Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam
berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun sosial mampu
mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan.
Hanya individu dengan pola koping yang baik yang mampu mengendalikan
stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari merilaku
maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat
memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor
disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis
perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan
hingga ke tahap yang paling berat yaitu Bunuh Diri atau percobaan bunuh diri.
Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang
pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).
Seorang individu yang mengalami Bunuh Diri biasanya mengalami beberapa tahap
sebelum dia melakukan percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali biasanya
klien memiliki mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan disampaikan
kepada orang-orang terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan
ini adalah sebuah kesalahan besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining
dengan pikiran dan logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan
tindakan percobaan bunuh diri secara nyata.
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus Bunuh Diri berfokus pada
penanganan klien setelah

terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan

percobaan bunuh diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri
dari klien dengan Bunuh diri.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas keperawatan kegawatdaruratan ini adalah :
a) Menjelaskan tentang pengertian bunuh diri
b) Menjelaskan faktor penyebab bunuh diri
c) Menjelaskan tipe bunuh diri
d) Menjelaskan patofisiologi kasus bunuh diri
e) Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan kasus percobaan
bunuh diri
C. Rumusan Masalah
a) Apakah pengertian dari bunuh diri ?
b) Apakah yang menjadi faktor penyebab bunuh diri ?
c) Apakah tipe bunuh diri ?
d) Bagaimana patofisiologi kasus bunuh diri ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
a) Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4)
b) Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh
individu itu sendiri atau atas permintaannya. ( Wikipedia : 2011 ).
c) Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian ( Gail
w. Stuart, Keperawatan Jiwa, 2007).
d) Pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, Keperawatan Jiwa
& Psikiatri, 2004).
e) Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif
asering terjadi pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri, 1997).
Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan
oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan
orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka
ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan
nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita
atau tangan suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang termasuk dengan bunuh
diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri
dengan menggunakan segala macam cara.
B. Etiologi
Penyebab perilaku bunuh diri dapat dikategorikan sebagai berikut :

a) Faktor genetik
Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi
faktor yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen
memainkan peranan dalam menentukan temperamen seseorang, dan penelitian
menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak
insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainya. Namun,
kecenderungan genetik untuk bunuh diri sama sekali tidak menyiratkan
bahwa bunuh diri tidak terelakan.
Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam
otak. miliaran neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung
cabang serat syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi
oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi. Kadar sebuah
neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam kerentanan biologis
seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, Kadar
serotonin yang rendah, dapat melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi
minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan
bunuh diri. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang
mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.
b) Faktor kepribadian

Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya
potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para
ahli mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung
untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang
terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan
kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan
kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu
akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang
berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya
(Doman Lum).

Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis
bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak
yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan
keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di
dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut
faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang
demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri
sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas
(ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah
tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor precipitasi). Penyebab
utamanya adalah faktor predisposisi.
Menurut Widyarto Adi Ps, seseorang akan jadi melakukan tindakan
bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak
mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor
predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu
oleh suatu peristiwa tertentu.
c) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya
dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan,
huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang
memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan
dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis
seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.
d) Faktor ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor
seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam
pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan
seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah
keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup,

mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya,


ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya karena tidak
memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini
biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir
hidup.

e) Gangguan mental dan kecanduan


Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat
seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa
yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem
mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik. Selain itu ada juga gangguan
yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, skizoprenia dan
penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika
Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 % bunuh diri yang dilakukan
berkaitan dengan gangguan-gangguan demikian. Bahkan, para peneliti asal
Swedia mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak didiagnosis menderita
gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000
orang, tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya melonjak menjadi
650 per 100.000 orang. Dan, para pakar mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan yang di negeri-negeri
timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa
-peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.
C.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat angka kejadian bunuh diri sebanyak 31.000 orang
pertahun, dan termasuk 8 sebab kematian terbanyak. Kasus yang sering
dilaporkan & dikategorikan sebagai kecelakaan. Perbandingan angka percobaan
& rasio keberhasilannya 10-20 : 1. Rasio percobaan laki-laki : perempuan 1 : 3
keberhasilan laki-laki dan perempuan 3 : 1.
Kasus meningkat dengan bertambahnya usia merupakan penyebab
kematian tertinggi pada pria dewasa dan mahasiswa. Paling umum dilakukan

dengan minum obat-obatan yang berakibat fatal dan melalui penembakan.


Kebanyakan penderita depresi (Tomb, 2004). 0,9% kematian karena bunuh diri.
1000 orang setiap hari mati karena bunuh diri di seluruh dunia. Tempat paling
favorit di dunia untuk bunuh diri Golden Gate Bridge di San Francisco.

D. Jenis Bunuh Diri


Jenis Bunuh Diri antara lain :
1) Ancaman Bunuh Diri
Peringatan

verbal

atau

nonverbal

bahwa

orang

tersebut

mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan


secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau
mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian
hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus
dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman
menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon
positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
2) Upaya bunuuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.
3) Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benarbenar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui
tepat pada waktunya.
4) Bunuh diri langsung

Adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri


kehidupan seperti pengorbanan diri (membakar diri), menggantung diri,
melompat dari tempat yang tinggi, menembak diri, menenggelamkan diri.
5) Bunuh diri tidak langsung
Adalah keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk mati, yang
ditandai dengan perilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan
berlebihan, aktivitas sex bebas, ketidakpatuhan program medis, olahraga yang
membahayakan.
E. Tanda dan Gejala Awal
Berikut ini adalah tanda-tanda bunuh diri yang mungkin terjadi:
1) Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan menghilang, melompat,
menembak diri sendiri atau ungkapan membahayakan diri.
2) Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau
kehilangan pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri
atau percobaan bunuh diri. Kehilangan lainnya yang bisa menandakan bunuh
diri termasuk hilangnya keyakinan beragama dan hilangnya ketertarikan pada
seseorang atau pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
3) Perubahan kepribadian: seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda
kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa.
4) Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau
kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga.
5) Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur
lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.
6) Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan atau bertambahnya
nafsu makan. Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan
berat badan.
7) Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa mencakup
impotensi, keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi.
8) Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi
seperti malu, minder atau membenci diri sendiri.
9) Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir akan kehilangan
jiwanya dan khawatir membahayakan dirinya atau orang lain.

10) Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah
seseorang merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal
tidak akan pernah bertambah baik
F. Patofisiologi
Patofisiologi dari Bunuh diri tergantung dari tipe percobaan bunuh diri
yang dilakukan pasien, tindakan yang paling umum dilakukan klien dalam upaya
bunuh diri adalah dengan sengaja mengonsumsi zat aditif atau bahan beracun,
memutus nadi pergelangan tangan, penenggelaman, dan lain sebagainya.
Pada intoksifikasi zat beracun, Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat
atau senyawa kimia ke dalam tubuh seorang manusia yang menimbulkan efek
yang bersifat merugikan pada yang menggunakannya.
Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai
manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk peptisida ini
adalah insektisida.
Ada 2 macam insektisuda yang paling benyak digunakan dalam bidang pertanian
pada pembasmian hama :
1) Insektisida hidrokarbon khorin ( IHK = Chlorinated Hydrocarbon Insektisida)
2) Isektida fosfat organic ( IFO = Organo Phosphatase Insectisida )Yang paling
sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat.
Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam
pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah Tabun
dan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang normal (intact) juga dapaat
diserap diparu dan saluran makanan, namun tidak berakumulasi dalam
jaringan tubuh seperti golongan IHK.
Macam-macam IFO adalah malathion ( Tolly )
Paraathion,diazinon,Basudin,Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam
adalah IFO Murni dan golongan carbamate. Salah satu contoh golongan
carbamate adalah baygon. IFO bekerja dengan cara menghabat ( inaktivasi )
enzim asetikolinesterase tubuh ( KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE

bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid ( AKH ) dengan jalan mengikat Akh


KhE yang bersifat inaktif.Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan
IFO- KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh
ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala ransangan Akh yang
berlebihan ,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP
( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ) Pada keracunan IFO, ikatan
Ikatan IFO KhE bersifat menetap (ireversibel ), sedangkan keracunan
carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible ).
Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan:
1) Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat,
pupil, bronkus dan jantung.
2) Nikotinik, terutama pada otot-otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata
dan otot pernafasan.
3) SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang
(Konvulsi ) sampai koma. Gambaran Klinik. Yang paling menonjol adalah
kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar ludah, keringat dan gangguan
saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas. Gejala ringan meliputi :
( Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada lidah,
kelopak mata, pupil miosis.)
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,
hipersaliva, hiperhidrosis, fasikulasi otot dan bradikardi.
Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif, sesak nafas,
sianosis, edema paru. inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade
jantung akhirnya meningal.
Pada klien dengan gantung diri akan mengalami kekurangan oksigen hebat
sehingga dapat terjadi kematian, Kerusakan akibat asfiksia disebabkan oleh
gagalnya sel menerima atau menggunakan oksigen. Kegagalan ini diawali dengan
hipoksemia. Hipoksemia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah.
Manifestasi kliniknya terbagi dua yaitu hipoksia jaringan dan mekanisme
kompensasi tubuh. Tingkat kecepatan rusaknya jaringan tubuh bervariasi. Yang

paling membutuhkan oksigen adalah sistem saraf pusat dan jantung. Terhentinya
aliran darah ke korteks serebri akan menyebabkan kehilangan kesadaran dalam
10-20 detik.
Jika PO2 jaringan dibawah level kritis, metabolisme aerob berhenti dan
metabolisme

anaerob

berlangsung

dengan

pembentukan

asam

laktat.

Tanda dan gejala hipoksemia dibagi menjadi 2 kategori yaitu akibat


ketidakseimbangan fungsi pusat vital dan akibat aktivasi mekanisme kompensasi.
Hipoksemia ringan menyebabkan sedikit manifestasi yaitu gangguan ringan dari
status mental dan ketajaman penglihatan, kadang-kadang hiperventilasi. Hal ini
karena saturasi Hb masih sekitar 90% ketika PO2 hanya 60 mmHg.6
Hipoksemia yang lebih berat bisa menyebabkan perubahan kepribadian,
agitasi, inkoordinasi otot, euphoria, delirium, bisa sampai stupor dan koma.
Pengerahan mekanisme kompensasi simpatis menyebabkan takikardi, kulit
menjadi dingin (oleh karena vasokonstriksi perifer), diaphoresis dan peningkatan
ringan dari tekanan darah. Hipoksemia akut yang sangat berat bisa menyebabkan
konvulsi, perdarahan retina dan kerusakan otak permanent. Hipotensi dan
bradikardi biasanya merupakan stadium preterminal pada orang dengan
hipoksemia, mengindikasikan kegagalan mekanisme kompensasi. Kehilangan
oksigen bisa bersifat parsial (hipoksia) atau total (anoksia). Hipoksia dapat diberi
batasan sebagai suatu keadaan dimana sel gagal untuk dapat melangsungkan
metabolisme secara efisien. Dahulu untuk keadaan ini disebut anoksia yang
setelah dipelajari ternyata pemakaian istilah anoksia itu sendiri tidak tepat.
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua
golongan :
a) Primer ( akibat langsung dari asfiksia ).
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung
pada tipe dari asfiksia. Sel sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan
O2. Apa yang terjadi pada sel yang kekurangan O2 belum dapat diketahui,
tapi yang dapat diketahui adanya perubahan elektrolit dimana kalium
meninggalkan sel dan diganti natrium mengakibatkan terjadinya retensi air

dan gangguan metabolisme. Di sini sel sel otak yang mati akan
digantikan oleh jaringan glial. Akson yang rusak akan mengalami
pertumbuhan (sprouting) pada kedua ujung yang terputus oleh jaringan
parut tersebut. Akan tetapi hal ini tidak mengakibatkan tersambungnya
Bila orang yang mengalami kekurangan anoksia dapat hidup
beberapa hari sebelum meninggal perubahan tersebut sangat khas pada sel
sel serebrum, serebelum dan ganglia basalis. Akan tetapi bila orangnya
meninggal cepat, maka perubahannya tidak spesifik dan dapat dikaburkan
dengan gambaran postmortem autolisis. Pada organ tubuh yang lain yakni
jantung, paru paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat
kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas.
b) Sekunder ( berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari
tubuh )
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang
rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup
untuk kerja jantung maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung
dengan cepat. Keadaan ini didapati pada :

Penutupan mulut dan hidung ( pembekapan )

Obstruksi jalan nafas seperti pada mati gantung, penjeratan,


pencekikan dan korpus alienum dalam saluran nafas atau pada
tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke paru paru

Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan


( traumatic asphyxia )

Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat


pernafasan, misalnya pada keracunan.

Pada klien dengan kasus bunuh diri dengan cara memotong urat nadi yang
dilakukan di pergelangan tangan biasanya akan mengalami syok hipovolemia.

Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara mengaktifkan 4


sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem kardiovaskular, sistem
renal dan sistem neuroendokrin.system hematologi berespon kepada perdarahan
hebat yag terjadi secara akut dengan mengaktifkan cascade pembekuan darah dan
mengkonstriksikan pembuluh darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal)
dan membentuk sumbatan immatur pada sumber perdarahan.
Pembuluh darah yang rusak akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang
secara subsekuen akan menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan
yang dibentuk. Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan
fibrin yang sempurna dan formasi matur. Sistem kardiovaskular awalnya berespon
kepada syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meninggikan
kontraktilitas myocard, dan mengkonstriksikan pembuluh darah jantung. Respon
ini timbul akibat peninggian pelepasan norepinefrin dan penurunan tonus vagus
(yang diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus karotid, arkus
aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru. System kardiovaskular juga merespon
dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal dan membawa darah
dari kulit, otot, dan GI.
System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang meningkatkan
pelepasan rennin dari apparatus justaglomerular. Dari pelepasan rennin kemudian
dip roses kemudian terjadi pembentukan angiotensi II yang memiliki 2 efek utama
yaitu memvasokontriksikan pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone
pada kortex adrenal. Adrenal bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra
aktif dan konservasi air.
System neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan meningkatkan
sekresi ADH. ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior yang merespon pada
penurunan tekanan darah dan penurunan pada konsentrasi sodium. ADH secara
langsung meningkatkan reabsorsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distal.
Ductus colletivus dan the loop of Henle.
Patofisiology dari hipovolemik syok lebih banyak lagi dari pada yang telah
disebutkan. Untuk mengexplore lebih dalam mengenai patofisiology, referensi
pada bibliography bisa menjadi acuan. Mekanisme yang telah dipaparkan cukup

efektif untuk menjaga perfusi pada organ vital akibat kehilangan darah yang
banyak. Tanpa adanya resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab
hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple
organ.
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan Bunuh Diri sangat
tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun
resiko paling besar dari klien dengan Bunuh Diri adalah berhasilnya klien dalam
melakukan

tindakan

bunuh diri,

serta

jika

gagal

akan

meningkatkan

kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan Bunuh diri


Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia
atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin,
reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan
feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal.
Pada klien dengan Bunuh Diri yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan
terutama jaringan otak. Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok
hipovolemik yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi
pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi
kegagalan multiple organ.
H. Faktor Resiko Tingkah Laku Bunuh Diri ( Stuart& Sundeen 87)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Umur 45 tahun dan remaja 25-45 tahun dan kurang 12 tahun


Jenis Laki-laki Perempuan
Status perkawinan Cerei, pisah, janda, duda Kawin
Jabatan Profesional Pekerja kasar
Pekerjaan Pengangguran Pekerja
Penyakit fisik Kronik, terminal Tidak ada yang serius
Gangguan mental Depresi, halusinasi, delusi Gangguan kepribadian
Pemakaian bat/alkohol Ketergantungan atau keracunan Tidak

I. Pemeriksaan Penunjang

Koreksi penunjang dari kejadian Bunuh Diri akan menentukan terapi


resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan Bunuh diri
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat
syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan
jika dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
PADA KLIEN DENGAN BUNUH DIRI
A. Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saat
penderita pertama kali masuk Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat penyakit
dan perjalanan penyakit yang dialami pasien) maupun selama penderita dalam
masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan pasien dan kebutuhannya serta
mengidentifikasi masalah yang dihadapinya).
Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data.
Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian:

Wawancara

Pemeriksaan fisik

Observasi atau pengamatan

Catatan atau status pasien

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

1) Pengkajian Primer meliputi:


a) Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Apakah klien dapat berbicara dan
bernafas dengan mudah, nilai kemampuan klien untuk bernafas secara normal.
Pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri secara penenggelaman,
mungkin akan ditemukan adanya timbunan cairan di paru-paru yang ditandai
dengan muntah dan sesak nafas hebat.
b) Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa
frekuensi pernafasan klien per menitnya. Penurunan oksigen yang tajam ( 10
liter/menit ) harus dilakukan suatu tindakan ventilasi. Analisa gas darah dan
pulse oxymeter dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari
penderita. Tanda hipoksia dan hiperkapnia bisa terjadi pada penderita dengan
kegagalan ventilasi seperti pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri yang
dapat mengakibatkan asfiksia. Kegagalan oksigenasi harus dinilai dengan
dilakukan observasi dan auskultasi pada leher dan dada melalui distensi vena.
c) Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji kemampuan
venus return klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien Penurunan kardiak
out put dan tekanan darah, klien dengan syok hipovolemik biasanya akan
menunjukan beberapa gejala antara lain, Urin out put menurun kurang dari
20cc/jam, Kulit terasa dingin, Gangguan fungsi mental, Takikardi, Aritmia.
d) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau
sama sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara
yang cukup jelas dan cepat adalah :
A : Awakening
V : Respon Bicara

P : Respon Nyerin
U : Tidak Ada Nyeri
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penrunan oksigenasi atau penurunan
perfusi ke otak atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan
kesadaran menuntut dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi,
ventilasi dan perfusi.

e) Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui
kelaianan atau cidera yang berhubungan dengan keseimbangan cairan atau
trauma yang mungkin dialami oleh klien dengan tentamen suicide, beberapa
klien dengan Bunuh Diri akan mengalami trauma pada lokasi tubuh percobaan
bunuh diri tersebut, misalnya di leher, pergelangan tangan dan dibagian-bagian
tubuh yang lain.
2) Pengkajian sekunder

Data pasien

Review sistem tubuh (pada sistem utama yang mengalami gangguan)


Pengkajian dilanjutkan dengan mengkaji keluhan utama, keluhan
tambahan serta aspek psikologis dari klien dengan percobaan bunuh diri.

Tinjauan Proses Keperawatan


1. Tinjauan kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang :
a) Kerentaan genetik-biologik (riwayat keluarga).
b) Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
c) Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.

d) Riwayat pengobatan.
e) Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
f) Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari
individu dengan gangguan mood.
g) Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
1. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
2. Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur
dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
3. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood).
4. Sistem pendukung yang ada.
5. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga
klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi
pengobatan gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan
perawatan diri.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh diri :
1. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri berhubungan dengan gangguan alam
perasaan : depresi.

2. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan ketidakmampuan menangani


stres, perasaan bersalah.
3. Koping yang tidak efektif berhubungan dengan ingin bunuh diri sebagai
pemecahan masalah.
4. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan keadaan stress yang tiba-tiba
5. Isolasi sosial berhubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun.
6. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan
(sekolah, hubungan interpersonal).
C. Rencana Tindakan
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai ia dapat
melindungi diri sendiri. Intervensi yang dibuat dan dilaksanakan terus mengacu
pada etiologi dari diagnosa keperawatan serta sesuai dengan tujuan yang akan
tercapai.
Menurut Stuart dan Sundeen (1997) dalam Keliat (1991 : 13) mengidentifikasi
intervensi utama pada klien untuk prilaku bunuh diri yaitu :
1. Melindungi :
Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien
melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi dan
perlu dilakukan pengawasan.
2. Meningkatkan harga diri
Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu
klien mngekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal
yang positif.

3. Menguatkan koping yang konstruktif/sehat.

Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan


pujian penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif
perlu dimodifikasi/dipelajari koping baru.
4. Menggali perasaan
Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari
faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.
5. Menggerakkan dukungan sosial, untuk itu perawat mempunyai peran
menggerakkan sistem sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau
lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.
D. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali
diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal
sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman
bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

BAB 1V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan
oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan
orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini
sama dengan ia telah menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa,
menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan
suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata,
Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan
segala macam cara.
B. Saran
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan
asuhan keperawtan gawat darurat yang optimal khususnya pada klien dengan
ancaman Bunuh diri.

Tugas individu : Keperarawatan Gawat Darurat

Asuhan Keperawatan Fraktur

Kegawatdaruratan
bunuh
diri

KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

SUPRIL ASHARI
ABDIANSYAHRUN
SABDAN
KHAIRUL AMIN
LAODE ANWAR
RADIMAN
KARMAN
I WAYAN M
ALBAR
RAMADAHN
SUPRIYADI
ADE HERMAWAN
AWIRULLAH
14. DEDEN S

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA


SULAWESI TENGGARA
013
KATA2PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Assyalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
nikmat, karunia, dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Kegawatdaruratan bunuh diri tak juga ucapan rasa
terima kasih kami ucapkan kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas
kepeda kami, makalah ini kami susun berdasarkan referensi-referensi yang
kami gunakan, baik itu dari buku ataupun situs internet yang demi untuk
memperlengkap dan menyempurnakan makalah kami.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangankekuranganya baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya, Oleh karena
itu kami selalu berharap agar pembaca senantiasa memberikan saran dan kritik
agar dapat menyempurnakan dalam penulisan selanjutnya .

Wasyalamualaikum wr.wb

Kendari,

Maret

Penulis

DAFTAR ISI

2013

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Pengertian.......................................................................................................
Etiologi ..........................................................................................................
Epidemiologi .................................................................................................
Jenis-jenis bunuh diri.....................................................................................
Tanda dan gejala ............................................................................................
Konsep pelayanan keperawatan maternitas....................................................
Model konsep keperawatan jiwa.....................................................................
Standar asuhan keperawatan maternitas ..........................................................

3
3
6
7
8
4
5
8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A.
B.
C.
D.

Pengkajian .......................................................................................
Diagnosis ........................................................................................
Rencana tindakan .............................................................................
Pelaksanaan .....................................................................................

15
18
18
19

BAB III PENUTUP


E. Kesimpulan .....................................................................................
F. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

20
20

DAFTAR PUSTAKA
Tahir, Edi. 2010. Askep Klien Tentamen suicide, available at
http://tenriawaruemergency.blogspot.com/2010/06/askep-klien-tentamen-suicide.html
diakses pada tanggal 25 Mei 2011.
Raharjo, Teguh. 2011. Makalah Bunuh Diri Suicide. Available at
http://www.scribd.com/doc/23421661/Makalah-Bunuh-Diri-Suicide# diakses pada
tanggal 25 Mei 2011.
Wicaksono, Deni. 2011. Mekanisme Syok Hypovolemik available at
http://requestartikel.com/db/mekanisme+syok+hipovolemik.html diakses pada tanggal
25 Mei 2011.
Kurniawati, Sri. 2010. Asfiksia, available at
http://midwiferyeducator.wordpress.com/2010/01/20/asfiksia/ diakses pada tanggal 25
Mei 2011.
Anonim. 2011. Asuhan keperawatan pada pasien perdarahan available at
http://www.scribd.com/doc/36382706/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-Perdarahan
diaskses pada tanggal 26 Mei 2011.
Anonim. 2011. Askep percobaan bunuh diri. Available at http://nersblog.blogspot.com/2011/02/askep-percobaan-bunuh-diri.html diakses pada tanggal 26
Mei 2011.
Muhaj, Khaidir. 2009. Askep keracunan. Available at
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/07/askep-keracunan.html diakses pada tanggal
25 Mei 2011.
Wikipedia. 2011. Bunuh diri. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri
diakses pada tanggal 25 mei 2011.
Kapita Selekta kedokteran, editor, Mansjoer Arif (et.al) ed.III, ce. 2.1999. Pasien
dengan Tentamina Suicidum Media Aesculapius: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai