Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2012
Pengendalian Internal
NEGARA
BAB I
Pendahuluan
Sebagaimana tersirat dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dan
Panduan
Manajemen
Pemeriksaan
(PMP)
mengharuskan
pemeriksa
untuk
kemungkinan
salah
saji,
mengenali
faktor-faktor
yang
dan
pengevaluasian
Sistem
Pengendalian
Internaldilakukan
untuk
internal
akan
mencegah
terjadinya
salah
saji
material
atau
sebagaimana
tercantum
pada
Petunjuk
Pelaksanaan
(Juklak)
Pemeriksaan Keuangan.
Pada Juknis Sistem Pengendalian Internal, memberikan gambaran umum
tentang pedoman teknis pemahaman dan pengujian/evaluasi Sistem Pengendalian
Internaluntuk
pemeriksaan
Laporan
Keuangan
Pemerintah
Pusat/Daerah,
Pengendalian
Internal
dilakukan
untuk
memperoleh
keyakinan
atas
Pemerintah maupun peraturan lain yang berlaku bagi entitas, ebrdasarkan kerangka
pengendalian
internal
yang
dikembangkan
oleh
Commite
of
Sponsoring
Organization.
BAB II
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal
I.
kode
etik,
konseling,
dan
penilaian
kinerja
yang
mendukung
tujuan
terjadinya
berkembangnya
berpengaruh
terhadap
aktivitas
entitas.
pelaporan
3
Perubahan
keuangan,
antara
yang
lain
langsung
penggunaan
pimpinan
persetujuan
entitas
(approvals),
dilaksanakan.
otorisasi
Aktivitas
tersebut
(authorization),
meliputi
verifikasi
aktivitas
(verification),
dan
dalam
prosedur
menilai
yang
aktivitas
tepat
atas
pengendalian
aktivitas
adalah
entitas,
keberadaan
dan
efektivitas
terjadinya
penyimpangan
melalui
mekanisme
whistle
blowing.
Kebijakan akuntansi, pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan, daftar akun, dan
memo juga merupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam
pengendalian internal.
4
Pengendalian internal harus dipantau dan jika perlu dibenahi agar kualitasnya
tetap bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Pemantauan adalah proses penilaian
kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu, meliputi penilaian atas
desain dan implementasi pengendalian. Pemantauan yang efektif biasanya meliputi
pemantauan berkelanjutan (ongoing monitoring), evaluasi terpisah (separate
evaluation), dan pelaporan kelemahan kepada komite audit dan atau aparat
pengawasan internal.
II.
Jenis siklus transaksi entitas pemerintah pada umumnya adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
III.
tidak
akan
sempurna.
Setiap
SPI
yang
dirancang
dan
Kadangkala
manajemen
memberikan
penilaian
yang
salah
dalam
instruksi,
lalai,
tidak
hati-hati,
atau
karena
kelelahan.
Perhatian
manajemen
ditujukan
kepada pengedalian
untuk
menangani risiko pada semua asersi terkait, untuk semua akun dan
pengungkapan yang signifikan pada laporan keuangan,
b. Efektivitas implementasi pengendalian internal diukur dari kesesuaiannya
dengan desain serta pegawai yang mengoperasikan pengendalian melakukan
otorisasi dan penelaahan yang diperlukan.
IV.
yang diperiksa
Asersi-asersi mengenai penyajian dan pengungkapan dalam laporan
keuangan.
V.
Keterjadian (occurence)
Kelengkapan (completeness)
Akurasi (accuracy)
Pembukuan dan ihktisar (posting and summarisation)
Pengklasifikasian (classification)
Waktu (timing)
Pengujian SPI:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
VI.
Pemahaman SPI dalam pemeriksaan keuangan dimulai dari perolehan data dan
dokumen sampai dengan memberikan nilai awal RP, meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Struktur organisasi
Seluruh uraian pekerjaan terkait pelaporan keuangan
Prosedur standar operasi
Kebijakan akuntansi
Kebijakan pengambilan keputusan penting yang ditetapkan oleh pimpinan
entitas
6. Anggaran tahunan
7. Laporan pertanggungjawaban
8. Laporan, kertas kerja, pengawasan internal, dan program pengawasan
internal
9. Peraturan perundang-undangan yang berpengaruh terhadap pelaporan
keuangan entitas
10.Informasi dan data lain yang relevan.
Alat
yang
digunakan
untuik
memperoleh
data
dan
informasi
sistem
pengendalian internal antara lain berupa kuesioner SPI yaitu kuesioner pada tingkat
entitas dan kuesioner pada tingkat siklus transaksi/aktivitas.
Kuesioner SPI pada tingkat entitas meliputi 5 (lima) komponen pengendalian
yang dikembangkan oleh COSO yaitu; lingkungan pengendalian, penilaian resiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Kuesioner SPI
level entitas berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi kelemahankelemahan pengendalian. Dari jawaban pada kuesioner tersebut kita dapat
menemukan adaya indikasi kelemahan pengendalian internal. Pertanyaan yang
disampaikan harus relevan dengan kondisi instansi yang diaudit, dan disampaikan
kepada pejabat yang berwenang hingga pelaksana yang terkait.
Pemeriksa membuat simpulan efektifitas SPI bedasarkan simpulan atas 5
(lima) komponen yang diperoleh. Kuesioner SPI pada level entitas bermanfaat untuk
memperoleh dan meningkatkan pengentahuan pemeriksa atas SPI entitas serta
memperoleh indikasi adanya kelemahan SPI entitas.
Pemeriksa harus menyiapkan kuesioner pada level siklus transaksi sesuai
dengan aktivitas pada masing-masing siklus tersebut. Dalam menyiapkan SPI siklus
transaksi, pemeriksa harus memperhatikan hasil dan simpulan atas 5 (lima)
komponen SPI yang diperoleh dari kuesioner level entitas. Dalam kuesioner level
siklus transaksi, pemeriksa berusaha memperoleh informasi yang berkaitan dengan
6 tujuan pemeriksaan terkait transaksi (asersi). Tujuan dari kuesioner pengendalian
untuk mengidentifikasi pengendalian yang ada dan kelemahan pengendalian paa
siklur tersebut.
Apabila entitas pernah diperiksa sebelumnya dan telah dilakukan pemahaman
atas SPI maka pemeriksa dapat menggunakan KPP hasil pemahaman SPI tersebut.
Pemeriksa hanya perlu melakukan penyesuaian atau pemuktahiran terhadap data
dan informasi sesuai dengan perubahan yang terjadi pada periode tahun
pemeriksaan. Selain itu, pemeriksa perlu memperoleh dan menelaah data
mengenai tindak lanjut pemeriksaan atas laporan keuangan tahun sebelumnya.
VIII.
penilaian
risiko
Bagan alir adalah diagram yang menggambarkan arus dokumen dan urutan
proses suatu siklus transaksi. Bagan alir yang memadai sekurang-kurangnya
memuat 4 (empat) hal seperti dalam pembuatan narasi.
Narasi dan bagan alir memberikan informasi yang sama sehingga pemeriksa
dapat memilih dokumentasi sistem akuntansi dalam bentuk narasi atau bagan alir.
Bagan alir memiliki 2 (dua) keunggulan dibanding dengan narasi yaitu mudah
dibaca dan dimuktahirkan. Bagan alir yang didokumentasikan di sini adalah bagan
alir hasil pemahaman pemeriksa, bukan bagan alir yang diperoleh langsung dari
entitas.
IX.
komunikasi
pelasakana
yang
atas
elevan
pemasalahan.
untuk
Wawancara
mengevaluasi
juga
apakah
dilakukan
mereka
kepada
memahami
pekerjaannya dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan sesuai tupoksi.
Melalui analisis terhadap dokumen dan catatan transaksi baik cetak maupun
elektronis, pemeriksa diharapkan mampu mengevaluasi apakah informasi yang
digambarkan dalam bagan alir dan/atau narasi telah diimplementasikan. Dalam
melakukan
walkthrough,
pemeriksa
melakukan
pengamatan
suatu
kegiatan
10
implementasi
SPI
dibandingkan
dengan
desainnya
berdasarkan
penilaian
pemeriksa.
X.
alat yang disebut Control Risk Matrix (CRM) atau matriks Risiko Pengendalian (MRP).
MRP dibuat untuk tiap siklus transaksi. MRP memuat pengendalian yang ada,
kelemahan pengendalian, tingkat kelemahan pengendalian, asersi terkait siklus
transaksi, serta nilai dari risiko pengendalian. Penggunaan MRP untuk menentukan
risiko pengendalian.
Dalam mengidentifikasi pengendalian yang ada, pemeriksa mengidentifikasi
pengendalian yang memberikan dampak besar terhadap tujuan pemeriksaan
(asersi) terkait siklus transaksi, pengendalian ini disebut pengendalian kunci (key
control). Identifikasi pengendalian-pengendalian yang terdapat dalam sistem
membantu pemeriksa melakukan tahap selanjutnya yaitu identifikasi kelemahan
pengendalian.
Setelah pengendalian yang ada teridentifikasi, pemeriksa menghubungkannya
dengan asersi pada siklus transaksi (menganalisis asersi mana yang dipenuhi oleh
pengendalian tersebut).
XI.
Kemudian
setelah
identifikasi
dilakukan
maka,
auditor
kelemahan
terseut
dalam
dua
dimensi
yaitu
kemungkinan
keterjadiannya (likeliyhood) dan tingkat pengaruhnya pada salah saji dalam laporan
keuangan (magnitude). Tingkat kelemahan tersebut dikategorian sebagai material,
signifikan,
atau
tidak
berdampak.
Dalam
11
menentukan
tingkat
kelemahan
pengendalian
pemeriksa perlu
mempertimbangkan keberadaan
pengendalian
pengganti dan dua faktor di atas, yaitu kemungkinan keterjadian dan pengaruh
kesalahan penyajian pada laporan keuangan.
TINGKAT PENGARUH
KETERJADIAN
Material
SIGNIFIKAN
Kec
MATERIAL
Bes
TIDAK
il
BERDAM
PAK
SIGNIFI
ar
KAN
Tidak
Material
Ilustrasi Penentuan tingkat kelemahan SPI
Setelah kita mengidentifikasikan tingkat kelemahan SPI yang ada maka
pemeriksa akan menetukan nilai awal risiko pengendalian. Ini didasarkan atas
analsisi identifikasi sebelumnya yang telah dilakukan. Secara singkat risiko
pengendalian dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tingkat Kelemahan
Nilai Risiko
Jenis Pengujian
Pengendalian
Tidak Berdampak
Awal
Rendah
Pengujian SPI
Signifikan
Sedang
Pengujian SPI
Material
Tinggi
12
MRB,
sementara,
pada
tahap
pengujian
pengendalian
hanya
(dalam
observasi
dokumen),
sebaliknya
pada
pengujian
pengendalian
dilakukan pada sampel yang lebih banyak dengan menggunakan teknik uji
petik pemeriksaan.
XIII. Merancang Uji Pengendalian
Dalam melakukan uji pengendalian seringkali pemeriksa tidak dapat menguji
seluruh dokumen. Oleh karena itu, pemeriksa perlu melakukan uji petik dalam
menguji pengendalian untuk menghemat waktu dan biaya. Sampel yang diambil
dalam uji petik harus merepresentasikan populasi sehingga kesimpulan yang
dihasilkan
dapat
diyakini
kebenarannya.
Pemeriksa
memutuskan
untuk
menggunakan uji petik statistika atau non statistika berdasarkan asas manfaat dan
biaya.
Uji petik secara statistik mampu membantu pemeriksa untuk mendesain
sampel secara efisien, mengukur kecukupan bukti pemeriksaan yang diperoleh dan
mengevaluasi hasi sampel secara kuantitatif. Pengujian ini juga memungkinkan
13
ditentukan
pemeriksa
berdasarkan
hasil
penilaian
awal
risiko
Metode
Fixed
Keterangan
Sample Jika nilai awal risiko pengendalian ( ekspektasi
size
Sequential
tingkat
deviasi/penyimpangan)
rendah
(SPI
Discovery
(haphazard,
professional
judgement,
quoto,
atau
block
sampling).
Langkah-langkah pengujian non statistika sama dengan langkah-langkan
pengujian pengendalian uji petik statitstika. Perbedaan terjadi pada penentuan
jumalh sampel dan ukuran kualitatif seperti sedikit, sedang, banyak atau tidak
mengambil sampel. Jika uji pengendalian dilakukan pada pemeriksaan iterim,
pemeriksa harus mempertimbangkan bukti tambahan atas sisa periode akuntansi
(periode akuntansi yang belum termasuk dalam pemeriksaan interim). Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemeriksa dalam menentukan bukti tambahan atas sisa
periode akuntansi antara lain :
XIV.
Menguji Pengendalian
15
XV.
f.
j.
judgement
harus
didasari
oleh
pertimbangan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
XVII. Menentukan tingkat risiko pengendalian siklus
Setelah melakukan pengujian pengendalian, pemeriksa menentukan tingkat risiko
pengendalian siklus dengan ukuran kualitatif maupun kuantitatif. Langkah-langkah
dalam menentukan risiko pengendalian siklus adalah :
16
a. memutakhirkan risiko pengendalian setiap asersi yang diuji jika tingkat risiko
pengendalian hasil uji pengendalian berbeda dengan nilai awal risiko
pengendalian
b. memberikan skor risiko pengendalian tiap asersi yang diuji serta total skor risiko
pengendalian dan
c. menentukan tingkat risiko pengendalian siklus secara kualitatif dan kuantitatif
Pemeriksa harus memutakhirkan tingkat risiko pengendalian tiap asersi yang diuji
berdasarkan hasil uji pengendalian . Skor Risiko Pengendalian diberikan secara
kuantitatif untuk setiap asersi pada siklus yang dapat dilihat pada tabel berikut
Skor Risiko
Pengendalian
Pengendali
an
Rendah
1
Sedang
2
Tinggi
3
Sedangkan total skor Risiko Pengendalian siklus merupakan jumlahan dari
seluruh skor Risiko Pengendalian tiap asersi. Risiko Pengendalian siklus ditentukan
secara kualitatif maupun kuantitatif . Pedoman yang digunakan dalam menentukan
Risiko Pengendalian siklus tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Total Skor
Risiko Pengendalian
Kualitatif
Kuantitatif
Rendah
30%
Sedang
70%
Tinggi
100%
6-9
10-13
14-18
Jika hasil dari pemahaman dan pengujian SPI menunjukkan bahwa Risiko
Pengendapian
atas
suatu
silus
transaksi
adalah
tinggi
maka
pemeriksa
17
akun terkait sebaliknya jika hasilnya adalah Risiko Pengendalian tetap rendah maka
pemeriksa mempertimbangkan untuk melakukan pengujian substantif terbatas
XVIII.
Menyusun
temuan
sementara
atas
efektivitas
sistem
Pengendalian
Internal
pemahaman
dan
pengujian
Sistem
laporan
keuangan.
Dampak
dari
kelemahan
pengendalian
akan
dapat
praktik
seringkali
saat
pemeriksa
melakukan
pengujian
atas
Informasi
dapat
pula
meningkatkan
18
risikop
pengendalian
entitas.
umum
adalah
pengendalian
yang
dioperasikan
secara
sistem
informasi
yang
digunakan.
Pengendaliana
tas
dalam
sistem
akuntansi
entitas.
Pengendalian
dan
kelemahan
BAB III
Penutup
Sistem Pengendalian Internal merupakan salah satu unsur penting dalam
pengelolaan organisasi. Dengan pengendalian internal, maka manajemen akan
memperoleh peringatan yang lebih awal bila ada risiko yang akan menghalangi
20
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta
Peraturan
Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
nomor
Concern
(Studi
Kuasieksperimen
pada
Auditor
dan
Mahasiswa).
22