Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anggia Putri Harina

Nim

: 20100310013
REFLEKSI KASUS

I.

KASUS
Tanggal 18 maret 2015 pukul 02.30 lahir bayi dengan jenis kelamin perempuan, dengan berat
badan lahir cukup (2600 gram), cukup bulan (38+4 minggu), sesuai masa kehamilan, persalinan
spontan dengan VE atas indikasi kala II tak maju, trauma lahir dengan laserasi (+).
Pemeriksaan antenatal teratur, Tanggal 20 maret 2015 keadaan umum bayi cukup, gerak aktif,
tangis kuat, ikterik, dengan HR= 134x/mnt RR= 52x/mnt T= 36 oC dan SpO2= 98%, mendapat
terapi injeksi ampisilin 100mg/kg/hr (2x130mg), injeksi gentamisin 5mg/kg/hr (1x13mg), dan
fototerapi atas indikasi peningkatan kadar bilirubin (total= 11.78).

II.

PERMASALAHAN
Bagaimana membedakan ikterik fisiologis dan patologis?

III. PEMBAHASAN
Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus neonatarum adalah keadaan klinis
pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi
bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih(Sukadi,2008). Pada orang dewasa, ikterus akan
tampak apabila serum bilirubin >2 mg/dl(>17mol/L) sedangkan pada neonatus baru tampak
apabila serum bilirubin >5mg/dl(86mol/L). Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis
berupa pewaranaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada
gambaran kadar bilirubin serum total. Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan
patologis. Ikterus fisiologi Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi kern
ikterus. Adapun tanda-tanda sebagai berikut : Timbul pada hari kedua dan ketiga, Kadar
bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan, Kecepatan peningkatan
kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari, Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%,
Ikterus menghilang pada 10 hari pertama, Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologis. Ikterus Patologi adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya
sebagai berikut : Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama, Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada
RM.01.

neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan, Pengangkatan
bilirubin lebih dari 5 mg% per hari, Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama, Kadar
bilirubin direk melebihi 1 mg%, Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
Diagnosis pada hiperbilirubinemia
Anamnesis
a. Riwayat kehamilan dengan komplikasi(obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi
intrauterine, infeksi intranatal)
b. Riwayat persalinan dengan tindakan/komplikasi
c. Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar pada bayi sebelumnya
d. Riwayat inkompatibilitas darah
e. Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa
Pemeriksaan fisik
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah beberapa
hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih
jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama
pada neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita
sedang mendapatkan terapi sinar. Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus
secara klinis, mudah dan sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya
dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang
hidung,dada,lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau

kuning.

Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan. Derajat Ikterus
pada Neonatus menurut Kramer.
Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin
indirek
1 Kepala dan leher 100
2 Pusat-leher 150
3 Pusat-paha 200
4 Lengan+Tungkai 250
5 Tangan+Kaki >250
Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan
penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan
penyebab ikterus tersebut.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek) harus dilakukan pada neonatus yang
mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayibayi yang tergolong resiko
tingggi terserang hiperbilirubinemia berat. Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan
untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus antara lain adalah golongan darah dan Coombs
test, darah lengkap dan hapusan darah, hitung retikulosit, skrining G6PD dan bilirubin direk.
RM.02.

Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan
tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga harus diukur untuk menentukan pilihan
terapi sinar atau transfusi tukar.
IV.

Daftar Pustaka
World Health Organization. (2009). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.

RM.03.

Anda mungkin juga menyukai