Anda di halaman 1dari 7

DISIPLIN KERJA BANGSA JEPANG

Orang jepang terkenal dengan etos kerjanya yang luar biasa.Etos kerja ini memiliki
peranan penting atas kebangkitan ekonomi jepang, terutama setelah kekalahan Jepang
diperang dunia kedua. Dulu orang Jepang bukanlah orang yang memiliki etos kerja yang
tinggi. Mereka tidak disiplin dan lebih senang bersantai dan menghabiskan waktunya untuk
bersenang-senang.
Namun kekalahan Jepang pada perang dunia kedua mengubah keadaan yang serba
santai dimasa lalu. Ekonomi Jepang kacau balau, pengangguran dimana-mana. Saat itu
mereka tidak punya pilihan lain selain bekerja dengan sangat keras agar bisa survive. Kondisi
yang serba tidak enak itu secara tidak langsung menempa kedisiplinan mereka dan memiliki
peran yang sangat signifikan dalam pembentukan etos kerja mereka yang begitu
mengagumkan. Etos kerja tersebut menular ke generasi selanjutnya dalam konsep moral yang
ditanamkan dengan ketat melalui jalur pendidikan.
Berbagai disiplin bangsa Jepang ditempat kerja mereka akan diuraikan dalam
berbagai contoh sbb:
1. Prinsip Bushido
Prinsip tentang semangat kerja keras yang diwariskan secara turun- menurun. Semangat ini
melahirkan proses belajar yang tak kenal lelah. Awalnya semangat ini dipelajari Jepang dari
barat. Tapi kini baratlah yang terpukau dan harus belajar dari Jepang.
2. Prinsip Disiplin Samurai
Prinsip yang mengajarkan tidak mudah menyerah. Para samurai akan melakukan harakiri
(bunuh diri) dengan menusukkan pedang ke perut jika kalah bertarung. Hal ini
memperlihatkan usaha mereka untuk menebus harga diri yang hilang akibat kalah
perang. Kini semangat samurai masih tertanam kuat dalam sanubari bangsa Jepang, namun
digunakan untuk membangun ekonomi, menjaga harga diri, dan kehormatan bangsa secara
teguh. Semangat ini telah menciptakan bangsa Jepang menjadi bangsa yang tak mudah
menyerah karena sumber daya alamnya yang minim juga tak menyerah pada berbagai
bencana alam, terutama gempa dan tsunami.

3. Konsep Budaya Keishan


Perubahan secara berkesinambungan dalam budaya kerja. Caranya harus selalu kreatif,
inovatif, dan produktif. Konsep Keisan menuntut kerajinan, kesungguhan, minat dan
keyakinan, hingga akhirnya timbul kemauan untuk selalu belajar dari orang lain.
4. Prinsip Kai Zen
Mendorong bangsa Jepang memiliki komitmen tinggi pada pekerjaan. Setiap pekerjaan perlu
dilaksanakan dan diselesaikan sesuai jadwal agar tidak menimbulkan pemborosan. Jika tak
mengikuti jadwal, maka penyelesaian pekerjaan akan lambat dan menimbulkan kerugian.
Oleh karena itu, perusahaan di Jepang menerapkan peraturan tepat waktu. Inilah inti prinsip
Kai Zen: optimal biaya dan waktu dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
5. Perusahaan untung besar, saya juga akan untung
Disiplin dan semangat kerja inilah yang membentuk sikap dan mental kerja yang positif.
Disiplin juga menjadikan para pekerja patuh dan loyal pada perusahaan atau tempat mereka
bekerja. Mereka mau melakukan apa saja demi keberhasilan perusahaan tempat mereka
bekerja, bahkan hebatnya mereka sanggup bekerja lembur tanpa mengharapkan bayaran
tambahan. Karena mereka beranggapan jika hasil produksi meningkat dan perusahaan
mendapat keuntungan besar, secara otomatis mereka akan mendapatkan kompensasi setimpal.
Dalam pikiran dan jiwa mereka sudah tertanam keinginan melakukan pekerjaan sebaik
mungkin. Gagal melakukan tugas sama halnya mempermalukan diri sendiri, bahkan harga
diri mereka merasa hilang.
6. Malu, kalau pulang lebih cepat
Mereka yang pulang lebih cepat dianggap sebagai pekerja yang tidak penting dan tidak
produktif. Ukuran nilai dan status orang Jepang didasarkan pada disiplin kerja dan jumlah
waktu yang dihabiskan di tempat kerja. Kecintaan orang Jepang pada pekerjaannya, membuat
mereka fokus pada pekerjaannya. Tanpa ada pengawas pun mereka bekerja dengan baik,
penuh dedikasi, dan disiplin.

7. Kerja ya kerja, istirahat betul-betul istirahat


Ketika jam 8 pagi masuk kerja, tak ada lagi obrolan dan canda, mereka langsung bekerja di
komputer masing-masing atau sibuk langsung di depan workstation masing-masing. Baru
ketika tiba saatnya hiru gohan no jikan (makan siang) mereka hentikan aktivitas masingmasing dan bercanda ria dengan teman-teman sambil menuju shokudo (kantin).
8. Tidur 30 menit, di waktu jam istirahat
60 menit jam makan siang, rata-rata dibagi 30 menit untuk urusan makan siang, 30 menit
untuk tidur sejenak, guna memulihkan energi lagi. Mereka akan sisihkan waktu untuk tidur
sambil merebahkan kepala di meja kerja masing-masing. Re-charge energi.
9. Disiplin soal kecil-kecil

Sampah yang jatuh di area kerja, harus dipungut dengan tangan kosong (sude), tidak

boleh memakai alat.


Jika menemukan puntung rokok atau permen karet, Anda harus segera pungut, tidak
peduli siapa yang membuangnya, Anda tidak boleh pura-pura seolah tidak
melihatnya.

http://www.abbalove.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1210:belajardari-disiplin-kerja-bangsa-jepang-&catid=101:work-a-marketplace&Itemid=47
Prinsip Kaizen dan Hansei
Prinsip kaizen adalah ongoing and continous improvement, yang bisa kita
artikan sebagai berkelanjutan dan peningkatan terus menerus. Sementara
untuk prinsip hansei adalah never ending correction alias perbaikan tiada
henti. Nah kedua prinsip ini sudah menjadi nilai luhur yang mendarah
daging dalam kebudayaan dan iklim bisnis Jepang. Tak heran, dengan
penerapan kedua prinsip di atas industri Jepang bisa tumbuh sukses dan
jaya.

Mereka

selalu

berusaha

untuk

terus

meningkatkan

kualitas

kehidupannya dan tentunya dibarengi dengan perbaikan yang tidak


pernah henti. Sebuah cara kerja yang akan menjadikan sistem hidup
menjadi luar biasa super .

KEBERHASILAN Jepang mempertahankan statusnya sebagai Macan


Asia

banyak

dibantu

oleh

budaya

kerja

yang

melekat

pada

masyarakatnya. Selain itu,karakteristik bangsa Jepang yang utama dan


menjadi pelajaran bagi bangsa-bangsa lainnya di dunia adalah sikap dan
mentalitas pekerja keras. Bagi orang-orang Jepang, hidup adalah bekerja.
Tiada hari tanpa belajar dan bekerja. Mereka sangat disiplin dan menaruh
penghargaan yang sangat tinggi terhadap waktu. Seperti halnya Korea,
orang-orang Jepang sudah biasa bekerja 14-18 jam sehari, dan 94-126
jam seminggu. Bagi mereka, tak ada waktu selain bekerja dan belajar.
Keinginan untuk selalu belajar ini tercermin pada tingginya budaya baca
tulis masyarakat Jepang yang ada sejak era Restorasi Meiji, modernisasi
Jepang di bawah Kaisar Meiji pada 1868.
A. (keizen ) Pengembangan diri tanpa henti
Orang Jepang selalu mau untuk terus belajar sebagai refleksi diri (hansei ) dan
pengembangan diri tanpa henti (keizen ) Become a learning organization through
relentless reflection (hansei ) and continuous improvement (kaizen ). Elemen kunci
dalam kaizen adalah:
a. Mau belajar. mau belajar merupakan sebuah proses yang tidak pernah ada kata akhir.
b. Peduli akan kritik. Sebuah kritik akan selalu timbul dalam berbagai aspek dari proses
produksi.
c. Penyelesaian setiap masalah. Hal ini akan menghasilkan pengembangan tanpa henti
sehingga menjadi sebuah sistem produksi yang lebih baik.
d. Mengutamakan kualitas.
Kualitas tertinggi adalah kualitas yang dapat menyenangkan dan memberikan rasa bangga
bagi para pelanggannya. Produk seperti inilah yang seharusnya dibuat perusahaan.
Persepsi lama yang menganggap higher price higher quality tidak lagi menjadi pegangan
bangsa Jepang. Mereka justru mengembangkan konsep higher quality, low price.
e. Pengurangan biaya. Dengan perbaikan secara terus-menerus pada prose produksi
diharapkan dapat diperoleh efisiensi tinggi (cost reduction).

f. Pengiriman yang baik. Produk yang bermutu tinggi dan harga yang rendah, tapi tidak
sampai pada pelanggan tepat waktunya tidak akan membuat perusahaan lebih baik.

Secara sederhana implementasi konsep Kaizen tersebut dapat dijalankan dengan model
Plan - Do - Check - Act. sumber: idiway.ucoz.com sumber: idiway.ucoz.com
1. Plan
Membuat Perencanaan Perencanaan yang isinya meliputi sasaran-sasaran yang
hendak dicapai oleh perusahaan, dan juga berisi proses dan tahapan pelaksanaannya,
haruslah dibuat dengan mengacu kepada situasi dan kondisi perusahaan saat itu. Hal
ini harus dilakukan dengan seksama, dengan mempertimbangan dari berbagai sudut
pandang, dan sedapat mungkin melibatkan seluruh organisasi. Kesalahan dalam
perencanaan dapat mengakibatkan kegagalan dan kinerja yang tidak efektif.
2. Do
Mengerjakan Apa Yang sudah direncanakan Menjalankan setiap hal yang telah
direncanakan merupakan tahapan yang paling menentukan dari selurh rangkaian
proses. Untuk itu dibutuhkan pengawasan dan pendisiplinan yang menyeluruh agar
segala hal yang telah direncanakan dijalankan dengan sebaik-baiknya, dan agar apa
yang menjadi sasaran-sasaran perusahaan dapat dicapai sebagaimana mestinya.
3. Check
Melakukan kontrol dan analisa efektifitas pelaksanaan Melakukan kontrol sejauh
mana apa-apa yang telah direncanakan tersebut dijalankan, dan menganalisa
efektifitas dari apa-apa yang sudah dilakukan. Berdasarkan hasil analisa tersebutlah
kemudian kelemahan dan kekurangan yang masih ada diperbaiki, dibuatkan langkahlangkah penyempurnaannya.
4. Act
Menindaklanjuti langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan Langkah-langkah
perbaikan dan penyempurnaan yang telah ditetapkan kemudian dipastikan kembali
pengimplementasiannya, dan dikawal dengan baik pelaksanaannya Agar apa yang
menjadi sasaran-sasaran perusahaan benar-benar dapat dicapai dengan baik dan sesuai
dengan batas waktu yang diharapkan.
B. (hansei ) Refleksi diri
Hensei bisa berarti rendah hati dan sederhana didalam sebuah proses keberhasilan.
Tidak seperti di Barat, di mana banyak orang menjadi bangga dengan prestasi mereka, orang-

orang di Jepang tetap rendah hati ketika mereka menjadi sukses. Bagi mereka, ada sebuah
rasa yang tidak enak bagi seseorang untuk memamerkan prestasinya.
Hansei merupakan salah satu aspek kunci dari budaya Jepang, dan pengaruhnya dapat
ditemukan tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari rakyat Jepang tetapi juga dalam praktek
di hampir semua perusahaan Jepang.
Bagi orang Jepang, langkah pertama untuk sebuah kesuksesan adalah kesadaran diri.
Anda harus terlebih dahulu tahu apa kesalahan Anda dalam rangka untuk memperbaiki nya di
masa depan. Hal ini juga dapat diterapkan di bidang bisnis. Orang Jepang percaya bahwa
kesuksesan merupakan sebuah proses yang tidak pernah berakhir. Akan selalu ada tantangan
menunggu untuk lebih sukses di masa depan.
Aspek lain yang baik dari prinsip ini yang bisa Anda lakukan adalah kemauan untuk
mengambil tanggung jawab yang lebih besar lagi. Ingat apa kata owner Honda ketika ribuan
mobil honda jazz ditarik dari amerika karena masalah keamanan. Dia membuat permintaan
maaf kepada publik. Banyak orang mengagumi dia untuk melakukan hal seperti itu. Di sisi
lain, Honda tidak diam dan melakukan riset ulang dan perbaikan untuk memberikan yang
terbaik dikemudian hari.
Jepang adalah negara maju yang masih tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kearifan
lokal mereka. Kita bisa lihat sendiri, Jepang tetap mampu memendarkan cahaya kearifan
lokalnya meski ditengah gegap gempita mereka sebagai sebuah negara maju dengan kekuatan
industri yang luar biasa.
Kebiasaan warga Jepang untuk tetap menjaga budayanya adalah patut kita tiru,
lihatlah berbagai budaya khas Jepang yang selalu eksis sampai sekarang, seperti budaya
samurai, budaya minum teh, dan banyak lagi. Seandainya saja bangsa kita Indonesia tetap
memegang teguh nilai dan budaya luruh yang ada maka pasti masyarakat kita akan sukses
seperti yang dialami oleh bangsa Jepang.
Sumber:
http://www.kompasiana.com/edysuryadi/kaizen-tidak-ada-kemajuan-bila-kita-selalumengerjakan-segala-sesuatu-dengan-cara-yang-sama_552fd2996ea83403438b45bc
https://ariffira.wordpress.com/2014/02/20/prinsip-kaizen-dan-hansei-kiat-sukses-ala-jepang/

Anda mungkin juga menyukai