Refarat Oa
Refarat Oa
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di
OA, dengan demikian OA akan semakin banyak ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Osteoartritis adalah jenis arthritis yang disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya
tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Tulang rawan adalah substansi protein yang berfungsi
sebagai bantal antara tulang-tulang pada persendian. Osteoartritis juga dikenal sebagai artritis
degeneratif. Di antara lebih dari 100 jenis yang berbeda dari arthritis, osteoarthritis adalah
yang paling umum, yang mempengaruhi lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat.
Osteoarthritis lebih sering terjadi saat kita bertambah usia. Sebelum usia 45 tahun,
osteoartritis lebih sering terjadi pada laki-laki. Setelah 55 tahun, osteorhtritis lebih sering
terjadi pada wanita. Di Amerika Serikat, semua ras muncul sama banyak. Sebuah kejadian
osteoartritis ada yang lebih tinggi pada populasi Jepang, sementara orang kulit hitam Afrika
Selatan, India Timur, dan Selatan Cina memiliki tingkat yang lebih rendah. 2
2.2
Patogenesis
Osteoartritis (OA) selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang
tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan bahwa OA ternyata
merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan
struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum diketahui. Jejas mekanis dan
kimiawi diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal
dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi
inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial
sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik, obesitas,
stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek anatomik.3
Jejas mekanik dan kimiawi ini diduga merupakan factor penting yang merangsang
terbentuknya molekul abnormal dan produksi degradasi kartilago didalam cairan sinovial
sendi yang mengakibatkan inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri.. Osteoarthritis
terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang dan
inflamasi cairan sendi.3
Intrinsic Joint Vulnerabilities
(local environment):
Previous damage, e.g., meniscectomy
Periarticular muscle weakness
Malalignment
Proprioceptive defect
Systemic Factors
Affecting Joint Vulnerability
Age
Gender
Genetic susceptibility
Nutritional factors
Extrinsic Factors
Active on Joints
Obesity
Physical activity
(vocation and avocation)
Suscepilibility
to OA
Osteoarthritis,
incident or progressive
3
Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik
dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menimbulkan terjadinya penumpukan
thrombus dan kompleks lipid pada pembuluh darah sub-kondral yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan sub-kondral tersebut, proses ini menyebabkan
dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya
menimbulkan Bone Angina lewat sub-kondral yang diketahui mengandung ujung saraf
sensible yang dapat menghantarkan rasa sakit. Penyebab rasa sakit itu juga berupa akibat dari
dilepasnya mediator kimia seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi,
penegangan tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikular akibat kerja yang
berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum
dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekaanan vena intrameduler
akibat stasis venaintrameduler karena proses remodeling pada trabekula dan sub-kondrial.3
Peran makrofak di dalam cairan juga penting yaitu apabila dirangsang oleh jejas
mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan memproduksi sitokin
activator plasminogen (PA) yang disebut katabolin. Sitokin tersebut adalah interleukin 1, IL1, IL-6, TNF- dan , dan interferon (IFN) .3
Sitokin yang terpenting adalah IL-1. IL-1mempunyai efek multiple pada sel cairan
sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi yaitu stromelisin
dan kolagenosa, menghambat proses sintesis dan perbaikan normal kondrosit, berperan
menurunkan sintesis kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III,
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk. Pada akhirnya tulang
subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan
enzim proteolitik.3,4
Jadi proses utama untuk dikatakan sebagai OA adalah kegagalan sintesis matriks yang
merupakan hasil proses yang sangat kompleks dan faktor anabolitik serta katabolik. Proses
katabolisme yang terutama diperantarai oleh berbagai mediator seperti sitokin terutama IL-1,
tumor necrosis factor alpha (TNF-) dan enxim perusak antar lain metalloproteinase (MMPs)
berjalan lebih cepat sehingga sintesis matriks lawan sendi tidak mampu mengimbangi
kecepatan kerusakan yang diakibatkan faktor katabolic. Salah satu faktor antagonis
katabolisme rawan sendi adalah inhibitor of metalloprotease tissue inhibitor of
metalloproteinase (TIMP) serta berbagai sitokin lainnya seperti IL-6.5
Akibatnya terjadi perubahan turnover matriks inilah yang mendasari kerusakan rawan
sendi pada osteoarthritis. Proses ini dimulai pada lapisan atas rawan sendi baru kemudian
diikuti lapisan yang lebih dalam dan proses biasanya terjadi bertahun-tahun, menurut
5
penelitian berangsur sekitar 3-4 tahun. Gambaran makroskopik tampak rawan sendi yang
hipertropik, stadium yang lanjut rawan sendi kehilangan serabut kolagen.5
2.3
Klasifikasi OA
2.3.1
Trauma
Inflamasi
2.3.2
Artritis septik
Semua artropati
Bouchard (nodal)
Artritis erosif interfalang
Karpal-metakarpal I
OA Lutut
Bony enlargement
Genu valgus
Genu varus
OA Kaki
haluks valgus
haluks rigidus
jari kontraktur (hammer/cock-up toes)
Talonavikulare
OA Koksa (Panggul)
eksentrik (superior)
konsentrik (aksial, medial)
difus (koksa senilis)
OA Vertebra
sendi apofiseal
sendi intervertebral
spondilosis (osteofit)
ligamentum (hiperostosis, penyakit Forestier, diffuse idiopathic skeletal
hyperostosis=DISH)
OA di tempat lainnya
glenohumeral
akromioklavikular
tibiotalar
sakroiliaka
temporomandibular
OA generalisata/sistemik
2.4
disebut sebagai claudicatio intermitten. Korelasi antara nyeri dan tingkat perubahan
struktur pada osteoarthritis sering ditemukan pada panggul, lutut dan jarang pada tangan dan
sendi apofise spinalis. 6
b. Kekakuan (stiffness)
Pada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul setelah duduk lama di kursi, di
mobil, bahkan setelah bangun tidur. Kebanyakan penderita mengeluh kaku setelah berdiam
pada posisi tertentu. Kaku biasanya kurang dari 30 menit. 6
c. Hambatan gerakan sendi (inability to move a joint)
Kelainan ini biasanya ditemukan pada osteoarthritis sedang sampai berat. Hambatan
gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi membengkok, perubahan bentuk. Hambatan
gerak sendi biasanya dirasakan pada saat berdiri dari kursi, bangun dari tempat berbaring,
menulis atau berjalan. Semua gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya
kelainan sendi yang terkena.6
d. Bunyi gemeretak (krepitasi)
Sendinya terdengar berbunyi saat bergerak. Suaranya lebih kasar dibandingkan
dengan artritis reumatoid dimana gemeretaknya lebih halus. Gemeretak yang jelas terdengar
dan kasar merupakan tanda yang signifikan. 6
e. Pembengkakan sendi (swelling in a joint)
Sendi membengkak / membesar bisa disebabkan oleh radang sendi dan bertambahnya
cairan sendi atau keduanya. 6
f. Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak
Hambatan gerak atau perubahan cara berjalan akan berkembang sesuai dengan
beratnya penyakit. Perubahan yang terjadi dapat konsentris atau seluruh arah gerakan maupun
eksentris atau salah satu gerakan saja. 6
g. Kemerahan pada daerah sendi (obvious redness or heat in a joint)
Kemerahan pada sendi merupakan salah satu tanda peradangan sendi. Hal ini
mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinovitis, dan biasanya tanda kemerahan
ini tidak menonjol dan timbul belakangan.6
2.5
Diagnosis
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan hanya pada
satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya kita lakukan pemeriksaan reumatologi ringkas
berdasarkan prinsip pemeriksaan GALS (Gait, arms, legs, spine). Penegakan diagnosis OA
berdasarkan gejala klinis. 1
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus yang dapat menentukan diagnosis OA.
Pemeriksaan penunjang saat ini terutama dilakukan untuk meonitoring penyakit dan untuk
menyingkirkan kemungkinan arthritis karena sebab lainnya. Pemeriksaan radiologi dapat
menentukan adanya OA, namun tidak berhubungan langsung dengan gejala klinis yang
muncul. Gejala OA umumnya dimulai saat usia dewasa, dengan tampilan klinis kaku sendi di
pagi hari atau kaku sendi setelah istirahat. Sendi dapat mengalmi pembanekakan tulang, dan
krepitus saat digerakkan, dapat disertai keterbatasan gerak sendi. Peradangan umumnya tidak
ditemukan atau sangat ringan. Banyak sendi yang dapat terkena OA, terutama sendi lutut,
jari-jari kaki, jari-jari tangan, tulang punggung dan panggul. Pada seseorang yang dicurigai
OA, direkomendasikan melakukan pemeriksaan berikut ini: 1
a.
b.
c.
d.
e.
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain.
Pemeriksaan penunjang
Perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang mempengaruhi pilihan
terapi/penatalaksanaan OA.
a. Anamnesis1
- Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
- Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai
inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak
-
Bertambahnya usia
Riwayat keluarga dengan OA generalisata
Aktivitas fisik yang berat
Obesitas
Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan. Penyakit
ortopaedi.
e. Perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang mempengaruhi pilihan
terapi/ penatalaksanaan OA. 1
- Singkirkan diagnosis banding.
10
Pada kasus dengan diagnosis yang meragukan, sebaiknya dikonsulkan pada ahli
reumatologi untuk menyingkirkan diagnosis lain yang menyerupai OA. Umumnya
respon pengobatannya.
Faktor psikologis yang mempengaruhi.
Untuk kepentingan penyeragaman diagnosis maka seyogyanya dipergunakan acuan
Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini:
1. krepitus saat gerakan aktif
2. kaku sendi < 30 menit
3. umur > 50 tahun
4. pembesaran tulang sendi lutut
5. nyeri tekan tepi tulang
6. tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut.
Nyeri sendi lutut dan adanya psteofit dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. kaku sendi <30 menit
2. umur > 50 tahun
3. krepitus pada gerakan sendi aktif
Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:
1. Usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus pada gerakan aktif
4. Nyeri tekan tepi tulang
5. Pembesaran tulang
6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
9. Analisis cairan sinovium sesuai OA
Nyeri, ngilu atau kaku pada tangan dan paling sedikit 3 dari 4 kriteria di bawah ini:
1. Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi-sendi tangan di bawah ini:
- Sendi distal interfalang ke-2 dan ke-3
- Sendi proksimal interfalang ke-2 dan ke-3
- dan sendi pertama karpometakarpofalang kedua tangan
2. Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi distal interfalang
3. Kurang dari 3 pembengkakan sendi metakarpofalang
4. Deformitas sedikitnya pada 1 dari 10 sendi-sendi tangan pada kriteria 2 di atas.
Nyeri pada sendi panggul/koksa dan paling sedikit salah 1 dari 2 kelompok kriteria di
bawah ini:
1. Rotasi internal sendi panggul < 15 disertai LED 45 mm/jam atau fleksi sendi
panggul 115 (jika LED sulit dilakukan)
2. Rotasi internal sendi panggul 15 disertai nyeri yang terkait pergerakan rotasi
internal sendi panggul, kekakuan sendi panggul pagi hari 60 menit, dan usia > 50
tahun
Nyeri pada sendi panggul/koksa dan paling sedikit 2 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. LED < 20 mm pada jam pertama
2. Osteofit pada femoral dan atau asetabular pada gambaran radiologis
3. Penyempitan celah sendi secara radiologis (superior, axial dan atau medial)
Penatalaksanaan
Osteoartritis merupakan penyakit artritis kronis paling banyak ditemui dengan
berbagai faktor risiko, karena itu peranan dokter umum sangat penting khususnya dalam
sistim kesehatan nasional, untuk pencegahan, deteksi dini dan penatalaksanaan penyakit
kronik secara umum, dan khususnya dalam penatalaksanaan OA. Karena itu rekomendasi
penatalaksanaan OA sangat diperlukan untuk memudahkan koordinasi yang meliputi
multidisiplin, monitoring, dengan patient centre care yang bersifat kontinyu/terus menerus,
komprehensif dan konsisten, sehingga penatalaksanaan nyeri OA kronik dapat dilakukan
secara efektif dan efisien. 1
12
Strategi penatalaksanaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh letak
sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing serta kebutuhannya.
Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara
keseluruhan,
agar penatalaksanaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta melakukan
pendekatan multidisiplin. 1
Tujuan:1
1. Mengurangi/mengendalikan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi gerak sendi
3. Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari hari (ketergantungan kepada
orang lain) dan meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penilaian menyeluruh kualitas hidup pasien Osteoartritis sebelum memulai
pengobatan.
Penting sekali mengetahui kualitas hidup pasien akibat OA yang dideritanya sebelum
dimulainya pengobatan.1
Penatalaksanaan OA pada rekomendasi ini dibatasi pada OA primer non bedah
berdasarkan klasifikasi OA secara menyeluruh, yang ditujukan tidak saja untuk OA lutut,
namun juga untuk OA panggul dan OA Vertebra. 1
Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif, dengan pemberian obat
pelindung gaster (gastro- protective agent).
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) harus dimulai dengan dosis analgesik
rendah dan dapat dinaikkan hingga dosis maksimal hanya bila dengan dosis rendah
respon kurang efektif. Pemberian OAINS lepas bertahap (misalnya Na-Diklofenak
SR75 atau SR100) agar dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan
kepatuhan pasien. Penggunaan misoprostol atau proton pump inhibitor dianjurkan
pada penderita yang memiliki faktor risiko kejadian perdarahan sistem gastrointestinal
bagian atas atau dengan adanya ulkus saluran pencernaan. (Level of Evidence: I, dan
II)
Cyclooxygenase-2 inhibitor. (Level of Evidence: II)1
Catatan:
Obat-obat tersebut ini dapat diberikan secara teratur pada pasien dengan
gangguan fungsi liver, namun harus dihindari pada pasien peminum alkohol kronis.
Capcaisin topikal atau methylsalicylate cream dapat diberikan pada pasien yang tidak
berespon terhadap acetaminophen atau tidak diperbolehkan untuk mendapatkan terapi
sistemik. (Level of Evidence: II)
c. Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan sendi, aspirasi dan
tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular (misalnya triamsinolone hexatonide 40
mg) untuk penanganan nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat
diberikan, selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral (OAINS). (Level
of evidence: II)
Pendekatan terapi alternatif 1
Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang adekuat:
a. Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan memiliki
kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan OAINS, dapat diberikan
Tramadol (200-300 mg dalam dosis terbagi). Manfaatnya dalam pengendalian nyeri
OA dengan gejala klinis sedang hingga berat dibatasi adanya efek samping yang harus
diwaspadai, seperti: mual (30%), konstipasi (23%), pusing/dizziness (20%), somnolen
(18%), dan muntah (13%).
b. Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan (Level of Evidence: I dan II) atau
kortikosteroid jangka pendek (satu hingga tiga minggu) pada OA lutut. (Level of
Evidence: II)
c. Kombinasi :
15
Metaanalisis membuktikan:
Manfaat kombinasi paracetamol-kodein meningkatkan efektifitas analgesik
hingga 5% dibandingkan paracetamol saja, namun efek sampingnya lebih sering
terjadi: lebih berdasarkan pengalaman klinis. Bukti-bukti penelitian klinis
menunjukkan kombinasi ini efektif untuk non-cancer related pain.
Viskosuplemen: Hyaluronan
Terdapat dua jenis hyaluronan di Indonesia: high molecular weight dan low molecular
weight atau tipe campuran. Penyuntikan intra artikular viskosuplemen ini dapat diberikan
untuk sendi lutut. Karakteristik dari penyuntikan hyaluronan ini adalah onsetnya lambat,
namun berefek jangka panjang, dan dapat mengendalikan gejala klinis lebih lama bila
dibandingkan dengan pemberian injeksi kortikosteroid intraartikular.1
16
Cara pemberian: diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu minggu @
2 sampai 2,5 ml Hyaluronan untuk jenis low molecular weight, 1 kali untuk jenis high
molecular weight, dan 2 kali pemberian dengan interval 1 minggu untuk jenis tipe campuran.
Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar. Kalau tidak dapat timbul berbagai
penyulit seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses steril. Perlu diperhatikan faktor
alergi terhadap unsur/bahan dasar hyaluronan misalnya harus dicari riwayat alergi terhadap
telur.1
Tahap Ketiga
Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
1. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi: bursitis, efusi sendi:
memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik dan teurapeutik (rujuk ke dokter ahli
reumatologi/bedah ortopedi.1
2. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan kasus gawat darurat,
resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di Rumah Sakit) 1
Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:1
a. Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap atau bertambah berat
setelah mendapat pengobatan yang standar sesuai dengan rekomendasi baik secara
non-farmakologik dan farmakologik (gagal terapi konvensional).
b. Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.
c. Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan gangguan tidur
(sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup mandiri, timbul gejala/gangguan
psikiatri karena penyakit yang dideritanya.
d. Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA lutut
e. Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular medial, distal
patella realignment, lateral release.
f. Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut terkunci/locking,
tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda adanya kelainan struktur sendi seperti
robekan
meniskus: untuk
kemungkinan
tindakan artroskopi
atau
tindakan
intoleransi
terhadap
OAINS
sebelumnya,
pemakaian
steroid,
meningkatkan fungsi. 2
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Osteoartritis disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau
lebih sendi yang sering ditemukan di masyarakat dan bersifat kronis. Faktor resiko OA dapat
mempengaruhi progresifitas kerusakan tulang rawan sendi dan pembentukan tulang yang
abnormal.
Osteoartritis dapat menyebabkan manifestasi klinis berupa nyeri sendi, kekakuan,
hambatan gerakan sendi, krepitasi, pembengkakan sendi, hambatan gerak, kemerahan pada
sendi. Penatalaksanaan OA terdiri atas beberapa tahap, yaitu tahap pertama berupa terapi non
farmakologis dimana dilakukan modifikasi gaya hidup, penurunan berat badan dan latihan
fisik. Tahap kedua yaitu terapi farmakologi yang dapat dikombinasikan dengan terapi tahap
pertama. Tahap ketiga dimana merupakan tahap lanjut dengan merujuk pasien ke dokter
bedah ortopedi.
18