Epidemiologi Rumah Sakit
Epidemiologi Rumah Sakit
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714,
Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan,
Indonesia
5. Anggota Kelompok :
-
TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH
NIM. H1E113017
GARU UJWALA
NIM. H1E113044
NIM. H1E113053
NIM. H1E113209
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh:
NIM. H1E113017
GARU UJWALA
NIM. H1E113044
NIM. H1E113053
NIM. H1E113209
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi
INSTALASI
: Teknik Lingkungan
Peminatan
: Epidemiologi lingkungan
Disahkan Oleh
Dosen Pembimbing
Dr.Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp.ST.MKes
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat dan
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
judul Analisis Kondisi Higiene dan Sanitasi Instalasi Penampung dan
Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjarbaru Tahun
2014. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kelulusan mata
kuliah Epidemiologi di Fakultas Teknik (FT) Universitas Lambung Mangkurat
(UNLAM).
Tersusunnya skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih, kepada :
1. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes selaku dosen pembimbing
mata kuliah Epidemiologi yang telah memberikan waktu dan bimbingan
dalam proses penulisan skripsi ini.
2. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru yang telah bersedia
memberikan izin untuk melaksanakan observasi dalam rangka penyusunan
skripsi ini.
3. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyeleseian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
membutuhkan banyak masukkan dan kritikan dari beebagai pihak yang sifatnya
membangun dalam memperkaya siripsi ini.
Namun demikian, penulis berharap semoga ini menjadi sumbangan berguna
bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu Epidemiologi Lingkungan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 3
iii
iv
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 87
5.2 Saran...................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR KURVA
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Dokumentasi.
Lampiran 2.
Surat izin.
Lampiran 3.
Lembar Sampel.
Lampiran 4.
BAB 1
PENDAHULUAN
2.
Apa saja dampak yang mungkin ditimbulkan oleh air limbah RSUD Kota
Banjarbaru?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
teratur,
tempat
pencegahan
dan
penyembuhan
penyakit,
optimal
bagi
masyarakat.
Tempat
yang
digunakan
untuk
tempat tidur, 100-199 tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-399 tempat
tidur, 400-499 tempat tidur, 500 tempat tidur atau lebih.
5. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis:
a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan
program latihan untuk berbagai profesi.
b. Rumah sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki
program pelatihan profesi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan
universitas.
6. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah, dibagi menjadi:
a. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas
dan subspesialistik luas.
b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.
c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
dasar.
d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
(Siregar dan Lia, 2004).
serta
melaksanakan
rujukan.
(Kepmenkes
RI
No.983/Menkes/SK/XI/1992).
Tugas
rumah
sakit
melaksanakan
pelayanan
kesehatan
klinik,
pengembangan
dan
menyempurnakan
prosedur
dalam
mengurangi
timbulnya
kesakitan
dan
meningkatkan
kesehatan
umum
penduduk.
Contoh
kegiatan
10
2.
3.
Perlindungan radiasi.
dan
sehat,
berarti
rumah
sakit
tidak
boleh
lingkungan
hidup
serat
mencegah
dan
dampak
besar
dan
penting
terhadap
11
timbulnya
penyakit
karena
pengaruh
lingkungan
12
2.2.2
kebersihan
lingkungan
dari
subyeknya.
Misalnya
adalah
usaha
kesehatan
masyarakat
yang
13
kerja.
(Kepmenkes
RI
No.
1204/Menkes/SK/X/2004)
Ruang rawat inap dirumah sakit merupakan rumah
kedua bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan. Di
ruangan ini juga banyak terjadi interaksi antara pasien,
pekerja medis, pekerja non medis, maupun keluarga dan
pengunjung pasien sehingga menjadi tempat yang cukup
14
administrasi,
2.
3.
4.
5.
dilengkapi
dengan
penghawaan
mekanis
(exhauster).
6.
15
dengan
ketentuan
dinding
disesuaikan
X dengan
16
harus disediakan
gelagar
langit-
langit.
6. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap
pakai.
7. Ventilasi atau penghawaan sebaiknya menggunakan AC
tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap
ruang operasi
hubungan
langsung
17
masing-masing
ruang
supaya
disediakan
harus
segera
dibersihkan
dengan
menggunakan antiseptik.
2. Pencahayaan
a. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar
ruangan harus mendapat
cahaya
dengan
18
hari dan
perhatian
menggunakan
sistem
yang
khusus.
pendingin,
Bila
hendaknya
bakteri
mekanis,
dan
exhaust
fan
hendaknya
dengan
volume
100
m3
sekurang-
19
pasang di
dan
menggunakan
cara
mekanis
(air
conditioner).
m. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust
fan atau air conditioner dipasang pada ketinggian
minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum
0,20 meter dari langit-langit.
20
ii. Pada
sumber
rumah
bising
dari
luar
dengan
penanaman
pohon
(green
belt),
tersedia
air
minum
sesuai
dengan
kebutuhan.
2) Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat
tidur/hari.
21
licin,
berwarna
terang
dan
mudah
dibersihkan.
3) Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet
(jamban, peturasan dan tempat cuci tangan)
tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan
kamar karyawan harus tersedia kamar mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar
mandi
dilengkapi
dengan
penahanbau
(waterseal).
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan
langsung dengan dapur, kamar operasi, dan
ruang khusus lainnya.
6) Lubang
penghawaan
harus
berhubungan
22
dilengkapi
dengan
slogan
atau
yang dapat
atau
menjadi tempat
perindukan nyamuk.
2.2.2.1.2
Sanitasi Makanan
Sanitasi Makanan merupakan upaya pencegahan
yang terfokuskan pada tindakan atau kegiatan yang
berhubungan dengan bahaya dan resiko yang mungkin
terjadi
pada
proses
produksi
makanan,
pengolahan
tempat
perawatan
(Depkes,
2002).
Selain
itu
saniter
23
lantai,
dinding,
atau
langit-langit
dengan
24
makanan
tidak
diletakkan
di
bawah
dan
25
waktu
sampai
24jam
disimpan
pada
24
jadi
harus
memenuhi
persyaratan
boleh
melebihi
ambang
batas
yang
dikeluarkan
melalui
cerobong
yang
26
permukaan
atau
tidak
terlarut
garam-garam
yang
dalam
lazim
jadi
yang siap
disajikan
harus
27
2.2.2.1.3
Sanitasi Petugas
Petugas rumah sakit memiliki tugas yaitu menjaga
kebersihan, kerapian, keindahan, dan kenyamanan seluruh
area baik yang ada didalam maupun yang ada diluar
gedung.
Untuk
melaksanakan
tugas-tugas
tersebut
Pembersih
Ruangan,
yang
bertugas
untuk
28
limbah
(Arifin,
2008).
Menurut
Permenkes
RI
29
pakaian, dapur, ruang bedah dan ruang lainnya dalam bangunan kecuali
limbah cair radiologi (Kusumanto, 1992).
Dari berbagai pengertian diatas dapat dikatakan bahwa limbah
adalah sesuatu yang tidak terpakai lagi atau sesuatu yang telah dibuang
dan berasal dari kegiatan atau aktifitas manusia.Limbah rumah sakit
adalah limbah yang dihasilkan dari semua kegiatan rumah sakit
termasuk kegiatan medis dan non medis yang dapat berbentuk padat,
cair dan gas.
30
a. Limbah benda tajam, yaitu suatu alat yang mempunyai sudut, sisi,
atau ujung yang tajam yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, serta pisau bedah. Semua benda tajam ini berbahaya
dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.
Benda-benda tajam yang telah dibuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi ataupun bahan beracun.
b. Limbah infeksius, yaitu semua limbah yang berkaitan dengan pasien
yang mengidap penyakit menular, diantaranya limbah laboratorium
yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan
ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
c. Limbah jaringan tubuh, yaitu limbah yang meliputi organ, anggota
badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat
pembedahan atau otopsi.
d. Limbah sitotoksit, yaitu limbah yang berasal dari bahan yang telah
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksit
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksit.
e. Limbah farmasi, yaitu limbah yang berasal dari obat-obatan yang
telah kadaluarsa, obat-obatan yang terbuang karena tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang telah terkontaminasi, obat-obat yang
dibuang oleh pasien atau masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi
diperlukan oleh institusi yang bersangkutan serta limbah yang
dihasilkan selama produksi obat-obatan.
f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, dari laboratorium, proses sterilisasi,
dan riset.
g. Limbah radioaktif, yaitu limbah yang berasal dari bahan yang
terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan
medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
tindakan kedokteran nuklir.
(Satmoko Wisaksono, 2000).
31
Kepmenkes
Republik
Indonesia
dapur,
perkantoran,
taman
dan
halaman
yang
dapat
32
yang
menstabilisasi
polutan
organik
dalam
lingkungan alamiahnya.
2.
rumah
sakit
mengandung
berbagai
macam
33
yang berasal dari laboratorium dan klinik. Limbah rumah sakit tersebut
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia, dan biologi (E.W
steel,1975).
Karakteristik limbah cair dapat melalui sifat dan karakteristik
fisika, kimia dan biologis. Tujuan dari studi karakteristik limbah adalah
untuk dapat memahami sifat-sifat tersebut serta konsentrasinya dan
sejauh mana tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan limbah
terhadap lingkungan (Perdana Ginting, 2007). Seperti yang telah
disebutkan, terdapat tiga jenis sifat yang harus diketahui yaitu:
1) Sifat Fisika
a) Padatan
Ditemukan adanya zat padat dalam limbah yang secara
umum diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar yaitu
padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi
terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat
dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut
maupun tersuspensi dapat bersifat organis dan anorganis
tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis
padatan ini adalagi padatan terendap karena mempunyai diameter
yang lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa
waktu akan mengendap sendiri karena beratnya. Zat padat
tersuspensi yang mengandung zat-zat organik pada umumnya
terdiri dari protein, ganggang dan bakteri.
b) Kekeruhan
Kekeruhan air dapat dilihat secara langsung karena terdapat
partikel koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan,
protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah. Kekeruhan ini
merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh ini mengurangi nilai
estetika.
c) Bau
Sifat bau dari limbah disebabkan karena zat-zat organik yang
telah terurai dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida
34
yang
mempunyai
temperatur
panas
akan
2) Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological
Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan
logam-logam berat yangterkandung dalam air limbah. Tes BOD
dalam air limbah merupakan salah satumetode yang paling banyak
digunakan sampai saat ini. Metode pengukuran limbah dengan cara
ini sebenarnya merupakan pengukuran tidak langsung daribahan
organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 200 C selama 5 hari.
Kalau disesuaikan dengan temperatur alami Indonesia maka
35
36
BOD/COD
0,4-0.6
Air sungai
0,1
Buangan organik
0,5
Buangan anorganik
0,2
37
mempunyai pH rendah membuat air korosif terhadap bahanbahan konstruksi besi dengan kontak air.
e) Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa
karbonat, garam garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan
natrium dalam air. Tingginya 10 kandungan zat-zat tersebut
mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan
suatu air semakin sulit air berbuih. Untuk menurunkan kesadahan
air dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah
pegukuran kandungan ion CaCO3, ion Mg bikarbonat dan lainlain.
f) Lemak dan minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam
limbah bersumber dari instalasi yang mengolah bahan baku
mengandung minyak. Lemak dan minyak merupakan bahan
organis bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri. Limbah ini
membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk
selaput.
g) Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD.
Semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan
oksigen terlarut dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda
kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Kemampuan air untuk
mengadakan pemulihan secara alami banyak tergantung pada
tersedianya oksigen terlarut. Angka oksigen yang tinggi
menunjukkan keadaan air semakin baik. Pada temperatur dan
tekanan udara alami kandungan oksigen dalam air alami bisa
mencapai 8 mg/liter. Aerator salah satu alat yang berfungsi
meningkatkan kandungan oksigen dalam air. Lumut dan sejenis
ganggang menjadi sumber oksigen karena proses fotosintesis
melalui bantuan sinar matahari. Semakin banyak ganggang
semakin basar kandungan oksigennya.
38
h) Klorida
Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai
klor bebas berfungsi desinfektan tetapi dalam bentuk ion yang
bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin
dan dapat merusak pipa-pipa instalasi.
i) Phospat
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya
algae dan organisme lainnya yang dikenal dengan eutrofikasi. Ini
terdapat pada ketel uap yang berfungsi untuk mencegah
kesadahan. Pengukuran kandungan phospat dalam air limbah
berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phospat sehingga
tumbuh-tumbuhan dalam air berkurang jenisnya dan pada
gilirannya
tidak
merangsang
pertumbuhan
tanaman
air.
3) Sifat Biologi
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi
hampir dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi
105-108 organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang
bebas ataupun berkelompok dan mampu melakukan proses-proses
kehidupan
(tumbuh,
metabolisme,
dan
reproduksi).
Secara
39
a. MPN Coliform
Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah
Coliform biasanya adalah metode MPN (Most Probable Number)
dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik bila
dibandingkan dengan metode hitungan cawan karena lebih
sensitif dan dapat mendeteksi Coliform dalam jumlah yang
sangat rendah (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
Prinsip dari metode MPN adalah sifat bakteri yang
berkembang baik dalam waktu 24 sampai 72 jam pada suhu
tertentu dan dalam suasana yang cocok yaitu tersuspensi dalam
kaldu
(borth
media)
yang
mengandung
gizi
untuk
MPN
Coliform
adalah
pemeriksaan
40
Contoh
ekskresi Dahak, air seni, tinja, darah
manusia
Golongan
pelayanan
Golongan
pelayanan
gizi,
limbah
cair
dari
memiliki
kekhususan
masing-masing dan
diperlukan
perhatian terhadap limbah cair yang berbahaya dan limbah cair yang
infeksius.
Sumber limbah cair diatas dapat dikelompokkan menjadi 7
(tujuh) bagian yang terdiri dari:
a.
Kegiatan dapur
b.
Kegiatan laundry
c.
d.
Kegiatan laboratorium
e.
f.
Kegiatan bedah
g.
Kegiatan radiologi
41
Berikut ini juga disajikan tabel jenis limbah atau sampah menurut
sumbernya berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Tabel 2.3. Jenis Limbah/Sampah Menurut Sumbernya
No
Sumber/Area
Jenis limbah/Sampah
Kantor/Administrasi
Kertas
Unit
obstetric
ruang
perawatan (sepon/penggosok)
obstretric
jarum
syringe
(alat
(pembalut/pakaian),
Dressing
placenta,
(sepon/penggosok)jarum
sponge
syringe
(alat
semprot),
4
Unit
wadah
specimen
(contoh).
Slide
Unit Isolasi
Bahan-bahan
kertas
yang
mengandung
dressing
(pembalut/pakaian)
dan
dapat
dibuang),
sisa
makanan,
perlengkapan makan.
6
Unit Perawatan
Unit Pelayanan
Karton<
kertas
bungkus,
kaleng,
botol,
Unit gizi/dapur
Sisa
pembungkus,
sisa
makanan/bahan
42
Kadar Maksimum
Fisika
Suhu
30C
Kimia
pH
6-9
BOD5
50 mg/L
COD
80 mg/L
TSS
30 mg/L
NH,Bebas
0.1 mg/L
PO
2 mg/L
Mikrobiologik
MPN-Kuman Golongan Koli/100mL 10.000
Radioaktivitas
32
7 x 103 Bq/L
35
2 x 103 Bq/L
P
S
43
45
3 x 103 Bq/L
53
7 x 103 Bq/L
Ca
Cr
47
Ga
1 x 103 Bq/L
Sr
4 x 103 Bq/L
45
90
7 x 103 Bq/L
Mo
113
Sn
3 x 103 Bq/L
123
1 x 103 Bq/L
131
7 x 103 Bq/L
192
Ir
1 x 103 Bq/L
201
TI
1 x 103 Bq/L
perundang-undangan
yang
berlaku
(KepmenLH
RI
No.58/MENLH/12/1995).
44
mengandung bermacam-macam
45
46
47
dengan
baik
dapat
mencemari
badan
air
dan
48
49
2.4.2
50
berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah sakit ialah Undangundang Republik Indonesia No. 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan
Menteri Kesehatan No.173/Menkes/Per/VIII/1997, tentang Pengawasan
Pencemaran Air dari Badan Air untuk Berbagai Kegunaan yang
Berhubungan dengan Kesehatan, Keputusan Direktur Jenderal PPM dan
PLP No. HK.00.06.6.44 tentang Persyaratan & Petunjuk Teknis Tatacara
Penyehatan Lingkungan. Undang-undang dan peraturan lainnya yang
mewajibkan rumah sakit memiliki IPAL adalah UU No. 44/2009 tentang
Rumah Sakit, Permenkes No. 147 tahun 2010 tentang Perizinan Rumah
Sakit dan Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit (
2.4.3
, 2007).
2.4.4
51
2.4.5
52
atau
seperangkat
Instalasi
peralatan
Pengolahan
beserta
Air
Limbah
adalah
perlengkapannya
yang
ialah
suatu
sistem
, 2011).
pengolah
yang
mampu
layak
dibuang
ke
lingkungan.
Tujuannya
untuk
, 2007).
Jendral
Pemberantasan
Penyakit
Menular
dan
53
bersama-sama
secara
kolektif
dengan
bangunan
54
2.4.7
2.
3.
4.
2.4.8
manfaat bagi lingkungan, masyarakat dan bagi rumah sakit itu sendiri.
55
2.4.9
bahan
polutan
telah
dicoba
dan
Pengolahan Pendahuluan
Dalam pengolahan pendahuluan ini air limbah akan dipisahkan dari
padatan kasar, minyak atau lemak dna proses penyetaraan fluktuasi aliran
bak penampung. Adapun unit-unit yang terdpaat dalam pengolahan
pendahuluan ini adalah:
a.
b.
Pencacah (comminutor)
56
c.
d.
e.
2.
57
fosfor
dengan
penambahan
bahan
kimia
sebagai
koagulan,
2.4.9.2
2.
58
fisika
yang
pada
umumnya
betujuan
untuk
Screening
2.
Mixing
3.
Sedimentasi/Pengendapan
4.
Vacum Filtration
5.
Pengeringan
6.
Grit Chamber
7.
Comunitor
59
Ekualisasi
Pengolahan
secara
Fisika
Filtrasi
Flotasi
Adsopsi
Gambar 2.1 Proses Pengolahan Limbah Cair Secara Fisika
dapat
disisihkan
secara
mudah
dengan
proses
60
kecil,
terutama
jika
pengolahan
ditujukan
untuk
), ozon (
, kaporit (
61
Chemical Precipitation
2.
Desinfeksi
secara
kimia
(chemical
treatment)
melibatkan
Adsorpsi
Dialisis
Pengolahan
secara
Kimia
air
limbah
secara
kimia
dilakukan
untuk
62
Penyisihan
bahan-bahan
tersebut
pada
prinsipnya
biologi
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
63
anaerobik
2.
aerobik
3.
fakultatif
4.
maturasi
JENIS PROSES
EFISIENSI
KETERANGA
PENGHILANGA
N BOD (%)
1. PROSES
BIOMASATERSUSPE
NSI
-
LUMPUR
AKTIF 85 95
STANDAR
-
STEP AERATION
85 - 95
MODIFIED
60 - 75
AERATION
CONTACT
STABILIZATION
80 - 90
Digunakan untuk
beban
pengolahan yang
besar
Untuk
pengolahan
dengan kualitas
air olahan sedang
Digunakan
untuk
pengolahan paket
Untuk
mereduksi ekses
lumpur
64
PURE
75 - 90
OXYGEN 85 - 95
PROCESS
OXIDATION DITCH
2. PROSES
75 - 95
Untuk
pengolahan
paket, bak aerasi
dan
bak
pengendap akhir
merupakan satu
paket.
Memerlukan area
yang kecil.
Untuk
pengolahan air
limbah yang sulit
diuraikan secara
biologis.
Luas
area
yang
dibutuhkan kecil.
Konstruksinya
mudah,
tetapi
memerlukan area
yang luas
BIOMASA
MELEKAT
-
TRICKLING FILTER
80 - 90
ROTATING
80 -95
BIOLOGICAL
CONTRACTOR
CONTACT
80 - 95
AERATION PROCESS
BIOFILTER
ANAEROBIC
65 - 80
Sering
timbul
lalat dan bau.
Proses
operasinya
mudah.
Konsumsi energi
rendah, produksi
lumpur
kecil.
Tidak
memerlukan
proses aerasi.
Memungkinkan
untuk
penghilangan
nitrogen
dan
phospor.
Memungkinkan
waktu
tinggal
yang
lama,
65
lumpur
yang
terjadi kecil.
60 - 80
Memerlukan
- LAGOON
waktu
tinggal
yang lama dan
area
yang
dibutuhkan
sangat luas.
Sumber: Direktorat Jendral PPM & PL Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2003.
Pengolahan secara biologi (biological treatment) melibatkan
beberapa proses kimia, yaitu dapat dilihat pada gambar 2.3:
Trickling filter
Pengolahan
secara
Biologi
Proses aerobik
Proses anaerobik
66
2.
80%-85%)
dan
lumpur
yang
dihasilkan
lebih
trickling filter
2.
cakram biologi
3.
filter terendam
4.
reaktor fludisasi
67
2.
masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih
tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis (Dephut
RI).
2.4.10
kemungkinan
terjadinya
kesalahan
prosedur
dalam
mengoperasikan IPAL. Oleh karena itu, bagi operator IPAL wajib untuk
memahami bakuan kompetensi tata keseimbangan yang menyeluruh dari
pengetahuan, keterampilan, kearifan, pengalaman, dan tatalaku yang perlu
diketahui serta dikuasi oleh seorang Operator IPAL.Untuk mewujudkan
operator-operator yang paham dan profesional, maka diperlukan pelatihan
khusus mengenai cara pengoperasian IPAL, penanganan bila ada hal-hal yang
tidak diinginkan terjadi, dan lain sebagainya (
, 2014).
68
2.5 Perilaku
2.5.1
Definisi Perilaku
Perilaku menurut pandangan biologis adalah suatu kegiatan
2.5.2
sebagai berikut:
1.
ini
masih
terbatas
pada
perhatian,
persepsi,
69
2.5.3
Keturunan
Keturunan diartikan sebagai pembawa yang
merupakan Karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah
segala sesuatu yang berpengaruh pada diri individu
dalam berperilaku.
3.
yang
dapat
dilakukan
untuk
peranan
keluarga
terhadap
70
di
rumah
pengendalian
limbah,
sakit,
kebersihan
seperti
kegiatan
lingkungan
dan
71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pendidikan
Kualitas Sarana
Penampung dan
Pengolahan Air
Limbah
Perilaku
Kualitas Air
Limbah
Kemungkinan
Penyakit Akibat
Air Limbah
Status Ekonomi
2.
1.2. Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Mayor
a. Kualitas air limbah ditentukan oleh kualitas sarana penampung dan
pengolahan air limbah, perilaku, pendidikan, dan status ekonomi.
72
2. Hipotesis Minor
a. Semakin tinggi pendidikan, semakin baik kualitas air limbahnya.
b. Semakin baik kualitas sarana penampung dan pengolahan air limbah,
semakin baik pula kualitas air limbahnya.
c. Semakin baik perilaku, semakin baik kualitas air limbahnya.
d. Semakin tinggi tingkat ekonomi, semakin baik kualitas air limbah.
73
74
Minggu ke1
1. Konsultasi
2. Persiapan Observasi
3. Perizinan Observasi
4. Observasi Lapangan
5. Pengumpulan Data
6. Penyusunan laporan sementara
7. Penyusunan Skripsi
75
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Hasil Pemeriksaan
Yang Diperiksa
Kadar Maksimum
Yang Dipebolehkan
*)
Suhu
TDS
30,9 C
350 ppm
B. Kimia Air:
Parameter Kimia
Hasil Pemeriksaan
Yang Diperiksa
Kadar Maksimum
Yang Dipebolehkan
*)
pH
6,9
6,5 -8,5
BOD
2,2 ppm
50 ppm
COD
43 ppm
80 ppm
TSS
16,5 ppm
30 ppm
76
A. Kimia Air:
Parameter Kimia
Yang Diperiksa
Hasil Pemeriksaan
pH
Kadar Maksimum
Yang Dipebolehkan*)
6,0
6-9
B. Bakteriologis Air:
Parameter
Bakteriologis Yang
Perkiraan
EC Broth
Diperiksa
Total Coliform (37
C )
Total E. Coli (44 C )
Terdekat /
100 ml
3/3
3/3 3/3
1898
3/3
3/3 3/3
1898
Kadar Maksimum
Yang
Diperbolehkan *)
50
50
77
Hasil Pemeriksaan
Yang Diperiksa
Kadar Maksimum
Yang Dipebolehkan
*)
31,6 C
Suhu
TDS
350m
B. Kimia Air:
Parameter Kimia
Hasil Pemeriksaan
Yang Diperiksa
Kadar Maksimum
Yang Dipebolehkan
*)
pH
6,9
6,5 -8,5
BOD
1,2 ppm
50 ppm
COD
30 ppm
80 ppm
TSS
13,8 ppm
30 ppm
A. Kimia Air:
Parameter Kimia
Hasil Pemeriksaan
Yang Diperiksa
Kadar Maksimum
Yang Dipebolehkan
*)
pH
6,0
6-9
B. Bakteriologis Air:
Parameter
EC Broth
Perkiraan
Bakteriologis Yang
Terdekat
Diperiksa
/ 100 ml
Kadar Maksimum
Yang
Diperbolehkan *)
3/3
3/3 3/3
1898
50
78
3/3
3/3 3/3
1898
C )
50
Axis Title
1400
1200
1000
Inlet
800
Outlet
600
400
200
0
pH
TDS
TSS
BOD
COD
E.Coli
MPN
Coliform
79
4.2. Pembahasan
4.2.1 pH
Hasil pemeriksaan laboratorium sebelum dan setelah pengolahan air limbah
adalah sama yaitu 6.0 dan 6.9. Hal tersebut menunjukkan nilai pH masih dalam
standar baku mutu dan menunjukkan bahwa air limbah bersifat netral, artinya
tidak
lingkungan.
Kurva 4.2.1 Perbandingan pH Inlet dan Outlet
8
7
6
5
Inlet
Outlet
3
2
1
0
pH
4.2.2 TDS
Hasil pemeriksan TDS hanya menggunakan data sekunder yaitu data yang
didapatkan dari rumah sakit, karena keterbatasannya waktu dan laboratorium yang
kurang memadai. Berdasarkan hasil input dan outputnya nilai TDS tidak
mengalami perubahan yaitu sebesar 350 ppm. Karena tidak ada baku mutu yang
mengatur tentang kadar maksimum TDS dalam air limbah maka untuk parameter
ini hanya dikaitkan dengan parameter lain. Kaitannya jika nilai TDS rendah maka
nilai parameter lain seperti TSS, BOD, dan COD juga akan rendah dan sebaliknya.
80
Inlet
150
Outlet
100
50
0
TDS
4.2.3 TSS
Hasil pemeriksan TTS hanya menggunakan data sekunder yaitu data yang
didapatkan dari rumah sakit, karena keterbatasannya waktu dan laboratorium yang
kurang memadai. Berdasarkan hasil pemeriksaan input dan output air limbah
menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar TSS dari 16,5ppm menjadi 13,8
ppm setelah dilakukan pengolahan air limbah. Hasil tersebut masih memenuhi
baku mutu limbah cair rumah sakit menurut Peraturan Gubernur Kalsel No. 04
tahun 2007.
Kurva 4.2.3 Perbandingan TSS Inlet dan Outlet
18
16
14
12
10
Inlet
Outlet
6
4
2
0
TSS
81
4.2.4 BOD
Hasil pemeriksaan BOD hanya menggunakan data sekunder yaitu data
yang didapatkan dari rumah sakit, karena keterbatasannya waktu dan laboratorium
yang kurang memadai. Berdasarkan hasil pemeriksaan input dan output air limbah
menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar BOD dari 2,2 ppm menjadi 1,2
ppm setelah dilakukan pengolahan air limbah. Hasil tersebut masih memenuhi
baku mutu limbah cair rumah sakit menurut Peraturan Gubernur Kalsel no 04
tahun 2007.
Kurva 4.2.4 Perbandingan BOD Inlet dan Outlet
2.5
1.5
Inlet
Outlet
0.5
0
BOD
4.2.5 COD
Hasil pemeriksan COD hanya menggunakan data sekunder yaitu data yang
didapatkan dari rumah sakit, karena keterbatasannya waktu dan laboratorium yang
kurang memadai. Berdasarkan hasil pemeriksaan input dan output air limbah
menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar COD dari 43 ppm menjadi 30
ppm setelah dilakukan pengolahan air limbah. Hasil tersebut masih memenuhi
baku mutu limbah cair rumah sakit menurut Peraturan Gubernur Kalsel no 04
tahun 2007.
82
Inlet
20
Outlet
15
10
5
0
COD
4.2.6 Mikrobiologi
Hasil pemeriksaan mikrobiologi hanya menggunakan data primer yaitu
data yang didapatkan dari pengujian sampel di UPT Laboratorium Kesehatan Air
Kab.Banjar.Dilakukannya analisis laboratorium ini untuk mengetahui hubungan
antar mikrobiologi dari air limbah rumah sakit dengan kemungkinan penyakit
yang dapat ditimbulkan. Dalam uji mikrobiologi ini digunakan dua parameter
yaitu :
a. Total Coliform
Hasil pemeriksaan total Coliform menunjukkan banyaknya bakteri
Coliform pada air limbah yaitu sekitar 1898. Hasil tersebut bukan menunjukkan
hasil sebenarnya (hanya menunjukkan perkiraan terdekat / 100 ml) dikarenakan
kurang memadainya peralatan laboratorium dalam mendeteksi coliform dengan
jumlah yang lebih besar. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair
Kegiatan Rumah Sakit jumlahColiform yang diperbolehkan dalam air limbah
adalah sebesar 10.000 / 100 ml. Dari peraturan tersebut dapat diketahui bahwa
jumlah coliform yang diperbolehkan sebanyak 10.000 / 100 mL.
Berdasarkan keterangan pihak laboratorium, hasil tersebut ( 1898) bisa
saja mencapai beberapa ribu keatas, namun karena kurang memadainya alat
83
1000
Outlet
800
600
400
200
0
MPN Coliform
b. Total E.Coli
Hasil pemeriksaan total E.Coli menunjukkan banyaknya bakteri E.Coli
pada air limbah yaitu sekitar 1898. Hasil tersebut bukan menunjukkan hasil
sebenarnya (hanya menunjukkan perkiraan terdekat / 100 ml) dikarenakan kurang
memadainya peralatan laboratorium dalam mendeteksi E.Coli dengan jumlah
yang lebih besar. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
Kep-58/MENLH/12/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah
Sakit jumlahColiform yang diperbolehkan dalam air limbah adalah sebesar 10.000
/ 100 ml, Dari peraturan tersebut dapat diketahui bahwa jumlah E. coli yang
diperbolehkan sebanyak 10.000 / 100 mL.
Berdasarkan keterangan pihak laboratorium, hasil tersebut ( 1898) bisa
saja mencapai beberapa ribu keatas, namun karena kurang memadainya alat
laboratorium menyebabkan jumlah mikroba sesungguhnya tidak dapat diketahui
dengan angka yang pasti.Karena alat laboratorium yang tersedia tidak mampu
84
untuk menangkap lebih banyak lagi jumlah mikroba dalam air limbah inlet
maupun outletnya.
Kurva 4.2.6b Perbandingan E.Coli Inlet dan Outlet
2000
1800
1600
1400
1200
Inlet
1000
Outlet
800
600
400
200
0
E.Coli
di
beberapa titik pada instalasi penampung air limbah yang sudah mulai retak
sehingga mengakibatkan kebocoran seperti pipa di samping ruang inap,
penampung limbah laudry, dan penampung air limbah di instalasi gizi. Sesuai
dengan hasil laboratorium yang didapatkan maka dapat diketahui bahwa RSUD
Kota Banjarbaru sudah melakukan pengolahan air limbah (limbah cair) rumah
sakit dengan IPAL Biofilter dimana kadar zat pencemar dalam air limbah dapat
berkurang dan aman jika dibuang ke lingkungan.
Mengenai kaitan sanitasi dan higieneinstalasi penampung dan pengolahan
air limbah rumah sakit terhadap penyakit yang mungkin timbul, berdasarkan hasil
observasi dan analisis laboratorium yang dilakukan hal tersebut mungkin saja
terjadi akibat kerusakan di beberapa titik pada insatalasi penampung air limbah.Di
beberapa lokasi lain (diluar instalasi penampung air limbah) juga ditemukan ada
pipa dari ruang inap yang bocor.Kondisi tersebut tentu saja dapat membahayakan
85
karena air limbah tersebut langsung mengalir ke selokan, seperti yang diketahui
limbah rumah sakit sangat lah berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan
tanpa melewati proses pengolahan terlebih dahulu. Dari sini lah kemungkinan
timbulnya penyakit akibat air limbah di RSUD Kota Banjarbaru dapat
terjadi.Adapun penyakit yang mungkin timbul adalah penyakit kulit yang
disebabkan karena limbah infeksius (dapat berasal dari MCK ruang inap pasien
penderita penyakit menular).Selain itu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri
seperti Salmonella typhosa, Dysentriae, dan lain-lain mungkin saja dapat muncul
karena MCK ruang inap pasien atau dari beberapa titik penampung air yang bocor.
Sedangkan apabila ditinjau dari kandungan mikroba air limbah, dalam
penelitian ini tidak dapat memperlihatkan hasil dengan jelas Karenaketerbatasan
sarana dan juga waktu yang tersedia untuk penelitian lebih lanjut.Selanjutnya,
pada sanitasi dan instalasi pengolahan air limbahnya sudah memenuhi standar.
86
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Sanitasi dan higiene instalasi penampung air limbah RSUD Kota
Banjarbaru masih belum memenuhi syarat.
2. Sanitasi dan higiene instalasi pengolahan air limbah RSUD Kota
Banjarbaru telah memenuhi syarat.
3. Air limbah yang dihasilkan RSUD Kota Banjarbaru telah memenuhi
syarat dengan nilai pH 6.45, nilai BOD dari 2,2 ppm menjadi 1,2 ppm ,
nilai TDS 350 ppm, nilai TSS 13,8 ppm, nilai COD 43 ppm menjadi 30
ppm, nilai mikroba Coliform dan E.coli 1898sesuai dengan Baku Mutu
Limbah Cair Kegiatan Rumah SakitMenurut KEPMENLH RI Nomor.
58/MENLH/12/1995.
5.2. Saran
Adapun Saran dari penelitian ini adalah:
1. Hendaknya setiap instansi rumah sakit baik negeri maupun swasta
memperhatikan betul sanaitasi dan higiene rumah sakit baik ruangan,
lingkungan dan instalasi penampung serta pengolahan air limbah.
2. Setiap rumah sakit diharuskan memiliki instalasi pengolahan limbah cair
maupun padat.
3. Setiap rumah sakit harus memeriksakan kualitas air limbah yang
dihasilkan
minimal
sebulan
sekali.
87
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, SS. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional :
Surabaya
Penerbit Binarupa
RI
2004.
Keputusan
Nomor128/MENKES/SK/II/2004
Menteri
tentang
Kesehatan
Kebijakan
Dasar
RI
Pusat
Djoko sasongko, Teknik Sumber Daya Air, Penerbit Erlangga Jakarta 1991.
Enlers V.M and Steel, D. W. 1975. Water Supplay and Sewarage, 4th Edition.
New York : McGraw Hill Book Company
Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri,
Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya.
Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri,.
Cetakan
pertama.
Yrama
Widya
Bandung.
Gunawan, Roni. 2010. Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit Diare
Terhadap Tindakan Pencegahan Diare Di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan. USU.
Hammer M.J. 1986. Water and Wastewater Technology. Prentice-Hall Int. Inc.,
New Jersey.
Persyaratan
Kesehatan
1204/MENKES/SK/X/2004
tentang
Persyaratan
Kesehatan
Met Calf dan Eddy Inc, Waste Water Engineering, Treatment, Disposal, Re use,
Mc Graw-Hill Book Co 1979.
Nusa idaman said dan ruliasih marsidi. 2005. Mikroorganisme patogen dan
parasit di dalam air limbah domestik serta alternative teknologi pengolahan.
Pusat pengkajian dan penerapan teknologi lingkungan, BPPT.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
EGC
Jakarta.
Siregar, Charles J.P., dan Lia A. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan
Penerapan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeparman dan Soeparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Suatu
Pengantar, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Soeparman dan Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Suharto. 2010. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Air dan Udara, Andi,
Yogyakarta.
Suwarno, Djoko. 2001. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Jurnal Teknik Sipil
Volume 3 : Semarang.
LAMPIRAN
Dokumentasi Observasi
Observasi Lapangan
Selokan dari Laundry dan Instalasi Gizi yang langsung terhubung ke lingkungan
di sekitar RSUD Kota Banjarbaru