Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM


PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
AGUSWINA MARTHA
FUTRI MAHARANI
SULASTRIANI
KELAS 6 E
DOSEN PEMBIMBING :
SANGAP SIREGAR, S.Pd., M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TA. 2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa
melimpahkan nikmat, rahmat, dan karunianya kepada kita semua. Sholawat serta
salam tetap kita limpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
beserta semua keluarga, para sahabat dan pengikut sunahnya sampai akhir zaman.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen yang telah memberikan kepercayaan
kepada kelompok kami dalam menyelesaikan makalah ini, yang berjudul
Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Bioteknologi. Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat
dipahami serta mudah dimengerti. Makalah ini dapat kami selesaikan dengan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Sangap Siregar, S.Pd., M.Pd serta teman-teman yang sudah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari sebagai manusia biasa tentunya makalah ini belum
sempurna. Maka dari itu kami berharap adanya kritik dan saran dari para
pembaca. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca.

Pekanbaru, 10 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................... 1
2

PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang............................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................2

1.3

Tujuan......................................................................................... 2

BAB II..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1

Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan...........................3

2.1.1
Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Sistem Operasional
Pendidikan di Sekolah............................................................................ 3
2.1.2
Kedudukan Bimbingan dan Konseling Secara Formal dan dalam Setting
Pendidikan Formal................................................................................ 7
2.2

Tipe-Tipe Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan.............................9

2.3

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan.............................15

2.3.1

Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah...........15

2.3.2

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran....................16

BAB III.................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................... 18
3.1

Kesimpulan................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Manusia

dituntut

untuk

mampu

memperkembangkan

dan

menyesuaikan diri terhadap masyarakat, oleh karena itu manusia telah


dianugerahi berbagai potensi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Potensi yang
dimiliki manusia tersebut dapat berkenaan dengan keindahan dan
ketinggian derajat kemanusiaannya maupun berkenan dengan keempat
dimensi kemanusiaan itu, yang memungkinkan untuk pemenuhan tuntutan
masyarakat yang ada.
Tuntutan seperti yang telah disebutkan tadi pada dasarnya ada pada
berbagai ruang lingkup baik tingkat keluarga, lingkungan kerja,
masyarakat maupun dunia pendidikan dalam hal ini yaitu lingkungan
sekolah. Pada ruang lingkup sekolah, siswa adalah subjek yang berusaha
memenuhi tuntutan dalam kehidupan mereka.untuk mencapai pemenuhan
itu siswa juga tidak selalu berjalan tanpa masalah.
Tak dapat dipungkiri bahwa setiap siswa memiliki permasalahan di
sekolah, yang membedakan hanyalah intensitas dan cara mereka
menyikapi masalah yang mereka hadapi. Permasalahan yang dialami para
siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan
pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini juga bisa disebabkan oleh umbersumber permasalahan siswa yang banyak berasal dari luar sekolah.
Dewasa ini, praktik nyatanya atau relita yang terjadi adalah
pelayanan bimbingan dan konseling yang belum maksimal atau berjalan
sesuai dengan semestinya atau ketentuan yang ada. Hal ini dikarenakan
kurangnya pemahaman lembaga pelayanan bimbingan dan konseling
tersebut mengenai kedudukannya di sekolah yang dapat dikatakan vital.
Oleh karena itu kita sebagai calon tenaga pendidik atau guru
haruslah mengerti dan paham mengenai pelayanan bimbingan dan
konseling di lingkup sekolah. Kita tidak hanya memberikan materi
pembelajaran tetapi kita juga harus memberikan pelayanan bimbingan dan
1

konseling tersebut agar nantinya tujuan dari siswa untuk mendapatkan


kemandirian dapat terpenuhi.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka secara garis besar
masalah yang di angkat didalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Bagaimana kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan ?
2) Apa saja tipe-tipe bimbingan dan konseling ?
3) Bagaimana peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan ?

1.3

Tujuan
Tujuan dari makalah rekayasa genetika ini yaitu :
1) Memahami kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan?
2) Mengetahui tipe-tipe bimbingan dan konseling dalam Pendidikan?
3) Memahami peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

2.1.1

Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Sistem Operasional


Pendidikan di Sekolah
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan
masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara
gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personil yang
terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang
menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan
merupakan proses yang esensial untuk mencapai

tujuan dan cita-cita

pribadi individu (siswa).


Siswa merupakan unsur utama dalam pendidikan. Siswa sebagai
individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi, yaitu
berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kemandirian tersebut, siswa memerlukan bimbingan, karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan
pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan
menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik,
tetapi kurang memiliki kemampuan

atau kematangan dalam aspek

psikososiospiritual.
Aspek psikososiospiritual diantaranya sebagai berikut:
1) Manusia sebagai mahluk psikologis:
a. Memiliki struktur kepribadian yang terdiri dari Id ( aspek biologis ),
Ego ( aspek psikologi ) dan Super ego ( aspek sosial ).
b. Dipengaruhi perasaan dan kata hati
c. Memiliki daya pikir dan kecerdasan
d. Memiliki kebutuhan psikologis agar pribadi dapat berkembang.
Kebutuhan

psikologis

terdiri

dari

pengurangan

ketegangan,

kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik, kehormatan dan kepuasan


ego.
e. Memiliki kepribadian yang unik
2) Manusia sebagai mahluk sosial
Manusia membutuhkan manusia

lain

didalam

menjalani

kehidupannya. Ciri-ciri mahluk sosial adalah :


a. Sebagai mahluk yang tidak dapat lepas dari orang lain. manusia
memiliki cipta (kemampuan untuk melakukan sesuatu), rasa
(perasaan), dan karsa (tujuan).
b. Manusia hidup dalam kelompoknya (keluarga, masyarakat), manusia
suci bagi manusia lain (Homosacra Res Homonim
c. Manusia selalu bersosialisasi, berhubungam, menyesuaikan diri,
saling mencintai, menghormati, dan saling menghargai manusia lain
dari masa kanak-kanak sampai dengan meningal dunia.
3) Manusia sebagai mahluk spiritual
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, dalam bentuk yang sebaikbaiknya, memiliki jiwa yang sempurna, untuk menjadi khalifah dibumi.
Bukti manusia mahluk spiritual :
a. Memiliki keyakinan dan kepercayaan
b. Menyembah tuhan.
Bidang-bidang utama dalam pendidikan:
1) Bidang Administrasi dan Kepemimpinan
Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara
efisien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinanan
(kepala sekolah dan staf administrasi lainnya) yang terkait dengan
kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian
tugas,

pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana

(material), supervisi, dan evaluasi program.

2) Bidang intruksional dan kurikuler


Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan
untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan
sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang
ini adalah para guru.
3) Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)
4

Bidang ini terkait dengan program pemberiaan layanan bantuan


kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya
yang optimal, melalui

interaksi yang sehat dengan lingkungannya.

Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang


ini adalah guru pembimbing atau konselor.
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan
persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan
peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling
berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang
secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif.
Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu
keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing
diharapkan untuk:
1) Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun
kelompok,
2) Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
3) Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar
sesuai dengan karakteristik pribadinya,
4) Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi
yang dihadapinya,
5) Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan
tersebut di atas, Rochma Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan
sebagai berikut:
...bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam
pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah
dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa dalam
bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa..
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling
memiliki fungsi memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan, yaitu membantu meratakan
jalan menuju Tuhan, berguna bagi manusia, dan bermanfaat bagi
kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan umat manusia
5

Ragam Bimbingan dan konseling dapat dilihat dari masalah


individu ada empat jenis bimbingan yaitu:
a. Bimbingan Akademik,
yaitu bimbingan yang diarahkan untuk
membantu para individu dalam menghadapi masalah-masalah akademik
seperti pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara
belajar

dsb.

Bimbingan

akademik

dilakukan

dengan

cara

mengembangkan suasana belajar- mengajar yang kondusif agar


terhindar

dari

kesulitan

belajar.

Dalam

bimbingan

akademik

pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan


akademik yang diharapkan.
b. Bimbingan Sosial-Pribadi,

merupakan bimbingan untuk membantu

para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.


Contohnya: masalah sosial pribadi adalah hubungan sesama teman,
dengan dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri
penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat
mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
c. Bimbingan Karir, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam
perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karir
seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman
kondisi dan kemampuan diri dsb.
d. Bimbingan Keluarga, merupakan upaya pemberian bantuan kepada
para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu
menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri
secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan
norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai
kehidupan keluarga yang bahagia.
2.1.2

Kedudukan Bimbingan dan Konseling Secara Formal dan dalam


Setting Pendidikan Formal
1) Kedudukan Bimbingan dan Konseling secara formal
Secara formal kedudukan bimbingan dan konseling ada dalam
Sistem Pendidikan di Indonesia, antara lain :
a. UU No. 2 tahun 1989 bab I pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui


bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang
b. PP No. 28 untuk SD dan PP No. 29 untuk SMP dan SMA tahun 1990
Bab X pasal 25 ayat 1 yang menyatakan :
Bimbingan adalah bantuan peserta didik untuk memahami diri,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan
Bimbingan dilaksanakan oleh guru pembimbing
c. UU No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 6
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, dan konselor, widyaiswara, pamong belajar, fasilitator
dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan
2) Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Setting Pendidikan
Formal

Gambar 1. Wilayah pelayanan BK dalam jalur pendidikan formal


Pemetaan layanan BK seperti yang tertera pada gambar di atas,
menampilkan dengan jelas kesejajaran antara posisi layanan BK yang
memandirikan dengan layanan manajemen pendidikan dan layanan
pembelajaran

yang

dibingkai

oleh

kurikulum

khusus

sistem

persekolahan sebagai bentuk kelembagaan dalam jalur pendidikan

formal. Wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan menjadi


tanggung jawab konselor.
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan
yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, siswa dapat mencapai
prestasi belajar yang optimal apabila terbebas dari masalah-masalah
yang dapat mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah
tersebut dapat dilakukan melalui pelayanan bsimbingan dan konseling.
Materi layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru
untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa.
Pelayanan bimbingan dan konseling juga memberikan sumbangan
dalam manajemen dan supervisi.

Misalnya,

berkaitan dengan

penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar,


pengambilan belajar yang tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah
yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan
perkembangan siswa.
Begitu pula sebaliknya, bidang pengajaran, manajemen, dan
supervisi memberikan sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan
konseling. Jika ketiganya berjalan dengan baik, maka akan mencegah
timbulnya masalah pada siswa juga sebagai wahana pengentasan
masalah-masalah siswa.
2.2

Tipe-Tipe Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan


Tipe-tipe bimbingan dan konseling dalam pendidikan Menurut Dr.
Tohari Musnamar, tipe-tipe bimbingan dan konseling dengan aspek-aspek
pendidikan sebagai berikut :

1) Bimbingan identik dengan pendidikan (guidance as identical with


education)
Menurut tipe ini bimbingan identik dengan pendidkan karena
prinsip-prinsipnya maupun tujuan yang ingin dicapai adalah sama,
yakni mengantarkan individu peserta didik untuk mempertumbuhkan
dan memperkembangkan dirinya secara optimal. Adapun perbedaan
yang terdapat dalam bimbingan dan pendidikan terletak pada metode
dan fokus perhatiannya.
8

Menurut H.E Hanwkes salah seorang pelopor tipe ini menyatakan


bahwa that education is guidance and guidance is education.
2) Bimbingan sebagai pelengkap pendidikan (guidance as a complement to
education).
Tipe kedua ini beranggapan bahwa diadalam sistem pendidikan
yang berjalan sekarang, banyak ditemukan celah-celah dan kekurangankekurangan. Sistem pendidikan klasikal yang konvensional lebih
banyak memperhatikan kelas dan keseluruhan peserta didik secara
umum, tetapi kurang memperhatikan peserta didik sebagai individu
yang unik.
3) Bimbingan dan konseling sebagian dari kurikuler.
Pola ketiga ini ditandai dengan disediakannya jam-jam pelajaran
khusus memberikan pelayanan bimbingan secara kelompok. Dalam
pemberian pelayanan bimbingan konseling kelompok terdapat dimana
didalam kegiatan tersebut mengandung unsur agar semua siswa dapat
dengan aktif mengeluarkan pendapatnya dan memiliki kepercayaan diri
dengan argumen yang telah ia buat, dalam hal ini juga membantu siswa
dalam bersosialisasi dengan temannya sehingga dapat terbentuk
pemahaman diri yang baik dan terciptalah hubungan sosial yang baik
pula.
4) Bimbingan dan konseling bagian dari pelayanan kesiswaan.
Pada tipe keempat ini pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan bagian dari serangkaian kegiatan pembinaan pribadi peserta
didik, yang melembaga untuk mendukung kesuksesan dan lelancaran
studi peserta didik.
5) Bimbingan dan konseling sebagai subsistem pendidikan.
Pola ini didasarkan atas pemikiran bahawa bimbingan dan
konseling merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen
yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam mencapai tujuan
yang sama pula. Mengapa disekolah ? Pendidikan sekolah bertujuan
menghasilkan perubahan-perubahan positif (tingkah laku dan sikap)
dalam diri siswa yang sedang berkembang menuju kedewasaannya.
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam
mengahadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya.
9

Pelayanan bimbingan disekolah diharapkan dapat menolong siswa dalam


menjaga kesehatan mentalnya, misalnya mengatasi suatu masalah, konflik,
atau frustasi dan berguna dalam mencegah timbulnya gangguan mental
yang serius (neuroso, psikose).
Siswa disekolah saat ini menghadapi banyak beragam masalah
yang rumit diantara lain, antara ia harus memilihdan menentukan mana
yang baik mana pula yang buruk untuk dirinya. Maka dari itu
siswa/peserta didik sangat membutuhkan bantuan dalam mendiskusikan
pilihan yang harus ia pilih ketika ia mengahadapi kebingungan.
Masalah-masalah yang dihadapi para peserta didik disekolah
diantaranya sebagai berikut: a. Masalah keluarga/dirumah, interaksi dan
komunikasi antara anggota keluarga yang kurang harmonis, perpecahan
rumah tangga (broken home), keadaan ekonomi yang terlalu kurang atau
terlalu mewah, perhatian orangtua terhadap prestasi disekolah kurang atau
keterlaluan menuntut banyak. b. Masalah disekolah atau dalam belajar
dirumah, motivasi belajar kurang sesuai, pilihan jurusan yang keliru, taraf
prestasi belajar yang mengecewakan hubungan kurang baik anatar teman
sekelasnya. c. Masalah pengisian waktu luang, tidak mempunyai hobi,
tidak puas karena membuang waktu hanya dengan ngeluyur, pengaruh
jelek dari teman yang membawa rekreasi yang merugikan, antipati dan
simpati. d. Masalah dengan dirinya sendiri, karena kurang nya pemahaman
akan dirinya sendiri, tidak mempunyai konsep diri yang positif, tidak
percaya diri.
Dalam hal ini guru bimbingan konseling memberikan pelayanan
konseling individu guna membantu mengentaskan masalah yang harus
dipecahkan agar ia dapat menjalani kehidupannya dengan damai dan agar
terbentuknya kepribadian yang berkembang dan mandiri. Selain pelayanan
konseling perorangan konseling juga dapat memberikan konseling
keluarga jika memang diperlukan guna terciptanya kerjasama dan
hubungan yang baik anatara guru bimbingan dan konseling dengan
keluarga siswa.

10

Berikut Tipe-tipe Konseling Menurut Pietrofesa dkk (dalam dama,


cahya, 2011: 2) dapat dibedakan:
a. Konseling Krisis
Krisis dapat diartikan sebagai suatu keadaan disorganisasi dimana
helpi menghadapi frustasi dalam upaya mencapai tujuan penting hidupnya
atau mengalami gangguan dalam perjalanan hidup dan hal itu
ditanggapinya

dengan

stress.

Situasi-situasi

demikian

itu

sering

memerlukan repons-respons khusus dari konselor guna membantu konseli


yang tak berdaya.
Belkin (1975) menguraikan beberapa jenis masalah yang
mengandung krisis. Ditulisnya bahwa semua kita dalam saat-saat
mengarungi kehidupan, pernah menyaksikan atau mengalami situasisituasi krisis dicontohkan seperti: kehilangan orang yang kita cintai,
kecanduan yang mendatangkan krisis, ketakmampuan mengatasi situasisituasi hidup, adanya krisis keluarga, ketegangan hubungan pribadi dengan
orang yang kita cintai atau sahabat karib, dan semacamnya. Jika suatu
krisis mencapai taraf yang melumpuhkan kita atau menghambat kita
mengontrol diri secara sadar maka keadaan itu merupakan krisis yang
butuh bantuan penyembuhan.
Manusia dapat mengalami berbagai macam krisis, empat tipe yang
paling umum adalah di bawah ini:
1) Perkembangan, yang terjadi secara normal di dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia pada situasi yang dianggap normal (misalnya,
kelahiran seorang anak, pensiun).
2) Situasional, yaitu terjadinya peristiwa yang tidak bias dan tidak
umum, yang tidak dapat diprediksi atau dikendalikan (misalnya,
kecelakaan lalu lintas, penculikan, kehilangan pekerjaan).
3) Eksistensial, yang melibatkan konflik internal dan ansietas yang
menyertai persoalan penting manusia seperti tujuan, tanggung jawab,
kemandirian, kebebasan, dan komitmen (contohnya, seseorang menyadari
pada usia 50 tahun bahwa dia telah menyia-nyiakan kehidupannya dan
tidak dapat kembali ke masa lalu).
4) Ekosistemik, dimana bencana yang disebabkan oleh alam ataupun
manusia secara tiba-tiba mengenai diri seseorang ataupun sekelompok
11

orang yang menemukan diri, bukan melaui kesalahan atau tindakannya,


dibanjiri akibat suatu kejadian yang dapat member pengaruh buruk pada
hampir semua makhluk dalam lingkungan tempat dia hidup (contohnya,
topan, tsunami, aksi terorisme).
Berdasarkan sifat situasi krisis, konselor perlu menerima situasi
dan menciptakan keseimbangan pribadi dan penguasaan diri. Tipe sikap
dasar yang meyakinkan dari konselor seperti itu dapat meredakan
kecemasan klien dan, berbarengan dengan itu, konselor menunjukan
tanggung jawabnya terhadap klien. Melalui dukungan dan ekspresi ada
harapan terhadap klien.
b. Konseling Fasilitatif
Konseling fasilitatif, menurut segi tyinjauan bahasan ini, adalah
proses membantu klien menjadikan jelas permasalahannya; selanjutnya
bantuan dalam pemahaman dan penerimaan diri, penemuan rencana
tindakan dalam mengatasi masalah; dan akhirnya, melaksanakan semua itu
atas tanggung jawab sendiri. Konseling tipe ini kerap diistilahkan dengan
remedial atau adjustive, seakan-akan seseorang disembuhkan akibat
mempunyai tingkah laku salah atau yang tak dikehendaki. Konseling
remedial sering ditafsirkan sebagai usaha membantu individu agar maju
dari suatu tahap kurang sempurna ke suatu tahap yang bermanfaat atau
sempurna.
Masalah-masalah yang ditangani dengan konseling fasilitatif
meliputi masalah memilih jurusan atau mata pelajaran pilihan,
perencanaan karier, pergaulan dengan anggota keluarga, masalah
menganggur,

atau

masalah

dengan

teman-teman

sekelas,

dan

pengidentifikasian kelebihan-kelebihan, minat-minat, dan bakat-bakat


individu.
c. Konseling Preventif
Konseling preventif berbeda dari tiga tipe lainnya, yang dibahas di
sisni, dalam hal bahwa dia bersifat progmatis sebagaimana progam yang
diperuntukkan bagi konseren khusus. Konseling demikian ini dapat
meliputi, misalnya, progam pendidikan seks disekolah dasar dengan niat

12

mencegah kecemasan pada masa yang akan dating mengenai seksualitas


dan hubungan antara dua jenis kelamin.
Pendekatan progmatif lainnya, seperti dikerangkakan oleh Carkhuff
dan Friel (1974), berfokus pada kesadaran diri tentang kecanduan obat
bius, kecenderungan mengucilkan diri, dan ketrampilan berkomunikasi
merupakan bidang-bidang lain yang dapat digarap secara sistemik atau
diprogamkan oleh konselor.
Dalam konseling preventif, konselor dapat menyajikan informasi
kepada suatu kelompok atau membantu individu-individu mengarah ke
progam-progam relevan baginya. Dengan kata lain, aktivitas-aktivitas
yang mungkin dilakukan konselor dalam kancah konseling preventif ini
adalah pemberian informasi, referral ke progam-progam relevan, dan
konseling individual berdasarkan isis dan proses progam.
d. Konseling Developmental
Konseling developmental merupakan suatu proses berkelanjutan
yang dijalankan dalam seluruh jangka kehidupan individu. Tipe konseling
ini memfokus padxa membantu para klien mencapai pertumbuhan pribadi
yang positif dalam berbagai tahap kehidupan mereka. Kita yakin bahwa
para konselor dapat membantu individu-individu pada semua tingkat usia
dan benar-benar mendukung konsep mengenai konseling anak sebagai hal
yang esensial dalam proses perkembangan.
Dynkmeyer dan Caldwell (1970)

melukiskan

konseling

developmental disekolah dasar dengan pernyataan bahwa konseling


developmental yang dapat dilawankan pada tipe krisis, tidaklah selau
problem oriented dalam arti anak memiliki sejumlah kesulitan. Melainkan,
tujuannya adalah perkembangan pemahaman diri, kesadaran potensialitas
pribadi, dan cara-cara memanfaatkan kapasitas pribadi.

Konseling

developmental benar-benar berpusat pada membantu individu-individu


mengetahui, memahami dan menerima dirinya sendiri. Dengan demikian,
tipe konseling ini adalah belajar dalam pembentukan pribadi. Anak
belajar tidak sekadar guna memehami dirinya melainkan juga untuk
bertanggung jawab penuh terhadap pilihan-pilihan dan tindakantindakannya.
13

Permasalahan-permasalahan yang senantiasa terus berlangsung


adalah mengenai pengembangan dan pembentukan citra diri yang positif,
penemuan gaya hidup layak yang dijalankan dalam bekerja dan
pemanfaatan waktu luang, mempelajari dan mengguanakan ketrampilan
membuat keputusan, penegasan nialai-nilai yang dianut seseorang,
pemahaman tentang proses kehidupan dari lahir sampai akhir hayat.
Aktifitas konselor yang dapat dilakukan dalam kancah konseling
developmental adalah membantu individu memperoleh ketegasan nilainilai anutannya, mereviu pembuatan keputusan yang dibuatnya, dan
konseling individual yang berkenaan dengan pengembangn pribadi dan
bekerja sama dengan orang lain yang berarti dan penempatan pada
lingkungan.
2.3

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

2.3.1

Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah


Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang seutuhnya.
Bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan
pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara
khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara
penuh.
Kehadiran koselor sekolah membantu guru dalam memperluas
pandangan guru tentang masalah afektif yang erat kaitannya dengan
profesi guru, seperti keadaan emosional yang mempengaruhi proses
belajar-mengajar, mengembangkan sikap positif dan menangani masalah
yang ditemui guru dalam pelaksanaan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang saling menunjang
demi terciptanya pembelajaran yang efektif. Kegiatan bimbingan dan
konseling dengan demikian tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sekolah.
Tujuan bimbingan di sekolah ialah membantu siswa dalam :
1) mengatasi kesulitan belajar,
2) mengatasi kebiasaan yang tidak baik pada saat kegiatan belajar
maupun dalam hubungan sosial,
3) mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani,

14

4) hal yang berkaitan dengan kelanjutan studi,


5) kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan
pekerjaan dan
6) mengatasi kesulitan masalah sosial-emosional yang berasal dari murid
berkaitan dengan lingkunga sekolah, keluarga dan lingkungan yang
lebih luas.
Dalam bahasa lain, Downing mengemukakan bahwa tujuan
bimbingan di sekolah sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri yaitu
membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis,
merealisasikan

keinginan

serta

mengembangkan

kemampuan

dan

potensinya.
2.3.2

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran


Salah satu problem yang dihadapi siswa di sekolah adalah kesulitan
belajar. Ciri yang tampak seperti nilai jelek, hasil tidak sesuai dengan
usaha, sikap yang kurang baik; menentang, berdusta dan tingkah laku lain
seperti membolos. Siswa kadang tidak mengetahui bahwa ia bermasalah.
Dalam keadaan seperti ini hal yang diperlukan siswa yaitu: 1)
bimbingan belajar, 2) bimbingan sosial dan 3) bimbingan dalam mengatasi
masalah pribadi.
1) Bimbingan belajar
Bimbingan belajar bertujuan mengatasi masalah kegiatan belajar di
dalam atau luar sekolah; meliputi bimbingan cara belajar (kelompok atau
individual), merencanakan waktu dan kegiatan belajar, kesulitan dalam
mata pelajaran tertentu, dan hal yang berkaitan dengan cara, proses,
prosedur dalam belajar.
2) Bimbingan social
Tujuan bimbingan sosial yang agar siswa mampu menyesuaikan
diri dengan kehidupan kelompok, sehingga tercipta suasana belajar
mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi bimbingan sosial
dimaksudkan untuk memperoleh kelompok belajar dan bermain,
persahabatan dan kelompok sosial yang sesuai dan yang akan membantu
dalam menyelesaikan masalah tertentu.
3) Bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi

15

Beberapa masalah pribadi menimbulkan konflik, misalnya antara


intelektual dan emosi, bakat dan aspirasi lingkungan, antar kehendak, antar
situasi.
Menurut Downing, layanan bimbingan pribadi bermanfaat
terutama

dalam

menyenangkan,

membantu

menciptakan

menstimulasi

siswa

hubungan

sosial

meningkatkan

yang

partisipasi,

mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meninggalkan


motivasi belajar dan menstimulasi tumbuhnya minat bakatnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, antara lain:
Bimbingan
dan
konseling
merupakan
suatu

proses

yang

berkesinambungan, sistematis, berencana yang mengarah kepada pencapaian


tujuan. Bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan dalam membantu
individu mengambil keputusannya sendiri, pembimbing hanya bertindak
sebagai fasilitator. Keseluruhan proses kegiatan atau layanan kepada individu
16

untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal dan


didalamnya terdapat Konseling yang merupakan inti dari kegiatan
Bimbingan.
Ada tiga bidang utama pendidikan, yaitu Bidang Administrasi dan
Kepemimpinan, Bidang intruksional dan kurikuler, dan Bidang Pembinaan
Siswa (Bimbingan dan Konseling). Layanan bimbingan dan konseling
mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan
dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat
berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif.
Tipe-tipe bimbingan dan konseling dalam pendidikan Menurut Dr.
Tohari Musnamar, tipe-tipe bimbingan dan konseling dengan aspek-aspek
pendidikan sebagai berikut :
1) Bimbingan identik dengan pendidikan
2) Bimbingan sebagai pelengkap pendidikan
3) Bimbingan dan konseling sebagian dari kurikuler.
4) Bimbingan dan konseling bagian dari pelayanan kesiswaan.
5) Bimbingan dan konseling sebagai subsistem pendidikan.
Berikut Tipe-tipe Konseling Menurut Pietrofesa dkk (dalam dama,
cahya, 2011: 2) dapat dibedakan:
a.
b.
c.
d.

Konseling Krisis
Konseling Fasilitatif
Konseling Preventif
Konseling Developmental
Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah

yaitu konselor dan guru merupakan suatu tim yang saling menunjang demi
terciptanya pembelajaran yang efektif. Kegiatan bimbingan dan konseling
dengan demikian tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sekolah.

17

DAFTAR PUSTAKA

Azwaza. 2015. Kedudukan bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan. [Online].


Tersedia:

http://abiazwaza.blogspot.co.id/2015/03/kedudukan-bimbingan-

dan-konseling-dalam.html [10 Maret 2016]


Fadly.

2012.

Makalah

Bimbingan

Konseling.

[Online].

Tersedia:

http://fadlygalau.blogspot.co.id/2012/04/makalah-bimbingan-konseling.html
[10 Maret 2016]
Sudrajat, akhmad. 2013. BK dalam Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia:
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/02/26-januari-ke-2-bkdalam-kurikulum-2013.pdf [10 Maret 2016]
Utami. 2012. Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. [Online].
Tersedia:

http://utamy-dylezta.blogspot.co.id/2012/02/kedudukan-

bimbingan-dan-konseling-di.html [10 Maret 2016]


Rahmadani, ulfarima. 2014. Bimbingan dan KOnseling dalam Pendidikan.
[Online]. Tersedia: http://ulfarimarahmadani.blogspot.co.id/
2016]

18

[10 Maret

Anda mungkin juga menyukai