Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ANALISIS KEPENDUDUKAN

BONUS DEMOGRAFI

Oleh: Rombel 4

Annisa Arum Kartika Dewi

6411414101

Sri Rahayu

6411414102

Santika Indriyani

6411414103

Intan Nurjannah Pratiwi Trisna

6411414104

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

A. Pengertian Bonus Demografi


Berikut ini merupakan beberapa pengertian bonus demografi menurut
beberapa sumber, diantaranya :
Bonus demografi adalah suatu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi
yang disebabkan karena peningkatan presentase penduduk usia kerja
( Buku Indonesia Economic Outlook, 2010).
Bonus demografi secara umum didefinisikan sebagai kondisi dimana
rasio ketergantungan (dependency ratio) yaitu perbandingan antara
jumlah penduduk usia non produktif (0-14 tahun ditambah dengan 64+)
dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) menurun secara
berkelanjutan (BKKBN JATIM, 2013).
Bonus demografi adalah bonus atau peluang yang dinikmati suatu negara
sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia
15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya (BKKBN
Jakarta, 2013).
Secara konseptual, bonus demografi adalah proporsi penduduk usia
produktif yang sangat besar atau sekitar 69% dari jumlah penduduk,
sedangkan rasio angka ketergantungan (dependency ratio) mencapai titik
terendah (Depnakertrans, 2014)
B. Penyebab Bonus Demografi
Penyebab adanya bonus demografi adalah

penurunan kelahiran yang

dalam jangka panjang menurunkan proporsi penduduk muda sehingga investasi


untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya dapat dialihkan
kegunaannya

untuk

memacu

pertumbuhan

ekonomi

dan

peningkatan

kesejahteraan keluarga (John Ross, 2004).


Selain itu, bonus demografi juga merupakan dampak jangka panjang dari
keberhasilan program KB yang mulai dilaksanakan secara nasional sejak tahun
70-an. Tingginya tingkat kelahiran pada dekade 60-an dan 70-an menyebabkan
meningkatnya jumlah kelompok usia muda (15 tahun ke atas) mulai kurun waktu
90-an. Dinamika perubahan struktur umur ini yang berdampak pada menurunnya
proporsi penduduk non produktif dan meningkatnya proporsi penduduk usia
produktif. Disisi lain, fenomena bonus demografi di Indonesia terjadi karena

proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dipercepat
oleh keberhasilan kita menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas
kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde Baru
hingga sekarang.
C. Contoh Program Pemerintah
Setiap daerah mengalami kondisi bonus demografi dalam kurun waktu
yang berbeda- beda. DKI Jakarta misalnya, sudah menikmati bonus demografi
sejak tahun 1980an. Hal ini dikarenakan adanya faktor migrasi, usia produktif
dari luar masuk ke Jakarta. Dampak yang ditimbulkan yaitu, daerah pengirim
migran akan kehilangan usia produktif, sebagai contoh Nusa Tenggara Timur.
Selain itu akan menimbulkan kurangnya ketersediaan jaminan hari tua dan
tunjungan kesejahteraan pada suatu wilayah.
Dalam upaya memanfaatkan kondisi ini, tentu saja diperlukan beberapa
kebijakan melalui bidang kependudukan, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Kebijakan kependudukan, biasanya diartikan sebagai semua tindakan pemerintah
atau organisasi formal lainnya untuk memperngaruhi perubahan dalam
kependudukan seperti pertumbuhan dan penyebaran penduduk. Perubahan
tersebut bertujuan menaikkan taraf ekonomi, sosial, kesehatan penduduk.
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan kebijakan kependudukan
yaitu, usaha pengendalian melalui program keluarga berencana, selain itu
pemerintah juga melakukan kebijakan untuk mengatur penyebaran penduduk
secara merata dan menunjang pembangunan didaerah melalui program
transmigrasi. Bertolak belakang dari kebijakan tersebut dapat dikategorikan dalam
dua kebijakan, yaitu kebijakan bersifat langsung dan kebijakan bersifat tidak
langsung. Kebijakan kependudukan yang bersifat langsung ditemput melalui
program keluarga berencana dan program transmigrasi. Sedangkan kebijakan
kependudukan yang bersifat tidak langsung merupakan program yang mendukung
keluarga berencana.
Program yang mendukung keluarga berencana tersebut antara lain :

Kebijakan yang menunjang transmigrasi, kebijakan yang dapat menekan arus


urbanisasi, kebijakan dibidang pendidikan, pendidikan kependudukan, kebijakan
dibidang perundang- undangan, kebijakan dibidang tenaga kerja, kebijakan
dibidang perbaikan data kependudukan, kebijakan lain yang mendorong
terciptanya keluarga kecil dalam masyarakat.
Selanjutnya mengenai kebijakan dalam bidang kesehatan, salah satunya
mengenai promosi kesehatan. Secara garis besar promosi kesehatan lebih
menekankan
meningkatkan

pada

upaya

kemampuan

mendorong
individu

ke

kesejahteraan

mengendalikan

melalui

faktor

resiko

usaha
dan

meningkatkan derajat kesehatan mereka sendiri secara mandiri.


Salah satu masalah kesehatan yang dapat menghambat pencapaian bonus
demografi adalah meningkatnya trend konsumsi rokok di kalangan remaja. Hal ini
tentunya akan menurunkan kualitas kesehatan. Misalnya anak-anak SMP saat ini
akan memasuki usia kerja pada 2020. Jika usia SMP sudah merokok, maka pada
saat dia bekerja akan terganggu kesehatannya, sehingga permasalahan trend
perokok remaja ini sangat mengkhawatirkan, terlebih jika tidak ada pengendalian
konsumsi rokok secara optimal. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan, telah
mengupayakan adanya inisiasi pengembangan kawasan tanpa rokok di berbagai
daerah, dan adanya peringatan dalam hal bahaya merokok pada setiap kemasan
rokok.
Skala prioritas RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) ke
2010-2014 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia
disegala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia, termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya
saing perekonomian.
Dari sisi kualitas penduduk usia produktif, masih terdapat tantangan
tersendiri. Sesuai data UNDP (2011), rata-rata lama sekolah di Indonesia hanya
5,8 tahun, yang berarti rata-rata penduduk Indonesia tidak sampai menyelesaikan
jenjang pendidikan SD. Dapat dipahami apabila proporsi angkatan kerja di
Indonesia saat ini didominasi oleh lulusan SD. Padahal mulai tahun 2015 telah
disepakati dibentuk zona AFTA, dimana tenaga kerja dari manapun dapat masuk

dan bersaing di Indonesia dari segi kompetensi profesional. Hal ini jelas menuntut
daya kompetensi yang tinggi dari penduduk usia produktif kita. Situasi global
seperti ini harus diperhatikan secara serius.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa
Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam
ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Beberapa program pemerintah dalam bidang pendidikan yaitu adanya
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan penerapan kurikulum 2013.
Bonus Demografi akan menjadi pilar peningkatan produktifitas suatu
Negara dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM
yang produktif. Salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan bonus
demografi yaitu dengan menurunnya tingkat fertilitas. Ketika angka fertilitas
menurun, pertumbuhan per kapita untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia
anak-anak dapat dialihkan untuk peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama,
jumlah anak yang sedikit membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar
kerja yang akan meningkatkan produktifitas keluarga. Dari struktur penduduk
yang ada, rasio ketergantungan ini mulai menurun sejak tahun 1990 dan
puncaknya akan dicapai sekitar tahun 2020, dimana rasio ketergantungan ini ada
pada angka terendah yaitu 43,7. Angka ini akan mulai dengan cepat pada tahuntahun setelah tahun 2030, dengan makin bertambahnya penduduk lansia akibat
makin tingginya angka harapan hidup penduduk Indonesia karena makin tinggi
tingkat kesejahteraan mereka.
Meskipun demikian dari segi ekonomi, beberapa program pemerintah
dalam upaya pengembangan SDM masih kurang optimal, misalnya dalam
pengadaan bursa kerja. Pengadaan bursa kerja atau biasa dikenal dengan job fair
,sejauh ini hanya berisi tentang lowongan kerja yang tersedia baik di perusahaan
milik negara atau swasta, tidak disertai dengan pelatihan yang lebih spesifik ke

pekerjaan yang diminatinya, padahal apabila diadakan beberapa pelatihan umum


tentang bidang tersebut, diharapkan orang yang diterima di suatu perusahaan
dapat bekerja secara lebih profesional dan optimal, dibandingkan mereka yang
tidak mendapatkan pelatihan. Tentu hal ini akan berimbas pada penurunan tingkat
pengangguran dikalangan usia produktif.
D. Saran Penulis untuk Beberapa Program Pemerintah
Meskipun program keluarga berencana maupun transmigrasi telah lama
direalisasikan, namun pada pelaksanaannya masih tergolong belum maksimal.
Sebagai contoh adanya penyebaran penduduk yang tidak merata yang
menyebabkan pembangunan hanya akan terpusat pada kota-kota besar saja. Hal
ini disebabkan banyaknya lapangan pekerjaan yang terpusat hanya pada kota-kota
besar. Padahal dengan adanya kepadatan penduduk yang terpusat pada daerah
tertentu, akan memberikan dampak negatif pada lingkungan maupun kesehatan
masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat segera
mengambil kebijakan dengan cara memperluas lapangan pekerjaan baik di dalam
pulau Jawa maupun diluar pulau Jawa. Sehingga persebaran penduduk di
Indonesia merata dan angka pengangguran dapat ditekan.
Mengenai adanya Informasi mengenai pemakaian kontrasepsi penting
untuk mengukur keberhasilan program KB. Secara umum bagi masyarakat,
khususnya wanita usia produktif yang berdomisili di perkotaan dan memiliki
jenjang pendidikan yang tinggi, tentu saja mempunyai pengetahuan yang tinggi
mengenai alat atau cara kontasepsi. Berbeda halnya dengan mereka yang tinggal
diperdesaan dan berpendidikan rendah. Hal ini diperlukan adanya sosialisasi
ataupun penyuluhan mengenai alat atau cara kontrasepsi terhadap seluruh wilayah
di Indonesia, baik perkotaan maupun perdesaan. Dalam sosialisasi tersebut,
hendaknya cara penyampaian informasi harus disesuaikan dengan kondisi dari
masyarakat tersebut. Sehingga masyarakat mampu menerima segala informasi
yang disampaikan dengan baik. Selain itu, peran serta masyarakat dan kesadaran
mereka (khususnya wanita usia produktif) dalam mengikuti program ini juga
sangat dibutuhkan. Sehingga program KB dapat terlaksana secara optimal.

Tercapainya program akan berdampak pada menurunnya agar angka kelahitan


total (TFR), sehingga Sehingga memberi kesempatan perempuan bekerja atau
masuk pasar kerja
Kemudian dari bebarapa program pemerintah yang sudah dijalankan
dalam bidang kesehatan, tentunya diperlukan adanya evaluasi dan perbaikan.
Seperti halnya pada program inisiasi pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, perlu
upaya perbaikan dari semua pihak, yaitu dengan meningkatkan kesadaran perokok
dan dari pihak pemerintah sendiri perlu menegakkan peraturan atau tata tertib
yang telah dikeluarkan. Serta adanya penjagaan pada kawasan tersebut, sehingga
dapat dilakukan pengawasan dan pemberian sanksi secara langsung bagi yang
melanggar. Selain itu, pihak industri rokok harus mengurangi penggunaan nikotin.
Mengingat kandungannya dalam rokok telah banyak membawa dampak buruk
bagi penggunanya, juga perlu adanya regulasi yang ketat untuk industri rokok
khususnya di Indonesia. Hal ini diperlukan kesadaran dari sektor industri terhadap
lingkungan yang ada di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
juga harus menindak tegas bagi industri rokok yang belum mencantumkan
peringatan kesehatan bergambar pada kemasannya. Kemudian perlu adanya
pembatasan dalam peredaran berbagai jenis rokok di pasaran, serta adanya
kenaikan harga rokok yang signifikan. Sehingga dengan tingginya harga rokok,
maka diharapkan dapat mengurangi para pengguna rokok.
Selanjutnya, dilakukan adanya pengoptimalan dalam promosi kesehatan
guna memberikan edukasi mengenai bahaya merokok bagi seluruh lapisan
masyarakat, promosi kesehatan ini tentu tidak hanya memberikan informasi
mengenai bahaya merokok, tetapi juga memberikan informasi mengenai gaya
hidup sehat yang dapat merujuk pada

keseimbangan kesehatan fisik, emosi,

sosial, spiritual, dan intelektual, sehingga akan mampu memanfaatkan adanya


kondisi bonus demografi secara optimal.
Pada bidang pendidikan, adanya penyaluran dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) seharusnya diimbangi dengan adanya peningkatan pendidikan
yang berkualitas dan bermutu. Selain itu, pemerintah harus menggerakkan adanya
pendidikan wajib 12 tahun tanpa dipungut biaya sedikitpun. Sehingga masyarakat

dengan ekonomi rendah dapat mendapatkan pendidikan secara layak. Dengan


demikian, seluruh masyarakat produktif Indonesia memiliki daya kompetensi
tinggi dan mampu bersaing dari segi kompetensi professional. Adanya kurikulum
2013 bertujuan untuk menyiapkan generasi Indonesia yang kreatif, inovatif dan
mampu berfikir secara kritis. Namun dalam implementasinya masih ada beberapa
kelemahan.Pengembangan

dan

implementasi

kurikulum

2013

belum

memperhitungkan kesiapan, kapasitas dan kompetensi tenaga pendidikan. Tidak


semua lapisan masyarakat, khususnya daerah perdesaan siap untuk menjalankan
kurikulum 2013 ini, mengingat pendidikan yang belum merata, teknologi yang
masih kurang, juga belum meratanya persebaran tenaga pendidik yang bermutu.
Oleh karena itu diharapkan adanya sosialisasi secara mendalam mengenai
penerapan kurikulum 2013. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan pemerataan
pendidikan, baik dalam hal pemerataan tenaga pendidik bermutu maupun,
pemerataan fasilitas yang menunjang dalam proses pembelajaran.
Berbicara mengenai pelatihan penduduk berusia produktif, penduduk usia
produktif di Indonesia masih cenderung memiliki pola pikir untuk bekerja di suatu
lapangan pekerja yang telah disediakan saja, bukan menciptakan lapangan
pekerjaan baru. Hal ini yang sebenarnya dapat dikembangkan lebih jauh karena
apabila penduduk Indonesia cenderung menciptakan pekerjaan, maka masalah
pengangguran di Indonesia akan dapat teratasi dan juga dapat menambah
pendapatan rumah tangga yang selanjutnya akan berimbas pada kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Selain itu dibutuhkan adanya balai- balai pelatihan kerja
yang disertai dengan tenaga pembantu ahli dalam setiap bidang yang akan
disosialisasikan, untuk mengembangkan ketrampilan yang ada pada masyarakat.
Sehingga, akan tercipta masyarkat yang terampil dan kreatif. Pemerintah juga
seharusnya berupaya untuk membantu memajukan usaha- usaha kecil menengah
agar mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.

Daftar Pustaka
1. Rush, Said.1985. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES
2. Sembiring, DR.RK. 1985. Demografi. Jakarta
3. Humas BKKBN. 2013. Optimalkan Potensi Bonus Demografi untuk
Kemajuan Bangsa. http://jatim.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 2
Oktober 2014.
4. Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2014. Di Karawang, Penduduk Produktif
Capai 70 %. http://jabarprov.go.id. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2014
5. Humas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Lima
Tahun Berikut, Balitbangkes Ditantang Lebih Berani dan Fokus.
http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2014.
6. BKKBN. 2013. Bonus Demografi. http://www.bkkbn.go.id. Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2014.
7. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan. 2014. Manfaatkan
Bonus Demografi : Pilar Produktivitas dan Pertumbuhan Ekonomi.
http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/. Diakses pada tanggal 1 Oktober
2014.
8. Humas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2012. Perokok
Muda Meningkat Ancam "Curi" Bonus Demografi.
http://www.litbang.depkes.go.id/. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2014.
9. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. Proyeksi Penduduk,
Mercusuar Pembangunan Nasional. http://www.bps.go.id. Diakses pada
tanggal 2 Oktober 2014
10. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Program Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) Tahun 2012. http://bos.kemdikbud.go.id/home/about.


Diakses pada tanggal 5 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai