1.
2.
3.
4.
5.
6.
rasa gatal sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur.
Gejala penderita cacing gelang (Askariasis) adalah gangguan lambung,
kejang perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam
nyeri kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.
c. Penyebab
Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari :
Cacing gelang (Askariasis lumbriocoides)
Cacing cambuk (Tricularis sp)
Cacing kremi (Entrobius vermicularia)
Cacing tambang (Nekatoria dan ankilostomia)
Cacing pita (Taenia sp) Trematoda
d. Patomekanisme
Dalam siklus hidupnya, cacing-cacing tesebut memerlukan hidup dalam tubuh
manusia untuk tumbuh dan berkembang biak. Pada saat inilah, gangguan
kesehatan dapat timbul pada anak yang mengalami kecacingan. Sebagian besar
cacing masuk kedalam tubuh manusia dalam bentuk telur yang tertelan. Telur
cacing ini bisa terdapat di tanah yang terkontaminasi oleh feses yang mengandung
telur cacing yang telah dibuahi.
Penularan biasanya terjadi karena termakan makanan atau minuman yang
tercemar oleh telur cacing. Bayi dapat terinfeksi cacing melalui jari ibunya yang
mengandung telur cacing. Sehingga pendapat yang beranggapan cacingan selalu
berhubungan dengan higiene sanitasi sangatlah benar. Cacing tambang dapat
masuk melalui larva yang tertelan atau larva yang menembus kulit. Cacing kremi
betina mengeluarkan telurnya di sekitar dubur terutama pada malam hari,
penularan dapat terjadi dengan tertular telur yang jatuh di alas tempat tidur
ataupun benda lain yang terkontaminasi. Cacing pita dapat masuk dalam tubuh
manusia, dengan cara makan daging sapi/babi mentah atau tidak di masak dengan
baik.
Sebagian besar kasus sering tidak menunjukkan gejala. Biasanya akan
ditemukan gangguan terhadap penyerapan zat makanan dalam usus. Secara tidak
langsung akan menimbulkan gangguan gizi yang selanjutnya berakibat gangguan
pertumbuhan dan perkembangannya.
Gejala yang terjadi secara khusus disebabkan oleh migrasi larva dan cacing
dewasa. Migrasi larva cacing gelang dapat menimbulkan gangguan pada paru.
Cacing dewasa yang hidup di usus halus dapat menyebabkan timbulnya gejala
tidak enak di perut, gangguan selera makan atau diare. Massa cacing yang sangat
banyak, meskipun jarang terjadi dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna.
Cacing cambuk dapat mengakibatkan anemia, karena untuk menempel pada
dinding usus, cacing ini harus membenamkan kepalanya dan mengakibatkan
lapisan usus mudah berdarah. Larva cacing tambang yang menembus kulit,
menimbulkan rasa gatal pada kulit. Infeksi oleh cacing kremi sering menyebabkan
rasa gatal di daerah dubur, terutama pada malam hari.
Cacing masuk tubuh manusia dengan berbagai cara. Telur cacing gelang
tertelan sewaktu makan makanan yang terkontaminasi oleh kotoran. Sedang larva
cacing tambang hidup ditanah dan masuk lewat kulit yang menyebabkan infeksi.
Cacing pita dan trematoda sebagian besar siklus hidupnya berada pada binatang
dan masuk tubuh manusia karena makan daging/ikan mentah atau setengah
matang. Di Indonesia masalah cacing masih merupakan masalah kesehatan umum,
yang paling sering ditemukan adalah cacing gelang dan cacing kremi. Cacing
kremi bertelur di sekitar dubur. Telur-telur ini terbawa oleh jari-jari bila penderita
menggaruk, kemudian bila tidak dicuci kedua tangan tersebut maka bisa
menularkan ke orang lain. Penyebab kecacingan juga biasanya karena makanan,
minuman dan lingkungan yang tidak bersih. Pada umumnya yang terjangkit
kecacingan adalah anak-anak. Penularan umumnya terjadi melalui makanan dan
melalui kulit.
Ascariasis
Definisi
Biasanya penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascarias Lumbrocoides . infeksi
pada manusia terjadi kalau larva cacing ini mengkontiminasi makanan dan minuman.
Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding usus halus dan
kemudian menuju pembuluh darah dan limfe menuju paru. Setelah itu larva cacing ini
akan bermigrasi ke bronkus, faring, dan kemudian turun ke esofagus dan usus halus.
Lama perjalanan ini sampai menjadi bentuk cacing dewasa 60-75 hari.
Panjang cacing dewasa 20-40 cm dan hidup di dala usus halus manusia untuk
bertahun-tahun lamanya. Sejak telur matang tertelan sampai vaving dewasa bertelur
diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau cacing gelang. Ascaris
lumbricoides adalah cacing bulat yang besar dan hidup dalam usus halus manusia.
Epidemiologi
Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah
beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Di Indonesia prevalensi
askariasis tinggu terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban keluarga
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah
pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah.
Gejala klinis
Biasanya terjadinya perdarahan, penggumpalan sel leukosit dan pneumonitis
Askaritis. Pada foto thoraks
Piperazin
Merupakan obat pilihan utama, diberikan dengan dosis sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Pirantel Pamoat
Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan,
maksimum 1 g. Efek samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam
kulit dan demam.
Levamisol
Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 150 mg.
Albendazol
Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 400 mg
Mebendazol
Obat ini cukup bila diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3
hari.
f. Komplikasi
Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergik
yang berat dan pneumonitis dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya
pneumonia.
g. Pencegahan
Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan
makanan untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada serta biasakan
memasak makanan dan minuman
h. Prognosis
Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, prognosis
baik. Tanpa pengobatan infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5
tahun.
REFERENSI
1. Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC . 2005. p.1096
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo Aru W., Simadribata K, Setiyohadi Bambang, Syam Ari
Fahrial, Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Edisi Keenam Jilid I, Hal. 595-611.