Abstract
Minyak bumi adalah (petroleum) cairan kental, coklat gelap, atau
kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area
di kerak bumi, yang sejatinya merupakan campuran dari berbagai fraksi yang
dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar. Di Indonesia, energi migas masih
menjadi andalan utama perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa
maupun pemasok kebutuhan energi dalam negeri. Karakteristik dan
permasalahan dalam industri pertambangan minyak bumi secara keseluruhan
dapat dipahami dengan melakukan analisis struktur-perilaku-kinerja atau yang
lebih dikenal dengan Structure-Conduct-Performance Paradigm dari industri
tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
campuran. Data sekunder berupa kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan melalui
studi literatur.
Hasil analisis pasra menunjukkan bahwa industri minyak bumi di
Indonesia adalah oligopoli ketat (tight oligopoly) dengan pangsa pasar 69%.
Pemerintah perlu membenahi kondisi dan kinerja industri minyak bumi di
Indonesia yang terus mengalami defisit, hal ini tercermin dari impor minyak
yang lebih besar dari tingkat ekspornya. Pemerintah harus bisa mengeksplorasi
sumber-sumber minyak baru agar dapat menjadi cadangan minyak bumi untuk
berpuluh-puluh tahun ke depan, mengingat sektor migas juga menjadi sektor
andalan dalam perekonomian di Indonesia yang ikut menyumbang PDB dalam
jumlah besar.
Pendahuluan
Minyak bumi dalam bahasa Inggris adalah petroleum, dari bahasa Latin yaitu
petrus karang dan oleum minyak, minyak bumi dijuluki juga sebagai emas hitam
adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di
lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi, yang sejatinya merupakan campuran
dari berbagai fraksi yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar. Proses pembentukan
minyak bumi memakan waktu jutaan tahun, meliputi teori Biogenetik (organik) dan
Abiogenetik (anorganik).
pelapukan berbagai jenis binatang dan tumbuhan (mahluk hidup) yang mati dan
tertimbun di dalam endapan lumpur, hanyut terbawa oleh arus sungai, menuju laut, dan
akhirnya berkumpul di dasar laut, bertemu dengan timbunan-timbunan hasil pelapukan
mahluk hidup yang sebelumnya telah ada. Timbunan ini kemudian selama beratus juta
tahun terendap dan mengalami proses dekomposisi menjadi gelembung minyak bumi
atau gas alam. Dekomposisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu
endapan, waktu, serta tekanan lapisan batuan yang berada di atasnya. Sedangkan
menurut Teori Anorganik, minyak bumi terbentuk akibat adanya aktivitas bakteri yang
mampu melakukan reaksi biokimia, merubah unsur-unsur seperti Oksigen, Hidrogen,
Karbon, Belerang, dan nitrogen dari batuan induk menjadi zat minyak yang
mengandung hidrokarbon.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam
salah satunya adalah minyak bumi, sektor minyak tidak pernah terlepas dari polemik di
banyak negara termasuk Indonesia yang merupakan negara yang memiliki cadangan
minyak yang melimpah, namun yang terjadi cadangan minyak tersebut justru di
kuasai oleh perusahaan asing. Di Indonesia, energi migas masih menjadi andalan
utama perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok
kebutuhan energi dalam negeri. Ada beberapa perusahaan yang menjadi penghasil
minyak di Indonesia yang sebagian besar merupakan milik perusahaan asing, seperti
yang terlihat pada tabel 1.
2
Tabel 1.
Produksi Minyak Perusahaan Minyak di Indonesia
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Nama Perusahaan
PT. Chevron Pasific Indonesia
PT. Pertamina (EP)
Total Indonesia E&P (Kaltim)
Conoco Philips Blok B Natuna
CNOOC. SES
PHE (ONJW)
Chevron Indonesia Co
PHE West Madura Offshore
Medco Sumatera (Rimau & SSE)
Mobil Cepu Ltd (Pertamina&Exxon Mobile oil)
Petrochina International (Jabung)
BOB Sumatera-Bumi Siak Pusako
Vico (Sanga-Sanga)
ConocoPhilips Sumatera (Coridor Blok)
JOB PetroChina East Java (Tuban)
Kondur Petrolum
PetroChina Bermuda (Papua)
BP Indonesia Tangguh
Star Energy (Kakap)
Exxon Mobil Oil (Aceh)
Potensi sumber daya minyak dan gas bumi Indonesia masih cukup besar untuk
dikembangkan terutama di daerah-daerah terpencil, laut dalam, sumur- sumur tua dan
kawasan Indonesia Timur yang relatif belum dieksplorasi secara intensif. Khusus
untuk minyak mentah, Indonesia dapat dikatakan sebagai negara produsen minyak,
bahkan pernah menjadi salah satu anggota organisasi produsen minyak mentah dunia
yaitu OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries). Di tahun 19771992 adalah masa kejayaan industri minyak Indonesia dengan produksi rata rata 1,5
juta barrel per hari. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara produsen
minyak yang cukup disegani di negara-negara OPEC yang pendiriannya diprakarsai
oleh Indonesia. Namun seiring peningkatan konsumsi dan penurunan produksi minyak
dalam negeri sejak tahun 2003 Indonesia telah menjadi net importir minyak.
3
Struktur-Perilaku-Kinerja
atau
Structure-Conduct-Performance
(SCP).
Hubungan paling sederhana dari ketiga variabel tersebut adalah hubungan linier di
mana struktur mempengaruhi perilaku kemudian perilaku mempengaruhi kinerja.
Dalam SCP hubungan ketiga komponen tersebut saling mempengaruhi termasuk
adanya faktor-faktor lain seperti teknologi, progresivitas, strategi dan usaha-usaha
untuk mendorong penjualan (Martin, 2002). Struktur (structure) suatu industri akan
menentukan bagaimana perilaku para pelaku industri (conduct) yang pada akhirnya
akan menentukan kinerja (performance) dari industri tersebut. Dibawah ini terlihat
gambar yang menunjukkan hubungan linear Struktur-Perilaku-Kinerja suatu industri
atau perusahaan :
Struktur
Perilaku
Kinerja
Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep konvensional dalam
bidang ekonomi industri. Setiap perusahaan memiliki suatu struktur pada masingmasing keadaan tertentu (Jaya, 2001). Gambar 2.2. terlihat pendekatan antara struktur,
perilaku dan kinerja industri.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan empat perusahaan yang menguasai
industri minyak bumi di Indonesia (PT.Chevron Pacific Indonesia, PT.Pertamina, Total
Indonesia E&P (Kaltim), dan Conoco Philips Blok B Natuna), website resmi
perusahaan terkait serta berbagai literatur seperti artikel surat kabar, jurnal lokal
maupun internasional. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada metode yang digunakan oleh Firdaus, dkk. (2008). Metode-metode
tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: analisis struktur industri,
perilaku industri, dan kinerja industri. Namun demikian, karena keterbatasan akan
6
ketersediaan data, maka hanya metode-metode yang relevan yang akan digunakan
dalam analisis.
-
Struktur
1. Kualitatif
Struktur industri dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui
informasi mengenai struktur yang diwakili oleh empat indikator yaitu jumlah
pembeli, jumlah penjual, diferensiasi produk dan hambatan untuk masuk ke pasar
(barrier to entry).
2. Kuantitatif
a. Pangsa Pasar
Pangsa pasar dari penelitian ini dihitung menggunakan rasio empat
perusahaan terbesar.
n
CRx= Sx
i =1
Keterangan :
CRx
= rasio konsentrasi X perusahaan terbesar
n
= 1,2,3,..n
Sx
= persentase pangsa pasar dari perusahaan yang ke-i
b. Hambatan Masuk / Barrier to Entry
Barrier to entry merupakan hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan
banyaknya pesaing dalam merebut pangsa pasar untuk mencapai target
keuntungan yang diinginkan. Hambatan ini dapat dianalisis dengan
mengukur skala ekonomis yang didekati melalui keluaran (output)
perusahaaan. Cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah
dengan menggunakan skala ekonomis yang didekati melalui output
perusahaan yang menguasai pasar lebih dari 50 persen. Nilai keluaran
tersebut kemudian dibagi dengan keluaran total industri. Perhitungan ini
disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES).
Perilaku
Perilaku industri dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Perilaku
industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh
perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan
pesaingnya.
-
Kinerja
Analisis kinerja industri dilakukan dengan menggunakan analisis Price-Cost-
Margin (PCM). Analisis PCM digunakan untuk menganalisis hubungan struktur pasar
terhadap kinerja perusahaan. PCM merupakan salah satu indikator kinerja yang
digunakan sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. PCM diperoleh dengan
membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah terhadap nilai output. Nilai
tambah adalah nilai pengiriman dikurangi material, persediaan dan tempat
penyimpanan bahan bakar, tenaga listrik dan kontrak kerja (Jaya, 2001).
PCM =
nilai tambahupah
x 100
nilai output
Pangsa Pasar
Tipe Pasar
Monopoli murni
Kondisi Utama
Suatu perusahaan yang memiliki 100 persen dari
pangsa pasar.
Suatu perusahaan yang memiliki 50- 100 persen dari
Oligopoli ketat
Oligopoli longgar
Persaingan monopolistik
mungkin.
Banyak pesaing yang efektif, tidak satu pun yang
Persaingan murni
ketat. Semakin besar pangsa pasar maka semakin besar pula hak monopoli bagi
perusahaan yang bersangkutan. Derajat kekuatan pasar pada umumnya akan muncul
ketika pangsa pasar mencapai 15 persen, pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu 25-30
persen derajat monopoli menjadi signifikan, dan pada tingkat 50-60 persen biasanya
perusahaan mempunyai kekuatan pasar yang sangat besar.
Berdasarkan penghitungan rasio empat perusahaan besar yang berada di
industri pertambangan minyak bumi di Indonesia, empat perusahaan tersebut
menguasai lebih dari 60 persen pangsa pasar yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa
industri ini masuk dalam tipe pasar oligopoli ketat, dimana kesepakatan diantara
mereka dalam menetapkan harga relatif mudah. Sedangkan untuk hambatan masuk
atau barrier to entry ke dalam pasar, dalam industri pertambangan minyak bumi ini
pemerintah sudah memberikan kemudahan bagi pihak swasta untuk membuka kilang
minyak baru agar kapasitas produksi minyak nasional semakin besar. Hal ini sesuai
dengan UU Nomor 22 tahun 2001 tentang Migas (Minyak dan Gas Bumi), yaitu
mengenai pencabutan status hak monopoli dari Pertamina. Pertamina selanjutnya
menjadi perusahaan milik negara (BUMN) dan menjadi bagian dari salah satu pelaku
bisnis migas di sektor hulu maupun hilir dan tidak lagi menjadi regulator melainkan
menjadi Badan Pengawas Migas (BP Migas) yang mengawasi setiap kegiatan usaha
hulu Migas dan Badan Pngatru (BPH Migas) yang mengawasi pelaksanaan aktivitas di
sektor hilir Migas. Sudah terpapar jelas bahwa dengan adanya liberalisasi migas
tersebut, izin usaha pengolahan dan pemasaran minyak dan gas bumi lebih terbuka
lebar bagi pihak swasta, dan juga adanya pemisahan antar sektor hulu dan hilir seperti
yang tertera dalam Gambar 2 di bawah ini.
HILIR
HULU
Eksplorasi
Eksploitasi
Pengolahan
Pengangkutan
Penyimpanan
Niaga
10
SPBUEkspor
&
Impor
Pasar
Perilaku
Perilaku perusahaan di pasar merupakan kebijakan perusahaan tentang produk
dan jasa dari barang yang dijual yang berasal dari struktur pasar yang dihadapinya..
Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif dengan mengacu pada struktur.
Berdasarkan hasil analisis, struktur pasar industri pertambangan minyak bumi di
Indonesia bersifat oligopoli. Hal ini akan menimbulkan beberapa perilaku yang
11
dilakukan oleh para pelaku industri pada industri pertambangan minyak bumi di
Indonesia. Perilaku yang dilakukan tersebut antara lain strategi harga dan produk.
Harga minyak bumi di Indonesia terutama berkaitan dengan minyak mentah selalu
mengikuti perkembangan harga minyak mentah dunia. Oleh karena itu, jika harga
minyak mentah dunia terus meningkat maka akan dapat semakin membebani anggaran
pemerintah untuk membiayai subsidi BBM. Hal ini disebabkan karena Indonesia
masih harus mengimpor minyak mentah maupun BBM untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri yang terus meningkat dan tidak bisa dicukupi secukupnya oleh kilangkilang minyak di Indonesia.
Untuk produk-produk hasil pengolahan minyak mentah dari kilang minyak
sangat banyak, namun hanya beberapa saja yang sangat familiar bagi masyarakat.
Hasil dari minyak mentah haruslah melalui tahap pengolahan terlebih dahulu agar
dapat menghasilkan produk yang dapat digunakan. Ada beberapa produk hasil olahan
minyak bumi yaitu LPG (Liuefied Petroelum Gas), Avtur (Aviation Turbine Fuel) dan
Avgas (Aviation Gasoline), bensin (Petrol), Kerosene (Minyak Tanah), Solar (Diesel),
Aspal. Hal ini menunjukkan bahwa telah banyak produk yang dapat dihasilkan dari
hasil olahan minyak mentah yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari,
namun dari segi teknologi pengolahan kilang minyak Indonesia masih kurang efisien.
Terlihat dari pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia akan hasil olahan minyak
bumi terutama bahan bakar yang belum bisa dipenuhi oleh kapasitas produksi
nasional. Indonesia masih harus mengimpor karena Pertamina sebagai satu-satunya
badan usaha milik pemerintah yang diberikan weenang untuk memproduksi bahan
bakar nasional hanya mampu memenuhi sebesar kurang lebih 50 persen kebutuhan
bakan bakar dalam negeri. Masalah efisiensi terjadi dari sisi teknologi yang dimiliki.
-
Kinerja
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang terkenal memiliki
kandungan minyak yang besar. Potensi sumber daya minyak dan gas bumi Indonesia
12
13
14
untuk dibahas dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebutuhan energi dunia saat ini
sangat banyak disokong oleh minyak mentah atau minyak bumi (oil). Produksi minyak
Indonesia semakin lama mengalami penurunan yang diikuti dengan peningkatan
konsumsi dalam negeri. Produksi minyak domestik sudah tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan puncaknya terjadi di tahun 2003 Indonesia menjadi
negara net-importir minyak. Hal ini membuat Indonesia harus membeli minyak dari
pasar internasional yang harganya tidak bisa diintervensi.
Kinerja ekspor Indonesia dari sektor migas maupun nonmigas akhir-akhir ini
mengalami penurunan. Total ekspor migas selama 2012 adalah USD 30 miliar, turun
sebesar 6,1% dibanding periode sebelumnya di tahun 2011 sebesar USD 32,3 miliar.
Penurunan ini dipicu oleh merosotnya ekspor minyak mentah dan penurunan ekspor
gas.
Sektor
2011
2012
Pertumbuhan
Ekspor
Non Migas
18.424.744
158.102.251
-6,1%
5.145.97
5.584.277
8,5%
Manufaktur
126.653.268
118.314.955
-6,6%
Pertambangan Lainnya
34.288.811
31.379.068
-8,5%
Sektor Lainnya
2.336.686
2.823.951
20,5%
32.362.780
30.394.105
-6,1%
Minyak Bumi
154.166.567
12.723.142
-10,2%
Gas Bumi
18.196.213
17.670.963
-2,9%
Pertanian
Sumber : BPS
15
Di sisi lain peningkatan terjadi pada impor Indonesia. Pada 2012 total impor Indonesia
mencapai USD 19,7 miliar, meningkat 8% dibanding impor Indonesia periode
sebelumnya sebesar USD 177,4 miliar. Tingginya konsumsi domestic serta masih
terbatasnya kemampuan produksi di dalam negeri mengakibatkan impor tumbuh
tinggi.
Perkembangan impor energi (migas) Indonesia pada tahun 2012 relatif
mengalami peningkatan sebesar 4,58% dibandingkan pada 2011 dari USD 35,6 miliar
menjadi USD 37,4 miliar. Besarnya nilai impor sektor energy lebih banyak didorong
oleh meningkatnya impor minyak terutama produk petroeloum akibat tingginya tingkat
konsumsi BBM di dalam negeri sementara kapasitas kilang minyak yang dimiliki di
dalam negeri sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam
negeri. Hal ini cukup menibulkan kekhawatiran bagi perekonomian nasional
mengingat harga jual BBM di dalam negeri di baah harga impor karena adanya
subsidi.
yang berasal dari pajak, non pajak dan penerimaan lain-lain mencapai Rp.220,98
triliun atau mencapai 77% dari total penerimaan negara di sektor ESDM Rp.288,77. Di
tahun 2012 sektor energi mampu mencatatkan Rp.415,2 triliun ke dalam pos
penerimaan negara, 103% dari target yang direncanakan di dalam APBN sebesar
Rp.404,7 triliun sserta 7% lebih besar dibandingkan penerimaan sektor energi tahun
sebelumnya sebesar Rp.388 triliun.
Sub sektor migas masih menjadi sektor terbesar penyumbang penerimaan
negara di sektor energi sebesar 69,6% dari total penerimaan negara sektor energi 2012,
diikuti dengan pertambangan umum 29,7% kemudian panas bumi dan lainnya. Karena
ketergantungan ini, kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia cenderung fluktuatif
mengikuti harga komoditi sumber daya tersebut. Apalagi mengingat kondisi ekspor
impor Indonesia dalam sektor migas yang masih mengalami defisit akibat
ketidakmampuannya dalam mencukupi kebutuhan migas dalam negeri. Terlebih
sumber daya ini termasuk dalam kategori yang tidak dapat diperbaharui, sehingga
ketika ketersediaan sumber-sumber daya tersebut habis dan tidak mampu memberikan
dorongan bagi pertumbuhan ekonomi akibat kesalahan pengelolaan maka akan
menjadi sebuah kutukan bagi perekonomian
.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa industri minyak
bumi di Indonesia termasuk ke dalam tipe pasar oligopoli ketat, dimana penggabungan
dari empat perusahaan utama penghasil minyak paling besar berhasil menguasai lebih
dari 60 persen produksi minyak nasional. Namun untuk hambatan masuk ke dalam
pasar pemerintah sudah memberikan kelonggaran dan peluang bagi industri baru baik
swasta maupun asing untuk mengeksplorasi kandungan minyak bumi yang ada di
Indonesia mengingat cadangan minyak bumi di Indonesia yang semakin menipis dan
diperkirakan hanya cukup untuk 40 tahun ke depan. Pemerintah perlu membenahi
17
kondisi dan kinerja industri minyak bumi di Indonesia yang terus mengalami defisit,
hal ini tercermin dari impor minyak yang lebih besar dari tingkat ekspornya.
Pemerintah harus bisa mengeksplorasi sumber-sumber minyak baru agar dapat
menjadi cadangan minyak bumi untuk berpuluh-puluh tahun ke depan, mengingat
sektor migas juga menjadi sektor andalan dalam perekonomian di Indonesia yang ikut
menyumbang PDB dalam jumlah besar.
DAFTAR PUSTAKA
Ariadji, Tutuka.2014.Ancaman dan Solusi BBM Bersubsidi di Indonesia.Institut
Teknologi Bandung.
Aufan, Yaumil.2014.Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Karakteristik Pekerjaan
Terhadap Kinerja Karyawan(Studi pada karyawan
PT Chevron Pacific
Firdaus, Muhammad, Rina Oktaviani, Alla Asmara, dan Sahara (2008). Analisis
Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Di Indonesia. Department
of Economics Faculty of Economics and Management-Bogor Agricultural
University. Working Paper Series No. 04/A/III.
Hasibuan, N. 1994. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan Regulasi. LP3ES,
Jakarta.
Jaya, W. K. 2001. Ekonomi Industri. BPFE, Yogyakarta.
Kementerian ESM.2013.Kajian Supply Demand Energi.
Martin, S. 1993. Advanced Industrial Economics. Blackwell Publiser Inc.
Nasir, Mohamad.2013.Potret Kinerja Migas Indonesia.
Puspasari, Citra.2006.Analisis Struktur Perilaku Kinerja Industri Mi Instan di
Indonesia.Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Suryawati, 2009. Analisis Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Tekstil dan Pakaian
Jadi di Provinsi DIY. Yogyakarta.Jurnal Akuntansi dan Manajemen, vol. 20 no.
1, April 2009 hal 35-46.
Suwarma, Risris Rismayani dan Yudi Pramudiana. Pemetaan Struktur Perilaku dan
Kinerja Pada Industri Semen Di Indonesia.Jurnal manajemen IndonesiaVo.12No.4 April 2013.
19