi harus diingat bahwa permintaan foto rontgen harus berasal dari dokter yang
menanganinya, apakah ada indikasi, selain telah mempertimbangkan masak-masak manfaat dan
kerugiannya.
Contoh indikasi yang menjadi pertimbangan adalah:
1.

Sesak napas pada bayi. Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di toraksnya (rongga dada),
dokter membutuhkan foto rontgen agar penanganannya tepat. Karena ada begitu banyak penyakit
yang memunculkan gejala sesak napas namun membutuhkan
penanganan yang jelas-jelas berbeda. hasil foto rontgen dapat membantu dokter menegakkan

diagnosis.
2. Bayi muntah hijau terus-menerus. Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di
saluran cerna, maka pengambilan foto rontgen pun akan dilakukan. Pertimbangan dokter untuk

melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan usia, melainkan lebih pada risk and
benefit alias risiko dan manfaatnya.
3. Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya . Bagi balita sampai
kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk mendeteksi masalah pada tulang,
paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.
2.4 Ragam persiapan Rontgen
Persiapan sebelum pemeriksaan dengan menggunakan sinar rontgen dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Radiografi konvensional tanpa persiapan
Maksudnya, saat anak datang bisa langsung difoto. Biasanya ini untuk pemeriksaan tulang atau
toraks.
2. Radiografi konvensional dengan persiapan
Pemeriksaan radiografi konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya untuk foto
rontgen perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam atau hanya makan
bubur kecap. Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya pun dapat dengan jelas
memperlihatkan kelainan yang dideritanya.
3. Pemeriksaan dengan kontras
Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum, atau dimasukkan
lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena. Alat rontgen yang digunakan untuk pemeriksaan
selanjutnya adalah fluoroskopi. Pemeriksaan dilakukan jika usus atau lambung anak dicurigai
terputar. Untuk anak yang dicurigai menderita Hirschsprung (penyempitan di usus besar yang
disebabkan bagian usus tidak memiliki persarafan pada dindingnya), kontras dimasukkan lewat
anus. Sedangkan untuk anak yang mengalami kelainan ginjal atau saluran kemih, kontras
dimasukkan lewat pembuluh vena atau kandung kemih.
Setelah dilakukan tindakan ini, bukan tidak mungkin akan muncul reaksi alergi pada
beberapa anak. Indikasinya adalah gatal, kemerahan, muntah, tekanan darah turun hingga sesak
napas.

Oleh karena itu, alat/obat-obat untuk menangani kondisi ini harus tersedia di ruang
pemeriksaan yang merupakan bagian dari prosedur standar pelaksanaan rontgen menggunakan
kontras.
Untuk mencegah paparan radiasi, ada perlengkapan khusus yang digunakan selama proses
berlangsung. Misalnya organ vital anak akan ditutup selama pelaksanaan foto rontgen, atau
orang tua yang "memegangi" anaknya diharuskan memakai pelindung khusus yang dise but
shielding atau apron. Jatuhnya sinar ke tubuh anak pun harus melewati piranti khusus guna
meminimalisir kemungkinan bahaya radiasi. Intinya, persiapan matang sudah dipikirkan untuk
memprioritaskan keamanan pasien.
2.5 Paparan Radiasi Rontgen
Banyak orang tua yang menanyakan kala anaknya sakit ringan, seperti batuk-pilek,
bolehkah dirontgen untuk pemeriksaan yang lain. Pada prinsipnya tidak masalah sepanjang
manfaat yang didapat dengan tindakan tersebut lebih besar. Dokterlah yang akan memutuskan
dengan berbagai pertimbangan, apakah foto rontgen harus dilakukan atau tidak. Jika anak
mengalami batuk kronik disamping flu, dokter dapat meminta pemeriksaan dengan foto rontgen.
Namun ada kondisi tertentu yang menyebabkan anak tidak bisa dirontgen. Di antaranya
anak yang sedang sakit berat. Namun dengan kemajuan teknologi, di banyak rumah sakit sudah
ada alat rontgen yang mobile. Sehingga alat rontgenlah yang akan mendekat atau menjauh tanpa
pasien harus berpindah tempat. Selain itu, tak masalah juga bila anak memang memerlukan
pemeriksaan rontgen berulang. Contohnya pada anak yang dicurigai TBC paru sehingga perlu
rontgen ulang sebagai bahan evaluasi setelah menja-lani pengobatan selama 6 bulan. Selain
jangka waktunya cukup lama, dosis yang digunakan pun sudah dipertimbangkan seminimal
mungkin sejauh masih bisa diperoleh gambar yang jelas. Mengenai dosis minimal yang
diperbolehkan tentu sudah ada aturan bakunya, tergantung pada organ tubuh anak, terma-suk
berat badannya. Selama dosis yang digunakan tepat, kalaupun ada sel-sel yang terkena radiasi
sinar X ini biasanya akan segera pulih kembali.
Jadi, batasannya bukan pada berapa kali dalam setahun atau berapa banyak dalam kurun waktu
tertentu anak boleh dirontgen, melainkan seberapa penting dan mendesak tindakan tersebut harus
dilakukan. Itulah mengapa pada kondisi tertentu dimana diagnosis hanya bisa ditegakkan

berdasarkan hasil rontgen, meskipun harus diulang dalam jangka waktu relatif berdekatan, dokter
akan tetap merekomendasikannya untuk kepentingan anak.

2.6 Batas Paparan Radiasi


Pada prinsipnya, sinar X menyebarkan radiasi yang bisa menyebabkan ionisasi sel.
Dalam jangka panjang, paparan radiasi ini bisa memicu munculnya kanker.Namun tentu saja
ambang dosis yang dibutuhkan untuk memicu kanker tidaklah sedikit. Sejauh ini radiologi yang
digunakan untuk pasien masih dalam batas aman.
Sedangkan pekerja di lingkungan radiologi dibekali indikator khusus untuk mendeteksi
seberapa besar paparan radiasi yang sudah diterimanya. Seiring dengan kemajuan teknologi,
posisi "penembakan" pun sudah dibuat sedemikian rupa sehingga baik pasien maupun
dokter/pekerja radiologi yang melakukan tugasnya seminimal mungkin terpapar radiasi.
Demikian juga dengan waktu yang diperlukan selama proses "penembakan" dibuat semakin
singkat.
2.7 Cara Kerja Foto Rontgen
Foto rontgen di gunakan oleh para dokter untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh
pasien. Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatan paruparu, jantung, bagian dalam perut, dan bagian-bagian dalam tubuh pasien yang lain. Dari foto
ronsen jugalah kita dapat mengetahui keadaan tulang-tulang. Apakah ada yang patah, bengkok,
atau ada ketidak normalan sambungan antar tulang. Tidak seperti foto pada umumnya, foto
rontgen menggunakan sinar X sebagai pemantul cahayanya. Namun, tidak seperti cahaya lampu
yang dapat bersinar terang, sinar ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Untuk memotret
bagian dalam tubuh, seseorang harus berada di antara tempat penyimpanan film dan tabung yang
memancarkan sinar X tersebut.Sinar X ini akan menembus kulit dan bagian tubuh lain kecuali
tulang. Bayangan sinar ini kemudian direkam pada film. Setelah film tersebut dicuci, bagian
yang tidak dapat ditembus sinar X akan berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus
oleh sinar X akan berwarna putih. Dari hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit dalam
atau dokter tulang dapat menentukan pengobatan yang tepat bagi pasiennya.

2.8 Kelebihan dan Kekurangan


2.8.1 Kelebihan :
Sebagai Alat Diagnosis atau biasa disebut dengan photo Rontgen, Sebagai Alat Terapi
(linec). dengan rontgen kita dapat mendeteksi penyakit-penyakit dalam secara mudah.
2.8.2 Kekurangan :
Sifat biasa sinar X bergerak laju dan lurus. Tidak boleh Fokus oleh kanta atau cermin
dipesong oleh medan magnet sekitar arah tertuju yang dilaluinya. Sifat khas menembusi jirim
padat.
Kesan pendarcahaya memberikan kesan cahaya kepada sebatian kimia seperti zink
sulfida, kalsium tungstat dan barium platinosiamida. Kesan pengion alur sinar X yang melintas
melalui gas memindahkan tenaganya kepada molekul-molekul yang akan seterusnya akan
berpecah kepada titik yang berkas negatif.
Kesan biologi sinar X bertindak dengan tisu hidup yang berada dalam tubuh, pada sinar
X-ray dapat melintasi obyek yang relatif tebal tanpa banyak diserap atau tersebar . Untuk alasan
ini sinar-X secara luas digunakan untuk gambar bagian dalam obyek visual buram, jangan
berlebihan dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Foto rontgen adalah alat yang menggunakan sinar sebagai cara untuk mampu menembus
bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh.
Sinar X yang digunakan untuk foto rontgen merupakan sinar yang dapat menyebarkan
radiasi. Meski demikian, manfaat yang didapat dari teknologi ini lebih banyak ketimbang
risikonya jika dilakukan dengan benar. Itulah mengapa, bila dianggap perlu bayi yang baru lahir
pun bisa menjalani tindakan ini untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya kelainan dalam
tubuhnya. Tindakan ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan penatalaksaan selanjutnya.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan kepada masyarakat untuk tidak
menjadikan foto rontgen ini sebagai penghalang dalam mendiagnosis suatu penyakit, mengingat
masih banyak nya anggapan-anggapan buruk masyarakat terhadap rontgen ini.

Daftar Pustaka
Asrarudin. (2013, 05 Juli). Rontgen. Diperoleh 04-02-2014, dari
http://asrarudin91.blogspot.com/2013/07/05/rontgen
Bidan Mellystya. (2013, 15 Maret). Rontgen ronsen. Diperoleh 04-02-2014, dari
http://bidanmellystya.blogspot.com/2013/03/15/rontgen-ronsen
Purwaka, Adhy. (2013, 24 Desember). Foto rontgen. Diperoleh 04-02-2014, dari
http://adypurwoko.blogspot.com/2013/11/24/rontgen-foto

ALAT RADIOLOGI (RONTGEN)


May 2, 2011 fahru Leave a comment

SEJARAH RADIOLOGI
Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali
menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar
katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium
platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa
fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus
melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian
ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang
menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad
Roentgen.
Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata
dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak
pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan
Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret
yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.
Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar
Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai
diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan
Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan
magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang
digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini
menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang
berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah
pistol dan kompas.
Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun
1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan
dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian,
Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir
tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan
polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu
mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak
dari uranium.
Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya mengumumkan segala yang
diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere
Curie yang juga melakukan hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada
tahun 1901, sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie sekali

lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal ini merupakan kejadian
satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan
Piere Curie yang bernama Irene Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia
bersama dengan suaminya, Joliot pada tahun 1931.
Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak semua orang
menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak senang, malahan menunjukkan
reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa
sinar baru itu yang memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan
ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran tersebut menyerukan
kepada semua Negara yyang beradab agar membakar semua karya Roentgen dan menghukum
mati penemunya.
Suatu perusahaan lain di London mengiklankan penjualan celana dan rok yang tahan sinar-X,
sedangkan di New Jersey, Amerika Serikat, diadakan suatu ketentuan hokum yang melarang
pemakaian sinar-X pada kacamata opera. Untunglah suara-suara negatif ini segera hanyut dalam
limpahan pujian pada penemu sinar ini, yang kemudian ternyata benar-benar merupakan suatu
revolusi dalam ilmu kedokteran.
Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar yang
diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologiknya. Sidat ini baru diketahui
beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran
Roentgen. Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat
digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini
dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam
dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang
menjadi korban sinar ini.
Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup
yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan
sampai merontokkan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit
sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma
menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.
Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi
menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban itu tercantum dalam buku yang
diterbitkan pada waktu kongres Internasional Radiologi tahun 1959 di Munich: Das Ehrenbuch
der Roentgenologen und Radiologen aller Nationen.
Salah seorang korban diantara korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max Hermann Knoch, seorang
Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah

dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa
menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan.
Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuh dan
tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904, dr.Knoch telah menderita kelainankelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya.
Pada tahun 1905 beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun pada
tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi di RS.Tentara, Surabaya,
sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit
Fakultas Kedokteran sampai akhir hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya
menjadi rusak oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata
menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu lengannya, tetapi itupun
tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun 1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah
menderita metastasis luas di paru-parunya.
Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang dapat
berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia, maka mulailah diambil tindakan-tindakan
untuk mencegah kerusakan tersebut. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun
1953 dibentuk The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan
peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang
mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Roentgen.
Diantara petunjuk-petunjuk proteksi terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah:
menjauhkan diri dari sumber sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan
sinar seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb) dan
mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan pemeriksaan darah,
khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).
Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan, alat Roentgen sudah
digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok.
Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer
dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli radiologi Belanda yang bekerja
pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang dunia ke II adalah
Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan radioterapi disamping
radiodiagnostik.
Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M.
Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mulamula bekerja di Semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan Jepang dipindahkan ke
Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.
Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang bayi di pulau Rote,

NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang dikemudian hari berkecimpung di
bidang radiologi.
Pada akhir tahun dua puluhan waktu berkedudukan di kota Palembang, dr. Johannes jatuh sakit
cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di rumah sakit CBZ
Jakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan yang akhirnya menjadi kaku
(ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan
inilah saat permulaan beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi
dari Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar pertama dalam
bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.
Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-perkembangan ilmu
radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung
Priok. Pada saat keberangkatan, beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar Rasad,
Ny. Sri Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes meninggal
dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September 1952. selain menunjukkan
gejala serangan jantung, beliau juga menderita Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang
sangat berbahaya.
Dalam usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia, maka pada
kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi Indonesia di bawah pimpinan
Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto beliau di antara Martyrs of Radiology yang
ditempatkan di suatu ruangan khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar
Pahlawan Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978 jenazah
almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata.
Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli radiologi, melainkan juga
oleh semua orang yang berkecimpung dalam radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah
Bapak Radiologi dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil
prakarsa untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah yang mulai
mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi Indonesia (IKARI) yaitu seksi
radiologi IDI pada tahun 1952.
Pada tahun 1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy, Sjahriar
Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen karena dirasakan sangat
perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan baik.
Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima murid lulusan SMP
ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO) yang menerima siswa lulusan SMA.

KAPAN PEMERIKSAAN RONTGEN DIPERLUKAN?


R ontgen cukup aman dilakukan pada anak, bahkan pada bayi jika memang diperlukan.
Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya sejak 8 November
1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar
yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini mampu menembus bagian
tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh. Berkat
jasanya bagi dunia kedokteran, banyak nyawa bisa diselamatkan, hingga ia mendapat
penghargaan Nobel di tahun 1901.
Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film agar bisa
dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga sudah bisa diproses
secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam bentuk CD atau bahkan
dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-mail.

PENYAKIT APA SAJA?


Perlu diingat, sinar X yang digunakan untuk foto rontgen merupakan sinar yang dapat
menyebarkan radiasi. Meski demikian, manfaat yang didapat dari teknologi ini lebih banyak
ketimbang risikonya jika dilakukan dengan benar. Itulah mengapa, bila dianggap perlu bayi yang
baru lahir pun bisa menjalani tindakan ini untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya kelainan
dalam tubuhnya. Tindakan ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan penatalaksaan
selanjutnya. Akan tetapi harus diingat bahwa permintaan foto rontgen harus berasal dari dokter
yang menanganinya, apakah ada indikasi, selain telah mempertimbangkan masak-masak manfaat
dan kerugiannya. Contoh indikasi yang menjadi pertimbangan adalah:

Sesak nafas pada bayi yaitu untuk memastikan ada tidaknya kelainan di
toraksnya (rongga dada), dokter membutuhkan foto rontgen agar
penanganannya tepat. Soalnya, ada begitu banyak penyakit yang
memunculkan gejala sesak napas namun membutuhkan penanganan yang
jelas-jelas berbeda. Nah, hasil foto rontgen dapat membantu dokter
menegakkan diagnosis.

Bayi muntah hijau terus-menerus yaitu bila dokter mencurigai muntahnya


disebabkan sumbatan di saluran cerna, maka pengambilan foto rontgen pun
akan dilakukan. Pertimbangan dokter untuk melakukan tindakan ini tidak
semata-mata berdasarkan usia, melainkan lebih pada risk and benefit alias
risiko dan manfaatnya.

Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya yaitu
bagi balita sampai kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan

untuk mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam
lainnya.

RAGAM PERSIAPAN RONTGEN


Persiapan sebelum pemeriksaan dengan menggunakan sinar rontgen dapat dibedakan sebagai
berikut:

Radiografi konvensional tanpa persiapan. Maksudnya, saat anak datang bisa


langsung difoto. Biasanya ini untuk pemeriksaan tulang atau toraks.

Radiografi konvensional dengan persiapan. Yaitu pemeriksaan radiografi


konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya untuk foto rontgen
perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam atau
hanya makan bubur kecap. Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya
pun dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang dideritanya.

Pemeriksaan dengan kontras. Yaitu sebelum dirontgen, kontras dimasukkan


ke dalam tubuh dengan cara diminum, atau dimasukkan lewat anus, atau
disuntikkan ke pembuluh vena. Alat rontgen yang digunakan untuk
pemeriksaan selanjutnya adalah fluoroskopi. Pemeriksaan dilakukan jika usus
atau lambung anak dicurigai terputar. Untuk anak yang dicurigai menderita
Hirschsprung (penyempitan di usus besar yang disebabkan bagian usus tidak
memiliki persarafan pada dindingnya), kontras dimasukkan lewat anus.
Sedangkan untuk anak yang mengalami kelainan ginjal atau saluran kemih,
kontras dimasukkan lewat pembuluh vena atau kandung kemih.

Setelah dilakukan tindakan ini, bukan tidak mungkin akan muncul reaksi alergi pada beberapa
anak. Indikasinya adalah gatal, kemerahan, muntah, tekanan darah turun hingga sesak napas.
Oleh karena itu, alat/obat-obat untuk menangani kondisi ini harus tersedia di ruang pemeriksaan
yang merupakan bagian dari prosedur standar pelaksanaan rontgen menggunakan kontras.
Untuk mencegah paparan radiasi, ada perlengkapan khusus yang digunakan selama proses
berlangsung. Misalnya organ vital anak akan ditutup selama pelaksanaan foto rontgen, atau
orang tua yang memegangi anaknya diharuskan memakai pelindung khusus yang disebut
shielding atau apron. Jatuhnya sinar ke tubuh anak pun harus melewati piranti khusus guna
meminimalisir kemungkinan bahaya radiasi. Intinya, persiapan matang sudah dipikirkan untuk
memprioritaskan keamanan pasien.
RONTGEN KALA SAKIT RINGAN
Banyak orang tua yang menanyakan kala anaknya sakit ringan, seperti batuk-pilek, bolehkah
dirontgen untuk pemeriksaan yang lain. Pada prinsipnya tidak masalah sepanjang manfaat yang
didapat dengan tindakan tersebut lebih besar. Dokterlah yang akan memutuskan dengan berbagai

pertimbangan, apakah foto rontgen harus dilakukan atau tidak. Jika anak mengalami batuk
kronik disamping flu, dokter dapat meminta pemeriksaan dengan foto rontgen.
Namun ada kondisi tertentu yang menyebabkan anak tidak bisa dirontgen. Di antaranya anak
yang sedang sakit berat. Namun dengan kemajuan teknologi, di banyak rumah sakit sudah ada
alat rontgen yang mobile. Sehingga alat rontgenlah yang akan mendekat atau menjauh tanpa
pasien harus berpindah tempat. Selain itu, tak masalah juga bila anak memang memerlukan
pemeriksaan rontgen berulang. Contohnya pada anak yang dicurigai TBC paru sehingga perlu
rontgen ulang sebagai bahan evaluasi setelah menja-lani pengobatan selama 6 bulan. Selain
jangka waktunya cukup lama, dosis yang digunakan pun sudah dipertimbangkan seminimal
mungkin sejauh masih bisa diperoleh gambar yang jelas. Mengenai dosis minimal yang
diperbolehkan tentu sudah ada aturan bakunya, tergantung pada organ tubuh anak, terma-suk
berat badannya. Selama dosis yang digunakan tepat, kalaupun ada sel-sel yang terkena radiasi
sinar X ini biasanya akan segera pulih kembali.
Jadi, batasannya bukan pada berapa kali dalam setahun atau berapa banyak dalam kurun waktu
tertentu anak boleh dirontgen, melainkan seberapa penting dan mendesak tindakan tersebut harus
dilakukan. Itulah mengapa pada kondisi tertentu dimana diagnosis hanya bisa ditegakkan
berdasarkan hasil rontgen, meskipun harus diulang dalam jangka waktu relatif berdekatan, dokter
akan tetap merekomendasikannya untuk kepentingan anak.
ADA BATASNYA
Pada prinsipnya, sinar X menyebarkan radiasi yang bisa menyebabkan ionisasi sel. Dalam jangka
panjang, paparan radiasi ini bisa memicu munculnya kanker. Namun tentu saja ambang dosis
yang dibutuhkan untuk memicu kanker tidaklah sedikit. Sejauh ini radiologi yang digunakan
untuk pasien masih dalam batas aman.
Sedangkan pekerja di lingkungan radiologi dibekali indikator khusus untuk mendeteksi seberapa
besar paparan radiasi yang sudah diterimanya. Seiring dengan kemajuan teknologi, posisi
penembakan pun sudah dibuat sedemikian rupa sehingga baik pasien maupun dokter/pekerja
radiologi yang melakukan tugasnya seminimal mungkin terpapar radiasi. Demikian juga dengan
waktu yang diperlukan selama proses penembakan dibuat semakin singkat.
LAIN BAYI, LAIN PULA IBU HAMIL
Tentu ada yang bertanya-tanya mengapa ibu hamil jelas-jelas dilarang memasuki daerah yang
kemungkinan terpapar sinar rontgen sementara bayi baru lahir justru tak bermasalah. Bukankah
selisih usia janin dengan bayi baru lahir tidak jauh? Mengenai hal ini, ada pertimbangan khusus.
Pada bayi baru lahir, rontgen boleh dilakukan bila si bayi memang benar-benar sakit dan untuk
penanganannya dibutuhkan tindakan rontgen. Sedangkan dalam bentuk janin, perkembangan

seorang individu masih belum terbentuk sempurna dan akan terus berlangsung. Bila sampai
terpapar sinar rontgen sangat dikhawatirkan susunan sel-sel pembentuknya akan rusak atau
kacau yang akan menyebabkan bayi terlahir cacat atau mengalami gangguan serius. Jadi, bila
memang membutuhkan pemeriksaan, khusus untuk ibu hamil akan dicarikan alternatif lain selain
rontgen.
SUDAH MERATA
Penggunaan teknologi ini di Indonesia sudah hampir merata penyebarannya. Rumah sakit di
daerah terpencil pun kini sudah banyak yang memiliki alat ini. Adapun biaya standar yang
diperlukan untuk foto rontgen di rumah sakit pemerintah sekitar Rp70.000 tergantung jenis
pemeriksaannya. Sebagai catatan, rontgen termasuk tindakan yang ter-cover program kesehatan
untuk masyarakat miskin yang dicanangkan pemerintah.
Dari uraian diatas dapat di jelaskan bahwa, Sinar X yang digunakan untuk foto roentgen
merupakan sinar yang dapat menyebarkan radiasi. Namun, manfaat yang didapat dari teknologi
itu lebih banyak ketimbang risikonya. Jadi jika dilakukan dengan benar dan untuk kepentingan
medis, tidak masalah,.Akan tetapi harus diingat bahwa permintaan foto rontgen harus berasal
dari dokter yang menangani. Misalnya telah mempertimbangkan masak-masak manfaat dan
kerugiannya.
Saat ini riset mengenai penggunaan sinar radiasi tersebut terus dilakukan untuk memperkecil
efek negatif dari sinar radiasi, termasuk sinar X (sinar rontgen). Teknologi rontgen sudah
digunakan lebih dari seabad lalu. Tepatnya sejak 8 November 1890, ketika fisikawan terkemuka
berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang
kemudian diberi label Sinar X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh, yang kemudian dijadikan
sebagai
alat
diagnosa
untuk
dasar
pengobatan.
Teknologi sinar rontgen pun dianggap sebagai satu penemuan yang mampu membantu banyak
orang, terutama untuk menganalisis dan mendiagnosis suatu kondisi demi penyembuhan suatu
penyakit. Namun, radiasi yang ditimbulkan dalam proses penyinaran rontgen disinyalir
mengandung kekuatan radioaktif yang bisa berbahaya.
Karena itu, sinar X yang ditembakkan untuk memotret bagian dalam organ tubuh seharusnya
benar-benar dalam komposisi tepat. Jika tidak, teknologi ini justru bisa memicu kanker, sebab
fungsi dari Sinar X adalah mematikan pertumbuhan atau malah memicu pertumbuhan sel. Nah,
jika pertumbuhan sel tersebut liar, itulah yang disebut dengan kanker,. Selain itu, penggunaan
sinar rontgen yang terlalu sering atau dengan dosis besar, juga berpengaruh pada fungsi seksual.
Untuk itu, walaupun pengunaan sinar rontgen sekarang sudah melalui kajian mendalam, untuk
meminimalisasi dampak negatif penggunaan sinar rontgen, prosedur tetap harus dilalui dengan

baik. Untuk meminimalisasi efek radiasinya,. Yang juga tidak kalah penting, jangan biasakan
setiap ada gejala penyakit selalu minta foto rontgen. Foto rontgen yang terlalu sering juga tidak
baik.
Bagaimana rontgen yang harus dilakukan untuk balita? Jika memang harus dilakukan karena
indikasi medis, maka harus dilakukan. Hanya saja, memang efek radiasi pada balita memang
akan lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karena sel-sel pada balita masih muda dan dalam
masa pertumbuhan.
Pada anak-anak, biasanya dokter jarang mengajurkan untuk dilakukan foto rontgen. Kecuali
untuk tujuan operasi ataupun karena hasil tes lainnya tidak menunjukkan hasil sehingga harus
dilakukan. Pada kasus TBC pada anak, biasanya tes mantub dulu. Foto rontgen dilakukan jika
memang ada indikasi. Termasuk misalnya jika ada patah tulang atau mau operasi.
FAHRUDIN AHMAD
M 0206031
http://fahru.blog.uns.ac.id/2011/05/02/alat-radiologi-rontgen-2/

Anda mungkin juga menyukai