ISSN 2338-8315
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan
pendekatan metakognitif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
konvensional. Desain penelitian ini adalah kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
pretes dan postes. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
terbimbing dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk
mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan komunikasi
matematis,. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas dengan level menengah
(sedang). Populasi penelitian ini adalah siswa SMA dengan sampel penelitian adalah siswa
kelas XI SMA Negeri 15 Bandung Propinsi Jawa Barat. Analisis data dilakukan secara
kuantitatif yaitu dengan uji perbedaan rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Pembelajaran matematika dengan pendekatan metaognitif secara
signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di
Sekolah Menengah Atas.
Kata Kunci: Kemampuan komunikasi, pendekatan metakognitif
1.
Pendahuluan
88
2. Metodologi Penelitian
2.1. Variabel Penelitian
Variabel bebas
Variabel terikat
R
R
O
O
O
O
89
3.
Untuk tes awal kemampuan komunikasi matematis diperoleh thitung = 0,27 sedangkan ttabel = 2,381.
Dengan kriteria thitung < ttabel terpenuhi, berarti H0 diterima, dengan demikian kemampuan awal
komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metkognitif dan siswa yang belajar
secara konvensional mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang sama.
Kelompok
Tes Awal
Tes Akhir
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perbedaan Rata-rata Skor Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Eksperimen
Kontrol
thitung
ttabel
s2
s2
Keterangan
6,710
5,346
6,860
5,894
0,270
H0diterima
2,381
33,970 25,053 38,690
14,847
5,064
H1ditolak
Tetapi untuk tes akhir, diperoleh thitung = 5,064 sedangkan ttabel = 2,381. Dengan demikian kriteria
thitung < ttabel tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti bahwa
kemampuan akhir komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metakognitif lebih
baik daripada siswa yang belajar secara konvensional.
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perbedaan Rata-rata Gain Ternormalisasi
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Kelompok
thitung
ttabel
s2
s2
Keterangan
Kemampuan
Pemahaman
0,634
0,095
0,506
0,055
2,560
1,667
Lebih Baik
Matematis
Tes awal kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh thitung = 2,003 sedangkan ttabel =
1,667. Dengan demikian kriteria thitung < ttabel tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan
H1 diterima. Artinya nilai rata-rata gain kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok
kontrol atau peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan
metakognitif lebih baik daripada siswa yang belajar secara konvensional.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu mengenai kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metakognitif dan siswa yang belajar secara
konvensional diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
secara
konvensional.
2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara
konvensional.
b. Saran
Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif dapat menjadi alternatif model pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan di Sekolah Menengah Atas.
90
DAFTAR PUSTAKA
Cai, J.L, dan Jakabcsin, M.S. (1996). The Role of Open-Ended Tasks and Holistic Scoring Rubrics:
Assessing Students Mathematical Reasoning and Communication. Dalam Portia C. Elliot
(Eds). Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.
Cochran, R. et al.(2007). The Impact of Inqury-Based Mathematics on Context Knowledge and
Classroom Practice.[Online]. Tersedia: http://www.rume.org/crume2007/papers/cochranmayer-mullins.pdf.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Fraenkel,J.R. dan Wallen, N.E.(1993). Second Edition. How to Design and Evaluate Research in
Education. Singapore: Mc-Graw Hill International.
Gulo. W. (2008). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Grasindo.
Hake,
R.R.
(1999).
Analyzing
Change/Gain
Scores.
[Online].
Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/ sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.
NCTM. (2000). Princip And Standards For School Mathematics. Reston : Virginia.
Ruseffendi, H. E. T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Cetakan Pertama.
Bandung : IKIP Bandung Press.
Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa
SMP Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI:
Tidak diterbitkan.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung: UPI.
Widdiharto. R. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG
Matematika.
91