Anda di halaman 1dari 86

MODERNISASI

ARSITEKTUR
HINDIABELANDA
SEJARAH ARSITEKTUR INDONESIA

LATAR BELAKANG

Urbanisasi di Jawa, kota dan


masyarakat semakin
berkembang yaitu:
makin banyak

MASYARAKAT
YANG MENETAP

Akibatnya, KOTA
berkembang

tidak
hanya pusat
pemerintahan,

tetapi juga tempat


BERMUKIM, BERDAGANG,
BEREKREASI, dan lain
sebagainya.

Kebutuhan bentuk arsitektur


baru sebagai identitas
arsitektur kolonial dirasakan
sejak 1910-an.
Memasuki abad ke-20,
datanglah arsitek Belanda
lulusan sekolah Tinggi Teknik
Delft di Belanda.

Bentuk arsitektur abad ke-19


atau Indische Empire Style
dilihat sebagai karya kelas
kambing.

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
Indische Empire
(Abad 18-19)

Denah

Denah berbentuk simetri.


Ditengah terdapat Central
Room terdiri dari kamar
tidur utama dan kamar
tidur lain. Central Room
berhubungan langsung teras
depan dan teras belakang
(Voor Galerij dan Achter
Galerij).
Ada teras yang mengelilingi
denah bangunan, untuk
menghindari masuknya
sinar matahari langsung
dan tampias air hujan.

Arsitektur Peralihan
(1890-1915)
Denah mengikuti gaya
Indischee Empire,
berbentuk simetri penuh.
Pemakaian teras keliling
pada denah masih dipakai.

Arsitektur Kolonial
Modern
(1915-1940)
Denah lebih bervariasi,
sesuai dengan anjuran
kreatifitas dalam
arsitektur modern.
Bentuk simetri dihindari.
Pemakaian teras keliling
bangunan sudah tidak
dipakai lagi. Sebagai
gantinya sering dipakai
elemen penahan sinar
matahari

TAMPAK
Indische Empire
(Abad 18-19)

Tampak

Didominasi barisan kolom


gaya Yunani dengan teras
depan (voor galerij) dan
teras belakang (achter
galerij).
Bentuk tampak yang
simetri.

Arsitektur Peralihan
(1890-1915)

Arsitektur Kolonial
Modern
(1915-1940)

Ada usaha untuk


menghilangkan kolom gaya
Yunani. Gevel-gevel pada
arsitektur Belanda yang
terletak di tepi sungai
muncul kembali.

Berusaha menghilangkan
kesan tampak arsitektur
gaya indische empire.
Tampak tidak symetri
lagi.

Ada usaha untuk


memberikan kesan
romantis dan membuat
menara (tower) pada pintu
masuk utama, seperti yang
terdapat pada banyak
gereja calvinist di Belanda.

Tampak bangunan lebih


mencerminkan Form

Follow Function.

BAHAN BANGUNAN
Indische Empire
(Abad 18-19)
Bahan
Bangunan

Bahan bangunan
konstruksi utamanya
adalah batu bata (baik
kolom maupun tembok)
dan kayu, terutama pada
kuda-kudanya, kosen
maupun pintunya.
Pemakaian bahan kaca
belum banyak dipakai.

Arsitektur Peralihan
(1890-1915)

Arsitektur Kolonial
Modern
(1915-1940)

Pemakaian bahan
bangunan utama masih
seperti sebelumnya, yaitu
bata dan kayu.

Bahan bangunan beton


mulai diperkenalkan
terutama pada bangunan
bertingkat.

Pemakaian kaca (terutama


pada jendela) masih
terbatas

Pemakaian bahan
bangunan kaca yang
cukup lebar (terutama
untuk jendela)

SISTEM KONSTRUKSI
Indische Empire
(Abad 18-19)
Sistem
konstruksi

Dinding pemikul, dengan


barisan kolom di teras
depan dan
belakang,menggunakan
sistim konstruksi kolom
dan balok

Arsitektur Peralihan
(1890-1915)
Dinding pemikul.,dengan
gevel-gevel depan yang
mencolok

Arsitektur Kolonial
Modern
(1915-1940)
Adanya bahan beton
memungkinkan sistim
konstruksi rangka,
sehongga dinding hanya
berfungsi sebagai penutup

ATAP
Atap

Indische Empire
(Abad 18-19)

Arsitektur Peralihan
(1890-1915)

Arsitektur Kolonial
Modern
(1915-1940)

Konstruksi atap Perisai,


dengan penutup atap
genting.

Bentuk atap pelana dan


perisai dengan menutup
genting masih banyak
dipakai. Ada usaha untuk
memakai konstruksi
tambahan sebagai ventilasi
pada atap.

Atap pelana atau perisai,


dengan bahan penutup
genting atau sirap.
Tapi sebagian bangunan
dengan konstruksi beton,
memakai atap datar dari
bahan beton. Yang belum
pernah ada pada jaman
sebelumnya.

LAIN-LAIN
Indische Empire
(Abad 18-19)

Lain
-lain

Hampir tidak ada


perbedaan dalam denah
atau tampak pada
bangunan rumah tinggal
atau bangunan fasilitas
umum.
Hampir tidak dikenal
bangunan bertingkat
(maksimum berlantai dua
itupun jarang). Mayoritas
bangunan hanya berlantai
satu.

Arsitektur Peralihan
(1890-1915)

Arsitektur Kolonial
Modern
(1915-1940)

Ada kesan untuk membuat


tampak kelihatan lebih
romantis, dengan caracara membuat gevel
dengan hiasan serta atap
pelana.

Ada perbedaan yang


mencolok dalam denah
maupun tampak dari
bangunan rumah tinggal
dan bangunan fasilitas
umum. Hal ini disebabkan
karena arsitektur kolonial
modern dirancang
berdasarkan fungsi ruang
yang akhirnya
mempengaruhi
bentuknya.

CIRI-CIRI
PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR
KOLONIAL

SEJARAH ARSITEKTUR INDONESIA

CIRI-CIRI INDISCHE EMPIRE STYLE

Teras depan (voor galerij) dan


teras belakang (achter galerij)
serta ruang utama (central
room).

Kolom-kolom atau pilar dengan


gaya Yunani atau Romawi
(doric, ionic, corinthian) pada
voor galerij atau achter galerij.

CIRI-CIRI ARSITEKTUR PERALIHAN


Teras depan (voor galerij) dan teras belakang
(achter galerij) serta ruang utama (central
room).
Pada rumah yang berukuran besar, terdapat
bangunan samping atau paviliun.
Tidak tampak kolom-kolom atau pilar
dengan gaya Yunani atau Romawi (doric,
ionic, corinthian) pada voor galerij atau
achter galerij yang menjadi ciri khas gaya

indische empire

Arsitektur Kolonial Modern


(1915-1940)

Mansart, as he is generally known, made extensive use of a four-sided, double


slope gambrel roof punctuated with windows on the steeper lower slope,
creating additional habitable space in the garrets that ultimately became named
for him the mansard roof.

Atap yang kemiringannya hampir


vertical dan disebut atap Mansart,
sesuai nama arsitek Perancis Francois
Mansart (1596-1666) penciptanya.

F RAN O IS M AN S AR T ( 1 3 J AN U ARY 1 5 9 8 - 2 3 SE P T E MBER 1 6 6 6 )

Hendrik Petrus Berlage, Amsterdam, 21 February 1856


The Hague, 12 August 1934.

Piet Mondrian

Rietveldschroderhuis
Konsep de Stijl adalah abstraksi secara ideal komposisi warna
dalam bentuk dua dimensi, yang bisa menghasilkan kesan
ruang.

Theo van Doesburg

TU Delft Architecture

HU L SW I T & F E RM ONT W E L TE VREDEN +


E D CU Y P E RS AM ST E RDAM
Marius J. Hulswitt
Fermont
Eduard Cuypers

Marius J. Hulswitt

Eduard Cuypers

Gedung Algemeene di jalan Jembatan Merah (Willemskade) karya H.P Berlage

1899-1901

1910 (phase 1)
1922 (phase 2)
1924 (phase 3)

Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat


(GPIB), dibangun tahun 1913-1915 oleh
Ed Cuypers dan Hulswit.

CIRI-CIRI ARSITEKTUR INDO EROPA

Pada th. 1920-an muncul suatu gaya


arsitektur yang disebut sebagai arsitektur Indo
Eropa (Indo Europeesche Stijl).

Bentuk arsitektur ini merupakan perpaduan


antara arsitektur modern Eropa dan
arsitektur setempat.

Kuatnya cengkeraman kekuasaan


Belanda pada abad ke-19 berpengaruh
pula pada pudarnya arsitektur Jawa.
Pada abad ke-20, dengan dipelopori
oleh Maclaine Pont, arsitektur Jawa
dicoba untuk dilahirkan kembali dalam
sosok arsitektur Indo-Eropa.
Gaya arsitektur Indo-Eropa dipelopori
Henri Maclaine Pont dan Thomas
Karsten.

WOLFF SCHOEMAKER
Penentang utamanya adalah
arsitek Prof. C.P. Wolff
Schoemaker, guru besar
arsitektur Sekolah Tinggi
Teknik Bandung (ITB).
Perdebatan sengit antara
Maclaine Pont dan Wolff
Schoemaker tentang
arsitektur Indo-Eropa ini
dimuat dalam majalah
Indische Bouwkundig
Tjidschrift th. 1920 an.

Villa Isola

Villa Isola dibangun pada tahun 1933, milik seorang hartawan Belanda bernama Dominique Willem Berrety. Kemudian bangunan mewah
yang dijadikan rumah tinggal ini dijual dan menjadi bagian dari Hotel Savoy Homann.

Albert Aalbers

The DENIS bank building, designed by Aalbers in 1936.

Savoy Homman Hotel

HENRI MACLAINE PONT

Henri Maclaine Pont


21 Juni 1885 2 Desember 1971,
Den Haag
Menurut silsilah yang diketahui, dari pihak
ibu mengalir darah Maluku.
Sebagaimana kebanyakan orang Belanda
di Hindia waktu itu, ia bersekolah rendah
di Jawa dan kembali ke Belanda hingga
perguruan tinggi.

Maclaine Pont,
OV Majapahit terkait
penyusunan pengetahuan
arsitektur Jawa.
Ujungnya adalah
kesadaran mengejar
keadaan yang lebih baik
untuk hunian masyarakat
waktu itu.

...Kalau bangoen-bangoenan kajoe itoe kita peladjari, demikian djoega


bangoenbangoenan kajoe di Bali, tentoe banjak benar hasilnja, lagi besar
goenanja bagi membangoenkan lagi gambar kota Madjapahit.
Pemeriksaan itoe haroes segera dilakoekan; kalaoe tidak, tentoe makin
banjak lagi sisa jang hilang, jang amat besar goenanja bagi ilmoe
pengetahoean...
Itoelah djalan jang terbaik akan membangoenkan hati orang Djawa, agar
soeka beroesaha sendiri mengedjar keadaan tempat kediaman jang lebih
baik. Itoelah poela djalan jang dapat memperbaiki pertoekangan didesadesa

KAWRUH GRIYA (SOETO PRAWIRO, 1909)


"Setahu saja, para undagi atau tukang kaju belum
pernah ada jang mengajarkan ilmunya membuat
rumah, termasuk tjara menebang serta tjara memilih
kaju jang baik sebagai bahan perumahan. Bahkan
keadaan para tukang kaju sendiri dalam djaman
sekarang ini boleh dikatakan dengan djelas
menunjukkan kemerosotan pengetahuan mereka dalam
hal pertukangan.

Sangat disajangkan apabila keadaan itu semangkin


berlarut-larutdan tidak ada jang menjusun ilmu perihal
pembikinan rumah. Sudah barang tentu hal itu akan
menghilangkan patokan tentang pengetahuan serta
keahlian para undagi. . . . Idam-idaman hati saja
semoga dapaat didjadikan bahan peringatan
(dokumentasi) atau poetundjuk bagi para undagi jang
mempunjai keinginan memelihara kebudajaan kuna.
Djangan sampai kehilangan pedoman.
SERAT BALEWARNA: JAWA MENOLAK JAWA KOLONIALISASI
ATAUKAH RASIONALISASI PENGETAHUAN ARSITEKTUR JAWA?
(Josef Prijotomo)

SERAT BALEWARNA
(MAS SASRASUDIRDJA, 1926)

belum terlalu kokoh


dan belum baik
sebagaimana
digambarkan dalam
babad India; sewaktu
bangsa Kumpeni menJawa, pagar dari
bambu yang kecilkecil.

SERAT BALEWARNA: JAWA MENOLAK JAWA KOLONIALISASI


ATAUKAH RASIONALISASI PENGETAHUAN ARSITEKTUR JAWA?
(Josef Prijotomo)

Oleh karena kurang banyak melihat dan membandingbanding, maka bangunan-bangunan di pedesaan jarang sekali
yang baik dan bagus bangun maupun tampangnya, ada yang
terlalu panjang dan ada pula yang terlalu pendek.
Malahan, kebanyakan pembuatan bangunan di pedesaan itu
tidak memikirkan tentang bagusjeleknya tampang dan bangun,
tetapi mengandalkan kecocokan petungan yang biasa
dipraktekkan di pedesaan, misalnya kecocokan antara ukuran
pecak dengan ukuran blandar pangeret yang jatuh pada
`selamat dan `mendapatkan banyak rejeki; demikian juga
halnya dengan jumlah usuk yang dibilang sehingga genapnya
akhir pembilangan itu dapat jatuh pada yang `baik.
Oleh karena mengejar kecocokan perhitungan itulah bangun
dari bangunan menjadi tidak setimbang. Padahal, petungan
itu benarbenar berbohong. Misalnya saja penghitungannya
telah benar-benar mengikuti petungan maka penghuninya
tentulah akan mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Padahal, keadaannya justru bertolak belakang. Jadi, petungan
yang dijadikan pedoman tidaklah berguna, namun rumahnya
telah terlanjur jelek bangunnya.)
SERAT BALEWARNA: JAWA MENOLAK JAWA KOLONIALISASI
ATAUKAH RASIONALISASI PENGETAHUAN ARSITEKTUR JAWA?
(Josef Prijotomo)

Dalem Proyodranan, Kotagede

Frans Johan Laurens (FJL) Ghijsels (1882-1947)

Herman Thomas Karsten


(22 April 1884, Amsterdam1945,
Cimahi)

Perencana kota (town planner):


Jakarta, Bandung, Magelang,
Malang, Bogor, Madiun Cirebon,
Jatinegara, Yogyakarta, Surakarta,
Purwokerto, Palembang, Padang,
Medan dan Banjarmasin.

KARSTEN :

Kebudayaan Barat membawa kemajuan,


tapi sedang merosot. Kebudayan Timur,
dan khususnya Indonesia, dengan
spiritualisme dan ikatan sosialnya bisa
menyelamatkan Barat dari
kemerosotannya itu.
Unsur-unsur terbaik Timur dan Barat bisa
digabungkan untuk menghasilkan sesuatu
yang lebih baik lagi serta membawa
kemajuan bagi keduanya.

Karsten mempunyai visi tentang Indonesia


pasca penjajahan, suatu Indonesia di mana
Timur dan Barat hidup bersama dan
sederajat dalam masyarakat yang
harmonis.

IR. ALBERT BREUNING

Het hoofdkantoor van de Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) in Semarang

Anda mungkin juga menyukai