Anda di halaman 1dari 133

ANALISA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

PEMILIHAN PROYEK JARINGAN AKSES


MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE BERDASARKAN
METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
(Studi Kasus: PT ZTE Indonesia)

TESIS

Oleh
GUSTAV BERNUAR
55407120002

PROGRAM MAGISTER TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2009

ABSTRAKSI

NGN (Next Generation Network) atau jaringan telekomunikasi masa depan adalah sebuah
model jaringan baru yang berbasis Internet Protokol (IP) dalam melayani produk produk
seperti voice, multimedia, video dan sebagainya. Dulu circuit switch di gunakan dalam
teknologi PSTN sangat di andalkan, namun kini pamornya sudah mulai memudar ketika
dihadapkan dengan fenomena jaringan wireless dan voice over packet. Ketersediaan
Jaringan Akses Multi Layanan (MSAN : Multi Service Access Network) sebagai menjadi
sangat penting ketika sebuah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi (operator
telekomunikasi) ingin menggelar jaringan NGN di wilayah operasionalnya. Jaringan
Akses Multi Layanan merupakan solusi pendukung yang sesuai dengan standar industri
pada bagian-bagian didalam arsitektur jaringan NGN.
PT ZTE Indonesia sebagai perusahaan subsidiary ZTE Corporation merupakan
produsen perangkat jaringan akses (vendor telekomunikasi) dan juga melakukan
pekerjaan instalasi perangkat bagi operator telekomunikasi negara-negara di dunia,
termasuk salah satunya Indonesia. Dalam pelaksanaannya, PT ZTE Indonesia masih
menghadapi

kendala

dalam

pemilihan

proyek-proyeknya

terutama

dalam

mengkalkulasikan perhitungan prioritas pemilihan antar proyek. Dampak langsung yang


terlihat jelas adalah keuntungan yang tidak terlalu signifikan atau kemungkinan kerugian
dari sebagian proyek-proyek yang dimenangkan tersebut.
Kajian

terhadap

permasalahan

tersebut

meliputi

identifikasi

masalah,

proses

pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan metode AHP


(Analytic Hierarchy Process) didukung software Expert Choice dan memberikan
kesimpulan terhadap hasil analisa data berupa rancangan program persiapan proses tender
yang ditunjang dengan rencana implementasi, pemantauan dan komitmen manajemen
diharapkan dapat mengatasi masalah diatas sehingga sasaran proyek dan tujuan
perusahaan dapat tercapai.

ABSTRACT

NGN (Next Generation Network) or the future of telecommunications networks is a new


network model based on Internet Protocol (IP) in the service product such as voice,
multimedia, video and so on. First circuit switches used in PSTN technology is the
reliable, but are now already beginning to fade the reputation when confronted with the
phenomenon of wireless networks and voice over packet. Availability of Multi-Service
Access Network (MSAN: Multi Service Access Network) as the becomes very important
when a company's telecommunications service provider (telecom operator) wants to hold
NGN networks in the operational area. Multi Service Access Network is a support
solution in accordance with industry standards in those parts in the NGN network
architecture.
PT ZTE Indonesia as subsidiary company ZTE Corporation is the manufacturer of the
access network device (vendor telecommunications) and also do installation work for
telecommunication operators in the countries of the world, including one Indonesian. In
practice, PT ZTE Indonesia still faces obstacles in the selection of projects, especially in
the calculation to calculate inter-project selection priorities. Direct impacts are obvious
benefits that are not too significant or possible loss of some of the projects that won it.
The study of these issues include identification of issues, the process of data collection,
followed by data processing using the method of AHP (Analytic Hierarchy Process)
Expert Choice software support and provide conclusions on the results of data analysis
preparation program design tendering process supported by the implementation plan,
monitoring and commitment management is expected to overcome the above problems so
that project goals and corporate objectives can be achieved.

ii

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis

: Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Proyek Jaringan

Akses Menggunakan Expert Choice Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy


Process (Studi Kasus : PT ZTE Indonesia)
Nama

: Gustav Bernuar

NIM

: 55407120002

Program

: Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro

Konsentrasi

: Manajemen Telekomunikasi

Tanggal

Mengesahkan.
Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro

Dr.-Ing. Mudrik Alaydrus

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA

iii

PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa
seluruh tulisan dan pernyataan dalam Tesis ini :

Judul Tesis

: Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Proyek Jaringan

Akses Menggunakan Expert Choice Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy


Process (Studi Kasus : PT ZTE Indonesia)
Nama

: Gustav Bernuar

NIM

: 55407120002

Program

: Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro

Konsentrasi

: Manajemen Telekomunikasi

Tanggal

Merupakan hasil studi pustaka, penelitian lapangan, dan karya saya sendiri dengan
bimbingan Pembimbing yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Program Studi
Magister Teknik Elektro Universitas Mercu Buana.
Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister pada pogram sejenis di
perguruan tinggi lain. Semua informasi, data dan hasil pengolahannya yang digunakan,
telah dinyatakan secara jelas sumbernya dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta, 13 Januari 2010

Gustav Bernuar

iv

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Analisa Sistem Penunjang
Keputusan Pemilihan Proyek Jaringan Akses Menggunakan Expert Choice
Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus : PT ZTE
Indonesia) tepat pada waktunya.
Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Jurusan Manajemen Telekomunikasi di Fakultas Teknik
Elektro Universitas Mercu Buana. Penulis menyadari bahwa penyusunan Tesis ini
terlaksana dengan adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1.

Bapak Dr.Ir. Iwan Krisnadi, MBA., selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan
tesis ini.
2.

PT. ZTE Indonesia, yang telah bersedia untuk menjadi tempat studi kasus dalam

penelitian dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tesis.


3.

Keluarga dan sahabat atas dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini dengan baik.


Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Jakarta, 13 Januari 2010

Penulis

DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ..................... i
ABSTRACT. .................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN......................... iv
KATA PENGANTAR.......................... v
DAFTAR ISI ....................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................... vii
DAFTAR TABEL ......................... viii
SINGKATAN ...................................... ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.

Latar Belakang ....... 1


Identifikasi Permasalahan ....... 2
Pembatasan Masalah .......... 3
Tujuan Penelitian ......... 4
Manfaat Penelitian ........... 4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.

Profil Perusahaan ....... 5


Teknologi dan Produk Jaringan Akses Multi Layanan (MSAN) ........ 7
Proyek Jaringan Akses Multi Layanan (MSAN) PT ZTE Indonesia ........... 10
Analityc Hierarchy Process (AHP) ......... 14
Penggunaan Metode AHP .... 18
Expert Choice................ ....... 25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.

Rancangan Penelitian ..................... 28


Software Tools yang digunakan...................... 28
Metode Pengumpulan Data................. 29
Proses Penentuan Prioritas .................... 30
Metode Analisis ......................... 30
Keterkaitan Data dan Analisis terhadap metode AHP & Expert Choice..................... 31

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1.
4.2.

Perhitungan Menggunakan Metode AHP ........................... 32


Perhitungan Menggunakan Perangkat lunak Expert Choice ..........................45

BAB V

DISKUSI

5.1.
5.2.

Analisis Data ........................... 49


Pengambilan Keputusan ......................... 65
vi

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN.................. 66


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 67

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Platform Universal MSAN ......................8
Gambar 2.2 ZXMSG5200 tipe indoor ...................8
Gambar 2.3 ZXMSG5200 OUT 40E ................9
Gambar 2.4 ZXMSG5200 OUT 20E ....................9
Gambar 2.5 Solusi dari MSAN ZTE ....................10
Gambar 2.6 Sistem Konfigurasi MSAN ......................12
Gambar 2.7 Ilustrasi Kendala Pengambilan Keputusan....................................14
Gambar 2.8 Hierarki Analitik ...................................16
Gambar 2.9 Struktur Hierarki pada Expert Choice ..............23
Gambar 2.10 Tampilan Kriteria-kriteria.......................23
Gambar 2.11 Tampilan Inkosistensi.... ....................27
Gambar 2.12 Sintesis Prioritas.......................................27
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian........................28

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Table of Services MSAN...................................................................................13
Tabel 2.1 Skala Kepentingan ...........................................................................................17

ix

DAFTAR SINGKATAN

AHP

Analityc Hierarchy Process

ALU

Additional Line Unit

CI

Consistency Index

CR

Consistency Ratio

DDN

Digital Distribution Frame

EC

Expert Choice

EMS

Element Management System

EPON

Ethernet Passive Optical Network

ISDN

Integrated Services Digital Network

IP

Internet Protokol

ISP

Inside Plan

MSAN

Multi Services Access network

NGN

Next Generation Network

OSP

Outside Plan

PC

Personal Computer

POTS

Plain Old Telephone System

RK

Rumah Kabel

RKS

Rencana Kerjasama

TeNOSS

Telkom National Operation Support System

xDSL

Varian dari Digital Subscriber Line

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I......................................................................................69
Lampiran II.........................................................................................86
Lampiran III.......................................................................................95
Lampiran IV.....................................................................................116
Lampiran V......................................................................................116

xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kebutuhan terhadap jaringan telekomunikasi berbasis IP (Internet

Protocol) di Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang signifikan, oleh karena itu
permintaan terhadap jaringan akses yang berbasis IP juga meningkat sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Kebutuhan terhadap jaringan akses multi layanan (MSAN) dari
operator telepon bergerak lebih cepat dibandingkan dengan penyedia jasa internet. Untuk
masa depan, orang akan lebih banyak mengakses internet melalui telepon bergerak dan
tidak lagi lewat komputer pribadi (PC). Selain itu, peningkatan jumlah pelanggan serta
perkembangan teknologi itu sendiri juga akan mendorong operator telekomunikasi untuk
mulai menyediakan kapasitas kecepatan dalam jumlah besar. Para operator juga harus
mulai menggunakan jaringan NGN (Next Generation Network) yang mampu memenuhi
akan kebutuhan karena jika melihat trendnya, telepon tanpa kabel generasi mendatang
akan menyediakan aplikasi-aplikasi yang membutuhkan kapasitas dalam jumlah besar,
termasuk untuk internet.
Operator membutuhkan jaringan akses multi layanan (MSAN) yang mampu memberikan
kapasitas dalam jumlah lebih besar. Jika hanya mengandalkan jaringan tanpa kabel
(wireless), seperti yang selama ini digunakan oleh para operator di Indonesia, mereka
akan tertinggal. Untuk mengantisipasi itu, para operator harus melakukan up-grade
jaringan aksesnya. Jaringan ini, harus mampu membawa traffic suara, video, dan data
sebanyak-banyaknya sesuai yang dibutuhkan konsumer dan konsumer bisnis sehingga
umumnya serat optik tidak dibangun di jalan-jalan kecil, melainkan jalan besar yang
membutuhkan informasi yang lebar. Dengan kata lain jaringan akses multi layanan
sekarang sudah menjadi tumpuan bagi infrastruktur utama yang berada di belakang
kelancaran arus informasi di negeri ini.
Terkait dengan kebutuhan pembangunan jaringan akses multi layanan yang meningkat,
sebuah perusahaan kontraktor telekomunikasi (vendor) berusaha memenangkan tender
untuk mendapatkan beberapa permintaan pekerjaan dari satu maupun beberapa operator.
Sangatlah mungkin sebuah vendor untuk berusaha mendapatkan kesemua proyek yang
ditawarkan. Namun peluang untuk gagal dalam mendapatkan kesemua pekerjaan tersebut

dengan hasil maksimal juga besar. Hal yang paling dekat adalah harga perangkat yang
ditawarkan oleh vendor kurang kompetitif, ruang lingkup pekerjaan yang tidak bisa
dipenuhi, dan lain-lain. Dalam kondisi yang demikian, penting bagi sebuah perusahaan
vendor untuk mempertimbangkan dengan matang ketika akan mengikuti sebuah tender
dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya terhadap semua elemen yang berkaitan,
untuk mendapatkan proyek yang memang dipandang perlu untuk dimenangkan.
Dengan melihat aspek penentuan strategi harga, metode pembayaran, ruang lingkup
pekerjaan, dan penetapan prioritas dalam pemilihan proyek yang ditawarkan oleh
operator berdasarkan aturan tender pada masing-masing operator, mencoba memberikan
usulan dengan menganalisa aspek-aspek yang terkait, sehingga diharapkan vendor
mampu menentukan proyek yang diinginkan secara efektif dan efisien, sehingga
keuntungan dari proyek dapat tercapai.
Semua informasi itu disampaikan secara jelas dan lengkap di dalam dokumen tender yang
disebut dengan dokumen RKS (Rencana Kerjasama). Disamping informasi yang
disampaikan secara tertulis oleh operator, terdapat juga informasi yang sifatnya tidak
tertulis seperti informasi tentang jumlah anggaran untuk proses tender tersebut, dimana
informasi itu sangat penting untuk memprediksi seberapa besar nilai kontrak, kemudian
nilai strategis dari tender yang ada terkait dengan peluang ekspansi kedepannya.
Dengan kondisi demikian penting bagi PT. ZTE Indonesia untuk mempertimbangkan dan
mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang dalam rangka memenangkan tender
tersebut. Dari beberapa tender yang ada, akan ditentukan prioritas yang sesuai dengan
target pencapaian dan perencanaan bisnis dari PT. ZTE Indonesia itu sendiri, sehingga
diharapkan PT. ZTE Indonesia mampu mengelola tender secara efektif dan efisien, dan
tujuan perusahaan dapat tercapai

1.2.

Identifikasi Permasalahan

PT ZTE Indonesia memiliki beberapa kontrak pekerjaan pembangunan jaringan akses


multi layanan (MSAN) dengan operator di Indonesia. Dari keterikatan beberapa kontrak
tersebut, PT ZTE Indonesia menemui kendala dalam penentuan pemilihan proyekproyeknya terutama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan perangkat antar
proyek. Kajian dalam permasalahan tersebut meliputi identifikasi, analisis, dan

pemecahan masalah terhadap aspek penentuan strategi harga, metode pembayaran, ruang
lingkup pekerjaan, dan penetapan prioritas dalam pemilihan proyek yang ditawarkan oleh
operator berdasarkan aturan tender pada masing-masing operator.
Berawal dari permasalahan di atas, mencoba untuk memberikan sebuah solusi melalui
kegiatan penelitian ini. Kajian dalam penelitian ini meliputi identifikasi masalah, proses
pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan metode AHP
(Analytic Hierarchy Process) didukung software Expert Choice dan memberikan
kesimpulan terhadap hasil analisa data berupa rancangan program persiapan proses tender
yang ditunjang dengan rencana implementasi, pemantauan dan komitmen manajemen
diharapkan dapat mengatasi masalah diatas sehingga sasaran proyek dan tujuan
perusahaan dapat tercapai.

1.3.

Pembatasan Masalah

Dalam penulisan penelitian ini, memberikan batasan masalah agar pembahasan tidak
terlalu meluas, dan diharapkan bisa fokus terhadap pokok permasalahan. Berikut adalah
batasan-batasan yang diberikan oleh :
a.

Penelitian dikhususkan pada proyek pembangunan jaringan akses multi layanan


menggunakan perangkat MSAN, sehingga pembahasan diluar itu tidak dilakukan.

b.

Penelitian dilakukan untuk proses pre sales, yaitu proses sebelum tender itu
dimenangkan.

c.

Penelitian dilakukan dengan mengambil studi kasus di PT. ZTE Indonesia,


sehingga penulisan didasarkan pada kondisi perusahaan yang terkait.

d.

Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan tender yang dilakukan oleh operatoroperator yang ada di Indonesia.

1.4.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :


a.

Menentukan pemilihan prioritas dari sebuah proyek jaringan akses multi layanan
MSAN dari beberapa operator, ditinjau dari faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan dalam memenangkan tender bagi PT. ZTE Indonesia, yang pada
akhirnya akan membuat proses tender maupun tahap implementasi dapat berjalan
dengan baik.

b.

Memberikan usulan bagi PT. ZTE Indonesia agar mampu mengelola tendertender yang ada dengan baik.

1.5.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang dapat dijadikan sebagai masukan
bagi PT. ZTE Indonesia, yaitu:
a.

Memberikan nilai tambah bagi PT. ZTE Indonesia dalam berkompetisi dengan
vendor lain.

b.

Memberikan pedoman bagi PT. ZTE Indonesia dalam membaca peluang dari
sebuah tender yang diadakan oleh operator-operator telekomunikasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Profil Perusahaan


PT. ZTE Indonesia adalah perusahaan PMA yang merupakan salah satu cabang dari ZTE
Corporation yang berpusat di Shen Zhen, China. ZTE kepanjangan dari Zhong Xing
Telecommunication. PT ZTE Indonesia mulai berdiri pada tahun 2000 dengan kantor
pertama di Gedung The East Lt. 26, Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. E 3.2 No. 1 Jakarta
12950, Indonesia.
PT. ZTE Indonesia merupakan salah satu vendor telekomunikasi yang menyediakan
layanan perangkat dan jasa telekomunikasi. Produk yang dihasilkan ZTE pada dasarnya
terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1.

Produk yang berupa perangkat keras untuk pembangunan infrastruktur


telekomunikasi. Contoh: perangkat BSS, BTS, BSC untuk infrastruktur jaringan
seluler dan perangkat SOFTSWITCH & MSAN untuk infrastruktur jaringan
transmisi akses.

2.

Produk terminal yang berupa handset dan telepon. Contoh: Modem, handpone,
perangkat untuk antena wireless, USB dan lain-lain.

2.1.1. Sejarah PT. ZTE Indonesia


ZTE didirikan di China pada tahun 1985 dan mengawali produksi pertama berupa switch
dengan kapasitas kecil. Setelah tahun 1987 ZTE mulai membuat lembaga riset dan
development untuk pengembangan produk baru. Setelah tahun 1992 ZTE mulai
memfokuskan diri untuk mengarahkan produknya ke arah produk telekomunikasi.
Mulai tahun 1993 ZTE memfokuskan diri pada penjualan produk dengan market utama di
China, kemudian ZTE juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah China dan
kemudian dijadikan sebagai salah satu BUMN pemerintah China. Pada tahun 1996 ZTE
meningkatkan perkembangan produknya tidak hanya di switch saja tetapi juga produk
lain yang diperlukan di dunia telekomunikasi. Pada tahun 1996 ini juga ZTE mulai
melakukan ekspansi market ke daerah di luar China.

Daerah pertama kali yang dijadikan pasar utama ZTE adalah Pakistan, kemudian ZTE
mendirikan kantor cabang di Pakistan. Setelah itu ZTE lebih fokus melakukan perluasan
market ke arah Asia, Afrika dan Eropa. Pada tahun 1997 ZTE mulai go public. ZTE
mulai mengembangkan market di Indonesia pada tahun 2000 dengan mendirikan
cabangnya di Jakarta dengan nama PT. ZTE Indonesia.

2.1.2. VISI DAN MISI PERUSAHAAN


Visi PT. ZTE Indonesia adalah sebagai berikut :
a.

Memberikan solusi bagi customer terkait dengan masalah Telekomunikasi dan IT.

b.

Memberikan kesejahteraan kepada pegawai.

c.

Meningkatkan pendapatan perusahaan dan keuntungan para shareholder.

Ketiga visi utama ZTE tersebut terungkap dalam semboyannya yaitu Talking To The
Future
Misi PT. ZTE Indonesia adalah sebagai berikut:
a.

Tahun 2009

ZTE menjadi perusahaan pemimpin dalam penyedia jasa dan

perangkat industri telekomunikasi.


b.

Tahun 2015 ZTE menjadi pemimpin market di dunia telekomunikasi.

Untuk mewujudkan visi dan misi ZTE menerapkan beberapa kebijakan terhadap pegawai
yaitu sebagai berikut :
a.

Pegawai ZTE akan mendapatkan training sebelum mulai bekerja dengan fasilitas
peralatan yang lengkap serta diserta praktek secara langsung sehingga ketika
sudah mulai bekerja masalah human error bisa dikurangi..

b.

ZTE memberikan kebijakan terhadap pegawainya dengan system penilaian


kemampuan tiap individu dalam bekerja. Dengan system rewards dan punishment
ZTE memberlakukan system tersebut terhadap pegawainya sehingga kemampuan
masing-masing pegawai tidak hanya terbatas pada jenis pekerjaan yang dihadapi.

c.

Dengan etos dan semangat Only the best people , ZTE memiliki pegawai
dengan usia muda dan produktif dengan rata-rata umur 30 tahun.

d.

Dengan penyediaan pelatihan yang berkelanjutan, ZTE memberikan kesempatan


pengembangan karir dan motifasi diri terhadap pegawainya.

2.2 Teknologi dan Produk Jaringan Akses Multi Layanan PT ZTE Indonesia

ZTE memiliki perangkat MSAN yang dapat memenuhi kebutuhan industri dengan
arsitektur standar dengan layer NGN, dimana komunikasi antar elemen elemennya pada
layer dengan standar interface yang berbeda dengan mencapai sistem yang stabil dan
fleksibel. Dengan kemampuan perangkat MSAN ZTE sangat mudah untuk dioptimisasi
perangkatnya untuk memenuhi kebutuhan diatas tersebut.
MSAN adalah generasi terbaru dari sistem jaringan akses multi layanan yang mana dapat
menyediakan berbagai macam layanan melalui satu platform yang universal. Artinya
bahwa beberapa operator tidak perlu lagi membangun berbagai macam jenis jaringan
akses contohnya satu untuk POTS, satu untuk data dan yang lain untuk video; operator
hanya butuh membangun sebuah jaringan akses yang dapat mengakses berbagai macam
layanan, termasuk layanan terbaru kedepannya. Hanya dengan membangun sebuah
jaringan akses melalui MSAN, para operator dapat memotong sebagian biaya investasi
dan bisa memfokuskan untuk memberikan kualitas layanan yang terbaik kepada
pelanggan dengan biaya investasi yang terpotong tersebut. Dibandingkan dengan
Jaringan Akses yang tradisional , MSAN mengadopsi arsitektur bus multi layanan dan
built-in teknologi MSTP technology untuk menyediakan kemampuan multi akses
layanan. MSAN benar-benar mewujudkan akses multi layanan pengguna, transmisi multi
layanan yang kompak dan konvergensi multi layanan. Sehingga sangat mudah untuk
menyediakan layanan POTS, ISDN, DDN, xDSL , EPON ,dan layanan berbasis IP
kepada pengguna dan penyedia layanan.

Gambar 2.1: Platform Universal MSAN1

Jenis-jenis produk jaringan akses multi layanan MSAN PT ZTE Indonesia :


1.

ZXMSG5200: Standar untuk tipe indoor (kabinet 19D06H20)

Gambar 2.2 ZXMSG5200 tipe indoor2

Sumber : Dokumen Proposal Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN
ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)
2
Sumber : Dokumen Spesifikasi Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan
MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

2.

ZXMSG5200: OUT40E

Gambar 2.3 ZXMSG5200 OUT40E3

3.

ZXMSG5200: OUT20E

Gambar 2.4 ZXMSG5200 OUT20E4

Sumber : Dokumen Spesifikasi Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan
MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)
4
Sumber : Dokumen Spesifikasi Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan
MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

Gambar 2.5 Solusi dari MSAN ZTE5

2.3. Proyek Jaringan Akses Multi Layanan PT ZTE Indonesia


Adapun beberapa proyek pembangunan jaringan akses multi layanan (MSAN)
yang pernah dilakukan oleh PT ZTE Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM).
2. Pengadaan dan Pemasangan MSOAN DivRe I 2006 (TELKOM)
Sebagai bahan referensi untuk penentuan kriteria-kriteria dalam membuat hierarki, akan
diambil salah satu dari beberapa proyek di atas, yaitu Buku Acuan Tender TELKOM
(Rencana Kerja dan Syarat : RKS TELKOM) Proyek Pengadaan dan Pemasangan
MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 dan juga beberapa Buku acuan Tender yang biasa
digunakan pada INDOSAT mengenai Pengadaan Perangkat Jaringan Akses, karena pada
dasarnya buku acuan tender berbeda antara operator satu dengan operator lainnya namun
didalam operator itu sendiri memiliki kecenderungan aturan tender yang sama untuk
proyek yang berbeda.

Dalam proyek tersebut memiliki tujuan untuk membangun

jaringan akses multi layanan menggunakan perangkat MSAN sebagai perangkat


pendukung NGN (Next Generation Network).

Sumber : Dokumen Proposal Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN
ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

10

2.3.1. Pengadaan dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008
(TELKOM)
Pada RKS ini Mitra Pengadaan atau Vendor diminta mengajukan penawaran untuk
pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 dengan
tanggung jawab tunggal dan bertanggung jawab penuh secara sistem.
Secara umum ruang lingkup pekerjaan proyek pengadaan MSAN dan Akses Sekunder
2008 ini adalah sebagai berikut :
a)

Pembangunan jaringan akses fiber optik menggunakan teknologi MSAN secara

sistem.
b)

Pelaksanaan kontrak menggunakan sistem turnkey project dimana mitra

bertanggung jawab pada hal-hal sebagai berikut:


c)

Pengiriman, penyediaan dan instalasi seluruh barang.

d)

Penyediaan seluruh jasa yang dibutuhkan dan material instalasi sistem lengkap

sampai dengan sistem selesai terpasang, berhasil dites dengan baik, ready for service dan
dapat diserahkan ke TELKOM.
e)

Integrasi dengan jaringan TELKOM eksisting (Softswitch,

Metro ethernet,

jaringan Broadband, dan TeNOSS Telkom National Operation Support System).


Waktu pelaksanaan proyek selama 120 hari kalender.
KONFIGURASI SISTEM
Definisi sistem dalam RKS ini adalah infrastruktur lengkap yang siap untuk
komersialisasi dan operasi. Sistem yang ditawarkan terdiri dari sistem elemen berikut:
a)

Sistem elemen Inside Plat (ISP):

i)

Perangkat MSAN

ii)

Element Management System (EMS)

b)

Power supply/catuan PLN untuk masing-masing lokasi ISP

11

c)

Konfigurasi sistem yang ditawarkan adalah sebagai berikut:

ISP
MSAN

SoW
Secondary OSP
RK

CPE

ODF
DP

Model 1 : ALU, SSL 480

ODF

Metro Ethernet

MSAN

RK

Sof tswitch

IP Network

CPE

ODF
DP

Tie Line

Model 2 : ALU, SSL > 480


MSAN

BRAS

RK

CPE

ODF
DP

Tie Line

Model 3 : Modernisasi tanpa reboundary

SoW
MSAN

DCN
LCT

CPE

ODF
DP

Tie Line

EMS Client

Model 4 : Modernisasi dengan reboundary

EMS Server

Gambar 2.6. Sistem Konfigurasi MSAN6

d)
i)

Model Konfigurasi sistem yang ditawarkan ada 4 tipe yaitu:


Model 1 : Additional Line Unit (ALU) dengan jumlah subscriber 480 SSL

Untuk model ini, terminasi OSP jaringan akses sekunder baru ke perangkat MSAN
adalah langsung di dalam ruang terminal block kabinet MSAN.
ii)

Model 2 : Additional Line Unit (ALU) dengan jumlah subscriber > 480 SSL

Untuk model ini, terminasi OSP jaringan akses sekunder baru ke perangkat MSAN
adalah melalui Rumah Kabinet (RK) baru dan jumpering tie line
iii)

Model 3 : Modernisasi jaringan akses eksisting tanpa reboundary

Untuk model ini, terminasi OSP jaringan akses sekunder eksisting ke perangkat MSAN
adalah melalui RK eksisting menggunakan tie line baru. Proses cut over dan migrasi ke
perangkat baru menjadi tanggung jawab mitra.
iv)

Model 4 : Modernisasi jaringan akses eksisting dengan reboundary

Untuk model ini, RK eksisting direboundary area layanannya dengan kapasitas per area
layanan baru < 480 subscriber sehingga terminasi OSP jaringan akses sekunder eksisting

Sumber : Dokumen RKS TELKOM untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses
Sekunder 2008 (TELKOM)

12

langsung ke perangkat MSAN. Proses cut over dan migrasi ke perangkat baru menjadi
tanggung jawab mitra
LOKASI PROYEK
Lokasi pekerjaan proyek pengadaan MSAN ALU dan Akses Sekunder 2008 dilakukan di
7 (tujuh) Divre, sebagai berikut :
LAYANAN
DIVRE

DIVRE
1

DIVRE
2

DIVRE
3
DIVRE
4
DIVRE
5
DIVRE
6
DIVRE
7

JUMLAH
SITE

TABEL DIVRE

tahap 1 D1(eval)
tahap 2 D1 ALU
tahap 2 D1 MOD
subtotal of division 1
tahap 1 D2 (eval)
tahap 2 D2_2_ALU ABT
tahap 2 D2_3_ALU ABT
tahap 2 D2_MOD
subtotal of division 2
tahap 2 D3_ALU
tahap 2 D3_MOD
subtotal of division 3
tahap 1 D4 (eval)
tahap 2 D4 ALU
subtotal of division 4
tahap 1 D5 (eval)
tahap 2 D5 ALU
subtotal of division 5
tahap 2 D6 ALU
subtotal of division 6
tahap 1 D7 (eval)
tahap 2 D7 ALU+MOD
subtotal of division 7
total

15
48
14
77
96
70
125
14
305
76
39
115
10
48
58
63
22
85
7
7
54
194
248
895

TOTAL LAYANAN

POTS
ONLY

Combo
(Pots &
Adsl 2+)

P-Phone
(64 kb/s)

3504
0
0
3504
23605
12900
32081
2560
70866
10209
11880
22089
0
0
0
19164
2128
21292
2075
2075
13159
44742
57901
177727

472
14682
6920
22074
9940
6660
15184
224
32008
4392
5193
9585
3264
15064
18328
1592
4200
5792
292
292
5620
19200
24820
112899

112
447
0
559
1379
1120
385
224
3108
97
195
292
34
172
206
736
352
1088
63
63
450
3104
3554
8870

voice

data

4088
15129
6920
26137
34924
20400
47650
3008
105982
14698
17268
31966
3298
15236
18534
21492
6680
28172
2430
2430
19229
67046
86275
299496

472
14682
6920
22074
9940
6660
15184
224
32008
4392
5193
9585
3264
15064
18328
1592
4200
5792
292
292
5620
19200
24820
112899

Tabel 2.1 Table Of Services MSAN7

Sumber : Dokumen RKS TELKOM untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses
Sekunder 2008 (TELKOM)

13

2.4. Analityc Hierarchy Process (AHP)


Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif
atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagianbagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai
numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas
paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP
ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki
kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan
guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan
dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis
berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita
secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.

Gambar 2.7. Ilustrasi Kendala Pengambilan Keputusan

14

Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu
prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative
Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Hirarki yang dimaksud
adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan
kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam
proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan
beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Dalam
memilih

kriteria-kriteria

pada

setiap

masalah

pengambilan

keputusan

perlu

memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:


1.

Lengkap

Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan
dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.
2.

Operasional

Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil
keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada,
disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.
3.

Tidak berlebihan

Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.
4.

Minimum

Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman


terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis.
Dekomposisi
Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan dekomposisi, yaitu memecah
persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa
tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki
(Hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa
banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusan-lah yang
menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika
keadaan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan

15

hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada semua tingkat memiliki
semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan
hirarki tidak lengkap.

Gambar 2.8 Hierarki Analitik

Penilaian komparatif
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu
tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan
inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari
penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise
comparison.

Dalam

melakukan

penialaian

terhadap

elemen-elemen

yang

diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni:


1.

Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

2.

Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu
dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam penyusunan skala kepentingan, Saat
menggunakan patokan pada tabel berikut.

16

Tabel 2.2 Skala Kepentingan

Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika
elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3
kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama
akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja
dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise
comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun
matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya
sama dengan 1.

Sintesis Prioritas
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk
mendapatkan local priority. Karena matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada
setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis antara
local priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur
sintesis dinamakan priority setting.

17

Konsistensi Logik
Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut
tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.5.

Penggunaan Metode AHP

AHP dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk


mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan
peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang
diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan
permasalahan kompleks lainnya. Secara umum, langkah-langkah dasar dari AHP dapat
diringkas dalam penjelasan berikut ini:
1.

Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan. Bila AHP digunakan untuk

memilih alternatif atau penyusunan prioritas alternatif, maka pada tahap ini dilakukan
pengembangan alternatif.
2.

Menyusun masalah dalam struktur hirarki. Setiap permasalahan yang kompleks

dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur.


3.

Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini

menghasilkan bobot elemen terhadap pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot
tertinggi memiliki prioritas penanganan. Langkah pertama pada tahap ini adalah
menyusun perbandingan berpasangan yang ditransformasikan dalam bentuk matriks,
sehingga matriks ini disebut matriks perbandingan berpasangan.
C merupakan kriteria dan memiliki n dibawahnya, yaitu A1 sampai dengan An. Nilai
perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj dinyatakan dalam aij yang menyatakan
hubungan seberapa jauh tingkat kepentingan Ai bila dibandingkan dengan Aj. Bila nilai
aij diketahui, maka secara teoritis nilai aji adalah 1/aij, sedangkan dalam situasi i=j
adalah mutlak 1. Nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan diatas diperoleh dari
skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty pada tabel diatas. Untuk menyusun suatu
matriks yang akan diolah datanya, langkah pertama yang dilakukan adalah menyatukan
pendapat para responden melalui rata-rata geometrik yang secara sistematis ditulis
sebagai berikut:

18

Aij = (Z1,Z2,Z3,,Zn)1/n
Dimana aij menyatakan nilai rata-rata geometrik, Z1 menyatakan nilai perbandingan
antar kriteria untuk responden ke 1, dan n menyatakan jumlah partisipan. Pendekatan
yang dilakukan untuk memperoleh nilai bobot kriteria adalah dengan langkah-langkah
berikut:

a.

Menyusun matriks perbandingan

b.

Matriks perbandingan hasil normalisasi

4.

Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang

didapatkan pada tiap tingkat hirarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks
perbandingan dan keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang
dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batasbatas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah
selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks. Untuk melakukan
perhitungan ini diperlukan bantuan table Random Index (RI) yang nilainya untuk setiap
ordo matriks dapat dilihat pada tabel berikut ini:

19

Dengan tetap menggunakan matriks diatas, pendekatan yang digunakan dalam pengujian
konsistensi matriks perbandingan adalah:
a. Melakukan perkalian antara bobot elemen dengan nilai awal matriks & membagi

jumlah perkalian bobot elemen & nilai awal matriks dengan bobot untuk mendapatkan
nilai eigen.

b. Mencari nilai matriks


Nilai matriks merupakan nilai rata-rata dari nilai eigen yang didapatkan dari perhitungan
sebelumnya.

c. Mencari nilai Consistency Index (CI)

d. Mencari nilai Consistency Ratio (CR)

Suatu matriks perbandingan disebut konsisten jika nilai CR < 0,10.

20

5. Melakukan pengujian konsistensi hirarki. Pengujian ini bertujuan untuk menguji


kekonsistensian perbandingan antara kriteria yang dilakukan untuk seluruh hirarki. Total
CI dari suatu hirarki diperoleh dengan jalan melakukan pembobotan tiap CI dengan
prioritas elemen yang berkaitan dengan faktorfaktor yang diperbandingkan, dan
kemudian menjumlahkan seluruh hasilnya. Dasar dalam membagi konsistensi dari suatu
level matriks hirarki adalah mengetahui konsistensi indeks (CI) dan vektor eigen dari
suatu matriks perbandingan berpasangan pada tingkat hirarki tertentu.

dimana,
CR Hij = Rasio konsistensi hirarki dari matriks perbandingan berpasangan matriks i
hirarki pada tingkat j yang dikatakan konsistensi jika nilainya <10%.
CI Hij = Indeks konsistensi hirarki dari matriks perbandingan i pada tingkat j.
RI Hij = Indeks random hirarki dari matriks perbandingan berpasangan i pada hirarki
tingkat j.
CIi,j = Indeks konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan i pada hirarki tingkat j.
EVi,j = Vektor eigen dari matriks perbandingan berpasangan i pada hirarki tingkat j yang
berupa vektor garis.
CIi,j + 1 = Indeks konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan yang dibawahi
matriks i pada hirarki tingkat j+1 berupa vektor kolom.
RIi,j = Indeks random dari matriks perbandingan berpasangan i hirarki pada tingkat j.
RIi,j + 1 = Indeks rasio dari orde matriks perbandingan berpasangan yang dibawahi
matriks i pada hirarki tingkat j+1 berupa vektor kolom.

21

Eigenvector
Dalam matematika, eigenvalue, eigenvector, dan konsep-konsep berkaitan eigenspace
dalam bidang aljabar linear. Awalan eigen adalah kata Jerman untuk bawaan.. Aljabar
linear studi transformasi linear, yang diwakili oleh matriks yang bekerja pada vektor.
Eigennilai, eigenspaces adalah eigenvectors dan sifat-sifat sebuah matriks. Mereka
dihitung dengan metode yang dijelaskan di bawah ini, memberikan informasi penting
tentang matriks, dan dapat digunakan dalam faktorisasi matriks. . Mereka juga memiliki
aplikasi dalam bidang matematika terapan beragam seperti keuangan dan mekanika
kuantum.
Secara umum, matriks bekerja pada sebuah vektor dengan mengubah baik yang besar dan
arahnya. Namun, suatu matriks dapat bertindak atas vektor tertentu hanya dengan
mengubah besar mereka, dan meninggalkan mereka berubah arah (atau mungkin
kebalikannya). Sebuah matriks bekerja pada sebuah eigenvector dengan mengalikan
besarnya dengan faktor, yang positif bila arahnya tidak berubah dan negatif jika arahnya
dibalik. Faktor ini adalah eigenvalue yang terkait dengan eigenvector. Sebuah eigenspace
adalah himpunan semua eigenvectors yang memiliki eigenvalue yang sama.. Konsepkonsep yang tidak dapat secara formal didefinisikan tanpa prasyarat, termasuk
pemahaman tentang matriks, vektor, dan transformasi linier.
Transformasi linear dari ruang vektor, seperti rotasi, refleksi, peregangan, kompresi,
geser atau kombinasi dari ini, dapat divisualisasikan dengan efek yang mereka hasilkan
pada vektor.. Secara formal, dalam ruang vektor L, sebuah fungsi vektor A didefinisikan
jika untuk setiap vektor x L ada yang unik sesuai vektor y = A (x) L. Demi keringkasan,
tanda kurung di sekitar vektor transformasi yang bertindak seringkali dihilangkan. A
vector function A is linear if it has the following two properties: Sebuah fungsi vektor A
adalah linier jika memiliki dua sifat berikut:
Aditivitas: A (x + y) = A x + A y
Homogenitas: A ( x) = A x
di mana x dan y adalah dua vektor ruang vektor L dan adalah setiap skalar. seperti
fungsi secara berbeda-beda disebut transformasi linear, linear operator, atau linier
endomorphism di ruang L.

22

Mengingat transformasi linear A, non-nol vektor x didefinisikan sebagai sebuah


transformasi eigenvector jika memenuhi persamaan eigenvalue
Definisi
untuk beberapa skalar . Dalam situasi ini, skalar disebut eigenvalue dari A
sesuai dengan eigenvector x.

Persamaan kunci dalam definisi ini adalah persamaan eigenvalue, A x = x. Itu adalah
untuk mengatakan bahwa vektor x memiliki properti yang arahnya tidak diubah oleh
transformasi A, tetapi bahwa hanya skala dengan faktor . Kebanyakan vektor x akan
tidak memuaskan seperti persamaan: khas vektor x berubah arah ketika dipengaruhi oleh
A, sehingga bahwa A x bukan kelipatan x. Ini berarti bahwa hanya khusus tertentu x
adalah vektor eigenvectors, dan hanya tertentu adalah skalar khusus eigennilai. Tentu
saja, jika A merupakan kelipatan dari matriks identitas, maka tidak ada perubahan vektor
arah, dan semua non-nol vektor adalah eigenvectors.
Persyaratan bahwa non-eigenvector nol dikenakan karena persamaan A 0 = 0 berlaku
untuk setiap A dan setiap . Karena persamaan selalu sepele benar, bukan merupakan
kasus yang menarik. Sebaliknya, sebuah eigenvalue dapat menjadi nol dalam sebuah cara
trivial Setiap eigenvector dikaitkan dengan eigenvalue tertentu. Satu eigenvalue dapat
dikaitkan dengan beberapa atau bahkan dengan jumlah tak terbatas eigenvectors.

Gambar. 2.

Sebuah tindakan untuk meregangkan vektor x, tidak mengubah arah, jadi x adalah

eigenvector A.

23

Geometris (Gambar 2), persamaan eigenvalue berarti bahwa di bawah transformasi


Sebuah eigenvectors hanya mengalami perubahan besar dan tanda-arah A x adalah sama
dengan x. The eigenvalue hanyalah jumlah "peregangan" atau "menyusut" sebuah
vektor yang terkena ketika diubah oleh A. Jika = 1, vektor tetap tidak berubah (tidak
terpengaruh oleh transformasi). Sebuah transformasi 1 di mana sebuah vektor x tetap
tidak berubah, aku x = x, didefinisikan sebagai transformasi identitas. Jika = -1, vektor
membalik ke arah yang berlawanan, ini didefinisikan sebagai refleksi.
Jika x adalah eigenvector dari transformasi linear A dengan eigenvalue , maka setiap
skalar beberapa x juga merupakan eigenvector A dengan eigenvalue yang sama. .
Demikian pula jika lebih dari satu saham eigenvector eigenvalue yang sama, setiap
kombinasi linear eigenvectors ini sendiri akan menjadi eigenvector dengan eigenvalue .
Bersama dengan vektor nol, yang eigenvectors A dengan eigenvalue yang sama
membentuk suatu subspace linier dari ruang vektor disebut eigenspace.
Yang berkorespondensi dengan berbeda eigenvectors eigennilai tersebut adalah linear
independen yang berarti, khususnya, bahwa dalam n-dimensi transformasi linier A tidak
bisa memiliki lebih dari n eigenvectors dengan eigennilai berbeda.
Jika dasar didefinisikan dalam ruang vektor, semua vektor dapat dinyatakan dalam
komponen. Untuk terbatas dimensi ruang vektor dengan dimensi n, transformasi linier
dapat diwakili dengan n n matriks persegi. Sebaliknya, setiap matriks persegi tersebut
sesuai dengan transformasi linear untuk dasar tertentu. Jadi, dalam dua dimensi ruang
vektor R2 dilengkapi dengan dasar standar, maka eigenvector persamaan untuk
transformasi linear A dapat ditulis dalam representasi matriks berikut:

dimana matriks penjajaran menunjukkan perkalian matriks.


Sebuah matriks dikatakan rusak jika ia gagal memiliki n eigenvectors linear independen.
Semua cacat matriks memiliki kurang dari n eigennilai berbeda, tapi tidak semua matriks
dengan kurang dari n eigennilai berbeda cacat.

24

2.6. Expert Choice


Software Expert Choice (EC) adalah alat bantu untuk menentukan prioritas sebuah
keputusan multi-kriteria berdasarkan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), sebuah
teori matematika yang pertama dikembangkan di Wharton School of the University of
Pennsylvania oleh salah satu orang pendiri Expert Choice, Thomas L. Saaty.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menggunakan AHP dan Expert Choice:

Bertukar pikiran melalui wawancara dan diskusi dan buat struktur keputusan sebagai

model hirarki

Buat grup pemodelannya

Tentukan tipe dan model perbandingan pairwise atau fungsi grid data

Masukkan data ke Expert Choice melalui database external

Perbandingan pairwise dari kriteria-kriteria untuk menentukan tingkat kepentingan

dalam pengambilan keputusan

Tentukan alternatif terbaik

Lakukan analisis sensitivity

Export data ke external databases

Expert Choice mempunyai metode yang unik dengan perbandingan pairwise untuk
mendapatkan prioritas secara akurat yang merefleksikan nilai dan persepsi dari pihak
yang berwenang dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan sistem software.
Expert Choice menyediakan sintesis dari beberapa penilaian dengan pemodelan grup.
Expert Choice juga sangat berguna untuk perkiraan, penghitungan resiko dan masalah
ketidakpastian, dan penjabaran distribusi probabilitas.

25

Beberapa tampilan dari software Expert Choice di berikan seperti gambar berikut ini :

Gambar 2.9 Struktur Hierarchy di Expert Choice

Gambar 2.10 Tampilan Kriteria-kriteria

26

Gambar 2.11 Tampilan Inkonsistensi

Gambar 2.12 Sintesis Prioritas

27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai struktur kerja
penelitian, data-data yang diperlukan, metode pengumpulan data serta hasil yang
diharapkan.
3.1.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan langkah-langkah kerja penelitian, dimulai dari awal


penelitian sampai didapatkan tujuan akhir dari penelitian tersebut. Rancangan penelitian
ini dapat dinyatakan diagram alir penelitian agar langkah kerja yang akan dikerjakan
lebih jelas dan terarah sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang diharapkan.
Adapun diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

28

Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi :


a.

Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari bahan-bahan referensi yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Dengan mencari buku-buku, jurnal-jurnal mengenai pemilihan
prioritas maupun melalui internet.
b.

Wawancara dengan pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan.

c.

Pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan

software pendukung Expert Choice.

3.2.

Software Tools yang Digunakan

Expert Choice v.11


Dipergunakan sebagai alat bantu untuk menampilkan hasil analisa dari :
- Data perbandingan antara kriteria kriteria yaitu harga, metode pembayaran, ruang
lingkup pekerjaan, jadwal pekerjaan, metode pengiriman barang, nilai strategis proyek
terhadap proyek pembangunan jaringan akses multi layanan MSAN di Telkom, Indosat
dan Biznet.

3.3.

Metode Pengumpulan Data


Data data diperoleh dari dokumen-dokumen tender pekerjaan proyek yang

terkait dan melakukan wawancara maupun diskusi dengan pihak-pihak pengambil


keputusan terhadap kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan sebuah tender
mendapatkan prioritas untuk dimenangkan.
Sumber data primer diperoleh dari lapangan yaitu dengan mengevaluasi dokumendokumen tender PT. ZTE Indonesia serta hasil wawancara dan diskusi dengan pihak PT.
ZTE Indonesia yang berwenang dalam mengambil keputusan terhadap sebuah tender.
Sumber data sekunder diperoleh dari referensi-referensi dan pencarian data terkait di
internet.

29

3.4.

Proses Penentuan Prioritas Sebuah Proyek

Di dalam mengikuti tender sebuah proyek di beberapa operator telekomunikasi perlu


diperhatikan kriteria dan alternatif dari tiap-tiap proyek melalui dokumen-dokumen yang
dinyatakan secara tertulis maupun informasi-informasi lainnya yang tidak tertulis.
Informasi-informasi yang diperoleh dari sumber tertulis disebut dengan kriteria dan
operator-operator yang mengadakan tender tersebut disebut dengan alternatif. Dari
kriteria dan alternatif yang diperoleh ditentukan peringkat untuk mendapatkan kriteria
dan alternatif yang terpenting terhadap tujuan pemilihan tender proyek jaringan akses
multi layanan MSAN dengan melibatkan pihak yang berwenang dari PT. ZTE Indonesia
dalam pengambilan keputusan terhadap suatu tender proyek dan didukung dengan
software expert choice sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan multi-kriteria
dengan menyederhanakan kompleksitas yang ada. Dari hasil pengolahan data
menggunakan expert choice diperoleh prioritas sebuah proyek yang akan dipilih dengan
melihat dan mempertimbangkan semua kriteria dan alternatif yang ada dan disesuaikan
dengan tujuan dan kepentingan perusahaan yang hendak dicapai dari pemilihan proyek
tersebut.

3.5.

Metode Analisis

Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengambilan


keputusan pemilihan proyek dapat dibuat hierarki keputusan dari tingkat paling atas
adalah tujuan, yaitu pemilihan sebuah tender, kemudian di level kedua adalah kriteriakriteria dari sebuah pekerjaan proyek pembangunan jaringan akses multi layanan
menggunakan perangkat MSAN, dan di level ketiga terdapat alternatif-alternatif yaitu
operator-operator yang melakukan pembangunan jaringan transmisi optik tersebut. Dari
pengolahan data diperoleh kriteria dan alternatif dengan bobot terbesar, sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan prioritas untuk memilih sebuah proyek.

30

3.6.

Keterkaitan Data dan Analisis Terhadap Metode AHP & Expert Choice

Data dalam penelitian ini terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif.
Adapun tujuan dari sebuah proses tender adalah pemilihan proyek dalam suatu tender.
Kriteria yang diperoleh meliputi :
1)

Harga, yaitu besarnya nilai sebuah proyek.

2)

Metode pembayaran, yaitu termin pembayaran terhadap proyek yang akan


dilaksanakan.

3)

Ruang lingkup pekerjaan, yaitu lingkup pekerjaan yang menjadi tanggungjawab


dari vendor.

4)

Jadwal pekerjaan, yaitu waktu yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan


pekerjaan.

5)

Metode pengiriman barang, yaitu tujuan akhir dari proses pengiriman perangkat.
Pengiriman bisa dilakukan sampai ke lokasi di mana perangkat tersebut dipasang
atau hanya sampai ke lokasi gudang vendor, dan pengiriman ke lokasi
pemasangan menjadi tanggungjawab operator.

6)

Nilai strategis proyek, yaitu peluang ke depan terhadap proyek yang akan diikuti,
seperti peluang ekspansi, peluang pengembangan terkait dengan perkembangan
teknologi, dan lain-lain.

Sedangkan alternatif merupakan operator-operator di Indonesia yang memiliki kegiatan


tender pembangunan jaringan akses multi layanan menggunakan perangkat MSAN, yaitu
TELKOM, INDOSAT, dan BIZNET.
Dalam hal ini, AHP merupakan proses perumusan kebijakan yang powerful dan fleksibel
dalam menentukan prioritas, membandingkan kriteria, alternatif dan membuat keputusan
yang terbaik ketika pengambil keputusan harus mempertimbangkan aspek kuantitatif dan
kualitatif. AHP mengurangi kerumitan suatu keputusan menjadi rangkaian perbandingan
satu-satu, kemudian mensintesis hasil perbandingan tersebut. Dengan demikian, AHP
tidak hanya bermanfaat dalam pembuatan keputusan yang terbaik tetapi juga memberikan
dasar yang kuat bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan yang terbaik.
Estimasi dengan menggunakan metode AHP dapat dilakukan dengan mudah dengan
menggunakan software khusus yang disebut Expert Choice.

31

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Pada bab ini akan dilakukan analisis menggunakan perhitungan secara manual dan
analisis menggunakan tool yaitu software Expert Choice untuk menentukan prioritas
sebuah tender proyek jaringan akses MSAN. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan
data yang memiliki faktor penting terhadap pengambilan keputusan dalam menentukan
sebuah tender yang akan diikuti. Data diperoleh dengan melakukan proses wawancara
dengan pihak pengambil keputusan dari PT. ZTE Indonesia mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh pada proses pengambilan keputusan pemilihan proyek dapat dibuat
perhitungan secara manual berdasarkan Metode AHP.

4.1.

Perhitungan manual menggunakan metode AHP.

4.1.1

Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan.

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari perhitungan menggunakan metode AHP adalah
menentukan pilihan sebuah proyek di dalam proses tender, yang di dasarkan pada skala
prioritas yang di peroleh untuk tiap-tiap alternatif. Dalam hal ini fungsi dari metode AHP
itu sendiri adalah untuk memilih alternatif atau penyusunan prioritas alternatif.

4.1.2

Menyusun masalah dalam struktur hirarki.

Setelah ditentukan masalah dan tujuannya, langkah selanjutnya adalah menyusun


permasalahan yang ada ke dalam suatu hirarki. Dengan maksud agar masalah yang
kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur. Seperti yang ditunjukkan
pada gambar diagram hirarki berikut.

32

ALTERNATIVE

SUB KRITERIA

KRITERIA

TUJUAN

Pemilihan Proyek Dalam Suatu


Tender

Harga

Harga Barang

Harga Jasa

3 Operator
3 Operator
Telekomunikasi Telekomunikasi

Metode
Pembayaran

Setelah Seluruh
Pekerjaan
Selesai

Jadwal Pekerjaan

Dibayar Per
Subsistem

Ruang Lingkup
Pekerjaan

Lumpsum

3 Operator
3 Operator
Telekomunikasi Telekomunikasi

Parsial

3 Operator
3 Operator
Telekomunikasi Telekomunikasi

INDOSAT

TELKOM

Gambar 4.1. Diagram Hirarki

33

FOB (Hanya
Sampai Port
Negara China)

DDP (Dikirim
Sampai Ke
Lokasi Instalasi)

3 Operator
Telekomunikasi

3 Operator
Telekomunikasi

3 Operator
Telekomunikasi

3 Operator
Telekomunikasi

3 Operator
Telekomunikasi

Metode
Pengiriman
Barang

Nilai Strategis
Proyek

BIZNET

Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki.

4.1.3
4.1.3.1

Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki kriteria.

A.

Matrik Perbandingan Kriteria Terhadap Tujuan "Pemilihan Proyek Dalam

Suatu Tender"

1)

Matrik Perbandingan Kriteria Terhadap Tujuan "Pemilihan Proyek Dalam

Suatu Tender"
C

Harga

Metode
Pembayaran

Jadwal
Pekerjaan

Ruang
Lingkup
Pekerjaan

Nilai
Strategis
Proyek

Metode
Pengiriman
Barang

Harga

1/1

4/1

3/1

5/1

1/2

8/1

Metode
Pembayaran

1/4

1/1

2/1

5/1

1/3

4/1

Jadwal
Pekerjaan

1/3

1/2

1/1

3/1

1/5

5/1

Ruang
Lingkup
Pekerjaan

1/5

1/5

1/3

1/1

1/6

3/1

Nilai
Strategis
Proyek

2/1

3/1

5/1

6/1

1/1

9/1

Metode
Pengiriman
Barang

1/8

1/4

1/5

1/3

1/9

1/1

2)

Matrik Perbandingan Kriteria Terhadap Tujuan "Pemilihan Proyek Dalam

Suatu Tender" (dalam bentuk desimal)


C

Harga

Metode
Pembayaran

Jadwal
Pekerjaan

Ruang
Lingkup
Pekerjaan

Nilai
Strategis
Proyek

Metode
Pengiriman
Barang

Harga

1.00

4.00

3.00

5.00

0.50

8.00

34

Metode
Pembayaran

0.25

1.00

2.00

5.00

0.33

4.00

Jadwal
Pekerjaan

1.00

0.50

1.00

3.00

0.20

5.00

Ruang
Lingkup
Pekerjaan

0.20

0.20

0.33

1.00

0.17

3.00

Nilai
Strategis
Proyek

2.00

3.00

5.00

6.00

1.00

9.00

Metode
Pengiriman
Barang

0.13

0.25

0.20

0.33

0.11

1.00

Membuat peringkat prioritas dari matrik perbandingan dengan menentukan eigenvector,


yaitu:
1) Mengkuadratkan matrik perbandingan (dalam bentuk desimal).
1.00

4.00

3.00

5.00

0.50

8.00

1.00

4.00

3.00

5.00

0.50

8.00

0.25

1.00

2.00

5.00

0.33

4.00

0.25

1.00

2.00

5.00

0.33

4.00

1.00

0.50

1.00

3.00

0.20

5.00

1.00

0.50

1.00

3.00

0.20

5.00

0.20

0.20

0.33

1.00

0.17

3.00

0.20

0.20

0.33

1.00

0.17

3.00

2.00

3.00

5.00

6.00

1.00

9.00

2.00

3.00

5.00

6.00

1.00

9.00

0.13

0.25

0.20

0.33

0.11

1.00

0.13

0.25

0.20

0.33

0.11

1.00

2)

Hasil pengkuadratan adalah sebagai berikut :

8.04 14.00 26.17 44.67 4.66 66.50


4.69 6.00 12.08 20.58 2.48 38.00
3.78 7.45 12.00 16.37 2.13 30.80
1.51 2.63 5.52 6.02 0.90 11.60
12.12 19.95 33.00 55.00 6.01 89.00
1.61 1.92 3.55 6.23 0.63 10.03

35

3) Menjumlahkan setiap baris dari matriks hasil penguadratan cara (a), kemudian
dinormalisasi (cara: membagi jumlah baris dengan total baris), hingga diperoleh nilai
eigenvector (1).

Diperoleh nilai Eigen Vector adalah sebagai berikut :


Nilai Eigen Vector
8.04
4.69
3.78
1.51
12.12
1.61

14.00
6.00
7.45
2.63
19.95
1.92

+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+

26.17
12.08
12.00
5.52
33.00
3.55

+
+
+
+
+
+

44.67
20.58
16.37
6.02
55.00
6.23

+
+
+
+
+
+

4.66
2.48
2.13
0.90
6.01
0.63

+
+
+
+
+
+

66.50
38.00
30.80
11.60
89.00
10.03

=
=
=
=
=
=

164.04
83.84
72.52
28.18
215.08
23.96

+
587.61
164.04
83.84
72.52
28.18
215.08
23.96

:
:
:
:
:
:

587.61
587.61
587.61
587.61
587.61
587.61

=
=
=
=
=
=

0.28
0.14
0.12
0.05
0.37
0.04

+
1.00

4) Untuk mengecek ulang nilai eigenvector, matriks hasil penguadratan nomor (2)
dikuadratkan kembali dan lakukan kembali cara nomor (3), hingga diperoleh eigenvector
yang baru. Kemudian, bandingkan eigenvector pertama dan kedua. Jika di antara
keduanya, tidak ada perubahan nilai atau hanya sedikit mengalami perubahan maka nilai
eigenvector pertama sudah benar. Akan tetapi, jika sebaliknya, maka nilai eigenvector
pertama masih salah dan lakukan kembali cara nomor (1) sampai dengan nomor (3),
hingga nilai eigenvector tidak berubah atau hanya sedikit berubah.

36

Mengkuadratkan hasil pengkuadratan di atas :


8.04

14.00

26.17

44.67

4.66

66.50

4.69

6.00

12.08

20.58

2.48

38.00
X

8.04

14.00

26.17

44.67

4.66

66.50

4.69

6.00

12.08

20.58

2.48

38.00

3.78

7.45

12.00

16.37

2.13

30.80

3.78

7.45

12.00

16.37

2.13

30.80

1.51

2.63

5.52

6.02

0.90

11.60

1.51

2.63

5.52

6.02

0.90

11.60

12.12

19.95

33.00

55.00

6.01

89.00

12.12

19.95

33.00

55.00

6.01

89.00

1.61

1.92

3.55

6.23

0.63

10.03

1.61

1.92

3.55

6.23

0.63

10.03

Hasil pengkuadratan adalah sebagai berikut :


460.16
233.79
210.67
84.02
614.81
68.46

729.32
368.04
331.40
134.11
970.18
108.53

1330.00
670.52
602.64
241.74
1772.00
198.47

2015.00
1027.62
925.64
370.08
2707.92
303.76

237.82
119.70
108.43
43.42
317.64
35.46

3472.61
1752.54
1591.73
636.89
4645.86
517.65

Diperoleh nilai Eigen Vector adalah sebagai berikut :


460.16
233.79
210.67
84.02
614.81
68.46

+
+
+
+
+
+

729.32
368.04
331.40
134.11
970.18
108.53

+
+
+
+
+
+

1330.00
670.52
602.64
241.74
1772.00
198.47

+
+
+
+
+
+

2015.00
1027.62
925.64
370.08
2707.92
303.76

+
+
+
+
+
+

237.82
119.70
108.43
43.42
317.64
35.46

+
+
+
+
+
+

3472.61
1752.54
1591.73
636.89
4645.86
517.65

=
=
=
=
=
=

8244.90
4172.21
3770.52
1510.26
11028.40
1232.34
+
29958.64

8244.90
4172.21
3770.52
1510.26
11028.40
1232.34

:
:
:
:
:
:

29958.64
29958.64
29958.64
29958.64
29958.64
29958.64

=
=
=
=
=
=

0.275
0.139
0.126
0.05
0.368
0.041
+
1.00

37

Perbedaan nilai eigenvector (1) dan eigenvector (2) :


0.28
0.14
0.12
0.05
0.37
0.04

0.28
0.14
0.13
0.05
0.37
0.04

=
=
=
=
=
=

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Hasil perbedaan kedua eigenvector menunjukkan tak ada perubahan, sehingga nilai
eigenvector (1) sudah tepat. Dengan demikian, peringkat kriteria dapat ditentukan
berdasarkan nilai eigenvector, sebagai berikut:
Harga
Metode Pembayaran
Jadwal Pekerjaan
Ruang Lingkup
Pekerjaan
Nilai Strategis
Proyek
Metode Pengiriman
Barang

0.28
0.14
0.12

Kriteria terpenting kedua


Kriteria terpenting ketiga
Kriteria terpenting keempat

0.05

Kriteria terpenting kelima

0.37

Kriteria terpenting pertama

0.04

Kriteria terpenting keenam

5) Perhitungan rasio konsistensi


(a)

Menentukan vektor jumlah tertimbang (weighted sum vector)

Harga

Metode Pembayaran

Jadwal Pekerjaan

Ruang Lingkup Pekerjaan

Nilai Strategis Proyek

Metode Pengiriman Barang

Matriks Perbandingan :

Harga

1.00

4.00

3.00

5.00

0.50

8.00

Metode Pembayaran

0.25

1.00

2.00

5.00

0.33

4.00

Jadwal Pekerjaan

1.00

0.50

1.00

3.00

0.20

5.00

Ruang Lingkup Pekerjaan

0.20

0.20

0.33

1.00

0.17

3.00

Nilai Strategis Proyek

2.00

3.00

5.00

6.00

1.00

9.00

Metode Pengiriman Barang

0.13

0.25

0.20

0.33

0.11

1.00

38

Matriks Prioritas :
Harga
Metode Pembayaran
Jadwal Pekerjaan
Ruang Lingkup
Pekerjaan
Nilai Strategis Proyek
Metode Pengiriman
Barang

0.28
0.14
0.13

Kriteria terpenting kedua


Kriteria terpenting ketiga
Kriteria terpenting keempat

0.05
0.37

Kriteria terpenting kelima


Kriteria terpenting pertama

0.04

Kriteria terpenting keenam

Hal ini dilakukan dengan mengalikan baris pertama matriks PRIORITAS dengan kolom
pertama matriks PERBANDINGAN, kemudian baris kedua matriks PRIORITAS
dikalikan dengan kolom kedua matriks PERBANDINGAN, dan terakhir adalah
mengalikan baris ketiga matriks PRIORITAS dengan kolom ketiga matriks
PERBANDINGAN. Dan seterusnya sampai baris dan kolom keenam. Kemudian hasil
perkalian tersebut dijumlahkan untuk setiap baris atau secara mendatar sebagai berikut.
Vektor Jumlah Tertimbang (VJT) =

0.28 x 1

0.14 x 4

0.12 x 3

0.05 x 5

0.37 x 0.50

0.04 x 8

0.28 x 0.25

0.14 x 1

0.12 x 2

0.05 x 5

0.37 x 0.33

0.04 x 4

0.28 x 1

0.14 x 0.50

0.12 x 1

0.05 x 3

0.37 x 0.20

0.04 x 5

0.28 x 0.20

0.14 x 0.2

0.12 x 0.33

0.05 x 1

0.37 x 0.17

0.04 x 3

0.28 x 2

0.14 x 3

0.12 x 5

0.05 x 6

0.37 x 1

0.04 x 9

0.28 x 0.13

0.14 x 0.25

0.12 x 1

0.05 x 0.33

0.37 x 0.11

0.04 x 1

39

1.77
0.88
0.80
0.31
2.40
0.27

(b)

Menghitung vektor konsistensi (VK)

Langkah selanjutnya adalah membagi masing-masing elemen VJT dengan masing


masing elemen matriks PRIORITAS.

VK =

(c)

1.77
0.88
0.80
0.31
2.40
0.27

:
:
:
:
:
:

0.28
0.14
0.12
0.05
0.37
0.04

=
=
=
=
=
=

6.98
7.02
7.45
7.14
7.05
7.22

Menghitung Lambda dan Indeks Konsistensi

Lambda () adalah nilai rata-rata Vektor Konsistensi. Dalam kasus di atas:


6.34 + 6.15 + 6.46 +

6.49 + 6.56

6.66

=
6

6.44

Formula untuk menghitung Indeks Konsistensi adalah:

Dimana n adalah jumlah faktor yang sedang dibandingkan. Dalam hal ini, n=6. Hasil
kalkulasi IK adalah sebagai berikut.

6.44 - 6
IK =
6 - 1
IK = 0.09

40

(d)

Perhitungan Rasio konsistensi

Rasio Konsistensi merupakan Indeks Konsistensi dibagi dengan Indeks Random/Acak


(IR).

Indeks Random adalah fungsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang
sedang diperbandingkan. Indeks Random disajikan pada tabel berikut.

Jumlah alternatif yang diperbandingkan sebanyak 6 (n=6) sehingga Indeks Random yang
digunakan adalah 1.24, dengan demikian,
0.09
RK =
1.24
RK = 0.07
Rasio konsistensi hasil penilaian di atas bernilai kurang dari 10 persen, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil penilaian tersebut konsisten.

Ukuran ini merupakan salah satu elemen penting dalam proses penentuan prioritas
berdasarkan pairwise comparison. Semakin besar rasio konsistensi, semakin tidak
konsisten. Rasio konsistensi yang acceptable adalah kurang dari atau sama dengan 10
persen, meskipun dalam kasus tertentu rasio konsistensi yang lebih besar dari 10 persen
dapat dianggap acceptable (Forman dan Selly, 2001).

41

Dengan menggunakan perhitungan yang sama, diperoleh hasil sebagai berikut. Untuk
rincian perhitungan terdapat pada lampiran.
Tabel 4.2 Nilai Vektor Eigen untuk Kriteria Terhadap Tujuan
Tujuan

Kriteria
Harga
Metode Pembayaran

Pemilihan
Proyek Dalam
Suatu Tender

Jadwal Pekerjaan
Ruang Lingkup
Pekerjaan

Nilai Eigen Vektor /


Urutan Prioritas
0.28

Total

0.14
0.12
0.05

Nilai Strategis
Proyek
Metode Pengiriman
Barang

0.37
0.04

Tabel 4.3 Nilai Vektor Eigen untuk Sub Kriteria Terhadap Kriteria
Kriteria
Harga
Metode
Pembayaran
Ruang Lingkup
Pekerjaan
Metode
Pengiriman
Barang

Nilai Eigen Vektor /


Urutan Prioritas
0.83
0.17
0.13

Sub Kriteria
Harga Barang
Harga Jasa
Setelah Seluruh
Pekerjaan Selesai
Dibayar Per Sub
Sistem
Lumpsum

0.88

Parsial

0.90

FOB (Hanya Sampai


Port Negara China)

0.25

DDP (Dikirim
Sampai Ke Lokasi
Instalasi)

0.75

Total
1

0.10

42

Tabel 4.4 Nilai Vektor Eigen untuk Alternatif Terhadap Kriteria


Kriteria
Harga Barang

Harga Jasa

Metode
pembayaran
setelah seluruh
pekerjaan selesai
Metode
pembayaran
dibayar per
subsistem

Jadwal pekerjaan
Ruang lingkup
pekerjaan
lumpsum
Ruang lingkup
pekerjaan parsial
Nilai strategis
proyek
Metode
pengiriman
barang FOB
Metode
pengiriman
barang DDP

Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat

Nilai Eigen Vektor /


Urutan Prioritas
0.64
0.22
0.14
0.09
0.66
0.25
0.19

Telkom

0.74

Biznet

0.08

Indosat

0.29

Telkom

0.10

Biznet

0.61

Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet

0.16
0.35
0.49
0.08
0.74
0.19
0.56
0.12
0.32
0.11
0.62
0.27
0.10
0.68
0.22
0.69
0.12
0.20

Alternatif

43

Total
1

A.

Peringkat alternatif

Peringkat alternatif ditentukan dengan mengalikan nilai eigenvector alternatif dengan

Harga Barang

Harga Jasa

Metode pembayaran setelah seluruh


pekerjaan selesai

Metode pembayaran dibayar per


subsistem

Jadwal Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan lumpsum

Ruang lingkup pekerjaan parsial

Nilai strategis proyek

Metode pengiriman barang FOB

Metode pengiriman barang DDP

Peringkat kriteria

nilai eigenvector kriteria sebagai berikut:

INDOSAT

0.64

0.09

0.19

0.29

0.16

0.08

0.56

0.11

0.10

0.69

0.23

TELKOM

0.22

0.66

0.74

0.10

0.35

0.74

0.12

0.62

0.68

0.12

BIZNET

0.14

0.25

0.08

0.61

0.49

0.19

0.32

0.27

0.22

0.20

0.05
0.02
0.12
0.12
0.01
0.05
0.37
0.01
0.03

Hasil perkalian kedua matriks tersebut adalah :

INDOSAT

0.29

TELKOM

0.40

BIZNET

0.30

Alternatif terpenting ketiga


Alternatif terpenting pertama
Alternatif terpenting kedua

44

4.2

Perhitungan secara perangkat lunak menggunakan Expert Choice.

Data berikut ini merupakan hasil keluaran dari perhitungan menggunakan alat bantu
perangkat lunak Expert Choice.
Rincian langkah penggunaan perangkat lunak tersebut terdapat pada lampiran 2.

Tabel 4.5 Hasil keluaran perangkat lunak Expert Choice

Alternatif

Kriteria

Sub Kriteria

Persen INDOSAT
INDOSAT

Prioritas
29.3

Persen Harga (L: .290 G: .290)

14.8

INDOSAT

Harga (L: .290 G: .290)

Harga barang
(L: .833 G: .241)

0.144

INDOSAT

Harga (L: .290 G: .290)

Harga jasa
(L: .167 G: .048)

0.004

INDOSAT
INDOSAT
INDOSAT
INDOSAT

INDOSAT

INDOSAT

Persen Jadwal pekerjaan (L: .101 G: .101)

2.1

Jadwal pekerjaan (L: .101 G: .101)


Persen Metode pembayaran (L: .144 G: .144)

0.021
3.9

Metode pembayaran
(L: .144 G: .144)

Setelah seluruh
pekerjaan selesai
(L: .125 G: .018)

0.003

Metode pembayaran
(L: .144 G: .144)

Dibayar per sub


sistem
(L: .875 G: .126)

0.036

Persen Metode pengiriman barang


(L: .028 G: .028)

1.4

INDOSAT

Metode pengiriman
barang (L: .028 G: .028)

FOB
(L: .250 G: .007)

0.001

INDOSAT

Metode pengiriman
barang (L: .028 G: .028)

DDP
(L: .750 G: .021)

0.013

INDOSAT

Persen Nilai strategis proyek (L: .387 G: .387)

INDOSAT
INDOSAT

Nilai strategis proyek (L: .387 G: .387)


Persen Ruang lingkup pekerjaan
(L: .050 G: .050)

45

4.4
0.044
2.7

INDOSAT

Ruang lingkup pekerjaan


(L: .050 G: .050)

Lumpsum
(L: .100 G: .005)

INDOSAT

Ruang lingkup pekerjaan


(L: .050 G: .050)

Parsial
(L: .900 G: .045)

0.027

Persen BIZNET
BIZNET

30.7

Persen Harga (L: .290 G: .290)

4.8

BIZNET

Harga (L: .290 G: .290)

Harga barang
(L: .833 G: .241)

0.037

BIZNET

Harga (L: .290 G: .290)

Harga jasa
(L: .167 G: .048)

0.011

BIZNET
BIZNET
BIZNET
BIZNET

BIZNET

BIZNET

Persen Jadwal pekerjaan (L: .101 G: .101)


Jadwal pekerjaan (L: .101 G: .101)
Persen Metode pembayaran (L: .144 G: .144)

6.0
0.060
7.8

Metode pembayaran
(L: .144 G: .144)

Setelah seluruh
pekerjaan selesai
(L: .125 G: .018)

0.001

Metode pembayaran
(L: .144 G: .144)

Dibayar per sub


sistem
(L: .875 G: .126)

0.075

Persen Metode pengiriman barang


(L: .028 G: .028)

0.005

BIZNET

Metode pengiriman
barang (L: .028 G: .028)

FOB
(L: .250 G: .007)

0.001

BIZNET

Metode pengiriman
barang (L: .028 G: .028)

DDP
(L: .750 G: .021)

0.004

Persen Nilai strategis proyek (L: .387 G: .387)

10.1

Nilai strategis proyek (L: .387 G: .387)

0.101

BIZNET
BIZNET
BIZNET

Persen Ruang lingkup pekerjaan


(L: .100 G: .005)

1.7

BIZNET

Ruang lingkup pekerjaan


(L: .100 G: .005)

Lumpsum
(L: .100 G: .005)

0.001

BIZNET

Ruang lingkup pekerjaan


(L: .100 G: .005)

Parsial
(L: .900 G: .045)

0.016

Persen TELKOM
TELKOM
TELKOM

Persen Harga (L: .290 G: .290)


Harga (L: .290 G: .290)
Harga barang (L:
.833 G: .241)

46

40
8.6
0.057

TELKOM
TELKOM
TELKOM
TELKOM
TELKOM

TELKOM

TELKOM

Harga (L: .290 G: .290)

Harga jasa
(L: .167 G: .048)

Persen Jadwal pekerjaan (L: .101 G: .101)


Jadwal pekerjaan (L: .101 G: .101)
Persen Metode pembayaran (L: .144 G: .144)
Metode pembayaran
Setelah seluruh
(L: .144 G: .144)
pekerjaan selesai
(L: .125 G: .018)
Metode pembayaran
(L: .144 G: .144)

Dibayar per sub


sistem
(L: .875 G: .126)

Persen Metode pengiriman barang


(L: .028 G: .028)

0.029
4.3
0.043
2.4
0.011

0.013
0.6

TELKOM

Metode pengiriman
barang (L: .028 G: .028)

FOB
(L: .250 G: .007)

0.004

TELKOM

Metode pengiriman
barang (L: .028 G: .028)

DDP
(L: .750 G: .021)

0.002

TELKOM
TELKOM
TELKOM

Persen Nilai strategis proyek


(L: .387 G: .387)
Nilai strategis proyek (L: .387 G: .387)
Persen Ruang lingkup pekerjaan
(L: .050 G: .050)

23.2
0.232
0.9

TELKOM

Ruang lingkup pekerjaan


(L: .050 G: .050)

Lumpsum
(L: .100 G: .005)

0.003

TELKOM

Ruang lingkup pekerjaan


(L: .050 G: .050)

Parsial
(L: .900 G: .045)

0.006

Setelah dilakukan perhitungan penentuan prioritas terhadap proyek transmisi di beberapa


operator, diperoleh bahwa proyek Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Akses Multi
Layanan (MSAN) (TELKOM) menempati prioritas pertama dengan nilai prioritas
sebesar 0.40. Prioritas kedua untuk proyek Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Akses
Multi Layanan (MSAN) (BIZNET) dengan nilai prioritas 0.307 Sedangkan proyek
Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Akses Multi Layanan (MSAN) (INDOSAT)
mendapat prioritas terakhir dengan nilai prioritas 0.293. Gambar berikut menunjukkan
urutan prioritas dari proyek Jaringan Akses Multi Layanan (MSAN) yang diadakan oleh
tiga operator telekomunikasi yaitu Telkom, Biznet, dan Indosat.

47

Gambar 4.2 Urutan prioritas proyek MSAN

48

BAB V DISKUSI
5.1 Analisis Data
Berdasarkan pada perhitungan perbandingan berpasangan yang dilakukan terhadap
elemen-elemen kriteria dan alternatif, dengan menggunakan metode AHP serta
menggunakan alat bantu software Expert Choice didapatkan urutan prioritas sebuah
elemen kriteria yang diperbandingkan satu sama lain dengan mempertimbangkan
keterkaitannya terhadap tujuan. Dan sebagai catatan bahwa untuk kriteria harga, metode
pembayaran, ruang lingkup pekerjaan, dan metode pengiriman barang tidak akan
dievaluasi secara langsung, akan tetapi melalui masing-masing sub kriterianya.
Berikut adalah urutan prioritas dari masing-masing kriteria terhadap tujuan :

Elemen
Nilai Strategis Proyek

Prioritas
1

Harga Barang

Metode pembayaran dibayar per


3

subsistem
Jadwal Pekerjaan

Harga Jasa
5

Ruang lingkup pekerjaan parsial


Metode pembayaran setelah seluruh
pekerjaan selesai

Metode pengiriman barang DDP


Ruang lingkup pekerjaan lumpsum
7

Metode pengiriman barang FOB

Hasil perhitungan urutan prioritas di atas terdapat 3 posisi urutan prioritas yang memiliki
2 kriteria yang berbeda, yaitu urutan nomor kelima, keenam, dan ketujuh. Hal ini berarti
pihak pengambil keputusan menganggap kedua kriteria tersebut memiliki tingkat
kepentingan yang sama dan perlu mendapatkan prioritas yang sama.

49

Kemudian setelah diperoleh urutan prioritas untuk tiap-tiap kriteria, diperoleh urutan
alternatif sebagai berikut.

1)

Nilai strategis proyek


Beberapa informasi yang dapat dijadikan parameter untuk menentukan peluang

yang memiliki nilai strategis adalah sebagai berikut.

Alternatif

Nilai strategis proyek

INDOSAT Proyek dilaksanakan di daerah Jakarta dan Surabaya. Kebutuhan jaringan


akses multi layanan untuk saat ini cukup signifikan. Bisa dipastikan seiiring
dengan kenaikan jumlah permintaan akan layanan (MSAN) dengan Full
Konvergensi, Broadband dan Aplikasi gaya hidup dimasa depan yang
beraneka ragam dimasa depan akan memberikan peluang untuk pengadaan
proyek ekspansi penambahan jaringan akses multi layanan (MSAN) .
TELKOM

Lokasi pengerjaan proyek berada di seluruh Indonesia. Dimana TELKOM


berdasarkan Roadmap TELKOM INSYNC 2014 menuju ke arah layanan Full
Konvergensi, Broadband dan Aplikasi gaya hidup dimasa depan yang
beraneka ragam. Hal tersebut membuka peluang untuk pengembangan ke
depan dalam pembangunan jaringan akses multi layanan sebagai pendukung
Jaringan NGN.

BIZNET

Pekerjaan proyek difokuskan di Pulau Jawa. Sudah banyak kabel optik


eksisting yang tergelar. Namun BIZNET merupakan operator baru yang
masih membutuhkan jaringan akses untuk meluaskan coverage mereka.
Terbuka peluang bahwa BIZNET ingin memiliki jaringan akses multi layanan
(MSAN) sendiri tanpa harus menyewa jaringan akses dari provider lainnya.

50

Nilai strategis proyek


A

INDOSAT TELKOM

Lebih
Penting
B

Intensitas

Analisis

Sebagai operator terbesar di Indonesia,


Telkom memiliki jaringan akses multi
layanan (MSAN) yang cukup luas. Hal
tersebut memberikan peluang terhadap
peningkatan

kapasitas

jaringan

atau

setidaknya pemeliharaan jaringan. Namun


demikian Indosat dengan pertumbuhan
jumlah pelanggan yang cukup signifikan,
memiliki

intensitas

kepentingan

yang

hampir sama dengan Telkom terhadap


nilai-nilai strategis proyek seperti peluang
pengembangan di masa mendatang.
INDOSAT

BIZNET

Meskipun

tergolong

operator

baru,

BIZNET memiliki tingkat kepentingan


yang sedikit lebih besar daripada Indosat.
Pertimbangannya

adalah

BIZNET

membutuhkan banyak perluasan jaringan


akses

sendiri

bandwidth

disamping

kepada

penyewaan

operator

maupun

perusahaan penyedia bandwidth fiber optik


oleh BIZNET.
TELKOM

BIZNET

Dengan

pertimbangan

bahwa

peluang

pasar di Telkom telah mencapai titik


saturasi, terutama untuk pembangunan
jaringan baru, sehingga ZTE menempatkan
operator BIZNET sebagai target pasar
yang potensial.

51

Alternatif

Prioritas
Lokal

Prioritas
Global

INDOSAT

0.117

0.044

TELKOM
BIZNET
TOTAL

0.614
0.268
1

0.232
0.101
0.387

Nilai kontribusi untuk masing-masing operator terhadap kriteria nilai strategis proyek
ditunjukkan melalui nilai prioritas lokal. Dari hasil perhitungan operator Telkom
memiliki nilai terbesar dalam hal ini yaitu sebesar 0.614. Sedangkan seberapa besar nilai
strategis proyek untuk masing-masing operator terhadap tujuan secara keseluruhan dalam
menentukan prioritas dalam pemilihan sebuah proyek, ditunjukkan dengan nilai prioritas
global. Telkom memiliki nilai strategis yang terbesar yaitu 0.232. Namun tidak menutup
kemungkinan operator baru seperti BIZNET akan memiliki nilai yang lebih strategis
untuk jangka waktu kedepannya, melihat prospek ke depan bagi operator-operator baru
yang berkembang cukup signifikan.
2)

Harga barang
Beberapa informasi yang dapat dijadikan parameter untuk menentukan proyek

yang memiliki harga barang yang besar bukan hanya dari segi nominal tetapi dari segi
kuantitas adalah sebagai berikut.

Alternatif

Harga Barang

INDOSAT Untuk proyek jaringan akses multi layanan di Indosat perangkat yang
digunakan adalah ZXMSG 5200 dengan kemampuan melayani Narrowband
seperti : POTS, ISDN & DDN dan Broadband seperti : ADSL, VDSL,
SHDSL, FE/GE dan EPON.

TELKOM

Perangkat yang diadakan meliputi ZXMSG 9000, ZXMSG 5200, ZXSS10SS1B, DC Power Supply, NetNumen 31.

BIZNET

Perangkat yang diadakan untuk proyek ini meliputi ZXMSG 5200,


NetNumen 31.

52

Harga barang
A

Lebih
Penting

Analisis

Intensitas

Dilihat dari jumlah perangkat yang dibutuhkan,


memang Telkom lebih besar daripada Indosat,
akan tetapi untuk proyek Indosat terdapat
INDOSAT

TELKOM

perangkat yang baru pertama kali ditawarkan di


Indonesia yaitu ZXMSG 9200. Hal ini membuat
Indosat memiliki peran yang cukup esensial
terhadap nilai nominal sebuah proyek.
Terlebih jika dibandingkan dengan operator
BIZNET yang hanya menawarkan satu jenis
produk saja, Indosat mendapatkan prioritas yang

INDOSAT

BIZNET

lebih besar, meskipun masih dikategorikan


dalam

satu

tingkat,

dikarenakan

nilai

intensitasnya sebesar 2.
Di dalam hal nilai proyek untuk barang, Telkom
TELKOM

BIZNET

memiliki nilai intensitas yang sedikit lebih


penting dbandingkan dengan BIZNET.

Alternatif

Prioritas
Lokal

Prioritas
Global

INDOSAT

0.607

0.144

TELKOM

0.238

0.057

BIZNET

0.155
1

0.037
0.238

TOTAL

Dari informasi tabel di atas, menyatakan bahwa Indosat memiliki nilai prioritas lokal dan
prioritas global yang paling besar. Meskipun dari segi kuantitas barang Indosat lebih
kecil dibandingkan Telkom, tetapi terdapat perangkat baru yang ikut ditawarkan dalam
proyek tersebut yaitu ZXMSG 9200 dimana nilai nominal untuk perangkat ini sangatlah
tinggi. Secara tidak langsung akan mempengaruhi total harga barang.

53

3)

Metode pembayaran dibayar per subsistem


Beberapa informasi yang berkaitan dengan metode pembayaran yang biayarkan

per subsistem adalah sebagai berikut.


Alternatif

Metode pembayaran dibayar per subsistem

INDOSAT Sesuai dengan dokumen tender, untuk proyek Indosat menggunakan sistem
uang muka (DP), dan pembayaran berikutnya dilakukan setelah Berita Acara
Serah Terima untuk seluruh sistem di terbitkan.
TELKOM

Telkom mensyaratkan pembayaran akan dilakukan setelah seluruh pekerjaan


yang berkaitan dengan proyek, selesai dan siap untuk dioperasikan secara
komersial.

BIZNET

BIZNET mensyaratkan pembayaran harus dilakukan dalam jangka waktu 90


hari kalender setelah seluruh pekerjaan selesai di uji terimakan dan dibuktikan
dengan dokumen BAST (Berita Acara Serah Terima).

Metode pembayaran
dibayar per subsistem
A

Lebih
Penting

Intensitas

Analisis

Dengan mengacu kepada dokumen tender,


Indosat memberikan termin pembayaran
yang lebih efektif dibandingkan dengan
Telkom.

Tentu

hal

ini

akan

sangat

membantu ZTE dalam hal pembiayaan


INDOSAT TELKOM

proyek, disamping alokasi dana yang telah

dipersiapkan
proyek

ZTE

tersebut.

untuk

pelaksanaan

Sehingga

Indosat

memiliki nilai intesitas 4 kali lebih besar


dari

Telkom.

Yang

berarti

Indosat

memiliki tingkat kepentingan dan sedikit


esensial daripada Telkom.

54

Mengapa untuk BIZNET pihak pengambil


keputusan

dari

ZTE

memberi

nilai

intensitas untuk BIZNET lebih besar dari


Indosat. Dikarenakan BIZNET memiliki
manajemen pengaturan waktu pembayaran
INDOSAT

BIZNET

yang

jelas,

sehingga

akan

lebih

mempermudah kedua belah pihak, baik


BIZNET maupun ZTE dan BIZNET
memberikan kebebasan bagi vendor dalam
menentukan termin pembayaran yang akan
digunakan.
Mengapa untuk BIZNET pihak pengambil
keputusan

dari

ZTE

memberi

nilai

intensitas untuk BIZNET lebih besar dari


TELKOM

BIZNET

Telkom. Dikarenakan BIZNET memiliki

manajemen pengaturan waktu pembayaran


yang

jelas,

sehingga

akan

lebih

mempermudah kedua belah pihak, baik


BIZNET maupun ZTE.

Alternatif

Prioritas
Lokal

Prioritas
Global

INDOSAT

0.291

0.036

TELKOM
BIZNET

0.105
0.605
1

0.013
0.075
0.124

TOTAL

ZTE cenderung lebih memilih termin pembayaran yang telah ditentukan waktunya.
Dalam hal ini BIZNET memiliki nilai yang tertinggi yaitu 0.605 untuk prioritas lokal dan
0.075 untuk prioritas global. Meskipun tidak dibayarkan per sub sistem, akan tetapi
BIZNET memberikan keleluasaan bagi vendor dalam menentukan termin pembayarannya

55

sendiri. Yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
evaluasi terhadap tiap-tiap vendor yang ikut serta di dalam tender.

4)

Jadwal Pekerjaan

Beberapa informasi yang berkaitan dengan jawal pekerjaan adalah sebagai berikut.

Alternatif

Jadwal Pekerjaan

INDOSAT 90 hari kalender


TELKOM
BIZNET

120 hari kalender


Masing - masing vendor mengusulan sendiri durasi pekerjaan untuk pekerjaan
proyek ini, dan BIZNET akan mengevaluasi dengan memberikan nilai tambah
bagi vendor yang mampu memberikan periode implementasi yang paling
pendek dan optimal.

Jadwal Pekerjaan
Lebih
Penting
A

Intensitas

Analisis

B
Dengan durasi waktu yang lebih lama,
ZTE

INDOSAT

TELKOM

akan

lebih

fleksibel

dalam

mengalokasikan sumber daya guna


mensupport

proyek

yang

sedang

berjalan.
BIZNET memilki nilai yang lebih
esensial, dikarenakan vendor lah yang
menentukan
INDOSAT

BIZNET

proyek

lamanya

dengan

implementasi

menjadikan

poin

tersebut sebagai salah satu parameter


evaluasi.

56

BIZNET memilki nilai yang lebih


esensial, dikarenakan vendor lah yang
menentukan
TELKOM

BIZNET

proyek

lamanya

dengan

implementasi

menjadikan

poin

tersebut sebagai salah satu parameter


evaluasi.

Alternatif

Prioritas
Lokal

Prioritas
Global

INDOSAT

0.168

0.021

TELKOM

0.349

0.043

BIZNET

0.484
1

0.060
0.08

TOTAL

Dengan memberikan keleluasaan kepada vendor untuk menentukan durasi waktu


implementasi proyek dan menjadikannya sebagai faktor penilaian operator terhadap
vendor, dirasakan akan lebih obyektif. Sistem seperti itu diterapkan oleh BIZNET, dan
ditunjukkan dengan nilai prioritas baik lokal maupun global yang tertinggi yaitu 0.484
dan 0.060. Hal ini berarti jangka waktu pelaksanaan proyek yang diberlakukan oleh
BIZNET memberikan kontribusi yang paling besar terhadap tujuan secara keseluruhan.
5)

Harga Jasa
Beberapa informasi yang dapat dijadikan parameter untuk menentukan pemilihan

proyek dari sisi jasa yang diberikan adalah sebagai berikut.

Alternatif

Harga Jasa

INDOSAT Survei dan desain, system engineering, planning, dan project management,
proses installasi, commissioning, dan pengetesan perangkat, menyediakan
pelatihan berupa training pengoperasian dan pemeliharaan perangkat.
TELKOM

Integrasi dengan kabel serat optik eksisting, pengurusan perijinan dari pihak
ketiga, training.

57

BIZNET

Survei dan desain, system engineering, planning, dan project management,


proses installasi, commissioning, dan pengetesan perangkat, menyediakan
pelatihan berupa training pengoperasian dan pemeliharaan perangkat.

Harga Jasa
A

Lebih
Penting

Intensitas

Analisis
Jumlah site yang banyak berbanding lurus
dengan jumlah jasa yang diberikan ZTE

INDOSAT TELKOM

untuk proyek ini. Termasuk jasa untuk

penggelaran fiber optik, mengingat Telkom


menyerahkan wewenang untuk menggelar
fiber optik kepada vendor.
BIZNET memberikan lingkup pekerjaan

INDOSAT

BIZNET

OSP kepada vendor, sehingga vendor bisa

memberikan penawaran harga untuk jasa


yang diberikan.
Jumlah site yang banyak berbanding lurus
dengan jumlah jasa yang diberikan ZTE

TELKOM

BIZNET

untuk proyek ini. Termasuk jasa untuk

penggelaran fiber optik, mengingat Telkom


menyerahkan wewenang untuk menggelar
fiber optik kepada vendor.

Alternatif
INDOSAT
TELKOM
BIZNET
TOTAL

Prioritas
Lokal

Prioritas
Global

0.095
0.655
0.250
1

0.004
0.029
0.011
0.044

58

Dengan jumlah site yang banyak, Telkom memiliki nilai prioritas lokal dan global paling
tinggi yaitu 0.655 dan 0.029.
6)

Ruang lingkup pekerjaan parsial


Beberapa informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan secara parsial

adalah sebagai berikut.


Alternatif

Ruang lingkup pekerjaan parsial

INDOSAT

Parsial

TELKOM

Lumpsum

BIZNET

Lumpsum

Ruang lingkup
pekerjaan parsial
A

Lebih
Intensitas
Penting

Analisis

B
ZTE lebih memilih proyek yang ruang
lingkupnya parsial, dalam artian harga

INDOSAT TELKOM

yang antinya akan diberlakukan adalah


harga per unit pekerjaan.
ZTE lebih memilih proyek yang ruang
lingkupnya parsial, dalam artian harga

INDOSAT

BIZNET

yang antinya akan diberlakukan adalah


harga per unit pekerjaan.
BIZNET sedikit lebih penting daripada
Telkom karena lingkup pekerjaan untuk
proyek Telkom lebih besar dibandingkan

TELKOM

BIZNET

BIZNET. Sedangkan kedua-duanya sama-

sama

menggunakan

sistem

lumpsum.

Sistem ini akan lebih efektif untuk lingkup


pekerjaan yang relatif kecil.

59

Prioritas

Prioritas

Lokal

Global

INDOSAT

0.558

0.027

TELKOM

0.122

0.006

BIZNET

0.320

0.016

TOTAL

0.05

Alternatif

Dari urutan pertama sampai ketiga ditempati oleh Indosat, BIZNET, dan Telkom. Indosat
dengan nilai prioritas lokal sebesar 0.558 menunjukkan seberapa besar ruang lingkup
pekerjaan secara parsial untuk Indosat terhadap sub kriteria ruang lingkup pekerjaan
parsial.
7)

Metode pembayaran setelah seluruh pekerjaan selesai


Beberapa informasi yang berkaitan dengan metode pembayaran setelah seluruh

pekerjaan selesai untuk masing-masing alternatif operator adalah sebagai berikut.


Alternatif

Metode pembayaran setelah seluruh pekerjaan selesai

INDOSAT Menggunakan uang muka dan sisanya setelah seluruh pekerjaan selesai.
TELKOM

Dibayarkan setelah seluruh pekerjaan selesai dan dapat dioperasionalkan


secara komersial oleh Telkom.

BIZNET

Dibayar setelah seluruh pekerjaan selesai dengan jangka waktu pembayaran


yang telah ditentukan sebelumnya.

Metode pembayaran
setelah seluruh
pekerjaan selesai
A
B

Lebih
Intensitas
Penting

Analisis
ZTE

memilih

intensitas

Telkom
lebih

dengan

penting

nilai

daripada

Indosat. Karena proyek yang di gelar oleh


INDOSAT TELKOM

Telkom cukup besar, sehingga ZTE lebih


memilih mengalokasikan anggaran dana
yang

60

lebih

besar

untuk

menjamin

terlaksananya proyek tersebut.


Lebih
INDOSAT

BIZNET

esensial

dikarenakan

Indosat

memiliki sistem pembayaran uang muka.


Karena proyek yang di gelar oleh Telkom
cukup besar, sehingga ZTE lebih memilih

TELKOM

BIZNET

mengalokasikan anggaran dana

yang

lebih besar untuk menjamin terlaksananya


proyek tersebut.

Prioritas

Prioritas

Lokal

Global

INDOSAT

0.188

0.003

TELKOM

0.731

0.011

BIZNET

0.081

0.001

TOTAL

0.014

Alternatif

Telkom memiliki nilai 0.731 untuk prioritas lokal dan 0.011 untuk prioritas global.
Berarti bahwa faktor pembayaran setelah seluruh pekerjaan selesai untuk operator
Telkom memiliki kontribusi yang paling besar terhadap sub kriteria pembayaran setelah
seluruh pekerjaan selesai maupun terhadap tujuan secara keseluruhan.
8)

Metode pengiriman barang DDP


Beberapa informasi yang berkaitan dengan metode pengiriman barang secara

DDP untuk masing-masing alternatif operator adalah sebagai berikut.


Alternatif

Metode pengiriman barang DDP

INDOSAT

DDP

TELKOM

DDP

BIZNET

DDP

61

Metode pengiriman
barang DDP
A

Lebih
Penting

Intensitas

INDOSAT TELKOM

INDOSAT

BIZNET

TELKOM

BIZNET

Prioritas

Prioritas

Lokal

Global

INDOSAT

0.683

0.013

TELKOM

0.117

0.002

BIZNET

0.200

0.004

TOTAL

0.019

Alternatif

Indosat mempunyai nilai prioritas global terbesar yaitu sebesar 0.013. Meskipun harus
mengirimkan barang sampai ke lokasi instalasi, tetapi untuk Indosat hanya dikirim ke
gudang Indosat di daerah yang bersangkutan. Pengiriman dari gudang ke site-site
dilakukan oleh Indosat.
9)

Ruang lingkup pekerjaan lumpsum


Beberapa informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan lumpsum

untuk masing-masing alternatif operator adalah sebagai berikut.


Alternatif

Ruang lingkup pekerjaan lumpsum

INDOSAT

Parsial

TELKOM

Lumpsum

BIZNET

Lumpsum

Ruang lingkup
pekerjaan lumpsum
A

INDOSAT TELKOM

Lebih
Penting

Intensitas

62

INDOSAT

BIZNET

TELKOM

BIZNET

Prioritas

Prioritas

Lokal

Global

INDOSAT

0.081

0.00

TELKOM

0.731

0.003

BIZNET

0.188

0.001

TOTAL

0.04

Alternatif

10)

Metode pengiriman barang FOB


Beberapa informasi yang berkaitan dengan metode pengiriman barang FOB untuk

masing-masing alternatif operator adalah sebagai berikut.


Alternatif

Metode pengiriman barang FOB

INDOSAT

DDP

TELKOM

DDP

BIZNET

DDP

Metode pengiriman
barang FOB

Lebih
Penting

Intensitas

Analisis

B
Meskipun untuk proyek saat ini
Telkom menggunakan sistem DDP,
tetapi di beberapa proyek lainnya,

INDOSAT TELKOM

terutama jika menggunakan pihak


ketiga sebagai perantara, Telkom
menggunakan sistem FOB. Oleh
karena itu Telkom mendapatkan nilai

63

intensitas 5 yang berarti sistem FOB


di Telkom sangat penting daripada di
Indosat.

Meskipun untuk proyek saat ini


BIZNET menggunakan sistem DDP,
INDOSAT

BIZNET

tetapi di beberapa proyek lainnya,


terutama jika menggunakan pihak
ketiga sebagai perantara, BIZNET
menggunakan sistem FOB.
Meskipun untuk proyek saat ini
Telkom menggunakan sistem DDP,

TELKOM

BIZNET

tetapi di beberapa proyek lainnya,


terutama jika menggunakan pihak
ketiga sebagai perantara, Telkom
menggunakan sistem FOB.

Prioritas

Prioritas

Lokal

Global

INDOSAT

0.101

0.001

TELKOM

0.674

0.004

BIZNET

0.226

0.001

TOTAL

0.006

Alternatif

Beberapa proyek di lingkungan Telkom diserahkan kepada pihak ketiga sebagai perantara
antara Telkom dengan ZTE. Perusahaan pihak ketiga cenderung ingin menghemat biaya
dengan jalan menerapkan sistem FOB untuk proses pengiriman barangnya. FOB berarti

64

ZTE hanya melakukan proses pengiriman sampai di port Hongkong saja, selebihnya
menjadi tanggungjawab pihak ketiga dari Telkom untuk mengambil barang tersebut.
Dengan demikian mereka dapat meenekan harga dengan memilih perusahaan logistik
dengan biaya yang murah untuk menjemput barang dan mengirimnya ke lokasi instalasi.
5.1 Pengambilan Keputusan

Nilai prioritas global yang terbesar dimiliki oleh operator TELKOM dengan nilai 0.400,
kemudian diikuti oleh BIZNET di posisi kedua dengan nilai sebesar 0.307, dan urutan
ketiga INDOSAT dengan nilai 0.293.

65

BAB VI KESIMPULAN
Dari analisis yang dilakukan terhadap hasil perhitungan menggunakan metode AHP dan
juga menggunakan software Expert Choice terhadap penentuan prioritas dalam pemilihan
sebuah tender, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.

Kriteria yang menjadi bahan pertimbangan paling utama bagi ZTE pada saat

menentukan prioritas dalam pemilihan proyek adalah kriteria nilai strategis dari proyek
yang akan diikuti dengan nilai 0.37, kemudian pertimbangan berikutnya adalah dari segi
harga yang ditunjukkan oleh nilai sebesar 0.282.
b.

Hasil analisis AHP dengan menggunakan software Expert Choice pada ketiga

operator sebagai alternatif, menunjukkan bahwa operator telekomunikasi Telkom


menempati prioritas pertama di dalam penentuan prioritas pemilihan proyek, dengan nilai
prioritas global sebesar 0.400. Sedangkan operator BIZNET dan Indosat berturut-turut di
prioritas kedua dan ketiga, dengan prioritas global sebesar 0.307 dan 0.293.
Hasil penelitian secara keseluruhan terhadap ketiga operator sebagai alternatif pilihan,
menunjukkan ketiganya memiliki tingkat prioritas yang hampir sama. Software Expert
Choice dapat digunakan sebagai sarana sistem penunjang keputusan terhadap penentuan
prioritas pemilihan tender suatu proyek.
Di dalam era persaingan industri telekomunikasi saat ini yang begitu ketat, maka
melakukan pertimbangan pada saat proses tender dalam memenangkan proyek menjadi
sangat berperan. Terkait dengan kualitas pekerjaan yang nantinya akan diperoleh dan
tingkat kepercayaan pemberi proyek untuk kelangsungan proyek untuk masa-masa
mendatang. Dan dengan proses internal yang sederhana dan prosedur yang tidak terlalu
berbelit-belit akan sangat memberikan nilai tambah bagi PT. ZTE Indonesia untuk bisa
eksis dan memiliki kemampuan berkompetisi dengan pesaing-pesaing yang ada. Pada
akhirnya diharapkan hasil dari penelitian ini dapat diimplementasikan secara langsung
bagi perkembangan PT. ZTE Indonesia di masa mendatang.

66

DAFTAR PUSTAKA
[1].

Dokumen Proposal Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan

Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008, PT ZTE Indonesia.


[2].

Dokumen Spesifikasi Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan

Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008, PT ZTE Indonesia.


[3].

Dokumen Spesifikasi Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan

Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008, PT ZTE Indonesia.


[4].

Dokumen Proposal Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan

Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008, PT ZTE Indonesia.


[5].

Dokumen RKS TELKOM untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN

ALU & Akses Sekunder 2008 , PT ZTE Indonesia.


[6].

Dokumen RKS TELKOM untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN

ALU & Akses Sekunder 2008 , PT ZTE Indonesia.


[7].

Dokumen RKS TELKOM untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN

ALU & Akses Sekunder 2008 , PT ZTE Indonesia..


[8].

Dokumen Rencana Kerjasama Tender Pembangunan Jaringan NGN Jakarta -

Surabaya (INDOSAT).
[9].

Dokumen Rencana Kerjasama Tender Jaringan Konvergen Akses Jabodetabek

(BIZNET).
[10]. Saaty, Thomas L, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam
Situasi yang Kompleks, PT Pustaka Binaman Pressindo, 1993.
[11]. Meredith, Jack R, Mantel JR, Samuel J, Project Management A Managerial
Approach, John Wiley & Sons, Inc, 2006.
[12]. Amborowati, Armadyah. Jurnal : Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan
Perumahan Dengan Metode AHP Menggunakan Expert Choice.
[13]. Eko Nurmianto, Nurhadi Siswanto. Jurnal : PERANCANGAN

PENILAIAN

KINERJA KARYAWAN BERDASARKAN KOMPETENSI SPENCER DENGAN


METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus di Sub Dinas
Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, Kota Probolinggo).

67

[14]. http://en.wikipedia.org/wiki/Analytic_Hierarchy_Process, 14 Juni 2009.


[15]. http://www.rfp-templates.com/Analytical-Hierarchy-Process-(AHP).html,
14 Juni 2009.
[16]. http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php, 14 Juni 2009.
[17]. http://www.expertchoice.com, 14 Juni 2009.

68

LAMPIRAN-1
Proses Perhitungan Menggunakan Metode AHP

Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki kriteria.
B.

Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria Harga

1)

Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria "Harga"


C

Harga
Barang

Harga Jasa

Harga
Barang

1/1

5/1

Harga Jasa

1/5

1/1

2)

Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria "Harga" (dalam

desimal)
C

Harga
Barang

Harga Jasa

Harga
Barang

1.00

5.00

Harga Jasa

0.20

1.00

Membuat peringkat prioritas dari matrik perbandingan dengan menentukan eigenvector,


yaitu:
1) Mengkuadratkan matrik perbandingan (dalam bentuk desimal).

2)

1.00

5.00

0.20

1.00

1.00

5.00

0.20

1.00

Hasil pengkuadratan adalah sebagai berikut :


2.00
0.40

10.00
2.00

69

3) Menjumlahkan setiap baris dari matriks hasil penguadratan cara (a), kemudian
dinormalisasi (cara: membagi jumlah baris dengan total baris), hingga diperoleh nilai
eigenvector (1).
Diperoleh nilai Eigen Vector adalah sebagai berikut :

2.00

0.40

10.00
2.00

=
=

12.00
2.40
+
14.40

12.00 :
2.40 :

14.40 =
14.40 =

0.83
0.17
+
1.00

4)

Peringkat sub kriteria dapat ditentukan berdasarkan nilai eigenvector, sebagai

berikut:
Harga Barang
Harga Jasa
C.

Matrik

0.83
0.17

Perbandingan

Kriteria terpenting pertama


Kriteria terpenting kedua

Sub

Kriteria

Terhadap

Kriteria

Pembayaran
1) Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria "Metode Pembayaran"

Setelah Seluruh
Pekerjaan
Selesai

Dibayar Per Sub


Sistem

Setelah Seluruh
Pekerjaan
Selesai

1/1

1/7

Dibayar Per
Sub Sistem

7/1

1/1

70

Metode

2) Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria "Metode Pembayaran"


(Dalam Desimal)
C

Setelah Seluruh
Pekerjaan
Selesai

Dibayar Per Sub


Sistem

Setelah Seluruh
Pekerjaan
Selesai

1.00

0.14

Dibayar Per
Sub Sistem

7.00

1.00

Membuat peringkat prioritas dari matrik perbandingan dengan menentukan eigenvector,


yaitu:
1) Mengkuadratkan matrik perbandingan (dalam bentuk desimal).

2)

1.00

0.14

7.00

1.00

1.00

0.14

7.00

1.00

Hasil pengkuadratan adalah sebagai berikut :


2.00
14.00

0.29
2.00

3) Menjumlahkan setiap baris dari matriks hasil penguadratan cara (a), kemudian
dinormalisasi (cara: membagi jumlah baris dengan total baris), hingga diperoleh nilai
eigenvector (1).
Diperoleh nilai Eigen Vector adalah sebagai berikut :
2.00

14.00

0.29
2.00

=
=

2.29
16.00
+
18.29

2.29 :
16.00 :

18.29 =
18.29 =

0.13
0.88
+
1.00

71

4)

Peringkat sub kriteria dapat ditentukan berdasarkan nilai eigenvector, sebagai

berikut:

Setelah Seluruh Pekerjaan Selesai


Dibayar Per Sub Sistem

0.13
0.88

Kriteria terpenting pertama


Kriteria terpenting kedua

Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria Ruang Lingkup

D.
Pekerjaan

1) Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria "Ruang Lingkup Pekerjaan"


C

Lumpsum

Per Unit

Lumpsum

1/1

1/9

Per Unit

9/1

1/1

2) Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria "Ruang Lingkup Pekerjaan"


(Dalam Desimal)
C

Lumpsum

Per Unit

Lumpsum

1.00

0.11

Per Unit

9.00

1.00

Membuat peringkat prioritas dari matrik perbandingan dengan menentukan eigenvector,


yaitu:
1) Mengkuadratkan matrik perbandingan (dalam bentuk desimal).

1.00

0.11

9.00

1.00

1.00

0.11

9.00

1.00

72

2)

Hasil pengkuadratan adalah sebagai berikut :


2.00
18.00

0.22
2.00

3) Menjumlahkan setiap baris dari matriks hasil penguadratan cara (a), kemudian
dinormalisasi (cara: membagi jumlah baris dengan total baris), hingga diperoleh nilai
eigenvector (1).
Diperoleh nilai Eigen Vector adalah sebagai berikut :
2.00

18.00

0.22
2.00

=
=

2.22
20.00
+
22.22

2.22 :
20.00 :

22.22 =
22.22 =

0.10
0.90
+
1.00

4)

Peringkat sub kriteria dapat ditentukan berdasarkan nilai eigenvector, sebagai

berikut:
Lumpsum
Per Unit

0.10
0.90

Kriteria terpenting kedua


Kriteria terpenting pertama

Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria Metode Pengiriman

E.
Barang

1) Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria "Metode Pengiriman Barang"


C

FOB (Hanya
Sampai Port
Negara China)

DDP (Dikirim
Sampai Ke
Lokasi Instalasi)

FOB (Hanya
Sampai Port
Negara China)

1/1

1/3

73

DDP (Dikirim
Sampai Ke
Lokasi Instalasi)

3/1

1/1

2) Matrik Perbandingan Sub Kriteria Terhadap Kriteria "Metode Pengiriman Barang"


(Dalam Desimal)
C

FOB (Hanya
Sampai Port
Negara China)

DDP (Dikirim
Sampai Ke
Lokasi Instalasi)

FOB (Hanya
Sampai Port
Negara China)

1.00

0.33

DDP (Dikirim
Sampai Ke
Lokasi Instalasi)

3.00

1.00

Membuat peringkat prioritas dari matrik perbandingan dengan menentukan eigenvector,


yaitu:
1) Mengkuadratkan matrik perbandingan (dalam bentuk desimal).

2)

1.00

0.33

3.00

1.00

1.00

0.33

3.00

1.00

Hasil pengkuadratan adalah sebagai berikut :


2.00

0.67

6.00

2.00

3) Menjumlahkan setiap baris dari matriks hasil penguadratan cara (a), kemudian
dinormalisasi (cara: membagi jumlah baris dengan total baris), hingga diperoleh nilai
eigenvector (1).
Diperoleh nilai Eigen Vector adalah sebagai berikut :
2.00

0.67

2.67

6.00

2.00

8.00
+

10.67

74

4)

Peringkat sub kriteria dapat ditentukan berdasarkan nilai eigenvector, sebagai

berikut:
FOB (Hanya Sampai
Port Negara China)
DDP (Dikirim
Sampai Ke Lokasi
Instalasi)

0.25

Kriteria terpenting kedua

0.75

Kriteria terpenting pertama

Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki alternatif.
B.

Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria harga barang.


C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

5/1

2/1

TELKOM

1/5

1/1

3/1

BIZNET

1/2

1/3

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

5.00

2.00

TELKOM

0.20

1.00

3.00

BIZNET

0.50

0.33

1.00

1.00

5.00

2.00

0.20

1.00

3.00

0.50

0.33

1.00

3.00

10.67

19.00

1.90

3.00

6.40

1.07

3.17

3.00

1.00

5.00

2.00

0.20

1.00

3.00

0.50

0.33

1.00

75

3.00

10.67

19.00

32.67

1.90

3.00

6.40

11.30

1.07

3.17

3.00

7.23
+
51.20

Nilai Eigen Vector :

C.

32.67

51.20

0.64

INDOSAT

11.30

51.20

0.22

TELKOM

7.23

51.20

0.14

BIZNET

Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria harga jasa.


C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

1/6

1/3

TELKOM

6/1

1/1

3/1

BIZNET

3/1

1/3

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

0.17

0.33

TELKOM

6.00

1.00

3.00

BIZNET

3.00

0.33

1.00

1.00

0.17

0.33

6.00

1.00

3.00

3.00

0.33

1.00

3.00

0.44

1.17

21.00

3.00

8.00

8.00

1.17

3.00

1.00

0.17

0.33

6.00

1.00

3.00

3.00

0.33

1.00

76

3.00

0.44

1.17

4.61

21.00

3.00

8.00

32.00

8.00

1.17

3.00

12.17
+
48.78

Nilai Eigen Vector :

D.

4.61

48.78

0.09

INDOSAT

32.00

48.78

0.66

TELKOM

12.17

48.78

0.25

BIZNET

Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria metode pembayaran setelah

seluruh pekerjaan selesai.


C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

1/5

3/1

TELKOM

5/1

1/1

7/1

BIZNET

1/3

1/7

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

0.20

3.00

TELKOM

5.00

1.00

7.00

BIZNET

0.33

0.14

1.00

1.00

0.20

3.00

5.00

1.00

7.00

0.33

0.14

1.00

3.00

0.83

7.40

12.33

3.00

29.00

1.38

0.35

3.00

1.00

0.20

3.00

5.00

1.00

7.00

0.33

0.14

1.00

77

3.00

0.83

7.40

11.23

12.33

3.00

29.00

44.33

1.38

0.35

3.00

4.73
60.30

Nilai Eigen Vector :

E.

11.23

60.30

0.19

INDOSAT

44.33

60.30

0.74

TELKOM

4.73

60.30

0.08

BIZNET

Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria metode pembayaran dibayar per

subsistem.
C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

4/1

1/3

TELKOM

1/4

1/1

1/4

BIZNET

3/1

4/1

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

4.00

0.33

TELKOM

0.25

1.00

0.25

BIZNET

3.00

4.00

1.00

1.00

4.00

0.33

0.25

1.00

0.25

3.00

4.00

1.00

3.00

9.33

1.67

1.25

3.00

0.58

7.00

20.00

3.00

1.00

4.00

0.33

0.25

1.00

0.25

3.00

4.00

1.00

78

3.00

9.33

1.67

14.00

1.25

3.00

0.58

4.83

7.00

20.00

3.00

30.00
+
48.83

Nilai Eigen Vector :

F.

14.00

48.83

0.29

INDOSAT

4.83

48.83

0.10

TELKOM

30.00

48.83

0.61

BIZNET

Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria jadwal pekerjaan.


C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

1/3

1/2

TELKOM

3/1

1/1

1/2

BIZNET

2/1

2/1

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

0.33

0.50

TELKOM

3.00

1.00

0.50

BIZNET

2.00

2.00

1.00

1.00

0.33

0.50

3.00

1.00

0.50

2.00

2.00

1.00

3.00

1.67

1.17

7.00

3.00

2.50

10.00

4.67

3.00

1.00

0.33

0.50

3.00

1.00

0.50

2.00

2.00

1.00

79

3.00

1.67

1.17

5.83

7.00

3.00

2.50

12.50

10.00

4.67

3.00

17.67
+
36.00

G.

5.83

36.00

0.16

INDOSAT

12.50

36.00

0.35

TELKOM

17.67

36.00

0.49

BIZNET

Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria ruang lingkup pekerjaan

lumpsum.
C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

1/7

1/3

TELKOM

7/1

1/1

5/1

BIZNET

3/1

1/5

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

0.14

0.33

TELKOM

7.00

1.00

5.00

BIZNET

3.00

0.20

1.00

1.00

0.14

0.33

7.00

1.00

5.00

3.00

0.20

1.00

3.00

0.35

1.38

29.00

3.00

12.33

7.40

0.83

3.00

1.00

0.14

0.33

7.00

1.00

5.00

3.00

0.20

1.00

80

3.00

0.35

1.38

4.73

29.00

3.00

12.33

44.33

7.40

0.83

3.00

11.23
+
60.30

H.

4.73

60.30

0.08

INDOSAT

44.33

60.30

0.74

TELKOM

11.23

60.30

0.19

BIZNET

Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria ruang lingkup pekerjaan parsial.


C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

4/1

2/1

TELKOM

1/4

1/1

1/3

BIZNET

1/2

3/1

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

4.00

2.00

TELKOM

0.25

1.00

0.33

BIZNET

0.50

3.00

1.00

1.00

4.00

2.00

0.25

1.00

0.33

0.50

3.00

1.00

3.00

14.00

5.33

0.67

3.00

1.17

1.75

8.00

3.00

1.00

4.00

2.00

0.25

1.00

0.33

0.50

3.00

1.00

81

3.00

14.00

5.33

22.33

0.67

3.00

1.17

4.83

1.75

8.00

3.00

12.75
+
39.92

22.33

39.92

0.56

INDOSAT

4.83

39.92

0.12

TELKOM

12.75

39.92

0.32

BIZNET

I. Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria nilai strategis proyek.


C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

1/4

1/3

TELKOM

4/1

1/1

3/1

BIZNET

3/1

1/3

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

0.25

0.33

TELKOM

4.00

1.00

3.00

BIZNET

3.00

0.33

1.00

1.00

0.25

0.33

4.00

1.00

3.00

3.00

0.33

1.00

3.00

0.61

1.42

17.00

3.00

7.33

7.33

1.42

3.00

1.00

0.25

0.33

4.00

1.00

3.00

3.00

0.33

1.00

82

3.00

0.61

1.42

5.03

17.00

3.00

7.33

27.33

7.33

1.42

3.00

11.75
+
44.11

5.03

44.11

0.11

INDOSAT

27.33

44.11

0.62

TELKOM

11.75

44.11

0.27

BIZNET

J. Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria metode pengiriman barang FOB.


C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

1/5

1/3

TELKOM

5/1

1/1

4/1

BIZNET

3/1

1/4

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

0.20

0.33

TELKOM

5.00

1.00

4.00

BIZNET

3.00

0.25

1.00

1.00

0.33

0.20

5.00

1.00

4.00

3.00

0.25

1.00

3.00

0.48

1.47

22.00

3.00

9.67

7.25

1.10

3.00

1.00
X

0.20

0.33

5.00

1.00

4.00

3.00

0.25

1.00

83

3.00

0.48

1.47

4.95

22.00

3.00

9.67

34.67

7.25

1.10

3.00

11.35
+
50.97

K.

4.95

50.97

0.10

INDOSAT

34.67

50.97

0.68

TELKOM

11.35

50.97

0.22

BIZNET

Matrik perbandingan alternatif terhadap kriteria metode pengiriman barang DDP.


C

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1/1

5/1

4/1

TELKOM

1/5

1/1

1/2

BIZNET

1/4

2/1

1/1

INDOSAT

TELKOM

BIZNET

INDOSAT

1.00

5.00

4.00

TELKOM

0.20

1.00

0.50

BIZNET

0.25

2.00

1.00

1.00

5.00

4.00

0.20

1.00

0.50

0.25

2.00

1.00

3.00

18.00 10.50

0.53

3.00

1.80

0.90

5.25

3.00

1.00

5.00

4.00

0.20

1.00

0.50

0.25

2.00

1.00

84

3.00

18.00

10.50

31.50

0.53

3.00

1.80

5.33

0.90

5.25

3.00

9.15
+
45.98

31.50

45.98

0.69

INDOSAT

5.33

45.98

0.12

TELKOM

9.15

45.98

0.20

BIZNET

85

LAMPIRAN-1I
Proses Pengolahan Data Menggunakan Perangkat Lunak Expert Choice

Langkah perhitungan menggunakan perangkat lunak Expert Choice di jelaskan seperti


berikut :
1.

Masukkan semua elemen yang meliputi tujuan, kriteria, dan alternatif ke dalam

struktur hirarki.
2.

Masukkan nilai perbandingan kepentingan untuk tiap-tiap pasangan elemen, yang

meliputi : tiap-tiap elemen kriteria terhadap tujuan, tiap-tiap elemen sub kriteria terhadap
kriteria, kemudian perbandingan tiap-tiap alternatif terhadap semua kriteria.
3.

Lakukan perhitungan sintesis untuk mendapatkan urutan prioritas dari alternatif-

alternatif yang ada.


Berikut merupakan tampilan langkah-langkah perhitungan menggunakan perangkat lunak
Expert Choice :
A.

Struktur hirarki

86

B.

Matriks perbandingan antara kriteria terhadap tujuan

Dari hasil perhitungan menggunakan Expert Choice diperoleh nilai konsistensi rasio
sebesar 0.06. Hal tersebut menandakan bahwa terdapat nilai perbandingan yang
konsisten.
Urutan prioritas kriteria terhadap tujuan

C.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria harga barang

87

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria harga barang.

D.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria harga jasa

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria harga barang.

88

E.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria metode pembayaran setelah

seluruh pekerjaan selesai.

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria metode pembayaran setelah seluruh pekerjaan
selesai.

F.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria metode pembayaran dibayar

per sub sistem.

89

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria metode pembayaran dibayar per sub sistem

G.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria jadwal pekerjaan.

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria jadwal pekerjaan.

90

H.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria ruang lingkup pekerjaan -

lumpsum.

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria ruang lingkup pekerjaan - lumpsum.

I.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria ruang lingkup pekerjaan -

parsial.

91

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria ruang lingkup pekerjaan - parsial.

J.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria nilai strategis proyek.

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria nilai strategis proyek.

K.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria metode pengiriman barang FOB.

92

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria metode pengiriman barang FOB

L.

Matriks perbandingan alternatif terhadap kriteria metode pengiriman barang DDP.

Urutan prioritas alternatif terhadap kriteria metode pengiriman barang DDP.

93

M.

Perhitungan sintesis terhadap tujuan

94

LAMPIRAN III
Volume Barang (BoQ) Untuk Tiap-Tiap Proyek

A.

Volume barang (BoQ) untuk proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU &

Akses Sekunder 2008 (TELKOM).


Data-data mengenai volume barang merepresentasikan harga barang untuk tiap-tiap
proyek.
Perangkat ZXMSG 5200
Item
No.

Description / Model

Code

Unit

Total

MSG 5200
1

MSG 5200 multi-service users module(U300)

1.1

integrated controll & switch card with GE

GIS

1.2

integrated controll & switch card type E

GISE

1.3

ethernet uplink interface subcard (2*GE optical


2*FE)(single mode 1310, short distance, <=10km)

GEI

1.4

1.25G/1310nm SFP SM Optical Transceiver Module

GE/SS

1.5

stack interface subcard

SUPI

1.6

network interface subcard

CNIC

1.7

type B package processing and resource card

MPRB

1.8

VoIP subcard(type I)

VOPS/1

1.9

VoIP subcard(type II)

VOPS/2

1.10

analogue subscriber line card for abroad

ALC/I

1.11
1.12

far distance and reversal signal subscriber line card


for abroad
integrated analogue line & ADSL2+ digital loop
subscriber card

FLC/I
GILC/2+

1.13

SHDSL digital loop subscriber card

GSDL

1.14

digital subscriber line card

DLCC

1.15

mother board of integrated control and subscriber

MBSL

1.16

type D subscriber line test card

TSLCD

1.17

power card K

POWER K

power supply & distribution module

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

342
22
79
158
103
158
158
158
111
56
1,401
182
79
364
-

2.1

power distributor (for Indoor)

POWER P

2.2

100AH storage batteries (for OUT40E)

6-GFM-100X

2.3

ZXDU45 power system unit(3*15A) (for OUT40E)

ZXDU45/45A

95

piec
e
grou
p
set

11
66
66

2.4

power distribution unit of OUT40E (for OUT40E)

PDB-OUT40E

set

2.5

200AH storage batteries (for OUT20E)

6-GFM-200

grou
p

2.6

power system unit(60A)(for OUT20E)

POW4860/60A

set

2.7

power distribution unit of OUT20E (for OUT20E)

PDB-OUT20E

set

power and environment moniting module

3.1

central monitoring unit with environment monitor


supporting equipment

CSV&SF

piec
e

rack & frame equipment

66
2
2
2
79
-

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

4.1

height 6U standard frame

BOX-6U

4.2

height 1U fan box A

FAN1A

4.3

optical fiber wiring box

FWB

4.4

OUT40E cabinet (for OUT40E)

OUT40E rack

4.5

OUT20E cabinet (for OUT20E)

OUT20E rack

4.6

press feet package for 19 rack (for Indoor)

PFP

set

19D06H20

piec
e

4.7

19 standart rack(600*600*2000) (for indoor)

cable

5.1

ICS integrated inter-link cable(GE)

ICSLK1

5.2

64 wires subscriber line cable

SU2/30

5.3

ethernet cable

RJ45/20

5.4

fiber jumper (single mode,30m,for indoor rack)

LC/PC/30

5.5

fiber jumper (single mode,30m,for outdoor rack)

LC/PC/5

5.6

earthing cable

BVR-E/20

5.7

DC power supply cable (for Indoor)

BVR-P/20

built-in layout module (for OUT40E & OUT20E)

6.1

MDF alarm card

CM

6.2

protect unit

FA9-240-3

6.3

Cable Connecting Tool

FA6-09A2

6.4

test line bank unit with subscriber line

Test line bank

6.5

protect line bank

FT2-92B

MSG 5200 software module

7.1

H.248 protocol stack software

set

7.2

broadband service protocol stacks software

set

7.3

configuration management software

set

7.4

TCP/IP protocol stack software

set

MDF

182
115
79
66
2
11
11
-

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

103
256
22
44
272
79
11
-

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

68
48,204
66
152
1,956
-

96

79
79
79
79

8.1

Double-sided Frame

JPX359-AE(2*6)

set

8.2

Double-sided Frame

JPX359-AE(4*6)

set

8.3

Double-sided Frame

JPX359-AE(6*6)

set

8.4

Double-sided Frame

JPX359-AE(8*6)

8.5

100 pairs protection module

FA8-184-100E

8.6

128 pairs testing module

STO-184K-128

8.7

Protector

FA9-240E-1

8.8

Wiring tools

FA6-09AE

8.9

Test cord

CSS-184E

8.10

Disconnection Plug

DSL-E

8.11

English document

8.12

Vacuumized

ODF

9.1

ODF-12coresFC/PC:(Sieges)code:050503500209

10

Indoor Power Supply

set
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

Front-install,19',1U

set

10.2

ZXDU58 S301-CSU Monitoring Unit

10.3

Firmware for ZXDU58/ZXDU68/ZXDU64 V4.0

ZXDU58/ZXDU68/ZXDU64(V4.
0) SW

set

10.4

ZXDU58 S151 Rectifier


Standard Configuration)

ZXDU58 S151-OSC RRA

set

10.5

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 1st


Battery Block)

ZXDU58 S151-150_1L CAB

set

10.6

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 2st


Battery Block)

ZXDU58 S151-150_2L CAB

set

ZXDU58 S151-150_3L CAB

set

10.9

ZXD1500(V4.0)

Rack

(Overseas

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 3st


Battery Block)
ZXDU58 S301 RS232 Com Port (with 10m
cable)
12V150AH Battery(Front-Access)

set
12V150Ah(Front-Access)

piec
e

KIT

10.12

ZXDP04 T101 AC Export Distribution


Panel(Overseas Standard Configuration)
ZXDL01
T110
Three
Phase,B+C
Class,Lightning-Proof
box(With
AC
Distribution)
The normal cable for ZXDU58 S151(less than
20M)

10.13

The Usual Cable for


System(less than 20M)

set

10.14

Earthing bus bar

10.10
10.11

115
79
2,240
11
44
525
11
11

11
-

piec
e
piec
e

ZXD1500(V4.0) 30A Rectifier

10.8

10.1

10.7

ZXDU58

11
11
11
4
7
4
72
11

set

S151
Earthing bus bar

97

33

set

11

7
4
11

B.

Volume barang (BoQ) untuk Proyek Fiber To The Home Daerah Jabodetabek

(BIZNET).
Perangkat ZXMSG 5200
Item
No.

Description / Model

Code

Unit

Total

MSG 5200
1

MSG 5200 multi-service users module(U300)

1.1

integrated controll & switch card with GE

1.2

integrated controll & switch card type E

1.3

ethernet uplink interface subcard (2*GE optical


2*FE)(single mode 1310, short distance, <=10km)

1.4

1.25G/1310nm SFP SM Optical Transceiver Module

1.5

stack interface subcard

SUPI

1.6

network interface subcard

CNIC

1.7

type B package processing and resource card

MPRB

1.8

VoIP subcard(type I)

VOPS/1

1.9

VoIP subcard(type II)

VOPS/2

1.10

analogue subscriber line card for abroad

1.11
1.12

GIS
GISE
GEI
GE/SS

ALC/I

far distance and reversal signal subscriber line card for


abroad
integrated analogue line & ADSL2+ digital loop
subscriber card

FLC/I
GILC/2+

1.13

SHDSL digital loop subscriber card

GSDL

1.14

digital subscriber line card

DLCC

1.15

mother board of integrated control and subscriber

MBSL

1.16

type D subscriber line test card

TSLCD

1.17

power card K

power supply & distribution module

POWER K

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

266
150
115
230
93
230
230
230
680
90
666
208
115
416
-

POWER P

piec
e
grou
p

2.1

power distributor (for Indoor)

2.2

100AH storage batteries (for OUT40E)

6-GFM-100X

2.3

ZXDU45 power system unit(3*15A) (for OUT40E)

ZXDU45/45A

2.4

power distribution unit of OUT40E (for OUT40E)

PDB-OUT40E

set

6-GFM-200

grou
p

set

2.5

200AH storage batteries (for OUT20E)

2.6

power system unit(60A)(for OUT20E)

POW4860/60A

set

2.7

power distribution unit of OUT20E (for OUT20E)

PDB-OUT20E

set

power and environment moniting module

3.1

central monitoring unit with environment monitor


supporting equipment

CSV&SF

piec
e

115
115
115

98

115

rack & frame equipment

4.1

height 6U standard frame

BOX-6U

4.2

height 1U fan box A

FAN1A

4.3

optical fiber wiring box

4.4

OUT40E cabinet (for OUT40E)

OUT40E rack

4.5

OUT20E cabinet (for OUT20E)

OUT20E rack

4.6

press feet package for 19 rack (for Indoor)

4.7

19 standart rack(600*600*2000) (for indoor)

cable

FWB

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

PFP

set

19D06H20

piec
e

208
133
115
115
-

5.1

ICS integrated inter-link cable(GE)

ICSLK1

5.2

64 wires subscriber line cable

SU2/30

5.3

ethernet cable

RJ45/20

5.4

fiber jumper (single mode,30m,for indoor rack)

LC/PC/30

5.5

fiber jumper (single mode,30m,for outdoor rack)

LC/PC/5

5.6

earthing cable

BVR-E/20

5.7

DC power supply cable (for Indoor)

BVR-P/20

built-in layout module (for OUT40E & OUT20E)

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

93
460
115
-

CM

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

6.1

MDF alarm card

6.2

protect unit

FA9-240-3

6.3

Cable Connecting Tool

FA6-09A2

6.4

test line bank unit with subscriber line

6.5

protect line bank

MSG 5200 software module

7.1

H.248 protocol stack software

set

7.2

broadband service protocol stacks software

set

7.3

configuration management software

set

7.4

TCP/IP protocol stack software

set

MDF

8.1

Double-sided Frame

JPX359-AE(2*6)

set

8.2

Double-sided Frame

JPX359-AE(4*6)

set

8.3

Double-sided Frame

JPX359-AE(6*6)

set

8.4

Double-sided Frame

JPX359-AE(8*6)

set

Test line bank


FT2-92B

115
70,371
115
208
2,876
115
115
115
115
-

8.5

100 pairs protection module

FA8-184-100E

8.6

128 pairs testing module

STO-184K-128

99

piec
e
piec
e

8.7

Protector

8.8

Wiring tools

FA6-09AE

8.9

Test cord

CSS-184E

8.10

Disconnection Plug

8.11

English document

8.12

Vacuumized

ODF

9.1

ODF-12coresFC/PC:(Sieges)code:050503500209

10

Indoor Power Supply

10.1

ZXD1500(V4.0) 30A Rectifier

10.2

ZXDU58 S301-CSU Monitoring Unit

10.3

FA9-240E-1

DSL-E

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

Front-install,19',1U

set

Firmware for ZXDU58/ZXDU68/ZXDU64 V4.0

piec
e
piec
e

ZXDU58/ZXDU68/ZXDU64(
V4.0) SW

set

ZXDU58 S151-OSC RRA

set

10.5

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 1st Battery


Block)

ZXDU58 S151-150_1L CAB

set

10.6

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 2st Battery


Block)

ZXDU58 S151-150_2L CAB

set

ZXDU58 S151-150_3L CAB

set

10.9

ZXD1500(V4.0)

10.4

10.8

ZXDU58 S151 Rectifier Rack (Overseas


Standard Configuration)

10.7

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 3st Battery


Block)
ZXDU58 S301 RS232 Com Port (with 10m
cable)
12V150AH Battery(Front-Access)

set
12V150Ah(Front-Access)

piec
e

10.10

ZXDP04 T101 AC Export Distribution


Panel(Overseas Standard Configuration)

10.11

ZXDL01 T110 Three Phase,B+C


Class,Lightning-Proof box(With AC Distribution)

KIT

10.12

The normal cable for ZXDU58 S151(less than


20M)

set

10.13

The Usual Cable for ZXDU58 S151 System(less


than 20M)

set

10.14

Earthing bus bar

Earthing bus bar

100

set

C.

Volume barang (BoQ) untuk proyek MSAN Regional Jakarta dan Surabaya

(INDOSAT).
Perangkat ZXMSG5200
Item
No.

Description / Model

Code

MSG 5200
MSG 5200 multi-service users module(U300)

1.1

integrated controll & switch card with GE

GIS

1.2

integrated controll & switch card type E

GISE

1.3

ethernet uplink interface subcard (2*GE optical


2*FE)(single mode 1310, short distance, <=10km)

GEI

1.4

1.25G/1310nm SFP SM Optical Transceiver Module

GE/SS

1.5

stack interface subcard

SUPI

1.6

network interface subcard

CNIC

1.7

type B package processing and resource card

MPRB

1.8

VoIP subcard(type I)

VOPS/1

1.9

VoIP subcard(type II)

VOPS/2

1.10

analogue subscriber line card for abroad

ALC/I

1.11
1.12

far distance and reversal signal subscriber line card for


abroad
integrated analogue line & ADSL2+ digital loop
subscriber card

FLC/I
GILC/2+

1.13

SHDSL digital loop subscriber card

GSDL

1.14

digital subscriber line card

DLCC

1.15

mother board of integrated control and subscriber

MBSL

1.16

type D subscriber line test card

TSLCD

1.17

power card K

POWER K

power supply & distribution module

Unit

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

Total

280
58
116
82
116
116
116
58
1,156
140
58
280
-

piec
e
grou
p

2.1

power distributor (for Indoor)

POWER P

2.2

100AH storage batteries (for OUT40E)

6-GFM-100X

2.3

ZXDU45 power system unit(3*15A) (for OUT40E)

ZXDU45/45A

set

2.4

power distribution unit of OUT40E (for OUT40E)

PDB-OUT40E

set

2.5

200AH storage batteries (for OUT20E)

6-GFM-200

grou
p

2.6

power system unit(60A)(for OUT20E)

POW4860/60A

set

2.7

power distribution unit of OUT20E (for OUT20E)

PDB-OUT20E

set

power and environment moniting module

3.1

central monitoring unit with environment monitor


supporting equipment

CSV&SF

piec
e

rack & frame equipment

58
58
58
-

101

58

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

4.1

height 6U standard frame

BOX-6U

4.2

height 1U fan box A

FAN1A

4.3

optical fiber wiring box

FWB

4.4

OUT40E cabinet (for OUT40E)

OUT40E rack

4.5

OUT20E cabinet (for OUT20E)

OUT20E rack

4.6

press feet package for 19 rack (for Indoor)

PFP

set

19D06H20

piec
e

4.7

19 standart rack(600*600*2000) (for indoor)

cable

5.1

ICS integrated inter-link cable(GE)

ICSLK1

5.2

64 wires subscriber line cable

SU2/30

5.3

ethernet cable

RJ45/20

5.4

fiber jumper (single mode,30m,for indoor rack)

LC/PC/30

5.5

fiber jumper (single mode,30m,for outdoor rack)

LC/PC/5

5.6

earthing cable

BVR-E/20

5.7

DC power supply cable (for Indoor)

BVR-P/20

built-in layout module (for OUT40E & OUT20E)

6.1

MDF alarm card

CM

6.2

protect unit

FA9-240-3

6.3

Cable Connecting Tool

FA6-09A2

6.4

test line bank unit with subscriber line

Test line bank

6.5

protect line bank

FT2-92B

MSG 5200 software module

7.1

H.248 protocol stack software

set

7.2

broadband service protocol stacks software

set

7.3

configuration management software

set

7.4

TCP/IP protocol stack software

set

MDF

8.1

Double-sided Frame

JPX359-AE(2*6)

set

8.2

Double-sided Frame

JPX359-AE(4*6)

set

8.3

Double-sided Frame

JPX359-AE(6*6)

set

8.4

Double-sided Frame

JPX359-AE(8*6)

set

140
85
58
58
-

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

82
232
58
-

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

58
40,792
58
140
1,660
58
58
58
58
-

8.5

100 pairs protection module

FA8-184-100E

8.6

128 pairs testing module

STO-184K-128

102

piec
e
piec
e

8.7

Protector

FA9-240E-1

8.8

Wiring tools

FA6-09AE

8.9

Test cord

CSS-184E

8.10

Disconnection Plug

DSL-E

8.11

English document

8.12

Vacuumized

ODF

9.1

ODF-12coresFC/PC:(Sieges)code:050503500209

10

Indoor Power Supply

10.1

ZXD1500(V4.0) 30A Rectifier

10.2

ZXDU58 S301-CSU Monitoring Unit

piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e
piec
e

Front-install,19',1U

set

ZXD1500(V4.0)

piec
e
piec
e

Firmware for ZXDU58/ZXDU68/ZXDU64 V4.0

set

10.4

ZXDU58 S151 Rectifier Rack (Overseas


Standard Configuration)

ZXDU58 S151-OSC RRA

set

10.5

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 1st Battery


Block)

ZXDU58 S151-150_1L CAB

set

10.6

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 2st Battery


Block)

ZXDU58 S151-150_2L CAB

set

10.7

ZXDU58 S151 Battery Cable (150AH 3st Battery


Block)

ZXDU58 S151-150_3L CAB

set

10.8

ZXDU58 S301 RS232 Com Port (with 10m cable)

set

12V150AH Battery(Front-Access)

piec
e

10.9
10.1
0
10.1
1
10.1
2
10.1
3
10.1
4

ZXDU58/ZXDU68/ZXDU64(
V4.0) SW

10.3

12V150Ah(Front-Access)

ZXDP04 T101 AC Export Distribution


Panel(Overseas Standard Configuration)

ZXDL01 T110 Three Phase,B+C Class,LightningProof box(With AC Distribution)

KIT

The normal cable for ZXDU58 S151(less than


20M)

set

The Usual Cable for ZXDU58 S151 System(less


than 20M)

set

Earthing bus bar

Earthing bus bar

103

set

REKAPITULASI BOQ SEKUNDER (REVISI) PAKET-1


PENGADAAN MSAN DAN SEKUNDER 2008
NO

DESIGNATOR

DD-S3-1

DD-S3-2

DD-V5-1

DD-V5-2

DD-BM-1

6
7

10

11

12
13

DD-BM-2
DD-DA-S1

DD-BSS-S1

DD-BTS-S1

HB-PS-1

HB-PS-2

DD-BMR
BC-TR-1

DESCRIPTION OF ASSEMBLY
UNIT

URAIAN
PEKERJAAN

Supply and installation of new


steel pipes, having 100 mm
inside diameter and 3,65 mm
in wall thickness, 1 ways
Installation of new steel pipes,
having 100 mm inside
diameter and 3,65 mm in wall
thickness, 2 ways
Installation of new PVC ducts
without concrete encasement,
having 100 mm in inside
diameter and 5,5 mm in wall
thickness, 1 ways
Ditto, 2 ways

Penyeberangan
parit 1 pipa
bentang s.d 6
meter
Penyeberangan
parit 2 pipa
bentang s.d 6
meter
Crossing/Lintasan
tanpa cor dengan
PVC 1 pipa

meter

Crossing/Lintasan
tanpa cor dengan
PVC 2 pipa
Borring 1 pipa

meter

Duct installation by borring


method, manual/machine 1
ways
Ditto, 2 ways
Supply and installation new
duct attachment onto bridge,
using with galvanized steel
pipes having 100 mm in inside
diameter and 3.65 mm wall
thickness, 1 way
Construction of new steel duct
bridge using self support type,
1 ways

Construction of new steel duct


bridge using 2 end support
structure type, 1 ways

Hanging cable bridge 1 (one)


pole support < 40 mtr
Hanging cable bridge 2 (two)
pole support > 40 mtr
Railway boring
Trenching, for all conditions,
backfilling, permanent
reinstatements,
deksteen/warning tape ,
concrete marking post, for
buried and pit joint 1.1 m
depth.

104

UNIT

TOTAL

1,004
meter
14
meter
5,014

14

meter
1,123

Borring 2 pipa
Jembatan kabel
menempel pada
jembatan eksisting

meter
meter

Jembatan kabel
menggunakan
penyangga di
kedua sisi, 1 Pipa
(bentangan 6 s.d
12)
Jembatan kabel
menggunakan
penyangga di
kedua sisi, 1 Pipa
(bentangan >12)
Jembatan Gantung
dengan 1 tiang <
40 mtr
Jembatan Gantung
dengan 2 tiang >
40 mtr
Boring rel kereta
Galian ,Pengurugan
kembali dan
perbaikan kembali ,
pengisian pasir ,
deeksten dan
tanda rute untuk
kabel tanah dan

meter

11

68

38

meter
20

buah
1
buah
1
track
meter

96,461

tempat sambung
kedalaman 1,1
meter
14

15

16

BC-TR-2

BC-PP

BC-LS-10-6

Trenching, for all conditions,


backfilling, permanent
reinstatements,
deksteen/warning tape ,
concrete marking post, for
buried and pit joint 1.2 m
depth.

Supply, installation of riser


pipe for protection of riser
cable to distribution point
Supply, installation and
placement of buried type of a
secondary cable, jelly filled,
solid PE insulated, 10 pairs 0,6
mm, tape armored STEL.K.007

17

BC-LS-20-6

Ditto, 20 pairs - 0,6 mm

18

BC-LS-30-6

Ditto, 30 pairs - 0,6 mm

19

BC-LS-40-6

Ditto, 40 pairs - 0,6 mm

20

BC-LS-50-6

Ditto, 50 pairs - 0,6 mm

21

BC-LS-60-6

Ditto, 60 pairs - 0,6 mm

22

BC-LS-80-6

Ditto, 80 pairs - 0,6 mm

23

BC-LS-100-6

Ditto, 100 pairs - 0,6 mm

24

BC-LS-200-6

Ditto, 200 pairs - 0,6 mm

25

BC-LS-300-6

Ditto, 300 pairs - 0,6 mm

26

BC-LS-400-6

Ditto, 400 pairs - 0,6 mm

27

BC-LS-500-6

Ditto, 500 pairs - 0,6 mm

28

BC-LS-600-6

Ditto, 600 pairs - 0,6 mm

29

AC-10-6

Supply, installation of Aerial


cable type of a secondary
cable, jelly filled, solid PE
insulated, 10 pairs 0,6 mm,
self supporting.

30

AC-20-6

Ditto, 20 pairs - 0,6 mm

31

AC-30-6

Ditto, 30 pairs - 0,6 mm

105

Galian ,Pengurugan
kembali dan
perbaikan kembali ,
pengisian pasir ,
deeksten dan
tanda rute untuk
kabel tanah dan
tempat sambung
kedalaman 1,2
meter
pipa pelindung
kabel di tiang
menuju DP lengkap
denga asesoris
Pengadaan,
penarikan kabel
tanah tanam
langsung kap 10
pair diameter 0,6
STEL.K007
Ditto, 20 pairs - 0,6
mm
Ditto, 30 pairs - 0,6
mm
Ditto, 40 pairs - 0,6
mm
Ditto, 50 pairs - 0,6
mm
Ditto, 60 pairs - 0,6
mm
Ditto, 80 pairs - 0,6
mm
Ditto, 100 pairs 0,6 mm
Ditto, 200 pairs 0,6 mm
Ditto, 300 pairs 0,6 mm
Ditto, 400 pairs 0,6 mm
Ditto, 500 pairs 0,6 mm
Ditto, 600 pairs 0,6 mm
Pengadaan,
penarikan kabel
udara kap 10 pair
diameter 0,6
lengkap dengan
asesoris
Ditto, 20 pairs - 0,6
mm
Ditto, 30 pairs - 0,6
mm

meter

38,160

Pcs
1,635
meter
30,811

meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter

35,332
3,422
30,033
1,281
22,450
15,490
31,283
11,753
666
-

meter
72,508

meter
meter

69,177
17,681

32

AC-40-6

Ditto, 40 pairs - 0,6 mm

33

AC-50-6

Ditto, 50 pairs - 0,6 mm

34

AC-60-6

Ditto, 60 pairs - 0,6 mm

35

AC-80-6

Ditto, 80 pairs - 0,6 mm

36

AC-100-6

Ditto, 100 pairs - 0,6 mm

37

AC-200-6

Ditto, 200 pairs - 0,6 mm

38

DC-IPVC-10-6

Installation of solid PVC


insulated indoor cable on cable
rack or in pipe within building,
10 pairs - 0,6 mm STEL.K.011

39

DC-IPVC-20-6

Ditto, 20 pairs - 0,6 mm

40

DC-IPVC-30-6

Ditto, 30 pairs - 0,6 mm

41

DC-IPVC-40-6

Ditto, 40 pairs - 0,6 mm

42

DC-IPVC-50-6

Ditto, 50 pairs - 0,6 mm

43

DC-IPVC-60-6

Ditto, 60 pairs - 0,6 mm

44

DC-IPVC-80-6

Ditto, 80 pairs - 0,6 mm

45

DC-IPVC-100-6

Ditto, 100 pairs - 0,6 mm

46

DC-IPVC-120-6

Ditto, 120 pairs - 0,6 mm

47

DC-IPVC-200-6

Ditto, 200 pairs - 0,6 mm

48

SC-TS-10-6

49

SC-TS-20-6

Splice enclosure thermal


shrinkable type for
aerial/buried cable primary or
secondary cables, where the
main cablespliced is, 10 pairs 0.6 mm
Ditto, 20 pairs - 0,6 mm

50

SC-TS-30-6

Ditto, 30 pairs - 0,6 mm

51

SC-TS-40-6

Ditto, 40 pairs - 0,6 mm

52

SC-TS-50-6

Ditto, 50 pairs - 0,6 mm

53

SC-TS-60-6

Ditto, 60 pairs - 0,6 mm

54

SC-TS-80-6

Ditto, 80 pairs - 0,6 mm

55

SC-TS-100-6

Ditto, 100 pairs - 0,6 mm

106

Ditto, 40 pairs - 0,6


mm
Ditto, 50 pairs - 0,6
mm
Ditto, 60 pairs - 0,6
mm
Ditto, 80 pairs - 0,6
mm
Ditto, 100 pairs 0,6 mm
Ditto, 200 pairs 0,6 mm
Pengadaan,
penarikan kabel
indoor (PVC) kap
10 pair diameter
0,6 lengkap
dengan asesoris
STEL.K011
Ditto, 20 pairs - 0,6
mm
Ditto, 30 pairs - 0,6
mm
Ditto, 40 pairs - 0,6
mm
Ditto, 50 pairs - 0,6
mm
Ditto, 60 pairs - 0,6
mm
Ditto, 80 pairs - 0,6
mm
Ditto, 100 pairs 0,6 mm
Ditto, 120 pairs 0,6 mm
Ditto, 200 pairs 0,6 mm
Alat sambung
panas kerut 10 pair
0,6

meter

Ditto, 20 pairs - 0,6


mm
Ditto, 30 pairs - 0,6
mm
Ditto, 40 pairs - 0,6
mm
Ditto, 50 pairs - 0,6
mm
Ditto, 60 pairs - 0,6
mm
Ditto, 80 pairs - 0,6
mm
Ditto, 100 pairs 0,6 mm

Pcs

meter
meter
meter
meter
meter

53,103
10,321
34,397
32,341
51,490
100

meter
3,157

meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter

912
-

Pcs
-

Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

18
8
21
11
19
12
19

56

SC-TS-150-6

Ditto, 150 pairs - 0,6 mm

57

SC-TS-200-6

Ditto, 200 pairs - 0,6 mm

58

SC-TS-300-6

Ditto, 300 pairs - 0,6 mm

59

SC-B-60-6

60

SC-B-150-6

Splice enclosure UC type for


aerial/buried primary or
secondary cables, where the
main cablespliced is, 10 to 60
pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 150 pairs - 0.6 mm

61

SC-B-300-6

Ditto, 10 to 300 pairs - 0.6 mm

62

SC-B-400-6

Ditto, 10 to 500 pairs - 0.6 mm

63

SC-B-500-6

Ditto, 10 to 600 pairs - 0.6 mm

64

CCC-C-2400

Suplly, installation of a crossconnection cabinet and its


foundation, 2400 pair type
included guard post (5 piece)
and work floor
Ditto, 4800 pairs type
Supply and installation of
terminal block on MDF with
protector, 100 pairs type
included IDC.

65
66

67

68

69
70

71

CCC-C-4800
TC-TB-P100

CCC-TB-100

RT-TB-10

SU-NJ
TC-MDF-600

TC-MDF-800

Supply, installation and


placement of terminal block in
a cross connection cabinet,
100 pair type included back
mount frame, IDC and
arrester.
Supply, installation and
placement of terminal block in
a remote terminal (ONU), 10
pair type included back mount
frame, IDC and arrester.

Cable conductor splicing of


jelly filled types of non working
pairs
Supply and installation of main
distribution frame (MDF),
initial frame with 1 vertical
frames, 600 pairs
Ditto, 800 pairs

107

Ditto, 150 pairs 0,6 mm


Ditto, 200 pairs 0,6 mm
Ditto, 300 pairs 0,6 mm
UC mekanikal
udara/tanah tanam
langsung 10 s.d 60
pair diameter 0,6
mm
Ditto, 10 to 150
pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 300
pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 500
pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 600
pairs - 0.6 mm
RK ( selongsong,
frame, pondasi,
patok pengaman +
lantai kerja) 2400
pair
4800 pair
Pengadaan dan
pemasangan
terminal block di
MDF kap 100 pair
dengan pengaman
termasuk insertion
tools
Pengadaan dan
pemasangan
terminal block di
RK kap 100 pair
dengan pengaman
termasuk insertion
tools dan arrestor
Pengadaan dan
pemasangan
terminal block di
remote terminal
(ONU/Kabinet), 10
pair lengkap
dengan BMF, IDC
dan arrester
Pengadaan dan
pemasangan
connector
Pengadaan dan
pemasangan MDF
600 pair
Pengadaan dan
pemasangan MDF
800 pair

Pcs
Pcs
Pcs

5
-

Pcs
1,353
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

1,072
224
17
-

Pcs
6
Pcs
Pcs

Pcs
612

Pcs

2,257

pair
296,523
Pcs
Pcs

72

PU-S7.0-135

73

PU-S9.0-135

74

GU-G

75

PU-SB-7.0-135

Supply and installation of a


steel pole, having pole length:
7,0 m and strength : 135 kg
Ditto, 9 meter.

86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96

DP-WM-20
DP-WM-40
DP-WM-60
DP-WM-80
DP-WM-100
DP-WM-200
DP-WM-300
DP-WM-500
DP-WM-600
DP-WM-800
DP-WM-1000

Supply and instalation of guy


wire
Bracing pole made by steel
having 7.0 metes in nominal
pole length and 135 kg in the
specified strength.
Supply and installation of polemounted type and modular
system termination of a
distribution point for buried
cable included IDC, 10 pair
type
Ditto, 20 pair type
Ditto, 40 pair type
Ditto, 60 pair type
Ditto, 80 pair type
Ditto, 100 pair type
Supply and installation of pillar
type of a distribution point, 10
pair type
Ditto, 20 pair type
Ditto, 40 pair type
Supply and installation of wallmounted and outdoor type of
a distribution point, 10 pair
type
Ditto, 20 pair type
Ditto, 40 pair type
Ditto, 60 pair type
Ditto, 80 pair type
Ditto, 100 pair type
Ditto, 200 pair type
Ditto, 300 pair type
Ditto, 500 pair type
Ditto, 600 pair type
Ditto, 800 pair type
Ditto, 1000 pair type

97

DP-WM-1500

Ditto, 1500 pair type

98

DP-WM-2400

Ditto, 2400 pair type

99

GB-G1

Grounding and its associated


bonding where three (1)
grounding rods be installed
under the new DP maks 3
Ohm

76

DP-PB-10

77
78
79
80
81
82

DP-PB-20
DP-PB-40
DP-PB-60
DP-PB-80
DP-PB-100
DP-PL-10

83
84
85

DP-PL-20
DP-PL-40
DP-WM-10

108

Tiang 7 meter
lengkap dengan
asesoris
Tiang 9 meter
lengkap dengan
asesoris
Temberang tarik
lengkap
Temberang sokong
lengkap

Pcs

Pengadaan dan
pemasangan DP
modular + IDC 10
pair + pole strap +
kabel 3 meter

Pcs

Ditto, 20 pair type


Ditto, 40 pair type
Ditto, 60 pair type
Ditto, 80 pair type
Ditto, 100 pair type
DP Pilar 10 Pair
(lengkap)

Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

1,604
78
2
2
2

Ditto 20 pair
Ditto 20 pair
Pengadaan dan
pemasangan DP
dinding lengkap
kap 10 pair
Ditto, 20 pair type
Ditto, 40 pair type
Ditto, 60 pair type
Ditto, 80 pair type
Ditto, 100 pair type
Ditto, 200 pair type
Ditto, 300 pair type
Ditto, 500 pair type
Ditto, 600 pair type
Ditto, 800 pair type
Ditto, 1000 pair
type
Ditto, 1500 pair
type
Ditto, 2400 pair
type
Grounding di DP

Pcs
Pcs
Pcs

22
15

3,535

Pcs
397
Pcs

109

Pcs
45

1,712

10

242
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

25
28
8
2
6
2
2
2
-

Pcs
472

100

GB-G3

101

DD-V5-4

102

SC-B-800-6

103

SC-B-1200-6

104

SC-B-1400-6

105

BR

106

PU-RE

107

108

109

DD-DA-S2

Grounding and its associated


bonding where three (3)
grounding rods be installed
under the new CCC/RT
(Cabinet) maks 1 Ohm

Installation of new PVC


ducts without concrete
encasement, having 100
mm in inside diameter and
5,5 mm in wall thickness, 4
ways
Splice enclosure UC type for
aerial/buried primary or
secondary cables, where
the main cablespliced is, 10
to 800 pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 1200 pairs - 0.6
mm
Ditto, 10 to 1400 pairs - 0.6
mm
Borring Rojog
Reseting or straightening
exixting pole included
pondation
Supply and installation new
duct attachment onto
bridge, using with
galvanized steel pipes
having 100 mm in inside
diameter and 3.65 mm wall
thickness, 2 way
Supply and installation
pacth cord (20 meter)
FC/PC, LC/PC Single Mode
Supply and installation Tie
Line Fiber Optic 12 cores
(20 meter)

109

Grounding di
RK/Node

Pcs
77

Crossing/Lintasan
tanpa cor dengan
PVC 4 pipa

Ditto, 10 to 1400
pairs - 0.6 mm

meter

89

Pcs

10

Pcs

Pcs

meter

100

Pelurusan tiang
berikut pondasi

Pcs

10

Jembatan kabel
menempel pada
jembatan
eksisting

meter

12

node

14

node

197

REKAPITULASI BOQ SEKUNDER (REVISI) PAKET-2


PENGADAAN MSAN DAN SEKUNDER 2008
NO

DESIGNATOR

DD-S3-1

DD-S3-2

DD-V5-1

DD-V5-2

DD-BM-1

6
7

10

DD-BM-2
DD-DA-S1

DD-BSS-S1

DD-BTS-S1

HB-PS-1

DESCRIPTION OF ASSEMBLY
UNIT

URAIAN
PEKERJAAN

Supply and installation of new


steel pipes, having 100 mm
inside diameter and 3,65 mm in
wall thickness, 1 ways
Installation of new steel pipes,
having 100 mm inside diameter
and 3,65 mm in wall thickness,
2 ways
Installation of new PVC ducts
without concrete encasement,
having 100 mm in inside
diameter and 5,5 mm in wall
thickness, 1 ways
Ditto, 2 ways

Penyeberangan
parit 1 pipa
bentang s.d 6
meter
Penyeberangan
parit 2 pipa
bentang s.d 6
meter
Crossing/Lintasan
tanpa cor dengan
PVC 1 pipa

meter

Crossing/Lintasan
tanpa cor dengan
PVC 2 pipa
Borring 1 pipa

meter

Duct installation by borring


method, manual/machine 1
ways
Ditto, 2 ways
Supply and installation new duct
attachment onto bridge, using
with galvanized steel pipes
having 100 mm in inside
diameter and 3.65 mm wall
thickness, 1 way
Construction of new steel duct
bridge using self support type, 1
ways

Construction of new steel duct


bridge using 2 end support
structure type, 1 ways
Hanging cable bridge 1 (one)
pole support < 40 mtr

11

HB-PS-2

Hanging cable bridge 2 (two)


pole support > 40 mtr

12
13

DD-BMR
BC-TR-1

Railway boring
Trenching, for all conditions,
backfilling, permanent
reinstatements,
deksteen/warning tape ,
concrete marking post, for
buried and pit joint 1.1 m depth.

110

UNIT

TOTAL

943
meter
285
meter
11,091

4,207

meter
7,172

Borring 2 pipa
Jembatan kabel
menempel pada
jembatan eksisting

meter
meter

Jembatan kabel
menggunakan
penyangga di kedua
sisi, 1 Pipa
(bentangan 6 s.d
12)
Jembatan kabel
menggunakan
penyangga di kedua
sisi, 1 Pipa
(bentangan >12)
Jembatan Gantung
dengan 1 tiang <
40 mtr
Jembatan Gantung
dengan 2 tiang >
40 mtr
Boring rel kereta
Galian ,Pengurugan
kembali dan
perbaikan kembali ,
pengisian pasir ,
deeksten dan tanda
rute untuk kabel
tanah dan tempat

meter

24

10

meter
4
buah
2
buah
track
meter

2
2

305,227

sambung
kedalaman 1,1
meter

14

15

16

BC-TR-2

BC-PP

BC-LS-10-6

Trenching, for all conditions,


backfilling, permanent
reinstatements,
deksteen/warning tape ,
concrete marking post, for
buried and pit joint 1.2 m depth.

Supply, installation of riser pipe


for protection of riser cable to
distribution point
Supply, installation and
placement of buried type of a
secondary cable, jelly filled,
solid PE insulated, 10 pairs 0,6
mm, tape armored STEL.K.007

17

BC-LS-20-6

Ditto, 20 pairs - 0,6 mm

18

BC-LS-30-6

Ditto, 30 pairs - 0,6 mm

19

BC-LS-40-6

Ditto, 40 pairs - 0,6 mm

20

BC-LS-50-6

Ditto, 50 pairs - 0,6 mm

21

BC-LS-60-6

Ditto, 60 pairs - 0,6 mm

22

BC-LS-80-6

Ditto, 80 pairs - 0,6 mm

23

BC-LS-100-6

Ditto, 100 pairs - 0,6 mm

24

BC-LS-200-6

Ditto, 200 pairs - 0,6 mm

25

BC-LS-300-6

Ditto, 300 pairs - 0,6 mm

26

BC-LS-400-6

Ditto, 400 pairs - 0,6 mm

27

BC-LS-500-6

Ditto, 500 pairs - 0,6 mm

28

BC-LS-600-6

Ditto, 600 pairs - 0,6 mm

29

AC-10-6

Supply, installation of Aerial


cable type of a secondary cable,
jelly filled, solid PE insulated, 10
pairs 0,6 mm, self supporting.

30

AC-20-6

Ditto, 20 pairs - 0,6 mm

31

AC-30-6

Ditto, 30 pairs - 0,6 mm

111

Galian ,Pengurugan
kembali dan
perbaikan kembali ,
pengisian pasir ,
deeksten dan tanda
rute untuk kabel
tanah dan tempat
sambung
kedalaman 1,2
meter
pipa pelindung
kabel di tiang
menuju DP lengkap
denga asesoris
Pengadaan,
penarikan kabel
tanah tanam
langsung kap 10
pair diameter 0,6
STEL.K007
Ditto, 20 pairs - 0,6
mm
Ditto, 30 pairs - 0,6
mm
Ditto, 40 pairs - 0,6
mm
Ditto, 50 pairs - 0,6
mm
Ditto, 60 pairs - 0,6
mm
Ditto, 80 pairs - 0,6
mm
Ditto, 100 pairs 0,6 mm
Ditto, 200 pairs 0,6 mm
Ditto, 300 pairs 0,6 mm
Ditto, 400 pairs 0,6 mm
Ditto, 500 pairs 0,6 mm
Ditto, 600 pairs 0,6 mm
Pengadaan,
penarikan kabel
udara kap 10 pair
diameter 0,6
lengkap dengan
asesoris
Ditto, 20 pairs - 0,6
mm
Ditto, 30 pairs - 0,6

meter

85

Pcs
1,447
meter
65,794

meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter

107,051
81,266
40,482
5,430
82,696
100,468
560
100
-

meter
397

meter
meter

1,713
-

32

AC-40-6

Ditto, 40 pairs - 0,6 mm

33

AC-50-6

Ditto, 50 pairs - 0,6 mm

34

AC-60-6

Ditto, 60 pairs - 0,6 mm

35

AC-80-6

Ditto, 80 pairs - 0,6 mm

36

AC-100-6

Ditto, 100 pairs - 0,6 mm

37

AC-200-6

Ditto, 200 pairs - 0,6 mm

38

DC-IPVC-10-6

Installation of solid PVC


insulated indoor cable on cable
rack or in pipe within building,
10 pairs - 0,6 mm STEL.K.011

39

DC-IPVC-20-6

Ditto, 20 pairs - 0,6 mm

40

DC-IPVC-30-6

Ditto, 30 pairs - 0,6 mm

41

DC-IPVC-40-6

Ditto, 40 pairs - 0,6 mm

42

DC-IPVC-50-6

Ditto, 50 pairs - 0,6 mm

43

DC-IPVC-60-6

Ditto, 60 pairs - 0,6 mm

44

DC-IPVC-80-6

Ditto, 80 pairs - 0,6 mm

45

DC-IPVC-100-6

Ditto, 100 pairs - 0,6 mm

46

DC-IPVC-120-6

Ditto, 120 pairs - 0,6 mm

47

DC-IPVC-200-6

Ditto, 200 pairs - 0,6 mm

48

SC-TS-10-6

49

SC-TS-20-6

Splice enclosure thermal


shrinkable type for aerial/buried
cable primary or secondary
cables, where the main
cablespliced is, 10 pairs - 0.6
mm
Ditto, 20 pairs - 0,6 mm

50

SC-TS-30-6

Ditto, 30 pairs - 0,6 mm

51

SC-TS-40-6

Ditto, 40 pairs - 0,6 mm

52

SC-TS-50-6

Ditto, 50 pairs - 0,6 mm

53

SC-TS-60-6

Ditto, 60 pairs - 0,6 mm

54

SC-TS-80-6

Ditto, 80 pairs - 0,6 mm

55

SC-TS-100-6

Ditto, 100 pairs - 0,6 mm

112

mm
Ditto, 40 pairs - 0,6
mm
Ditto, 50 pairs - 0,6
mm
Ditto, 60 pairs - 0,6
mm
Ditto, 80 pairs - 0,6
mm
Ditto, 100 pairs 0,6 mm
Ditto, 200 pairs 0,6 mm
Pengadaan,
penarikan kabel
indoor (PVC) kap 10
pair diameter 0,6
lengkap dengan
asesoris STEL.K011
Ditto, 20 pairs - 0,6
mm
Ditto, 30 pairs - 0,6
mm
Ditto, 40 pairs - 0,6
mm
Ditto, 50 pairs - 0,6
mm
Ditto, 60 pairs - 0,6
mm
Ditto, 80 pairs - 0,6
mm
Ditto, 100 pairs 0,6 mm
Ditto, 120 pairs 0,6 mm
Ditto, 200 pairs 0,6 mm
Alat sambung
panas kerut 10 pair
0,6

Ditto, 20 pairs - 0,6


mm
Ditto, 30 pairs - 0,6
mm
Ditto, 40 pairs - 0,6
mm
Ditto, 50 pairs - 0,6
mm
Ditto, 60 pairs - 0,6
mm
Ditto, 80 pairs - 0,6
mm
Ditto, 100 pairs 0,6 mm

meter
meter
meter
meter
meter
meter

1,867
486
290
6,505
200

meter
100

meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter

100
50
100
150
146
200
13,745
300
100

Pcs
16

Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

567
708
590
58
740

56

SC-TS-150-6

Ditto, 150 pairs - 0,6 mm

57

SC-TS-200-6

Ditto, 200 pairs - 0,6 mm

58

SC-TS-300-6

Ditto, 300 pairs - 0,6 mm

59

SC-B-60-6

60

SC-B-150-6

Splice enclosure UC type for


aerial/buried primary or
secondary cables, where the
main cablespliced is, 10 to 60
pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 150 pairs - 0.6 mm

61

SC-B-300-6

Ditto, 10 to 300 pairs - 0.6 mm

62

SC-B-400-6

Ditto, 10 to 500 pairs - 0.6 mm

63

SC-B-500-6

Ditto, 10 to 600 pairs - 0.6 mm

64

CCC-C-2400

Suplly, installation of a crossconnection cabinet and its


foundation, 2400 pair type
included guard post (5 piece)
and work floor
Ditto, 4800 pairs type
Supply and installation of
terminal block on MDF with
protector, 100 pairs type
included IDC.

65
66

67

68

69
70

71
72

CCC-C-4800
TC-TB-P100

CCC-TB-100

RT-TB-10

SU-NJ
TC-MDF-600

TC-MDF-800
PU-S7.0-135

Supply, installation and


placement of terminal block in a
cross connection cabinet, 100
pair type included back mount
frame, IDC and arrester.
Supply, installation and
placement of terminal block in a
remote terminal (ONU), 10 pair
type included back mount
frame, IDC and arrester.

Cable conductor splicing of jelly


filled types of non working pairs
Supply and installation of main
distribution frame (MDF), initial
frame with 1 vertical frames,
600 pairs
Ditto, 800 pairs
Supply and installation of a steel

113

Ditto, 150 pairs 0,6 mm


Ditto, 200 pairs 0,6 mm
Ditto, 300 pairs 0,6 mm
UC mekanikal
udara/tanah tanam
langsung 10 s.d 60
pair diameter 0,6
mm
Ditto, 10 to 150
pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 300
pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 500
pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 600
pairs - 0.6 mm
RK ( selongsong,
frame, pondasi,
patok pengaman +
lantai kerja) 2400
pair
4800 pair
Pengadaan dan
pemasangan
terminal block di
MDF kap 100 pair
dengan pengaman
termasuk insertion
tools
Pengadaan dan
pemasangan
terminal block di RK
kap 100 pair
dengan pengaman
termasuk insertion
tools dan arrestor
Pengadaan dan
pemasangan
terminal block di
remote terminal
(ONU/Kabinet), 10
pair lengkap
dengan BMF, IDC
dan arrester
Pengadaan dan
pemasangan
connector
Pengadaan dan
pemasangan MDF
600 pair
Pengadaan dan
pemasangan MDF
800 pair
Tiang 7 meter

Pcs
Pcs
Pcs

12
334
2

Pcs
368
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

350
149
-

Pcs
93
Pcs
Pcs

348

Pcs
932

Pcs

2,225

pair
352,545
Pcs
50
Pcs
44
Pcs

4,204

73

PU-S9.0-135

74

GU-G

75

PU-SB-7.0-135

76

77
78
79
80
81
82
83
84
85

DP-PB-10

DP-PB-20
DP-PB-40
DP-PB-60
DP-PB-80
DP-PB-100
DP-PL-10
DP-PL-20
DP-PL-40
DP-WM-10

pole, having pole length: 7,0 m


and strength : 135 kg
Ditto, 9 meter.
Supply and instalation of guy
wire
Bracing pole made by steel
having 7.0 metes in nominal
pole length and 135 kg in the
specified strength.
Supply and installation of polemounted type and modular
system termination of a
distribution point for buried
cable included IDC, 10 pair type
Ditto, 20 pair type
Ditto, 40 pair type
Ditto, 60 pair type
Ditto, 80 pair type
Ditto, 100 pair type
Supply and installation of pillar
type of a distribution point, 10
pair type
Ditto, 20 pair type
Ditto, 40 pair type
Supply and installation of wallmounted and outdoor type of a
distribution point, 10 pair type

86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96

DP-WM-20
DP-WM-40
DP-WM-60
DP-WM-80
DP-WM-100
DP-WM-200
DP-WM-300
DP-WM-500
DP-WM-600
DP-WM-800
DP-WM-1000

Ditto,
Ditto,
Ditto,
Ditto,
Ditto,
Ditto,
Ditto,
Ditto,
Ditto,
Ditto,
Ditto,

97

DP-WM-1500

Ditto, 1500 pair type

98

DP-WM-2400

Ditto, 2400 pair type

99

GB-G1

Grounding and its associated


bonding where three (1)
grounding rods be installed
under the new DP maks 3 Ohm
Grounding and its associated
bonding where three (3)
grounding rods be installed
under the new CCC/RT

100

GB-G3

20 pair type
40 pair type
60 pair type
80 pair type
100 pair type
200 pair type
300 pair type
500 pair type
600 pair type
800 pair type
1000 pair type

114

lengkap dengan
asesoris
Tiang 9 meter
lengkap dengan
asesoris
Temberang tarik
lengkap
Temberang sokong
lengkap

Pcs
Pcs

7
-

Pcs
-

Pengadaan dan
pemasangan DP
modular + IDC 10
pair + pole strap +
kabel 3 meter
Ditto, 20 pair type
Ditto, 40 pair type
Ditto, 60 pair type
Ditto, 80 pair type
Ditto, 100 pair type
DP Pilar 10 Pair
(lengkap)

Pcs

Ditto 20 pair
Ditto 20 pair
Pengadaan dan
pemasangan DP
dinding lengkap kap
10 pair
Ditto, 20 pair type
Ditto, 40 pair type
Ditto, 60 pair type
Ditto, 80 pair type
Ditto, 100 pair type
Ditto, 200 pair type
Ditto, 300 pair type
Ditto, 500 pair type
Ditto, 600 pair type
Ditto, 800 pair type
Ditto, 1000 pair
type
Ditto, 1500 pair
type
Ditto, 2400 pair
type
Grounding di DP

Pcs
Pcs
Pcs

2,428
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

2,257
28
1
209
486
20

Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

63
2
3
4
12
2
4
5
8
4
2
-

Pcs
495

Grounding di
RK/Node

Pcs
124

(Cabinet) maks 1 Ohm

101

DD-V5-4

102

SC-B-800-6

103

SC-B-1200-6

104

SC-B-1400-6

105

BR

106

PU-RE

107

108
109

DD-DA-S2

Installation of new PVC ducts


without concrete
encasement, having 100 mm
in inside diameter and 5,5
mm in wall thickness, 4 ways
Splice enclosure UC type for
aerial/buried primary or
secondary cables, where the
main cablespliced is, 10 to
800 pairs - 0.6 mm
Ditto, 10 to 1200 pairs - 0.6
mm
Ditto, 10 to 1400 pairs - 0.6
mm

Crossing/Lintasan
tanpa cor dengan
PVC 4 pipa

mete
r

Pcs

Pcs

Pcs

mete
r

60

Pelurusan tiang
berikut pondasi

Pcs

18

Jembatan kabel
menempel pada
jembatan
eksisting

mete
r

60

Ditto, 10 to 1400
pairs - 0.6 mm

Borring Rojog
Reseting or straightening
exixting pole included
pondation
Supply and installation new
duct attachment onto bridge,
using with galvanized steel
pipes having 100 mm in
inside diameter and 3.65 mm
wall thickness, 2 way
Supply and installation
pacth cord (20 meter)
FC/PC, LC/PC Single Mode
Supply and installation Tie
Line Fiber Optic 12 cores (20
meter)

115

node

14

node

298

LAMPIRAN IV
Perbandingan Perhitungan Antara Metode AHP & Perangkat Lunak Expert
Choice
Eigen Vektor

Pemilihan Proyek
Dalam
Suatu Tender

Kriteria

Tujuan

Elemen

Metode
Pembayaran
Ruang Lingkup
Pekerjaan

Sub Kriteria

Kriteria

Harga

Metode Pengiriman
Barang
Harga Barang

Metode
pembayaran setelah
seluruh pekerjaan
selesai
Metode
pembayaran
dibayar per sub
sistem
Jadwal Pekerjaan
Ruang Lingkup
Pekerjaan

Alternatif

Kriteria

Harga Jasa

AHP

EC

0.28
0.14
0.12

0.290
0.144
0.101

0.05

0.050

0.37

0.387

Metode Pengiriman
Barang

0.04

0.028

Harga Barang
Harga Jasa

0.83
0.17

0.833
0.167

Setelah seluruh pekerjaan


selesai

0.13

0.125

Dibayar per sub sistem


Lumpsum
Parsial
FOB
DDP
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom

0.88
0.1
0.9
0.25
0.75
0.64
0.22
0.14
0.09
0.66
0.25
0.19
0.74

0.875
0.100
0.900
0.250
0.750
0.607
0.238
0.155
0.095
0.655
0.250
0.188
0.731

Biznet

0.08

0.081

Indosat
Telkom

0.29
0.10

0.291
0.105

Biznet

0.61

0.605

Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom

0.16
0.35
0.49
0.08
0.74

0.168
0.349
0.484
0.081
0.731

Harga
Metode Pembayaran
Jadwal Pekerjaan
Ruang Lingkup
Pekerjaan
Nilai Strategis Proyek

116

Lumpsum
Ruang Lingkup
Pekerjaan Parsial
Nilai Strategis
Proyek
Metode Pengiriman
Barang FOB

Pemilihan Proyek
Dalam
Suatu Tender

Alternatif

Tujuan

Metode Pengiriman
Barang DDP

Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet
Indosat
Telkom
Biznet

0.19
0.56
0.12
0.32
0.11
0.62
0.27
0.10
0.68
0.22
0.69
0.12
0.20

0.188
0.558
0.122
0.320
0.117
0.614
0.268
0.101
0.674
0.226
0.683
0.117
0.200

Indosat

0.29

0.293

Telkom

0.40

0.400

Biznet

0.30

0.307

117

LAMPIRAN V
Berita Acara Penelitian Lapangan dan Hasil Quisioner (Berdasarkan Wawancara)

118

119

120

121

Anda mungkin juga menyukai