2011
I. Pendahuluan
Indonesia telah melakukan beberapa langkah penerapan prinsip-prinsip Pengelolaan
Sumber Daya Air Terpadu (Integrated Water Resources Management IWRM) baik di
tingkat nasional maupun regional, ditandai dengan dinamika Pengelolaan SDA di
Indonesia, salah satu yang pokok adalah perubahan perundangan (UU No.7/2004
dan differentialnya), yang didalamnya memuat penataan kelembagaan
(pembentukan Dewan Sumber Daya Air, pembentukan Balai Besar, Balai Wilayah
Sungai), serta penyempurnaan management tools di bidang SDA.
Infrastruktur Sumber Daya Air mungkin masih cukup baik (di beberapa lokasi
memerlukan perhatian serius) dan kondisi lahan masih sesuai aturan, tetapi
kemampuan ketahahan terhadap bahaya (Hazzard) telah mendekati limit.
Perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut yang dikombinasikan dengan
penurunan muka tanah meminta pemeriksaan ulang pengelolaan air di negeri yang
kita cintai ini.
Ketahanan sistem air utama, infrastruktur air dan aturan-aturan dasar yang ada perlu
untuk dipertimbangkan kembali. Penggunaan air terutama diperkotaan telah juga
berubah seiring dengan peningkatan taraf hidup dan urbanisasi, tentu saja ini akan
berujung pada kebutuhan fasilitas baru. Kita hanya dapat merespon perkiraan
dampak perubahan iklim dan dinamika yang lainnya jika kita sepenuhnya fasih
dengan cara sistem air utama bekerja.
Pertanyaannya adalah, apakah kita masih akrab dengan latar belakang, operasi dan
aturan pengelolaan air kita ?
Tulisan ini berusaha untuk berkontribusi dalam menjawab pertanyaan itu. Hal ini
juga merupakan kesempatan yang baik untuk menawarkan kepada rekan-rekan
peneliti pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional X ini dan rekan-rekan dari luar
negeri mengenai gambaran pengelolaan air di Indonesia.
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
II. Tujuan
Memberikan informasi dan tukar pengetahuan tentang aktifitas Pusat Litbang
Sumber Daya Air dalam mendukung dan meningkatkan kinerja pengelolaan sumber
daya air di Indonesia dan untuk mendapatkan masukan-masukan baru dari forum
ilmiah dalam menghadapi tantangan kedepan
III. Metode
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah kompilasi dari hasil kegiatan
Puslitbang Air dan kegiatan kerjasama antara Puslitbang Air dengan institusi lain
dari dalam negeri maupun luar negeri serta hasil dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan sumber daya air.
Perubahan iklim
Pemanasan global menurut IPPC 2007 berdampak 93.4 % di lautan, atmospir 2.3 %,
Gletser,Ice cap, arctic, greenland Ice sheet, antartic ice sheet 2.1%, dan sisanya di
continents 2.1%.
Terdapat sepuluh indikator untuk mendeteksi adanya perubahan iklim yaitu :
1. Suhu udara dekat permukaan (Air Temperature Near Surface / Trophospere)
2. Kelembaban (Humidity)
3. Gletser (Glaciers)
4. Suhu udara di atas lautan (Temperature Over Oceans)
5. Suhu udara permukaan laut (Sea Surface Temperature)
6. Ketebalan salju (Snow cover)
7. Muka air laut (Sea level)
8. Laut es (Sea Ice)
9. Kandungan panas lautan (Ocean Heat Content)
10. Suhu udara di daratan (Temperature Over land)
Data dan informasi pada beberapa representasi lokasi di dunia menunjukkan bahwa
dari sepuluh indikator ini mendukung adanya pernyataan telah terjadi perubahan
iklim seperti terlihat pada Gambar 1.
Pada kesempatan ini hanya akan dituliskan mengenai dua indikator pokok yang
sangat berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air yaitu perubahan temperatur
dan kenaikan muka air laut
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
Gambar 1. Indikator menunjukkan adanya perubahan iklim global (Sumber : KNMI 2011)
. Tingkat pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat
dari rata-rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar
0.74oC selama abad ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah
daratan dari pada lautan dan sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan
tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850 (lihat
Gambar 2).
Ga
mb
ar
2. Atmospheric temperature rise between 2100 and 1990 as simulated by various
CGCMs, (Sumber : Sybren Drijfhout and Caroline Katsman (KNMI)
Berbagai model global menunjukkan bahwa kenaikan temperature akan meningkat
seperti ditunjukan pada Gambar 3 hasil model perubahan iklim global, adapun untuk
digunakan sebagai scenario prediksi kenaikan temperatur disarankan dalam kategori
seperti pada Tabel 1 berikut
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
Moderate
Warm
+ 1 C
+ 2 C
2050 2100
+ 2 C
+ 4 C
Kenaikan muka air laut telah diduga menjadi salah satu penyebab sering terjadinya
banjir selain perubahan tata guna lahan, intentistas hujan, dan pengaturan air.
Kenaikan muka air laut secara global ditunjukkan pada Gambar 3 yang dihasilkan
dari beberapa scenario model. Perubahan muka air laut Jakarta berdasarkan
pemodelan secara global maupun pengaruh lokal di atas sedikit dari rata-rata
kenaikan muka air laut global sebesar 0.47 m, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil
pengamatan di Pasar ikan dan Tanjung Priuk Jakarta seperti terlihat pada Gambar
4.
Gambar 3. Kenaikan Muka air laut rata-rata Global (1990-2100) enam SRES
Scenario (Sumber : IPCC 2007)
Gambar 4. Muka air laut Pasar Ikan pada saat kejadian banjir Februari 2007 (Sumber
: JFHM 2009)
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
Gambar 5. Perubahan muka air laut Regional (Global dan Local) (Sumber : KNMI 2011)
Tabel 2. Extremes List IPCC-AR4, WG1 report (IPCC, 2007)
Salah satu catatan penting untuk menjawab tantangan pengelolaan sumber daya air
kedepan adalah laporan hasil WG1 IPPC 2007 mengenai kondisi ekstrim yang tetera
pada Tabel 2, dimana semua fenomena dan arah trennya akan menjadi konstrain
dalam PSDA.
Sebagai contoh untuk fenomena frekuensi curah hujan deras (atau proporsi total
curah hujan intensitas tinggi) meningkat pada hampir semua wilayah (heavy
precipitation event frequency (or proportion of total rainfall from heavy falls)
increases over most areas). hal ini telah dibuktikan dalam salah satu kegiatan
Puslitbang SDA-SDA kerjasama dengan Deltares, pada study Upper Citarum Basin
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
Flood Management dimana hubungan antara hujan deras lima harian dengan
volume banjir pada DAS Citarum (Nanjung), berubah antara tahun 1974-1997 dan
1998-2010.
Gambar 6. Flood volume 5 day rainfall correlation Citarum at Nanjung (Sumber : UCBFM
: Discharge Extremes including 2009 2010)
4.2
meningkatnya
jumlah
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
4.3
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
Salah satu studi di Pusat litbang SDA menyatakan Index pemakaian air dalam
bentuk pembagian kebutuhan air oleh ketersediaan air,
selanjutnya untuk
menyatakan kekritisan neraca tersebut diberikan tanda kritis untuk nilai di atas 0.6.
(6)
(5)
(7)
(6)
(8)
Gambar 7. Peta Index pemakaian air di Indonesia basis propinsi (Sumber : Kegiatan
litbang Puslitbang SDA 2011)
Sampai dengan saat ini baru dapat diperkirakan index pemakaian air dalam basis
propinsi dan menunjukan Pulau Jawa dan Bali dalam kondisi kritis, perhatian juga
pada Sulawesi Selatan, Lampung, dan Nusa Tenggara untuk masa mendatang.
Apabila pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tidak dibarengi dengan
perencanan PSDA akan mengakibatkan kondisi seperti di Pualu Jawa, lihat gambar
Peta Index pemakaian air di Indonesia.
Pulau Jawa jelas memerlukan tampungan-tampungan dan pengoperasian yang lebih
optimal dengan melibatkan seluruh stakeholder.
Pusat litbang SDA juga telah mendukung Balai-balai Wilayah Sungai untuk
melakukan kajian PSDA dalam satu model wilayah sungai terpadu (RIBASIM
Deltares), yang pernah dikembangkan di Indonesia dengan melibatkan peneliti
Pusat Litbang SDA sejak 1986 pada Project bantuan Northern-West Java Water
Resources Development Integrated Project 1986-1991, dan sekarang telah
digunakan pada lebih dari 35 negara di lima benua di dunia, baik untuk perencanaan
maupun operasional, berikut ini gambar penampilan alokasi air WS Citanduy.
Inti dari kajian Pemodelan PSDA dapat dituliskan sebagai berikut :
Menjamin alokasi air dapat dilakukan pada semua wilayah sungai untuk
scenario kondisi basah, normal, dan kering serta didukung dengan sistem
prioritas dan disetujui oleh dewan sumber daya air.
Optimasi potensi semua sumber daya air dalam rangka mengurangi
kehilangan air
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
4.4
4.4.1 Banjir
Pusat litbang SDA telah, sedang, dan akan terus mendukung Direktorat jenderal
SDA dalam penanganan masalah banjir baik partisipasi dalam bentuk kajian upaya
struktural lebih lagi dalam upaya non-struktural.
Beberapa masukan diantaranya adalah :
Secara berkala setelah suatu kejadian banjir, melakukan analisis hubungan
debit banjir dan curah hujan untuk mengetahui trend kenaikan debit puncak
dan mengetahui kondisi lingkungan,
melakukan OP dan sesuaikan desain infrastruktur SDA dengan
menambahkan tinggi jagaan untuk mengakomodasi berbagai ketidakpastian
perubahan
CITARUM-NANJUNG
800
2010
700
600
2002
Peak Flow Nanjung
500
EV
GEV
400
300
200
10
100
1000
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
Upaya-upaya lain yang sedang dikembangkan dan lebih berfikir kedepan adalah :
10
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
4.5
4.6
Pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi akan merubah peruntukan tata guna lahan,
Java-Bali Spatial Model meramalkan bahwa pada kota-kota besar di Pulau Java
akan berkembang dan pada tahun 2025 urban area akan berada disekitar 70 90
%, hal ini akan menekan luas irigasi pada wilayah disekitarnya lebih jauh untuk
Pulau Jawa luas irigasi akan berkurang hingga 25-30%.
Kondisi tersebut diatas ditambah dengan upaya pencegahan kekeringan akan
menuntut sistem irigasi yang lebih baik untuk itu dikembangkan sistem irigasi hemat
air dan irigasi mikro.
11
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
Gambar 12. Perubahan Area Sawah 2000-2025 dalam persentase (%) (Sumber : JavaSpatial Model-Deltares)
4.7
4.8
Gambut memiliki sistem hidrologi yang sangat unik. Kenali dan susun
klasifikasi wilayah-wilayah konservasi dan budidaya sebelum dikembangkan.
Perbaiki sistem tata air jika terlanjur salah seperti pada kawasan Satu Juta
Hektar
12
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
13
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
River Basin Organizations and Management : Centre for River Basin Organizations
and Management (CRBOM), dimana Indonesia sebagai penanggung jawab
merupakan perwujudan dari salah satunya akifitas Hub, khususnya mengenai
dukungan dalam pengelolaan wilayah sungai, hal ini merupakan opportunity untuk
memperoleh pengetahuan dan kapasitas pengembangan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan-kegiatan sumber daya air pada wilayah sungai,
melalui sharing :
1. Knowledge exports:
Indonesian experience & expertise
2. Knowledge imports:
Experience & expertise from elsewhere in Asia
14
Strategi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung Pengelolaan Sumber
Daya Air berkelanjutan
2011
5 KESIMPULAN
Perubahan iklim bukan merupakan fenomena alam yang baru, namun demikian
kondisi saat ini makin sukar karena diperburuk oleh perubahan perilaku dan
persepsi manusia akan air serta tuntutan sosio-ekonomi.
Diperlukan Institusi Pengelola Sumber Daya Air yang kuat dan handal, serta
ditunjang oleh SDM yang kreatif dan pratisipasi seluruh pemangku kepentingan
Permasalahan kerusakan struktur dapat dikelompokan dalam kesalahan
perencanan (SID), Pelaksanaan konstruksi, operasi pemeliharaan, dan tekanan
lingkungan. Pusat litbang SDA telah terlibat dalam penyelesaian masalah ini
dengan melakukan sharing knowladge dengan lembaga dalam dan laur negeri,
pengembangan perangkat lunak dan pemanfaatan teknologi baru, dan
pemodelan.
Tantangan pengelolan sumber daya air kedepan dapat dijadikan opportunity
untuk menghasilkan hasil litbang yang bermanfaat, aplikatif, inovatif, kompetitif
dan berwawasan lingkungan.
Keterlibatan dalam kerjasama Internasional sangat berguna untuk peningkatan
kapasitas dan sharing pengetahuan serta pemanfaatan kemudahan akses data
dan global forecasting untuk dijadikan sebagai sarana dalam extend lead time
untuk model peringatan dini.
15