Anda di halaman 1dari 10

0

ETIKA LINGKUNGAN DALAM ILLEGAL LOGGING


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara agraris, yang mana terdiri dari daratan dan perairan
yang luas. Indonesia memiliki banyak sekali pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan.
Indonesia dari dulu terkenal merupakan daerah yang subur (daratan). Banyak sekali daerah
daratan daripada negara kita ini yang dimanfaatkan sebagai daerah pertanian dan juga
perkebunan, hal ini karena daratan indonesia terkenal subur sehingga baik untuk
dikembangkannya sektor tersebut. Namun semakin hari keadaan negeri kita semakin banyak
mengalami perubahan. Seiring dengan perkembangan teknologi industri, banyak lahan-lahan
pertanian dan perkebuanan yang subur dibangun diatasnya pabrik-pabrik industri dan juga
perkotaan. Perkembangan zaman juga diikuti dengan semakin banyaknya jumlah penduduk
yang mendiami negeri kita tercinta ini. Akibatnya, lahan pertanian dan perkebunan pun
semakin sempait, yang mana dikarenakan adanya pembukaan lahan untuk memenuhi
kebutuhan sandang pangan dan papan kita. Selain itu juga banyaknya lahan-lahan yang
mulai tercemar dengan limbah dan tingginya kandungan bahan-bahan kimia yang ada di
dalam tanah kita. Banyak sekali lahan-lahan perkebunan yang dulunya masih hijau bisa
dikatakan vegetasi yang ada masih cukup sekarang menjadi daerah yang kering dan gundul.
Ini semua tidak lepas dari tindakan manusia itu sendiri yang kurang bertanggung jawab.
Pada dasarnya semua yang kita lakukan akan kembali kepada kita semua kelak. Dari
kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sudah pasti menjadi penyebab mengapa banyak sekali
terjadi bencana alam seperti halnya lonsor, banjir, dll. Penebangan hutan yang tidak
mengikuti prosedur tebang pilih menjadi hal yang paling mendasar yang menyebabkan
daerah hutan kita yang seharusnya lebat dengan pepohonan menjadi kering kerontang. Dari
hal tersebut, banyak sekali yang merasakan danpaknya baik secara langsung maupun tidak.
Banyak hewan-hewan yang turun ke daerah pemukiman penduduk, hal ini karena mereka
tidak lagi memiliki tempat tinggal yang cocok untuk diri mereka. Mereka juga kekurangan
makanan, sehingga banyak dari mereka yang menyerang pertanian kita. Jika kita sadar,
manusia sering dirugikan karena akibat ulahnya sendiri. Tidah hanya hewan yang dirugikan,
namun di sini yang paling dirugikan adalah alam semesta ini. Sehingga jangan heran jika
banyak sekali benca banjir, longsor, dll yang terjadi di daerah sekitar kita ini.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung
dari pengelolaan lingkungan hidup yang nir-etik. Artinya, manusia melakukan pengelolaan
sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau
krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti
norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri.
Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan hati nurani. Alam begitu
saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara
drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang
diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat
sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Kiranya tidak salah
jika manusia dipandang sebagai kunci pokok dalam kelestarian maupun kerusakan
1

lingkungan hidup yang terjadi. Bahkan jika terjadi kerusakan dalam lingkungan hidup
tersebut, YB Mangunwijaya memandangnya sebagai oposisi atau konflik antara manusia dan
alam. Cara pandang dan sikap manusia terhadap lingkungan hidupnya menyangkut
mentalitas manusia itu sendiri yang mempertanyakan eksistensinya di jaman modern ini
dalam kaitannya dengan waktu, tujuan hidup, arti materi dan yang ada di atas materi.
Dengan demikian masalah lingkungan hidup tak lain adalah soal bagaimana
mengembangkan falsafah hidup yang dapat mengatur dan mengembangkan eksistensi
manusia dalam hubungannya dengan alam. Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan
persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui
sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan
perusakan. Keadaan ini memunculkan banyak pertanyaan, perhatian kita pada isu lingkungan
ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana keterkaitan dan relasi kita dengan
generasi yang akan datang. Kita juga diajak berpikir kedepan. Kita akan menyadari bahwa
relasi kita dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya
ada teori etika lingkungan yang secara khusus memberi bobot pertimbangan pada
kepentingan generasi mendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganut
utilitirianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan datang dipengaruhi oleh apa
yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan mempengaruhi
mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan tentang etika lingkungan
dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan.

1.2 Pokok Permasalahan


1 Apa dampak Illegal Logging?
2 Bagaimana kaitannya antara Illegal Logging dengan etika lingkungan?
1.3

Tujuan dan Manfaat


Sehubungan dengan adanya suatu hal yang melatarbelakangi masalah, maka ada
beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini, yakni:
1. Mengetahui dampak Illegal Logging di Kalimantan.
2. Mengetahui kaitan antara Illegal Logging dengan etika lingkungan.
1.4 Landasan Teori
a. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan
atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok
sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan.
Sedangkan Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur
hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara
tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kitauntuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan

demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi
kehidupan manusianya.
b.

Etika Lingkungan
Etika lingkungan adalah kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan
sebagai berikut:
a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga
perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.
b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk
menjaga terhadap pelestarian, keseimbangan dan keindahan alam.
c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan
energi.
d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk
makhluk hidup yang lain.
Masalah ekologi tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika lingkungan
hidup. Kalau sudah menyangkut kesejahteraan masyarakat, pemikiran etis saja tidak akan
berdaya tanpa didukung oleh aturan-aturan hukum yang dapat menjamin pelaksanaan dan
menindak pelanggarnya. Untuk itu perlu diketahui berbagai teori yang membangun
pemikiran tentang etika lingkungan hidup.
Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Etika ekologi dalam
adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan
sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai
arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk
kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan
karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa
lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang
lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan
binatang dan tumbuhan serta alam. Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai
penopang kehidupan. Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara
yang baik. Etika ini juga disebut etika lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan
preservasi. Etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga
demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan
seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan
bersama. Terbagi dalam empat kategori besar, yaitu :
a. Etika lingkungan neo-utilitarisme
merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang menekankan kebaikan
untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang dimaksudkan, ditujukan
untuk seluruh mahluk. Tokoh yang mempelopori etika ini adalah Peter Singer. Dia
beranggapan bahwa menyakiti binatang dapat dianggap sebagai perbuatan tidak bermoral.
b. Etika lingkungan Zoosentrisme

adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga
disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut
etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat
merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini,
rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The
Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan
manusia secara moral memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.
c. Etika lingkungan Biosentrisme
adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral. Salah satu
tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa senang atau
menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau menderita, akhirnya,
melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup
yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya manusia dan binatang saja yang
harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan
dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan
untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi.
d.
Etika Lingkungan Ekosentrisme
adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan
anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satu dengan
yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik
integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan, saling menopang dan
saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadi bagian dalam tata
kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang. Hukum
alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan
mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun
tumbuhan.
Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :
Manusia adalah bagian dari alam,
Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak
boleh diperlakukan sewenang-wenang,
Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenangwenang,
Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk,
Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai,
Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati,
Menghargai dan memelihara tata alam,
Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem,
Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem
mengambil sambil memelihara.
2. Etika ekologi dangkal.
Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan
bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris.
Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme
serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli

lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu
etika antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang
mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan
kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.
Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara
khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan
kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang
ditujukan untuk generasi penerus manusia.
Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia.
Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :
Manusia terpisah dari alam,
Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab
manusia,
Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya,
Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia,
Norma utama adalah untung rugi,
Mengutamakan rencana jangka pendek,
Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara
miskin,
Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.
Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika
pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan
pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan
untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk.
c. Illegal Logging
Penebangan liar atau disebut juga dengan illegal logging. Sedangkan pengertian
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya.
Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia. Dalam
definisi lain disebutkan bahwa hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh
dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di
dataran rendah maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun pegunungan, di
pulau kecil maupun di benua besar.
Fungsi Hutan
1. Sebagai penampung karbondioksida;
dalam proses fotosintesis tumbuhan mengambil Karbondioksida (Co2) dari atmosfer
dikombinasi dengan air dan dibantu dengan energi cahaya memproduksi materi organik.
2. Habitat Hewan;
Hewan-hewan penghuni hutan seperti orang utan, harimau, singa, ular, babi hutan, gajah, dan
lainnya merupakan penghuni asli hutan. Habitat mereka di hutan sehingga ketika hutan
menjadi gundul hewan-hewan tersebut akan keluar dari hutan dan mendatangi pemukiman
penduduk desa, serta memangsa hewan dan penduduk. Hal ini disebabkan karena rantai
makan mereka terputus dan menyebabkan hewan-hewan buas tersebut mencari makan di luar
hutan.

3. Modulator arus hidrologika


Hutan sebagai penyeimbang arus hidrologika, sebagai tempat penyerapan air, penahan air
sehingga menghindari erosi tanah.
4. Pelestari tanah
Tanah-tanah yang dibiarkan gundul maka akan kehilangan fungsinya sebagai tanah. Tanah
akan kurang berfungsi, sehingga tanah akan menjadi tanah yang tandus.
serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.
Penebangan Liar (Illegal Logging)
Pembalakan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan, dan penjualan kayu yang tidak
sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat. Pembalakan liar dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan atau pribadi-pribadi yang membutuhkan. Pohon-pohon ditebang
dengan seenaknya untuk keperluan pribadi dan tanpa ijin, membuka hutan dan menguras
habis isinya, dan tanpa menanam kembali hutan untuk kelestarian selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Illegal Logging
Pada dasarnya hubungan yang terjalin antara manusia dan alam dapat dibagi menjadi
hubungan manusia dengan alam yang merusak atau merugikan dan yang menguntungkan
atau dengan kata lain ada yang negatif dan positif. Ilegal logging atau pembabatan hutan
secara liar merupakan salah satu contoh hubungan yang merusak lingkungan atau alam.
Penebangan Hutan secara ilegal (illegal logging) adalah persoalan klasik bagi
masyarakat Indonesia. Setiap hari, kegiatan tersebut marak dilakukan di sejumlah kawasan
hutan dengan diketahui petugas instansi berwenang, aparat dan masyarakat setempat.
Meskipun berkali-kali diberitakan bahwa penertiban terus diupayakan, namun penebangan
dan
perusakan
hutan
semakin
merajalela.
Di kabupaten Ketapang misalnya, sasaran penebangan liar adalah Taman Nasional Gunung
Palung ( TNGP ). Sudah sekitar 5 tahun penjarahan itu berlangsung. Sekitar 80 % dari
90.000 ha luas TNGP sudah dirambah para penebang dan mengalami rusak berat. Para
penebang yang dibayar untuk memotong pohon itu diperkirakan jumlahnya sebanyak 2000
orang
dengan
menggunakan
motor
pemotong
chainsaw
.
Selain itu di hutan Kapuas Hulu, penebangan hutan liar juga tak kalah mengerikan. Sasaran
penebangan adalah pohon-pohon dengan jenis Kayu Ramin, Meranti, Klansau, Mabang,
Bedaru, dan jenis Kayu Tengkawang yang termasuk jenis kayu dilindungi. Kayu-kayu
gelondongan yang telah ditebang langsung diolah menjadi balok dalam berbagai ukuran
antara lain: 24 cm x 24 cm, 12 cm x 12 cm dengan panjang rata-rata 6 meter. Setiap hari
jumlah truk yang mengangkut kayu ini ke wilayah Malaysia sekitar 50 60 truk.
Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan Penebangan hutan secara ilegal ini
juga menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan
di sekelilingnya. Secara umum, dampak penebangan hutan menyebabkan:
1. Kerugian bidang Ekonomi
Berdasarkan pada perkiraan Prof. Dr. Herujono Hadisuprapto, MSc, Dekan Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura, setiap hari kayu ilegal berbentuk balok yang
diselundupkan dari Kal-Bar ke Serawak mencapai 10.000 m kubik. Kayu-kayu ini

2.

terbebas dari iuran resmi seperti dana reboisasi, provisi sumber daya hutan, dan pajak
ekspor. Diprediksi kerugian negara mencapai Rp. 5,35 milyar per hari, atau sekitar Rp
160,5 milyar perbulan. Maka sebenarnya sangat ironis jika kerugian ini dihubungkan
dengan usaha mati-matian dari pemerintah Indonesia untuk mencari pinjaman dana dari
IMF. Ketika pemerintah mengemis pada IMF dana senilai 400 juta $ AS, sebenarnya
pemerintah kehilangan pendapatan atas pajak senilai 4 Milyar $ AS setiap tahunnya
akibat penebangan hutan liar sejak 1998.
Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan
Penebangan hutan secara ilegal ini juga menimbulkan akibat yang sangat merugikan
bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan di sekelilingnya. Secara umum, dampak
penebangan hutan menyebabkan: pertama, masalah pemanasan global; kedua, masalah
degradasi tanah; dan ketiga, mempercepat kepunahan keanekaragaman hayati di
dalamnya.

Masalah pemanasan global


Para ahli memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan sangat
meningkat bila kelestarian dan keutuhan hutan tidak dipelihara. Ada beberapa akibat
yang akan muncul akibat pemanasan global ini, antara lain terjadinya perubahan
iklim. Hal ini akan mempercepat penguapan air sehingga berpengaruh pada curah
hujan dan distribusinya. Akibat selanjutnya adalah terjadinya banjir dan erosi di
daerah-daerah tertentu. Seperti kasus yang terjadi di Pontianak ( Kalimantan Barat )
dan Nias ( Sumatra Utara ) yang menelan korban materi dan nyawa yang sangat
besar. Musim kering yang berkepanjangan juga akan melanda daerah-daerah yang
areal hutannya digunduli, bahkan dibakar. Sebagai contoh adalah kebakaran hutan
Kalimantan Barat. Resiko yang timbul kemudian adalah banyaknya lahan yang
dibiarkan kosong.
Masalah degradasi tanah
Penebangan hutan secara tak terkendali pasti juga menyebabkan degradasi tanah dan
berkurangnya kesuburan tanah. Data dari Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa
lahan produktif yang telah diolah di Indonesia sebanyak 17.665.000 hektar. Sebesar
70 % dari lahan itu adalah lahan kering. Sisanya adalah lahan basah. Akibat
penebangan liar yang terjadi banyak lahan kering yang tidak digarap. Akibatnya
erosi menjadi mudah terjadi dan tanah berkurang kesuburannya.
Masalah kepunahan keranekaragaman hayati
Masalah ini cukup mendapat perhatian penting saat ini. Berdasar penelitian para ahli,
dikatakan bahwa jumlah spesies binatang atau spesies burung semakin berkurang,
khususnya di Kalimantan Barat. Akibat penebangan hutan yang dilakukan terus
menerus, banyak hewan yang menyingkir dan mencari habitat yang baru. Misalnya,
harimau Kalimantan semakin terjepit karena tempat tinggalnya semakin sempit dan
terus di babat. Bukan tidak mungkin bahwa tahun-tahun mendatang spesies harimau
akan punah. Para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2015 dengan penggundulan
hutan tropis di Kalimantan akan menyebabkan punahnya 4-8% spesies dan 17,35 %
pada tahun 2040.
2.2 Kaitan antara Illegal Logging dengan Etika Lingkungan
7

Di Indonesia sendiri sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal yang


baru. Jika dikaitkan dengan praktik bisnis, maka bisnis yang etis adalah bisnis yang dapat
memberi manfaat maksimal pada lingkungan, bukan sebaliknya, menggerogoti keserasian
lingkungan.
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian lingkungan, dituduh
sebagai penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis lingkungan yang terjadi
akhir-akhir ini, berakar dari kesalahan perilaku manusia yang berasal dari cara pandang dan
perilaku manusia terhadap alam. Masalah lingkungan semakin terasa jauh terpinggirkan,
bahkan sering hanya merupakan embel-embel atau tempelan belaka dalam program
pembangunan, kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan menurun. Padahal,
berbagai bencana akibat pengelolaan lingkungan yang tidak benar telah berulang kali terjadi,
dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Menciptakan kesadaran masyarakat yang berwawasan lingkungan merupakan
fondasi untuk menjaga agar lingkungan terhindar dari berbagai macam pengrusakan dan
pencemaran. Karena pada dasarnya kerusakan lingkungan dikarenakan oleh tangan-tangan
manusia itu sendiri.
Etika lingkungan, dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan
pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik
dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai
kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta
mahluk hidup lainnya.
Etika lingkungan yang baik dapat menjadikan perilaku kita semakin arif dan
bijaksana terhadap lingkungan, sebaliknya etika yang salah akan menciptakan malapetaka
bagi kehidupan manusia, karena merusak etika lingkungan hidup adalah pertimbangan
filosofis dan biologis mengenai hubungan manusia dengan tempat tinggalnya serta dengan
semua mahluk non manusia. Dengan etika lingkungan hidup, manusia dipaksa untuk mereview segala aktivitasnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup, mana yang benar,
mana yang salah.
Kepedulian lingkungan yang dangkal menunjukkan perhatian kepada kepentingan
yang sering diabaikan dalam ekonomi tradisional. Pandangan ini menganggap alam bernilai
hanya sejauh ia bermanfaat bagi kepentingan manusia, bukan karena bernilai pada dirinya
sendiri. Kepedulian lingkungan yang dalam, mempertimbangkan kepentingan generasi yang
akan datang.
Dalam hal ini kita tentu tidak tinggal diam saja, sebagai penonton dalam hal
kerusakan yang terjadi di bumi ini maka dari itu untuk menanggulangi terjadinya pemanasan
global yang mana banyak dampak yang terjadi jika kita hanya tinggal diam, sebagai orang
yang bijak khususnya mahasiswa kita harus kritis tentang masalah yang terjadi ini maka
perlu dibangun kesadaran yang tinggi tentang lingkungan dengan di kenalkan kepada publik
tentang etika lingkungan. Maka dari itu kita harus mengetahui pengertian illegal logging,
dampak yang dihasilkan, dan solusi apa yang harus dilakukan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya hubungan yang kurang baik antara manusia dengan alam terjadi
karena ada faktor keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, karena sifat
dasar manusia yang tidak pernah merasa puas maka terjadi eksploitasi-eksploitasi yang
berlebihan yang nantinya berdampak pada kerusakan alam. Adapun dampak dari pada
kegiatan manusia yang merusak lingkungan utamanya hutan banyak sekali, seperti banjir,
longsor, adanya hewan-hewan liar yang menyerang pemukiman yaitu areal pertanian karena
sudah tidak ada lagi makanan yang tersisa di hutan akibat pembalakan liar, dan masih
banyak lagi lainnya. Dari situ manusia nantinya juga akan merasa dirugikan oleh
perbuatannya
sendiri.
Sesuatu yang dilakukan oleh manusia akan kembali kepada manusia itu sendiri.
Etika lingkungan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu
atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam menghadapi dan
menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai kesatuan pendukung
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta mahluk hidup lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Azhari Samlawi, Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: DIKTI,
1997.
Bertens, K. Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan, Jakarta: Kompas, 2002.
Haba, John. Illegal Logging, Penyebab dan Dampaknya. Jakarta: PMB-LIPI. 2005.
Soerjani, Mohamad, Pembangunan dan Lingkungan, Jakarta: Institut Pendidikan dan
Pengembangan Lingkungan (IPPL), 1996.
http://blawgerpoet.blogdetik.com/2011/02/14/pembalakan-liar-hutan-indonesia/
http://kpshk.org/index.php/berita/read/2011/02/11/1404/pencegahan-dan-pemberantasanpembalakan-liar.kpshk
http://impasb.wordpress.com/2008/02/27/penyebab-dan-dampak-rusaknya-hutan-kita/

Anda mungkin juga menyukai