Disusun Oleh:
Elsa Marliska
11.2012.120
Pembimbing:
dr. Zainuddin Khan, Sp.JP, FIHA
KEPANITERAAN KLINIK
SMF KARDIOVASKULAR, ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, JAKARTA PUSAT
SEPTEMBER, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang:
Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada
tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0% kematian diseluruh dunia
disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari
seluruh penyebab kematian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh utama di dunia dengan 16,7 juta
kematian setiap tahunnya.
Di Indonesia, penyakit jantung cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data
survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit
ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat
penyakit jantung hanya 5,9% , tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1%, tahun 1986
melonjak menjadi 16% dan tahun 1995 meningkat menjadi 19%. Sensus nasional tahun 2001
menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskular termasuk penyakit jantung
koroner adalah sebesar 26,4% dan sampai saat ini penyakit jantung koroner (PJK) juga
merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40% dari sebab kematian laki-laki
usia menengah.
Penyebab PJK secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum dikenal
berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang di sebut dengan sebagai
faktor risiko PJK. Faktor-faktor resiko untuk terjadinya PJK adalah merokok, hipertensi,
hiperkolesterolemia, obesitas, stress, diabetes mellitus dan riwayat keluarga yang kuat untuk
Penyakit Jantung Koroner.
Tujuan:
Untuk mengetahui hubungan faktor resiko merokok dengan Penyakit jantung koroner (PJK).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok
adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan
Merokok sudah merupakan hal yang biasa di jumpai di masyarakat sekarang ini.
Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi
maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang
menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial. Merokok mengganggu kesehatan, banyak
penyakit telah terbukti sebagai akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kebiasaan merokok tidak hanya merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang
di sekitarnya.Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.
Rokok menyebabkan kerusakan dan penyakit pada semua bagian tubuh, rambut akan
menjadi rontok, kerusakan mata (katarak), kanker hidung, gigi karies, kanker lidah, kanker
mulut, kanker esophagus, kanker payudara, kanker rahim, kanker paru, emfisima, penyakit
obstruksi saluran pernapasa kronik (PPOK), penyakit jantung koroner, tukak lambung dan
kanker lambung, kanker usus besar dan kanker rectum, kanker ginjal, kandung kemih, penis
dan pancreas serta masih banyak lagi.
Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel.
Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak,
oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon sedangkan komponen partikel terdiri dari tar,
nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.
Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke)
dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup
langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan
ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Berdasarkan penelitian, sebatang rokok tembakau yang dibakar dapat mengeluarkan
sekitar 4000 senyawa kimia, 50 senyawa di antaranya dikenal karsinogen dan sekitar 400
senyawa lainnya termasuk golongan racun, seperti tar, karbonmonoksida (CO), formaldehid,
berwarna hitam paling sedikit mengandung 43 bahan karsinogen. Gas karbon monoksida
(CO) adalah gas yag tidak berwarna, tidak berbau, hambar dan beracun yang dihasilkan
sebagai produk sampingan dari pembakaran. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai
beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Dua bahan terpenting dalam asap rokok yang berkaitan dengan penyakit jantung adalah
nikotin dan gas CO.
a. Nikotin
Nikotin yang merupakan alkaloid alam (1 metil-2{3-piridil} pirolidin) berbentuk
cairan, tidak berwarna dan merupakan suatu basa lemah yang mudah menguap serta
dapat melewati sawar otak. Kadar nikotin dalam tembakau hanya berkisar 1-2%,
memiliki sifat toksik dan sangat menimbulkan ketergantungan psikis. Asap rokok
mengandung sekitar 0,5% sampai 3% nikotin, dan bila diisap maka kadar dalam darah
mencapai 40-50 mg/ml.
Nikotin dapat di serap dari jalan nafas, rongga mulut dan kulit. Nikotin yang
masuk per-oral akan diabsorpsi sedikit di asam lambung karena sifatnya sebagai basa
kuat, namun absorpsi di usus cukup untuk menyebabkan keracunan. Nikotin yang
diinhalasi dapat mencapai otak hanya dalam waktu 6 detik. Begitu seseorang
merokok, partikel berbahaya akan larut di dalam mukosa mulut, kemudian diserap
masuk ke dalam aliran darah dan mencapai otak hanya dalam waktu 4 detik.
Metabolisme nikotin terjadi terutama di hati, sebagian lagi di paru dan ginjal.
Nikotin adalah stimulan sistem saraf yang memicu gangguan kimia dan
neurotransmitter yang kompleks. Ini akan meningkatkan denyut jantung dan tekanan
darah, menyempitkan pembuluh darah, merusak jaringan paru dan mengurangi
kemampuan untuk rasa dan bau. Aktivasi reseptor kolinergik oleh nikotin
menyebabkan pelepasan berbagai neurotransmitter dan dampaknya. Nikotin dapat
mengganggu jantung, membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat
aliran darah, menimbulkan kerusakan endotel pembuluh darah dan menimbulkan
penggumpalan darah. Nikotin juga mempengaruhi metabolisme lemak dan
mempermudah terjadinya penyempitan pembuluh darah di jantung. Hal yang hampir
serupa dapat terjadi pada pembuluh darah di otak akibat serangan stroke.
b. Karbon monoksida (CO)
Satu batang rokok mengandung 3 6 % gas karbon monoksida dan di dalam
darah kadarnya mencapai 5%. Pada orang yang bukan perokok, kadarnya adalah 1%.
Perokok dengan kadar karbon monoksida 5% ke atas mendapat serangan 3 kali lipat
dibanding dengan bukan perokok.
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan beracun.
Karbon monoksida dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan diabsorpsi di
dalam peredaran darah. Karbon monoksida yang masuk akan berikatan dengan
haemoglobin membentuk karboksi-hemoglobin (COHb). Selanjutnya mengikat diri
dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskular lain, seperti cythrome c
oxidase dan cytchrome P-450. Afinitas CO terhadap protein heme bervariasi 30
sampai 500 kali afinitas oksigen, tergantung protein heme tersebut. Untuk
hemoglobin, afinitas CO 208-245 kali afinitas oksigen sehingga CO dapat
menghambat kemampuan darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh termasuk
otot jantung (miokardium) sehingga merugikan kerja miokardium. Sehingga sel tubuh
yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui
kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme
berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan
terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).
20% pada laki-laki dan 12 % pada wanita.4 Diperkirakan sekitar 2 % 6 % dari semua
kejadian PJK terjadi pada individu dibawah usia 45 tahun. Pada tahun 2002, WHO
memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal tiap akibat penyakit kardiovaskuler,
terutama penyakit jantung koroner (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta).5
Penyebab penyakit jantung koroner secara pasti belum diketahui, meskipun demikian
secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya penyakit
jantung koroner yang di sebut dengan sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner.
Berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologis prospektif, misalnya penelitian Framingham,
Multiple Risk Factors Interventions Trial dan Minister Heart Study (PROCAM), diketahui
bahwa faktor risiko seseorang untuk menderita penyakit jantung koroner ditentukan melalui
interaksi dua atau lebih faktor risiko antara lain:
Faktor risiko Utama (Mayor)
o
o
o
o
o
Dislipidemia
Hipertensi
Merokok
Resistensi insulin
Gangguan toleransi glukosa
Hiperurikemia
Obesitas
Tidak aktif olahraga
Stress
dengan
haemoglobin
membentuk
karboksi-hemoglobin
(COHb)
yang
Kesimpulan
Perokok akan mengalami serangan jantung 3 kali lebih sering dibandingkan dengan
bukan perokok. Kebiasaan merokok juga meningkatkan kematian 2 kali lebih tinggi pada
perokok yang sebelumnya pernah mendapat serangan jantung. Jika merokok dimulai dari usia
muda maka risiko mendapatkan serangan jantung koroner 2 kali lebih sering dibandingkan
bukan perokok dan serangan jantung banyak terjadi sebelum usia 50 tahun. Merokok juga
memperburuk keadaan penderita hipertensi. Merokok juga meningkatkan kemungkinan
mendapat serangan jantung koroner pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral.
Pada ibu perokok yang sedang mengandung, nikotin dapat menyebabkan jantung janin
berdenyut lebih lambat dan menimbulkan gangguan pada sistem saraf. Penyakit jantung
bawaan pada bayi baru lahir berupa kelainan katup jantung, ternyata juga lebih sering
ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu perokok dibandingkan dengan yang
tidak merokok.
Perokok pasif walaupun tidak merokok terpaksa mengisap asap rokok yang ada di udara
sekitarnya, dan bukan tidak mungkin kemudian harus menderita penyakit akibat bahan
berbahaya dalam rokok. Angka kematian akibat penyakit jantung koroner juga 20-30% lebih
tinggi pada istri perokok dibandingkan dengan istri bukan perokok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rilanto LI. Penyakit kardiovaskular ( 5 rahasia). Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2012.
2. Anis. Waspada Ancaman penyakit tidak menular, Solusi Pencegahan dari Aspek
Perilaku & Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2006.
3. Anna Ulfa, Gejala awal dan deteksi dini penyakit jantung koroner, Artikel Ilmiah PdPERSI, Jakarta, 2000.
4. Yusnidar, Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian PJK pada wanita
usia > 45 tahun, Tesis, PPS Magister Epidemiologi UNDIP, Semarang, 2007.
5. Jalowiec DA, Hill JA, Myocardial infarction in the young and in woman, Cardiovasc
Clin, 1989; 20: 197-206 (Medline)