Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Buah Tomat
Buah tomat terdiri dari beberapa bagian yaitu perikarp, plasenta, funikulus,
dan biji. Anatomi buah tomat dapat dilihat pada Gambar 1. Perikarp meliputi
eksokarp, mesokarp, dan endocarp. Eksokarp adalah lapisan terluar dari buah dan
sering mengandung zat warna buah terdiri dari dinding pericarp dan kulit buah.
Perikarp meliputi dinding luar dan dinding radial (septa) yang memisahkan
rongga lokula. Mesokarp adalah lapisan yang paling dalam berupa selaput terdiri
dari parenkim dengan ikatan pembuluh (jaringan tertutup) dan lapisan bersel
tunggal yaitu lokula. EndoKarp adalah lapisan paling dalam terdiri dari biji,
plasenta, dan columella (Rani et al, 2010).
oleh perikarp, septa dan kolumela daerah ini berisi membran agar agar yang
bersifat kenyal dan berair (Rani et al, 2010).
Divisi
: Spermatophyta
Anak divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: S. lycopersicum
Nama binomial
: Solanum lycopersicum
Sinonim
(Wikipedia, 2014)
Keterangan
Tomat Plum
Tomat Beef
Tomat ceri
Tomat hijau
Tomat pear
Tomat anggur
Kandungan
per 100 g
93,76
21
0,85
0,33
4,64
1,1
0,42
5
0,45
11
24
222
9
0,09
0,074
0,105
0,4
0,059
0,048
0,628
0,247
623
0,34
Nutrien
Kandungan
per 100 g
Asam Amino
Triptofan (g)
Treonin (g)
Isoleusin (g)
Leusin (g)
Lisin (g)
Metionin (g)
Kistin (g)
Fenilalanin (g)
Tirosin (g)
Valin (g)
Arginin (g)
Histidin (g)
Alanin (g)
Asam aspartat (g)
Asam glutamat (g)
Glisin (g)
Prolin (g)
Serin (g)
Asam Lemak
Tak jenuh tunggal (g)
Tak jenuh ganda (g)
0,006
0,021
0,020
0,031
0,031
0,007
0,011
0,022
0,015
0,022
0,021
0,013
0,024
0,118
0,313
0,021
0,016
0,023
0,050
0,135
Asam organik yang paling dominan pada tomat adalah asam sitrat. Selain asam
sitrat, asam malat adalah asam organik yang paling berkontribusi terhadap cita
rasa buah tomat. Struktur kimia asam-asam organik dari buah tomat terdapat pada
Gambar 2. Asam-asam lain yang telah terdeteksi adalah asam asetat, format,
(A)
(B)
(C)
(D)
(E)
(F)
Gambar 2. Struktur molekul asam-asam organik pada buah tomat. (A) Asam
sitrat; (B) Asam malat; (C) Asam asetat; (D) Asam format; (E) Asam laktat; (F)
Asam galaktonat. (Wikipedia, 2015)
Hijau
Tahap kedewasaan
Pink Merah Merah
Breaker
6.20
0.310
0.127
17.0
25.0
242.0
124.0
2.90
2.20
0.14
17.9
290
5.81
0.295
0.144
21.0
9.0
443.0
230.0
3.10
1.90
0.136
22.3
251
matang
5.80
0.270
0.166
23.0
0.0
10.0
374.0
3.45
1.74
0.18
24.6
278
2358
10.00
3259
10.27
2941
10.27
6.20
0.285
0.194
22.0
0.0
0.0
412.0
3.65
1.62
0.07
31.2
400
2723
6.94
Vitamin C adalah salah satu vitamin paling penting untuk nutrisi manusia
yang tersedia pada buah-buahan dan sayuran. Faktor "antiscorbutic" buah-buahan
segar, yang mencegah perkembangan khas Simptom skurvi pada manusia, adalah
turunan karbohidrat dikenal sebagai vitamin C atau asam askorbat. (Zhang, 2013).
L-Asam askorbat (AA) merupakan bentuk aktif biologis yang utama dari vitamin
C. Asam askorbat teroksidasi secara reversibel menjadi bentuk L-asam
dehidroaskorbat (DHA), juga menunjukkan aktivitas biologis.
Vitamin C (asam askorbat) adalah suatu mikronutrien esensial yang
diperlukan dalam fungsi metabolisme tubuh yang normal. Vitamin C mudah
: C6H8O6
Massa molar
: 176.12 g mol1
Penampilan
Densitas
: 1,65 g/cm3
: 33 g/100 ml
: 2 g/100 ml
: 1 g/100 ml
: 5 g/100 ml
Kelarutan lain
Keasaman (pKa)
Gambar 3. Struktur molekul Vitamin C atau asam askorbat (2-oxo-L-threohexono1,4-lactone-2,3-enediol) (Wikipedia, 2015)
dikarenakan kedua bentuk vitamin c, askorbat asam dan dalam bentuk yang
teroksidasi yaitu asam dehidroaskorbat memiliki sifat kimia, sifat optik, dan sifat
elektrokimia yang berbeda. Misalnya, metode resmi AOAC (2000) berdasarkan
titrasi AA dengan 2,6 dikloroindofenol dalam larutan asam tidak aplikatif pada
semua matrik. Zat-zat yang terdapat pada buah-buahan secara alami seperti tanin,
beta tanin, Cu(II), Fe(II), dan Co(II) teroksidasi oleh dye. Selain itu, metode hanya
berlaku jika bahan memiliki konsentrasi DHA yang rendah. (Rahman et al, 2007)
Pada pada pH yang tinggi, asam askorbat mengalami reaksi hidrolisis
oksidasi yang bersifat destruktif sehingga cincin lakton dari asam askorbat terbuka
dan aktivitas vitamin akan hilang. Proses ini terjadi secara alami pada buahbuahan dan sejumlah asam diketogulonat yang ada pada buah-buahan. Struktur
asam askorbat sangat mirip dengan struktur glukosa, beberapa glukosa dapat
diekstrak dari asam askorbat sampel. Karena strukturnya mirip, jika menggunakan
metode DNPH, glukosa dapat juga berwarna membentuk kompleks dengan
DNPH (dinitrofenil hidrazin) sebagai asam askorbat. (Rahman et al, 2007)
dapat ditanam untuk rotasi tanam di lahan persawahan. Tanaman tomat yang
banyak dibudidayakan adalah buah tomat segar berwarna merah dengan variasi
dalam bentuk dan ukuran, chery-buah kecil, dan prosesing buah dengan warna
merah yang kuat dan tinggi dalam kandungan bahan padat, sangat sesuai sebagai
bahan dalam pembuatan pasta, sup atau saos. (Warianto, 2011)
Buah tomat adalah sumber yang kaya asam askorbat (vitamin C).
Berdasarkan berat segar, kandungan vitamin C rata-rata sekitar 25 mg/100 g.
Namun, nilai-nilai bervariasi sesuai dengan kultivar. Cahaya berpengaruh pada
kandungan asam askorbat selama pertumbuhan. Kandungan asam askorbat
mengalami sedikit perubahan selama pematangan buah. Dari beberapa hasil
penelitian menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan konsentrasi asam askorbat
selama pematangan. Kultivar tomat mengalami proses pematangan pada laju yang
lebih cepat yang ditunjukkan mengandung sejumlah vitamin c yang lebih tinggi
dibandingkan dengan buah tomat yang matang pada laju yang relatif lambat.
(Salunkhe et al, 1974)
pada gilirannya, adalah fungsi intensitas Luminositas. Pada produksi gula, suatu
substrat digunakan dalam sintesis asam askorbat. (Rana et.al., 2014)
konsentrasi
molekul
organik
pada
buah-buahan.
Hal
ini
Antioksidan Likopen
Sifat-sifat fisika dan kimia likopen secara umum
Likopen atau yang sering disebut sebagai -karoten adalah suatu karotenoid
pigmen merah terang, suatu fitokimia yang banyak ditemukan dalam buah tomat
dan buah-buahan lain yang berwarna merah. Pada penelitian makanan dan
phytonutrien yang terbaru, likopen merupakan senyawa yang paling banyak
diteliti. Karotenoid ini telah dipelajari secara ekstensif dan ternyata merupakan
antioksidan yang sangat kuat dan memiliki kemampuan anti-kanker. Nama
likopen diambil dari penggolongan buah tomat, yaitu Lycopersicon esculantum.
8
isoprena
Secara struktural, likopen terbentuk dari delapan unit isoprena. Bentuk molekul
likopen dapat dilihat pada Gambar 4. Bagian warna hitam menunjukkan unsur
Karbon sedangkan bagian putih menunjukkan unsur Hidrogen. Banyaknya ikatan
ganda pada likopen menyebabkan elektron untuk menuju ke transisi yang lebih
tinggi membutuhkan banyak energi sehingga likopen dapat menyerap sinar yang
memiliki panjang gelombang tinggi (sinar tampak) dan mengakibatkan 8 unit
isopren warnanya menjadi merah terang. Jika likopen dioksidasi, ikatan ganda
antarkarbon akan patah membentuk molekul yang lebih kecil yang ujungnya
berupa (C=O). Meskipun ikatan (C=O) merupakan ikatan yang bersifat
kromophorik (menyerap cahaya), tetapi molekul ini tidak mampu menyerap
cahaya dengan panjang gelombang yang tinggi sehingga lycopene yang
teroksidasi akan menghasilkan zat yang berwarna pucat atau tidak berwarna.
Elektron dalam ikatan rangkap akan menyerap energi dalam jumlah besar untuk
menjadi ikatan jenuh, sehingga energi dari radikal bebas yang merupakan sumber
penyakit dan penuaan dini dapat dinetralisir oleh lycopene.
Likopen
tokoferol
Trans
karoten
kriptosantin
Zeasantin
Lutein
Sayuran dan buah yang berwarna merah seperti tomat, semangka, jeruk
besar merah muda, jambu biji, pepaya, strawberry, gac (buah asli dari Vietnam),
dan rosehip (buah biji bunga mawar) merupakan sumber utama likopen. Sumber
lain adalah bakteri seperti Blakeslea trispora. Tidak seperti vitamin C yang akan
hilang atau berkurang apabila buah atau sayur dimasak, lycopene justru akan
semakin kaya pada bahan makanan tersebut setelah dimasak atau disimpan dalam
waktu tertentu. Misalnya, likopen dalam pasta tomat empat kali lebih banyak
dibanding dalam buah tomat segar. Hal ini disebabkan likopen sangat tidak larut
dalam air dan terikat kuat dalam serat. Likopen merupakan suatu antioksidan yang
sangat kuat, kemampuannya mengendalikan singlet oksigen (oksigen dalam
bentuk radikal bebas) 100 kali lebih efisien daripada vitamin E atau 12500 kali
dari pada gluthation. Singlet oksigen merupakan prooksidan yang terbentuk akibat
radiasi sinar ultra violet dan dapat menyebabkan penuaan dan kerusakan kulit.
Selain sebagai anti penuaan kulit, lycopene juga memiliki manfaat untuk
mencegah penyakit kardiovascular, kencing manis, osteoporosis, infertiliti, dan
kanker (kanker kolon, payudara, endometrial, paru-paru, pankreas, dan terutama
kanker prostat). Ini semua diakibatkan banyaknya ikatan rangkap dalam
molekulnya. Sebagai antioksidan, likopen dapat melindungi DNA, di samping sel
darah merah, sel tubuh, dan hati. (Hu Weilian et al., 2013)
Sifat Fisis Likopen
Nama kimia senyawa likopen adalah 2,6,10,14,19,23,27,31 oktametil 2,6,8,10,12,14,16,18,20, 22,24,26,30-dotriakontatridekene. Nama umum adalah
,-karoten, all-trans-karoten, dan (semua-E)-likopen. Berat molekul likopen:
536,873 gram/mol, warna likopen: merah terang, bentuk; kristal, titik leleh: 172173 C, titik didih : terdekomposisi; Likopen tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam n-Hexane dan hidrokarbon suku rendah lain, metilen klorida, dan ester suku
rendah yang terbentuk dari alkohol dan asam karboksilat. Struktur molekul
antioksidan likopen dapat dilihat pada Gambar 6.
Sifat Kimia Likopen
Likopen bereaksi dengan oksigen bebas sesuai dengan reaksi berikut:
C 40 H 56 + n On (n+1) R-C-O
Lycopene teroksidasi oleh zat-zat oksidator membentuk molekul yang lebih kecil
dengan bentuk (R-C=O) sesuai reaksi:
C 40 H 56
R-C=O
Tabel 4. Komposisi Isomer lycopene pada produk buah tomat dan plasma darah
manusia
Sample
All-transLycopene
Tomat merah
Segar*
Tomat masak
Olahan bahan
pangan
Plasma darah
manusia**
5-cis9-cisLycopene Lycopene
(% lycopene total)
13-cis- &
Isomer cis15-cis-Lycopene Lycopene lain
94 96
35
01
<1
35 96
4 27
<1 14
<1 7
32 46
20 31
14
8 19
<1 22
11 28
meskipun dalam jumlah yang lebih sedikit. Kelompok fenolik yang paling banyak
adalah flavonoid. Flavonoid sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh yaitu sebagai
antioksidan yang dapat mencegah kanker. Baru-baru ini diketahui bahwa puree
tomat (hancuran tomat), mengandung sejumlah kecil senyawa yang disebut rutin.
Senyawa rutin tersebut dapat diserap dan dimanfaatkan dengan baik oleh tubuh.
(Wresdiyati et al., 2008)
Senyawa fenolik adalah salah satu kelompok utama fitokimia pangan yang
ditemukan dalam buah-buahan, sayuran dan biji-bijian, merupakan metabolit
sekunder yang dapat dibagi dalam kelompok yang berbeda, yaitu, flavonoid
(misalnya antosianin, flavanol, flavon, atau isoflavon), asam fenolik, tanin, stilben
dan lignan. Beberapa senyawa ini ditemukan di alam sebagai glikosida dan/atau
sebagai ester dan/atau metil eter. Fenolik telah ditemukan bertindak sinergis
dengan lycopene dalam mencegah kerusakan sel. Senyawa fenolik telah dikenal
secara luas pada varietas-varietas tomat dari negara-negara yang berbeda,
termasuk tomat yang dimodifikasi secara genetik. (Barros et al., 2013)
Kandungan likopen pada buah tomat yang setelah dipanen adalah 11,6
55,7 mg/Kg tomat segar. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tomat adalah
sumber karoten rata-rata 6,1 mg/Kg, jumlah lutein 0,77 mg/Kg dan likopen
terdapat sebanyak 27,18 mg/Kg. Penelitian yang lain memperoleh kandungan
likopen lebih rendah pada varietas tomat yang berbeda diperoleh total karoten
sebesar 33,75 87,74 %. porsi likopen paling rendah ditunjukkan varietas Oranye
F1. Kandungan likopen tertinggi terdapat pada varietas F1 Bambino. Kandungan
likopen setelah konversi per bahan kering mulai 25,85 90,87 mg/100 g.
Kandungan likopen tertinggi pada bahan kering ditetapkan pada F1 Milika,
sintesis
fitonutrien.
Fitonutrien
biasanya
adalah
antioksidan,
Lokasi
H 9280
Colusa
Fresno
C. Costa
S.Joaquin
Stanislaus
Yolo
Colusa
Fresno
C. Costa
S.Joaquin
Stanislaus
Yolo
Colusa
Fresno
Kern
Merced
Stanislaus
San Joaquin
Sutter
Yolo
Colusa
Fresno
Kern
Merced
Stanislaus
San Joaquin
Sutter
Yolo
Colusa
Fresno
Kern
Merced
Stanislaus
San Joaquin
Sutter
Yolo
Colusa
Fresno
Kern
Merced
Stanislaus
San Joaquin
Sutter
Yolo
HyPeel 45
CXD 199
H 8892
H 9665
Halley 3155
1999
76.1
101.1
99.9
78.6
89.6
78.7
87.5
68.1
109.3
97.5
95.2
113.6
112.5
102.5
110.0
111.0
111.5
110.4
108.6
106.6
99.4
97.4
105.1
101.3
106.6
98.4
91.5
95.6
101.4
99.8
102.8
98.8
90.4
88.1
92.8
103.8
126.8
134.6
145.1
109.9
126.2
130.7
82.2
100.3
114.8
129.4
116.1
127.3
108.7
85.3
106.4
100.3
119.0
102.9
120.4
110.6
92.0
109.1
87.3
131.0
103.4
119.8
120.4
80.2
92.7
91.1
146.8
88.4
99.2
101.9
101.0
89.7
84.9
109.7
79.2
94.3
99.9
98.7
88.0
80.8
113.0
82.9
89.5
92.7
90.5
84.7
81.2
117.6
95.6
82.7
101.3
91.0
Keterangan: H 9280 dan HyPeel 45 : kultivar awal musim. CXD 199, H 8892, H 9665 dan Halley
3155 : kultivar pertengahan musim. (Sumber: Garcia, 2006)
449
101
2573
123
1860
820
Produk Tomat
Catsup Jus tomat Saus tomat
(g/100 g)
560
270
290
0
0
0
17007
9037
15152
0
3390
1540
60
1900
830
Sup tomat
0
2950
1270
75
0
5084
1
1720
720
*USDA Nutrient Data Bank Numbers (NDB No.): Tomat Mentah,11529; Saus, 11935; Jus Tomat,
11540; Saus Tomat, 11549; Sup Tomat, 06359.
(Sumber: Campbell et al., 2004)
tekanan saline stress. Selain itu, asam askorbat terdapat sebagai suatu kofaktor
untuk enzim-enzim metabolik umum mencakup suatu proses perkembangan
fundamental tanaman dan suatu reduktan dengan peran beberapa enzim
metabolisme yang terlibat dalam proses perkembangan dasar tanaman dan
reduktan seluler dikenal dengan peran intim dan komprehensif dalam respon
terhadap tekanan lingkungan. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa asam
askorbat endogen berperan dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dengan melibatkan suatu array kompleks jaringan signaling yang
dimediasi secara fitohormon yang berikatan bersama tekanan lingkungan berbeda.
Selain bertindak sebagai antioksidan dan reduktan selular, asam askorbat
mempengaruhi transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif dan tahap akhir
perkembangan.
perkembangan dan juga bekerja melawan tekanan yang nyata dalam mengatur
pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik. (Mazid et al., 2011)
Askorbat memiliki fungsi dalam fotosintesis yaitu sebagai kofaktor enzim
(termasuk sintesis etilen, Giberelin dan anthocyanin). Peran utama askorbat dalam
fotosintesis adalah bertindak dalam reaksi peroksidase Mehler dengan APX untuk
mengatur keadaan redoks pembawa elektron fotosintetik dan sebagai suatu
kofaktor untuk violaxanthin deepoxidase, enzim yang terlibat dalam siklus
xanthophyll fotoproteksi dimediasi. Akumulasi askorbat pada daun meningkat,
intensitas cahaya selama berlangsungnya ekspresi dan aktivitas PDB-L-galaktosa
fosforilase (GGP, juga VTC2), enzim berperan dalam fotosintesis. Peran askorbat
selama fotosintesis mungkin termasuk modulasi hidrogen dan oksigen singlet,
enzim kofaktor dalam siklus xanthophyll dan, secara spekulatif, donor elektron
fotosistem II selama fotoinhibisi. (Mazid et al., 2011)
Asam askorbat terjadi di semua jaringan tanaman, biasanya menjadi lebih
tinggi dalam sel-sel fotosintetik dan meristems dan beberapa buah-buahan.
Konsentrasi dilaporkan tertinggi di daun dewasa dengan kloroplas berkembang
sepenuhnya. Asam askorbat sebagian besar tetap tersedia dalam bentuk yang lebih
sedikit pada daun dan kloroplas kondisi fisiologis normal. Sekitar 30-40% total
asam askorbat (sebagai askorbat) adalah dalam kloroplas dan stromal dengan
konsentrasi setinggi 50 mM. (Mazid et al., 2011)
Asam askorbat dalam tanaman ditemukan dengan konsentrasi yang tinggi
dalam jaringan tanaman (misalnya 1-5 mM pada daun dan 25 mM pada kloroplas)
dan tanaman adalah sumber utama vitamin c dalam makanan manusia. Jalur
biosintesis untuk asam gula ini belum diselesaikan pada tanaman hingga tahun
1998 dan semua gen yang mengkodekan enzim sampai tahun 2007. Telah
diketahui untuk beberapa lama bahwa tanaman dapat mudah mensintesis asam
askorbat dari L-galaktono-1,4-lakton melalui mitokondria L-galactono-1,4-laktone
dehidrogenase. Namun, sebelumnya diperkirakan bahwa prekursor untuk Lgalaktono-1,4-lakton dalam tanaman adalah asam D-galakturonik. Sintesis Lgalactono-1,4-laktone dari asam D-galakturonat akan memerlukan inversi
kerangka karbon Heksosa yang telah ditunjukkan untuk tidak terjadi dalam
tanaman dari 14C-glukosa. 14C-glukosa diubah menjadi asam askorbat melalui Dmannose dan L-galaktosa intermediat daripada D-galaktosa. D-mannose dan Lgalaktosa dikonversi internal oleh PDB-D-mannose-3,5-epimerase dan kedua
monosakarida ini prekursor efisien asam askorbat dalam tanaman. Jalur SmirnoffWheeler untuk biosintesis L-askorbat tumbuhan dapat dilihat pada Gambar 8.
D-Glukosa-6-P
D-Fruktosa-6-P
D-Manosa-6-F
D-Manosa-1-P
GDP-L-Galaktosa
GDP-D-Manosa
L-Galaktosa-1-P
L-Galaktosa
L-Galakton-1,4-Lakton
L-Asam askorbat
mulai hilang atau terdegradasi dan karotenoid tumbuh semakin banyak hingga
mendominasi sehingga warna berubah menjadi kuning, orange dan merah.
BZR1,
brassinazole
resistant1;
CNR,
bebas-pematangan
phytochrome;
PYR/PYL
RCAR,
pyrabactin
resistance1/pyr1-
Buah yang sedang masak mengalami banyak perubahan fisik dan kimia
setelah panen. Perubahan ini sangat menentukan mutu produk panen. Pemasakan
adalah kejadian dramatik dalam kehidupan buah karena mengubah organ tanaman
dari matang secara fisiologis tetapi belum dapat dikonsumsi. Hal ini merupakan
suatu yang menarik karena terkait dengan aroma dan rasa. Pemasakan menandai
selesainya perkembangan buah dan dimulainya senesen. Biasanya hal ini
merupakan peristiwa yang tidak dapat balik.
Pemasakan pada buah merupakan hasil perubahan beberapa komponen
sellulair yang dapat terjadi secara individu maupun saling berinteraksi satu sama
lainnya. Pemasakan merupakan kejadian dramatic dalam kehidupan komoditi
panenan karena peristiwa perubahan organ dari matang secara fisiologis, namun
(sebagian besar) belum dapat dikonsumsi menjadi masak dan akhirnya layu. Pada
waktu masih berada pada tanaman induknya, buah melangsungkan proses
kehidupan dengan cara melakukan respirasi, yaitu proses biologis yang menyerap
oksigen untuk digunakan pada proses pembakaran (oksidasi) dan kemudian
menghasilkan energi dengan diikuti pengeluaran sisa pembakaran berupa gas
karbondioksida
dan
air.
Setelah
organ
dipanen
ternyata
buah
masih
Pendinginan yang kurang adalah jenis stres oksidatif yang terjadi selama
penyimpanan dibawah 10C untuk buah berdaging, seperti tomat, sangat sensitif.
Meskipun pendinginan suhu rendah dapat digunakan untuk memperpanjang masa
simpan buah, mereka dapat memicu gangguan fisiologis dan kehilangan kualitas,
pada akhirnya mengakibatkan kerusakan. Sebagai hasil dari pendinginan cedera,
buah-buahan mengembangkan gejala seperti tekstur kenyal, daging berair dan
tidak teratur pematangan. Meningkatkan kandungan antioksidan dari buah-buahan
yang sensitif mungkin meningkatkan kualitas buah selama penyimpanan tahap
paska panen. Korelasi pada buah apel menunjukkan hal ini terjadi. Menguji
reactive oxygen species (ROS) selama pendingin pada tomat membutuhkan
jaringan molekul dan enzim berhubungan ke sistem respon antioxidatif, efisiensi
yang mungkin terkait dengan masa simpan buah. Chilling injury telah ditunjukkan
menyebabkan stres seluler dan oksidasi komponen selular seperti kolam askorbat.
(Stevens et al., 2008)
masih segar dan telah masak. Pengolahan buah tomat menjadi sari buah, selain
dapat menghasilkan produk yang lebih awet, juga merupakan minuman yang
praktis, rasanya enak dan menyegarkan, juga bermanfaat bagi kesehatan.
Saus tomat digunakan sebagai bahan penyedap makanan. Pembuatan saus
dilakukan dengan cara menguapkan sebagian air buahnya sehingga diperoleh
kekentalan sari buah yang diinginkan. Ke dalam pekatan sari buah tersebut
ditambahkan berbagai macam bumbu untuk menyedapkan. Agar saus menjadi
lebih kental, sering juga ditambahkan pati dan bahan pengental lainnya. (Marta et
al., 2007)
Tomat, baik dalam bentuk segar maupun olahan, memiliki komposisi zat
gizi yang cukup lengkap dan baik. Buah tomat terdiri dari 5-10 persen berat
kering tanpa air dan 1 persen kulit dan biji. Jika buah tomat dikeringkan, sekitar
50 persen dari berat keringnya terdiri dari gula-gula pereduksi (terutama glukosa
dan fruktosa), sisanya asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin, dan lipid.
Tomat dapat digolongkan sebagai sumber vitamin C yang sangat baik (excellent)
karena 100 gram tomat memenuhi 20 persen atau lebih dari kebutuhan vitamin C
sehari. Vitamin C memelihara kesehatan gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya
luka-luka, mencegah penyakit Scurvy (skorbut), serta menghindarkan terjadinya
perdarahan pembuluh darah halus.
Sari buah tomat mengandung vitamin dan mineral yang cukup lengkap.
Dari 100 gram jus tomat akan diperoleh kalsium 7 mg, fosfor 15 mg, zat besi 0,9
mg, natrium 230 mg, dan kalium 230 mg. Vitamin yang terdapat dalam 100 gram
sari buah tomat adalah vitamin A (1.050 IU), vitamin B1 (0,05 mg), vitamin B2
(0,03 mg), dan vitamin C (16 mg). Pada buah tomat sebanyak 100 gram terdapat
10-20 persen dari kebutuhan vitamin A dalam sehari. Vitamin A sangat
diperlukan bagi kesehatan organ penglihatan, sistem kekebalan tubuh,
pertumbuhan, dan reproduksi. Vitamin A dan C pada tomat juga berperan sebagai
antioksidan. (Maulida dan Zulkarnaen, 2010)
Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas
tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.
Senyawa ini dapat menahan terjadinya reaksi oksidasi makromolekul, seperti
lipid, protein, karbohidrat dan DNA, pada konsentrasi yang lebih rendah daripada
konsentrasi makromolekul target oksidasi tersebut.
Jenis-jenis antioksidan dapat dikelompokkan berdasarkan:
1. sumber antioksidan
2. cara kerja antioksidan
3. fungsi antioksidan
Golongan antioksidan
Antioksidan preventif
1.a.
Dekomposisi
peroksida
hidroperoksida
&
Katalase
Glutation
(seluler)
hidrogen
peroksidase
Glutation
peroksidase
(plasma)
Fosfolipid
hidroperoksida
glutation peroksidase
Peroksidase
Glutation S-transferase
1.b.
Pengkelat Logam
1.c.
Transferin, laktoferin
Haptoglobin
Hemopexin
Seruloplasmin, albumin
Pendeaktifasi (quencher) ROS (Reactive
Oxygen Species)
Superoxida
dismutase
(SOD)
Karotenoid, vitamin E
2.
Antioksidan peredam
scavenging antioxidants)
2.a.
Golongan hidrofilik
Vitamin C
Asam urat
Bilirubin
Albumin
Golongan lipofilik
vitamin E
Ubiquinol
Karotenoid
Flavonoid
2.b.
radikal
Cara kerja
menekan pembentukan radikal
bebas disebut juga antioksidan
sekunder
Peroksida
didekomposisi
menjadi produk nonradikal
dekomposisi hidrogen peroksida
dekomposisi hidrogen peroksida
dan hidroperoksida asam lemak
bebas
dekomposisi hidrogen peroksida
dan fosfolipid hidroperoksida
dekomposisi
fosfolipid
hidroperoksida
dekomposisi
lipid
hidroperoksida
dekomposisi
lipid
hidroperoksida
mengikat Fe
mengikat hemoglobin
menstabilkan heme
mengikat Cu
disproporsionasi superoksida
mendeaktifasi singlet oksigen
1) Oxygen Scavanger
Antioksidan yang termasuk oxygen scavanger mengikat oksigen sehingga tidak
mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C.
2) Chelator/ Sequestrant
Mengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya asam sitrat
dan asam amino. Tubuh dapat menghasilkan antioksdan yang berupa enzim yang
aktif bila didukung oleh nutrisi pendukung atau mineral yang disebut juga kofaktor.
(Hamid et al., 2010; Butnariu dan Grozea, 2012)
Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau senyawa yang kehilangan pasangan
elektronnya. Sebagai contoh atom oksigen (O) yang normal mempunyai 4 (empat)
pasang elektron. Proses metabolisme sehari-hari yang merupakan proses biokimia
yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang bersifat sementara karena
dengan cepat diubah menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi tubuh. Tetapi
bila terjadi reaksi dalam tubuh yang berlebihan maka akan terjadi perampasan
elektron oksigen tersebut sehingga menjadi tidak berpasangan dan atom oksigen
menjadi radikal bebas yang berusaha mengambil elektron dari senyawa lain
sehingga terjadi reaksi berantai. Aktifitas radikal bebas bisa menyebabkan
kerusakan sel beta yang nantinya menjadi supresor terhadap munculnya penyakit
degeneraif seperti diabetes militus. Disamping itu sangat mungkin terjadinya
penyakit komplikasi apabila aktifitas radikal bebas ini tidak dicegah. (Kamrianti,
2014)
Stress oksidatif
Stres oksidatif timbul akibat reaksi metabolik yang menggunakan oksigen
dan mengakibatkan gangguan pada keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
sel. Halliwell (2006) mendefinisikan stres oksidatif adalah suatu keadaan
ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan, dimana jumlah
radikal bebas lebih banyak bila dibandingkan dengan antioksidan.
Jika produksi radikal bebas melebihi dari kemampuan antioksidan intrasel
untuk
menetralkannya
maka
kelebihan
radikal
bebas
sangat
potensial
menyebabkan kerusakan sel. Sering kali kerusakan ini disebut sebagai kerusakan
oksidatif, yaitu kerusakan biomolekul penyusun sel yang disebabkan oleh
reaksinya dengan radikal bebas. Adanya peningkatan stres oksidatif berdampak
negatif pada beberapa komponen penyusun membran sel, yaitu kerusakan pada
lipida
membran
membentuk
malonaldehida
(MDA),
kerusakan
protein,
tubuh
dapat
menurunkan
ensim-ensim
antioksidan
intrasel
dan
menyebabkan kerusakan sel. Oleh karena itu, asupan antioksidan eksogen sangat
penting, misal isoflavon guna membantu kerja ensim antioksidan intrasel untuk
mencegah kerusakan sel. Isoflavon (genestein, daidzein, glisitein, faktor II) yang
ada pada tempe menjadi perhatian banyak peneliti karena potensinya dalam
pencegahan penuaan sel dini dan penyakit degeneratif (Ren et al. 2001). Potensi
ini disebabkan karena kemampuannya sebagai antioksidan, yaitu sebagai
pemusnah radikal bebas (free radical scavenging) (Rimbach 2003). Isoflavon juga
dilaporkan mampu memodulasi antioksidan intrasel SOD (Chen et al. 2002), dan
bentuk minuman seperti sari buah. Oleh karena itu pengolahan buah untuk
memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi
berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain
seperti manisan, dodol, keripik, dan sale. Tingkat kerusakan produk pertanian
khususnya buah dan sayuran diperkirakan sekitar 30 % sampai dengan 40 % ,
sedangkan 60 % dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan.
Pengaruh Aplikasi Panas terhadap Kandungan Vitamin Tomat
Kandungan Vitamin dalam produk makanan dan minuman termasuk
olahan tomat menjadi satu parameter penting. Vitamin yang terdapat di dalam
buah tomat dapat mengalami kerusakan dalam proses pengolahan menjadi produk
jadi seperti sari buah tomat. Prinsip pembuatan sari buah tomat adalah
pengukusan buah tomat, pengupasan kulit, penghalusan dan penambahan air,
filtrasi, pemanasan sampai suhu tertentu untuk menghasilkan sari buah tomat
dengan kadar Lycopene dengan nilai tertentu yang diinginkan. Vitamin A mudah
rusak oleh karena kenaikan suhu dan sinar di sekelilingnya. Data kadar vitamin A
dalam pasta tomat ini sangat penting karena pemanasan pada suhu tinggi dengan
waktu yang lama dapat juga merusak vitamin A dan C yang terdapat dalam buah
tomat. Diharapkan setelah pemanasan dalam pembuatan sari buah tomat, vitamin
yang ada masih banyak sehingga sari buah tomat ini nantinya mempunyai nilai
tambah yang baik untuk dikonsumsi. Penentuan kadar vitamin A dapat dilakukan
dengan metode spektrofotometer dan kolorimeter. Selain itu juga ada metode baru
yang digunakan dalam menganalisis vitamin A yaitu menggunakan alat HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) yang memberikan data analisis yang
akurat.
(1)
Landasan Teori
Kecepatan reaksi degradasi termal vitamin C dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut:
- rA = -dCA / dt = k
(2)
(3)
Persamaan (2) dengan kondisi batas pada t=0, C A =C A0 dan pada t=t, C A =C A
dapat diselesaikan menjadi:
ln
(4)
Nilai k dipengaruhi oleh suhu dan dapat dinyatakan dengan persamaan Arrhenius
berikut:
= /
(5)
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rutales
Famili
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Spesies
jeruk
nipis
memiliki
enzim
laktoperoksidase
yang
dapat
Staphylococcus aureus
Zone of Inhibition
19.6 0.33mm
16.33 0.40 mm
18.5 0.40mm
13.5 0.7mm
14.33 0.41mm
16.33 0.41mm
---23.5 0.42mm
MIC
10%
10%
20%
60%
40%
20%
------NA-
Escherichia coli
Zone of Inhibition
17.6 0.41 mm
17.3 0.40mm
16.3 0.41mm
14.6 0.41mm
16.33 0.40mm
16.5 0.70mm
---19.8 0.40mm
MIC
20%
15%
20%
60%
40%
20%
-----NA
Jumlah
29,00
9,32
1,10
0,30
2,80
26,00
0,60
22,00
0,04
0,02
53,00
0,10
Jumlah (Ton)
2.131.768
2.028.904
1.818.949
1.611.784
Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk
pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman. DPPH dan
ABTS merupakan senyawa radikal yang relatif stabil. DPPH berwarna ungu,
namun apabila DPPH tereduksi oleh suatu antioksidan akan mengakibatkan
penurunan intensitas warna ungu (memudar). Semakin besar selisih absorbansi
dibandingkan kontrol (tanpa penambahan antioksidan) menunjukkan semakin
dari kontaminan dengan sumber/ bahan fekal. Habitat alami dari Escherichia coli
adalah saluran pencernaan bawah hewan dan manusia, sedangkan Coliform fekal
merupakan metode pemeriksaan untuk menunjukkan adanya E.coli atau spesies
yang sangat dekat dengan E.coli secara cepat tanpa harus mengisolasi biakan dan
melakukan test IMVIC. Sebagian besar terdiri dari E.coli tipe I dan tipe II yang
merupakan petunjuk penting dari kontaminan asal dari bahan fekal. E.coli dan
coliform, yang termasuk golongan Enterobacteriaceae adalah Salmonella, Shigella
dan Enterobacter sakazaki selain golongan Enterococci yaitu Streptococcus
faecalis dan S.faecium merupakan flora normal dari saluran pencernaan manusia
dan hewan. Golongan ini tidak banyak digunakan sebagai indikator kontaminasi
fekal tetapi lebih dikaitkan dengan sanitasi produksi yang buruk oleh karena daya
tahan yang tinggi dari mikroba terhadap kekeringan, suhu tinggi dan pendinginan
serta pengaruh detergen atau disinfektan. Dengan sifat yang tahan terhadap
pendinginan maka bakteri ini dapat digunakan sebagai indikator untuk makanan
beku dan makanan yang sudah dipanaskan. Keberadaan Staphylococci terutama
Staphylococcus aureus dalam makanan bisa bersumber dari kulit, mulut atau
rongga hidung pengolah makanannya. Bila ditemukan dalam jumlah tinggi
merupakan indikator dari kondisi sanitasi yang tidak memadai. (Fardiaz, 1992)
Mikroba patogen
Mikroba patogen meliputi bakteri, jamur/kapang dan ragi/yeast, bakteri
pathogen termasuk jenis penyebab foodborne disease diantaranya Salmonella,
Shigella, Brucella. Umumnya ada beberapa golongan bakteri terpenting yang
dapat menyebabkan kerusakan makanan dan keracunan yaitu Acetobacter,
Achromobacter,
Alcaligenes,
Bacillus,
Bacteroides,
Clostridium,
Corynebacterium,
Flavobacterium,
Enterococci,
Kurthia,
Enterobacter,
Lactobacillus,
Erwinia,
Leuconostoc,
Escherichia,
Micrococcus,
Secara langsung
menghitung sel bakteri ukuran kecil. Sel yang berkumpul (tidak terlihat sel-sel
individu) untuk itu dibantu dengan tween-80.
2.
larutan sampel dan disebarkan di atas gelas obyek dan dalam luas tertentu
(misalnya 1 cm2). Selanjutnya dihitung di bawah mikroskop.
b.
1. Dengan turbidimetri.
Perhitungan mikoorganisme dilakukan dengan cara mengukur persentase
yang melewati larutan yang diperiksa. OD (Optical density) dinyatakan dengan
rumus :
OD = 2 log T
T adalah persentase cahaya yang dilewatkan.
2. Dengan cara kimia.
cara ini mengukur jumlah senyawa yang karakterisitik di dalam sel bakteri:
Nitrogen, DNA, dan lain-lain.
3. Dengan cara volume total
Cara ini dilakukan dengan mengukur volume total dari endapan sel yang telah
disentrifuge.
4. Dengan cara berat kering.
Larutan yang diperiksa disentrifuge, kemudian endapan dikeringkan.
Hitungan mikroskop.
2.
Hitungan cawan.
Prinsip metode cawan adalah jika sel jasad renik masih hidup ditambahkan
pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat langsung dihitung tanpa mikroskop. Metode hitung
cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik.
Hanya sel yang hidup yang dihitung, Beberapa jenis mikroba dapat dihitung
sekaligus, digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang
terbentuk berasal dari satu sel mikroba dengan penampakan pertumbuhan spesifik.
Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah pengujian secara subyektif yaitu peneriman
panelis yang didasarkan atas uji kegemaran dan analisa perbedaan. Pengujian
organoleptik didasarkan pada proses penginderaan yang diartikan sebagai suatu
proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat
benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda
tersebut. Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Penerimaan atas pengujian secara organoleptik
diperlukan beberapa syarat antara lain; suasana lingkungan tenang, bersih,
peralatan yang digunakan bebas bau, bahan contoh yang sesuai standar dan
panelis agak terlatih atau agak terlatih dengan demikian dapat diketahui hasil yang
diuji (Baedhowi dan Pranggonowati,1998).
Pengujian Aktivitas Antioksidan secara in vivo
Pengujian in vivo dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan atau
manusia. Mula-mula senyawa uji diberikan kepada subyek, kemudian diukur
yaitu
dari
pernafasan
(hidrokarbon
volatil,
H 2 O 2 ),
dari
urin
SOD adalah salah satu cara alternatif dalam meminimalkan kerusakan jaringan
yang disebabkan oleh radikal bebas. SOD merupakan enzim dengan ramifikas
(percabangan) yang meluas. SOD dalam struktur proteinnya berubah dari struktur
primer ke struktur sekunder untuk menjadi tiga bentuk enzim SOD yaitu Pb.ZnSOD, mangan-SOD, dan besi-SOD. Beberapa hal yang berkaitan dengan SOD
telah diteliti pemanfaatannya yaitu sebagai alat atau petunjuk dalam ilmu
biokimia, farmakologi, atau konteks klinik, termasuk genetika populasi; trisomy;
perkembangbiakan; status nutrisional timbal (copper), seng, dan mangan;
hemolisis dan anemia; toksisitas oksigen dalam paru-paru serta system syaraf;
inflamasi, penyakit autoimun dan kerusakan kromosom, ischemia dan perubahan
degeneratif; kerusakan akibat radiasi;. (Nurhayati et al., 2009)
Karsinogen Acrylamide
Karsinogen adalah substansi yang dikenal menyebabkan kanker atau
setidaknya menghasilkan peningkatan insiden kanker pada hewan atau populasi
manusia, dibagi menjadi (Chrestella, 2009):
a. Onkogen kimia
Onkogen kemikal contohnya adalah hidrokarbon polisiklik, nikotin, aflatoksin,
nitrosamine, agen kemoterapi, asbestos, logam berat, vinyl chloride,dll.
b. Onkogen radiasi
Contohnya adalah radiasi oleh ultraviolet, X ray, radioisotope dan bom nuklir
c. Onkogen viral
Contohnya adalah onkogen virus RNA (retrovirus) seperti HIV , dan onkogen
virus DNA (seperti papilloma virus, Molluscum contangiosum, herpes simpleks,
Ebstein Barr Virus (EBV) yaitu virus penyebab kanker nasofaring, Avian ,
hepatitis B, Cytomegalovirus (CMV).
d. Onkogen hormonal
Contohnya : estrogen , diethylstilbestrol (DES), steroid
e. Onkogen genetik.
Acrylamide adalah monomer vinil yang larut dalam air. Pemaparan
terhadapa acrylamide melalui kontak kulit atau pernafasan bias berpotensi terjadi
selama pemakaiannya sebagai intermediat dalam menghasilkan polimer, atau
selama penggunaan bahan mengandung akrilamida. Pemaparan terhadap
akrilamida pada bahan makanan menjadi perhatian dunia karena pembentukannya
pada variasi goring-gorengan dan makanan yang dipanaskan ulang selama proses
memasak melalui reaksi Maillard gula dengan residu asparagin target awal
keberadaan akrilamida menjadi terminal pusat pada sistem saraf pusat dan
periferal, menghasilkan gangguan pada otonom, perilaku, sensori, dan motorik.
(El Salim et al., 2008)
Akrilamida merupakan senyawa kimia berwarna putih, tidak berbau,
berbentuk kristal padat yang sangat mudah larut dalam air dan mudah bereaksi
melalui reaksi amida atau ikatan rangkapnya. Monomernya cepat berpolimerisasi
pada titik leburnya atau di bawah sinar ultraviolet. Akrilamida dalam larutan
bersifat stabil pada suhu kamar dan tidak berpolimerisasi secara spontan.
Rumus molekul acrylamide adalah C 3 H 5 NO, Sinonim 2-Propenamida,
etilen karboksi amida, akrilik amida, asam propeonik amida, vinil amida .
Acrylamide memiliki bobot molekul : 71,08. Kelarutan dalam g/100 ml pelarut
pada suhu 30oC : air 215,5; aseton 63,1; benzen 0,346; etanol 66,2; kloroform
2,66; metanol 15,5; nheptan 0,0068. Acrylamide memiliki titik lebur sebesar
84,5oC, titik didih 87oC (2 mmHg), 105oC (5mmHg), 125oC (25 mmHg). Tekanan
penguapan: adalah 0,009 kPa (25oC); 0,004 kPa (40oC); dan 0,09 kPa (50oC).
dengan
aktivitas
mikroba
yang
rendah.
Kecil
kemungkinannya
diteliti, beberapa jaringan lain menunjukkan tidak ada kerusakan DNA, yang
diukur dengan Comet Assay Comet (hati, adrenal dan sumsum tulang). Hasil ini
menunjukkan bahwa faktor-faktor selular tambahan diluar pembentukan adisi
dapat mempengaruhi kerusakan DNA yang disebabkan oleh invivo akrilamida.
Banyak genotoksitas akrilamida tampak dimediasi oleh metabolit, glycidamide.
Reaktivitas glycidamide dengan basis DNA lebih besar daripada akrilamida.
(Bolger et al., 2009)
atau fisik maupun biologik memerlukan waktu yang disebut periode laten yaitu
waktu dari pertama kali terpapar suatu karsinogen sampai terlihat kanker secara
klinis. Periode laten dari kebanyakan kanker seringkali 20 tahun atau lebih. Efek
karsinogen yang lemah dapat tidak terlihat, sebab periode latennya melampaui
masa hidup seseorang. Karsinogenesis dapat dibagi dalam tiga fase utama yaitu
fase inisiasi, promosi dan progresi.
Kanker dan Proses terjadinya kanker
Tubuh manusia tersusun oleh sel. Kumpulan sel membentuk jaringan dan
menyusun organ tubuh fungsional. Dalam keadaan normal, sel memperbanyak diri
dengan cara membelah diri (mitosis) menurut kaidah pembelahan sel normal.
Proses ini berlangsung terus-menerus berupa siklus terkendali, sehingga
pertumbuhan berlangsung sesuai dengan aturan pembelahan normal. Dengan
demikian manusia tumbuh secara normal dan proporsional. Selain untuk
pertumbuhan tubuh, sel baru berfungsi untuk mengganti sel mati atau menyusun
jaringan baru dalam proses penyembuhan luka. (Tjahjono, 1998)
Siklus sel normal dikendalikan oleh suatu kelompok protein yang secara
umum disebut siklin. Siklus berlangsung melalui mitosis (M), gap-l (G1), sintesis
DNA (fase g), gap-2 (G2), mitosis (M) dan seterusnya. Sel anak (daughter cell)
hasil mitosis secara teratur masuk ke siklus dalam fase G1, sebagian sel anak
masuk ke fase istirahat (Go). Sel pada fase Go dapat aktif kembali masuk ke fase
G1 siklus sel. Masuknya kelompok sel ke fase istirahat, kemudian aktif kembali
menyebabkan proses regenerasi tubuh berlangsung cepat.
Apabila sel di dalam tubuh membelah diri dan memperbanyak diri secara
tidak teratur, tidak mengikuti kaidah normal, tidak terkendali, sehingga tumbuh
sangat cepat maka pada organ tubuh akan timbul suatu benjolan. Benjolan ini
disebut neoplasma atau tumor. Menurut sifat dan pertumbuhannya, terdapat dua
jenis neoplasma, yaitu neoplasma jinak dan neoplasma ganas. (Tjahjono, 1998)
Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat, sehingga sebagian besar energi
digunakan untuk berkembang biak. Pertumbuhan tak terkontrol yang seringnya
terjadi dengan cepat itu dapat mengarah ke pertumbuhan jinak (benign) maupun
ganas (malignant atau kanker). Tumor jinak biasanya tidak menginvasi dan tidak
menyebar ke jaringan lain sekitarnya. Tumor jinak biasanya juga tidak
mengancam jiwa kecuali bila ia terletak pada area struktur vital. Sedangkan tumor
ganas dapat menginvasi jaringan lain dan beranak sebar ke tempat jauh
(metastasis) bahkan dapat menimbulkan kematian. Sel-sel malignant ini
mempunyai sifat resisten terhadap apoptosis, tidak sensitif terhadap faktor anti
pertumbuhan dan contact inhibition-nya disupresi. (Chrestella, 2009)
gen tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA repair
yang akan mengakibatkan suatu selkehilangan regulasi terhadap proliferasinya.
Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi
karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah
resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel-sel yang hanya
memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari
tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka sel dari tumor jinak itu akan
menjadi tumor ganas. (Chrestella, 2009)