Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dermatitis kontak alergika (DKA) merupakan suatu peradangan kulit ang
terjadi setelah kulit terpajan dengan bahan alergen melalui proses
hipersensitifitas

tipe lambat. Terjadinya

Dermatitis

Kontak Alergika

tergantung dari kemampuan suatu bahan untuk mensensitisasi, tingkat paparan


dan kemampuan masuknya bahan tersebut dalam kulit, oleh karena itu
seseorang dapat terkena DKA , apabila terjadi sensisitisasi terlebih dahulu oleh
bahan alergenik.
Dengan perkembangan industi yang sangat pesat di negara kita, maka
adanya alergen kontak dalam lingkungan sulit untuk dihindari. Bahan-bahan
seperti logam, karet, dan plastik hampir selalu ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga diduga insidensi DKA akibat alergen-alergen tersebut
cukup tinggi. Diantara dermatosis akibat kerja , dermatitis kontak merupakan
penyakit yang sering terjadi (sampai 90%) sebagian besar berupa dermatitis
kontak iritam (80%) diikuti DKA yang tergnatung pada derajat dan bentuk
industrilisasi suatu negara. DKA kurang lebih merupakan 20% dari dermatitis
kontak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a) Apakah pencetus dermatitis kontak alergika pada pasien ini ?
b) Bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal dan hubungan dengan
penyakit pasien ini?
c) Sejauh mana pengetahuan pasien tentang penyakitnya?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah pencetus dermatitis kontak alergika
yang dialami oleh pasien ini, dan mengetahui hubungan antara penyakit
tersebut dengan kondisi lingkungan tempat tinggal pasien.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Identifikasi pasien sesuai dengan yang ditetapkan puskesmas


Identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR
Identifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM
Identifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram
Identifikasi faktor pelayanan kesehatan
Identifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya
Identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial, ekonomi, dsb)

1.4 MANFAAT
Melalui homevisite ini, diharapkan pasien dapat lebih mengerti tentang
bagaimana keadaan tempat tinggal dan tempat kerja pasien dalam mempengaruhi
derajat kesehatannya, dan apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyakitnya. Petugas kesehatan juga dapat lebih mengerti tentang kebutuhan
pasien secara personal, sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan pengobatan
pasien secara lebih baik. Homevisite ini juga bermanfaat bagi puskesmas karena
dengan adanya homevisite ini, puskesmas juga menjadi tahu tentang pekerjaan
warga sekitar yang bekerja seperti pasien ini, sehingga lebih dapat mempersiapkan
diri untuk menanggulangi penyakit seperti yang dialami pasien ini.

BAB II
HASIL KUNJUNGAN
2.1 PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang


penderita dermatitis atopik berjenis kelamin laki - laki dan berusia 29 tahun,
bertempat tinggal di desa sudimoro utara kecamatan Tulangan, dengan berbagai
permasalahan yang dihadapi meliputi individu, lingkungan dan social ekonomi.
Mengingat kasus ini dapat ditemukan di masyarakat daerah Puskesmas Tulangan
serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat tentang penanganan

penyakit ini . Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan
dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di
lapangan.
2.2 IDENTIFIKASI PASIEN
2.2.1 Identitas pasien
Nama

: Tn. A

Umur

: 29 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-Laki

Pekerjaan

: Guru SMK

Pendidikan Terakhir

: S1

Agama

: Islam

Alamat

: Desa Sudimoro Utara RT 01/RW 02 ,


Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo

Suku

: Jawa

Tanggal periksa ke puskesmas: 30 Maret 2016


Tanggal Home Visite

: 1 April 2016

2.2.2 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

: Kedua kaki gatal


3

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Tn. A datang ke balai pengobatan puskesmas Tulangan


dengan keluhan kedua kaki merasa gatal, sudah dirasakan sejak lama kirakira sudah dari kecil sekitar 10 tahun yang lalu, hilang timbul (kambuhkambuhan). Pasien juga merasa kedua kakinya bersisik dan keras , jika
retak akan timbul luka pada kulit kaki dan dirasa nyeri . selain pada kaki
juga terdapat pada punggung tangan kanan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Darah tinggi
Kencing manis
Alergi obat/makanan/benda
Riwayat batuk lama
Riwayat penyakit jantung

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit kulit dengan keluhan yang sama dan bentukan yang

sama dialami oleh ibu kandung pasien


Riwayat darah tinggi
: +, kedua orang tua
Riwayat sakit gula
: disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : alergi makanan laut pada ibu
kandung

pasien

Riwayat penyakit jantung


Riwayat sakit gondok

: disangkal
: disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok
Riwayat kebersihan badan
Riwayat olah raga

: disangkal
: pasien mandi 2 kali sehari
: tidak pernah

Riwayat pengisian waktu luang

: pasien mengisi waktu luang

dengan bersantai di rumah, bermain dengan anak, dan menonton

televisi.
Pasien bekerja dari rumahnya sidoarjo ke Surabaya , dengan
memakai sepatu dari karet . selain itu juga memakai masker dan

sarung tangan.
Pada kegiatan praktek di SMK pasien sering melakukan
penyolderan tidak menggunakan sarung pelindung tangan dan
tangan kanan sering kontak dengan timah .

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan ayah beranak satu . Setiap hari, pasien bekerja
sebagai guru di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Surabaya
,mengajar tentang elektro . pasien dapat menghasilkan pendapatan sekitar
3,5 juta setiap bulannya, sedangkan istri pasien tidak bekerja.
Pasien baru saja memiliki satu anak berusia 8 bulan, sehingga
harus memenuhi kebutuhan anak mulai dari pakaian, kesehatan dan
lainnya . Pasien tinggal di rumah mertua dengan kondisi rumah yang
rapi ,tertata baik dan terlihat bersih. Pasien tinggal bersama dengan istri ,
satu anak balita, berserta ayah dan ibu mertua didalam rumah berukuran
10x14 meter persegi dengan 2 kamar tidur dengan satu jendela , 1 dapur, 1
ruang tamu, satu kamar mandi , dan satu mushola. Ventilasi dirumah
cukup baik , dan terdapat satu jendela besar di ruang tamu sehingga cahaya
dapat masuk dirumah dengan optimal.

7. Riwayat Gizi
Penderita seringkali makan terlambat atau bahkan tidak makan
dikarenakan kesibukannya mengajar selain itu jarak tempuh dari tempat
kerja dan rumah yang jauh membuatnya sering telat pulang dan tidak
5

makan siang. Untuk makan pagi hanya seadanya ,makan jika sempat.
Sering mengkonsumsi makanan instant seperti mie goreng atau mi gelas.

2.2.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
: Baik,
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4V5M6
Tanda Vital dan Status Gizi
a. Tanda Vital
Nadi
:91 x/menit
Pernafasan :24x/menit
Suhu
: 36,4C
Tensi
:120/80 mmHg
b. Status gizi ( BMI )
BB
: 60 kg
TB
: 165 cm
BMI
: BB/(TB)2 = 60/(1.65)2 = 22,03 Gizi baik
Status Gizi Gizi baik
1. Kulit
Warna
: kecoklatan, ikterik (-), sianosis (-)
Efloresensi : patch berwarna abu disertai likenifikasi dan fissura pada
kedua punggung kaki dan punggung tangan kanan .
Anastesi (-)
2. Kepala
: bentuk normal,tidak ada luka,atrofi m.temporalis (-),
makula (-),papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)
3. Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikhterik (-/-), pupil isokor 3
mm, reflek cahaya (+/+), eksoftalmus (-/-) retraksi palpebra (-/-), Bruit
tiroid (+), visus jauh dalam batas normal, warna kelopak (coklat
kehitaman), radang/conjuctivitis/uveitis (-/-/-)
4. Wajah
: Terdapat macula eritematus berbatas tegas di region
maxilaris dextra.
5. Hidung
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas
hidung (-), sadle nose (-)
6. Mulut
: Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah
atrofi (+), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
: Makula eritematus, hipoanestesia, Nyeri tekan mastoid (-),
sekret (-), pendengaran berkurang (-).
8. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
6

9. Leher

: Pembesaran kelejar tiroid (-), pembesaran n.aauricularis

magnus dextra dan sinistra


10. Thoraks
Simetris, terdapat makula eritematus, bulat, berbatas tegas, retraksi
interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas
: SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas
: SIC II LPSD
batas kiri bawah
: SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah
: SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A : BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
b. Pulmo: statis (depan dan belakang)
I: pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P: fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan Rhonci (-/-), wheezing (-/-)
11. Abdomen
I : terdapat macula eritematus, bulat, nerbatas tegas, dinding
perut sejajar dengan dinding dada
P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P: timpani seluruh lapang pandang
A: peristaltik (+) normal
12. Sistem columna vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P: nyeri tekan (-)
13. Ekstremitas
Atas: Status lokalis: pada punggung tangan kanan atas didapat patch
berwarna abu disertai likenfikasi dan fissura, permukaan kering.
Bawah: pada kedua punggung kaki atas didapat patch berwarna abu
disertai

likenfikasi dan fissura, permukaan kering.

Akral hangat

14. Sistem genetalia : Dalam batas normal


15. Pemeriksaan neurologik:
Fungsi luhur

: Dalam batas normal


7

Fungsi vegetatif

: Dalam batas normal

Fungsi sensorik

: Dalam batas normal

Fungsi motorik

: Dalam batas normal

K:

T: 5

RF: +2

+2

RP: -

+2

+2

16. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran
: Kualitatif tidak berubah, kuantitatif compomentis
Orientasi
: Waktu
:baik
Tempat
:baik
Orang
:baik
Afek
: Baik
Psikomotor : Appropriate
Proses pikir : Bentuk : realistik
Isi
:waham (-), halusinasi (-), ilusi(-)
Arus : koheren
Intelegensi ( berhitung memori)
: cukup
Waham :tidak ditemukan
Persepsi (Halusinasi) : Tidak ditemukan
Insight
: Baik
2.2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang.
2.2.5 Resume
Pasien Tn. A berusia 29 tahun datang ke balai pengobatan
Puskesmas Tulangan dengan keluhan kedua kaki merasa gatal , sudah
dirasakan sejak lama kira-kira sudah dari kecil sekitar 10 tahun yang lalu,
hilang timbul (kambuh-kambuhan). Pasien juga merasa kedua kakinya
bersisik dan keras , jika retak akan timbul luka pada kulit kaki dan dirasa
nyeri . selain pada kaki juga terdapat pada punggung tangan kanan dengan
keluhan yang sama. Selain itu pasien juga mengatakan bahwa ibu kandung
pasien juga mengalami keluhan yang sama pada kulit dan ibu kandung
pasien memiliki alergi terhadap makanan laut. Pasien tidak memiliki darah
tinggi ataupun diabet. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada kedua

punggung kaki dan punggung tangan kanan lesi berupa patch berwarna
keabuan disertai likenifikasi dan fissura.
Riwayat sosio ekonomi pasien menengah pasien bekerja sebagai
guru di Sekolah menengah kejuruan di surabaya ,mengajar di bidang
elektro dimana pada pasien sering kontak dengan timah dan melakukan
penyolderan tanpa menggunakan sarung tangan pelindung. Pasien
memiliki kebiasaan memakai sepatu karet.
2.2.6 Diagnosis pasien
Diagnosis biologis : Dermatitis kontak alergika
Diagnosis sosio ekonomi budaya : Pemahaman tentang penyakitnya yang
kurang.

2.2.7 Penatalaksanaan
Non Medika mentosa
Istirahat yang cukup, tidak boleh stress
Olahraga dan makan teratur untuk meningktakan daya

tahan tubuh
Mengganti sepatu dengan bahan lain seperti kulit .
Memakai alat pelindung tangan saat bekerja , yaitu pada

saat melakukan penyolderan dan kontak dengan timah


Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan teratur dan

olahraga.
Medikamentosa
Tab Dexamethasone 0,5mg (0-0-1)
Hidrocortisone Cream 2,5 %

2.3 APGAR
ADAPTATION

Personal yang terbuka


9

Motivasi diri sendiri yang kuat

PARTNERSHIP

Keluarga mendukung dalam upaya pengobatan

GROWTH

Pasien belum mengerti bahwa penyakitnya dapat diminimalisir

dengan menjauhi penyebabnya dan perobat secara rutin.


AFFECTION

Hubungan kasih sayang dan interaksi diantara anggota keluarga

terjalin cukup baik


RESOLVE

Pasien belum memiliki waktu kebersamaan yang cukup dengan

anggota keluarganya

APGAR Tn.A terhadap keluarga


A

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas
10

Sering/

Kadang-

Jarang

selalu

kadang

/ tidak

dan membagi masalah dengan saya


G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
A

kegiatan baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll


Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama
Total poin : 8

2.4 SCREEM
SUMBER
Sosial

PATHOLOGY
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan

KET
-

saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun


Cultural

banyak keterbatasan.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat

dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di


lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Religius
Agama menawarkan

Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan


Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran agama juga cukup.

Ekonomi keluarga ini tergolong menengah, untuk kebutuhan

pengalaman spiritual yang


baik untuk ketenangan
individu yang tidak
didapatkan dari yang lain
Ekonomi

primer sudah bisa terpenuhi, pasien mampu mencukupi


kebutuhan, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan
Edukasi

hidup
Pendidikan anggota keluarga cukup memadai. Tingkat pendidikan
dan pengetahuan orang tua baik.
11

Medical

Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus


terhadap kasus penderita
Pasien mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya. Dalam
mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan
Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.

Ekonomi (-) artinya keluarga Tn.A sudah mampu mencukupi kebutuhan


ekonomi, baik kebutuhan primer maupun sekunder.
Religius (-) artinya Tn.A tidak ada masalah dalam bidang agama, karena
masih tetap menjalankan perintah Nya.
Edukasi (-) artinyaa Tn.A tidak menghadapi permasalahan dalam bidang
pendidikan. Tn.A tamat S1
Sosial (-) artinya Tn.A mampu bersosialisasi dengan keluarga dan
tetangga serta merasa dipedulikan oleh keluarga dan tetangganya.
Kultural Tn.A masih mampu mengikuti kegiatan-kegiatan di sekitar
lingkungannya
Medical (-)Tn.A tidak ada kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan, meskipun pasien tidak menggunakan jaminan kesehatan.

2.5 GENOGRAM

12

2.6 Informasi Pola Interaksi Keluarga :


Keluarga
Hubungan antara Tn.A

dengan keluarganya cukup baik dan dekat.

Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar
anggota keluarga.
Pasien

Orang tua
Keterangan :

Kerabat pasien
: hubungan baik

2.7 IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU


KELUARGA
2.7.1 Faktor Perilaku Keluarga
Tn. A Merupakan anak terakhir dari empat bersaudara, Pendidikan
terakihr yang dicapai oleh Tn A, adalah S1 dan sekarang bekerja sebagai guru
di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Surabaya , mengajar di bidang
elektro .

Pasien merasa kesehatanya terganggu bila stress dan kecapean. Tetapi


dalam bersosialisasi dengan lingkungannya masih dapat dilakukan. Pasien
memiliki hubungan yang baik dengan istrinya dan bisa bebas berbicara apapun
13

dengan istrinya, selalu terbuka dan mengatasi segala permasalah berdua.


Penderita masih belum mengerti penuh mengenai kondisi penyakitnya yang
merupakan suatu alergi dan perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk
mengkontrol penyakitnya.
Menurut Tn. A yang dimaksud sehat adalah keadaan terbebas dari
sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Tn. A juga menyadari
bahwa kesehatan sangat penting untuk dirinya sendiri karena apabila sakit
tidak dapat beraktifitas dengan baik. Tn. A meyakini bahwa penyakit yang
dideritanya bukanlah penyakit yang gawat karena terkadang keluhan yang
muncul dapat hilang dengan beristirahat. Dan juga pasien Tn A merasa
penyakitnya susah disembuhkan karena dalam beberapa bulan terakhir luka
dikulit karena penyakitnya tidak kunjung hilang.
Tata ruang di rumah Tn.A sudah cukup baik , ventilasi dan penerangan
cukup, akan tetapi penggunaan kasur kapuk dirasa akan menganggu kesehatan
dan mencetuskan gejala penyakit ini , selain itu pembersihan rumah yang tidak
teratur harus diubah .

2.7.2

Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, Tn. A termasuk ekonomi menengah.

Karena sumber penghasilannya hanya dari pendapatan rata-rata 3,5 jt


/bulan dari hasil mengajar di SMK kota surabaya. semua penghasilan
tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari Rumah yang
dihuni keluarga ini cukup memadai karena masih ada kekurangan dalam
pemenuhan standar kesehatan. Barang-barang tampak tertata kurang rapi
karena ukuran ruangan yang tidak cukup luas. Lantai rumah menggunakan
keramik berwarna putih, beberapa pada kamar tidak ada lantai.
pencahayaan ruangan sudah baik, ventilasinya cukup baik dan dibiarkan
tertutup. Pembuangan limbah keluarga memenuhi sanitasi lingkungan
14

karena limbah keluarga dialirkan. Sampah keluarga dibuang ditempat


pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan
yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas
Tulangan.
2.8 FAKTOR PERILAKU PASIEN
Pasien Tn. A karena pekerjaannya sebagai guru SMK disurabaya , dan
jarak tempuh dari rumahnya yang di Sidoarjo dan pekerjaannya di Surabaya
di sekolah pasien sering melakukan penyolderan tanpa menggunakan alat
pelindung diri seperti sarung tangan dan sering kontak dengan timah. Selain
itu pasien memiliki kebiasaan memakai sepatu karet dalam kegiatan seharihari termasuk mengajar.
Penderita seringkali makan terlambat atau bahkan tidak makan
dikarenakan kesibukannya mengajar selain itu jarak tempuh dari tempat
kerja dan rumah yang jauh membuatnya sering telat pulang dan tidak makan
siang. Untuk makan pagi hanya seadanya ,makan jika sempat. Sering
mengkonsumsi makanan instant seperti mie goreng atau mi gelas

2.9

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


2.9.1

Gambaran Lingkungan
Rumah Tn. B ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 14 m2

yang berdempetan dengan rumah tetangganya. Terdiri dari teras, ada ruang
tamu ,2 kamar tidur, ruang makan, dapur, mushola dan kamar mandi.
Terdiri dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan, dan 1 pintu disamping
Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 2x8 m 2. Lantai
rumah

terbuat dari keramik. Pada kamar tidur lanati tidak dipasang

kermaik .Ventilasi dan penerangan dirasa cuku baik. Atap rumah tersusun
dari genteng. Setiap kamar meletakan kasur diranjang dan diberi sprei .
Dinding rumah terbuat dari batu bata yang sudah dicat. Perabotan rumah
tangga

lengkap . Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya Tn.A

menggunakan air yang dibeli dalam bentuk galon karena air sumur sudah
15

tercemer dan terlihat kotor. untuk dapur dan tempat cuci ditaruh diluar
rumah dan ditutupi dengan kain. Secara keseluruhan sudah baik, akan
tetapi kebersihan alat makan dan tempat memasak yang berada diluar
rumah dinilai kurang baik

2.9.2

Denah Rumah

TOILET

KAMAR TIDUR 2

RUANG TAMU

TERAS RUMAH

KAMAR TIDUR 1

MUSHOLA

DAPUR

tempat makan

BAB V
DAFTAR MASALAH
2.10 DAFTAR MASALAH
2.10.1 Masalah aktif : dermatitis atopik

SUMUR

2.10.2 Faktor risiko : - Pengetahun pasien dan keluarga yang rendah terhadap
penyakit
- kebiasaan pasien yang tidak sehat
- Pemakaian sepatu karet
16

- Kontak dengan timah

2.10.3 DIAGRAM PERMASALAHAN KESEHATAN PASIEN


(Menggambarkan

hubungan

antara

timbulnya

masalah

kesehatan yang ada dengan berbagai faktor risiko yang ada


dalam kehidupan pasien

Faktor penduduk
Kurangnya pengethauan
masayarakat tentang dermatitis
kontak alergika
FAKTOR
LINGKUNGAN
Sepatu karet
Kontak timah di
tempat kerja

TN A 29 THN
DENGAN
DERMATITIS
KONTAK
ALERGIKA

Faktor
Pelayanan
Kesehatan
Kurangnya
informasi/edukasi
kepada pasien

FAKTOR PERILAKU
Pasien belum paham terhadap
penyakitnya.BAB III
Memiliki PEMBAHASAN
kebiasaan memakai sepatu
karet
Menggunakan sarung tangan jika
berkendara
3.1 PEMBAHASAN
PERMASALAH YANG DITEMUKAN
Sering kontak dengan timah.
Permasalahan yang ditemukan pada kasus ini ialah seorang pria berumur
Kebiasaan
sehat
29 tahun dengan dermatitis
atopik.tidak
Keluhan
yang pasien
dirasakan pasien adalah gatal
17

yang hilang timbul sejak lama sekitar 10 tahun pada kedua punggung kaki dan
punggung tangan kanan, pasien juga merasa tebal dan bersisik, selain itu juga
mengatakan jika retak dan luka akan terasa nyeri. Berdasarkan konsep BLUM di
atas , didapatkan bahwa terdapat permasalahan-permasalahan sehingga pasien
menderita penyakit ini. Permasalah adalah sebagai berikut
1. Kurangnya pengetahuan pasien terhadap dermatitis atopik
2. Faktor lingkungan rumah yang bisa menjadi pemicu dermatitis kontak
alergi
3. Faktor perilaku pasien yang membuat lebih rentan mengalami reaksi
alergi.
Permasalahan yang pertama adalah pasien belum mengetahui secara
menyeluruh mengenai penyakitnya dermatitis kontak alergika merupakan suatu
penyakit alergi , yang dimana penyakit ini timbul karena reaksi hipersensitifitas
yang timbul karena suatu faktor pencetus. Apabila pasien tidak tahu mengenai ini ,
maka pasien tidak akan dapat mengantisipasi timbulnya penyakit karena tidak
tahu faktor pencetusnya, yang dimana meyebabkan pasien akan menderita dalam
waktu yang lama .
Penyelesaian masalah mengenai tingkat pengetahuan pasien mengenai
penyakitnya salah satunya yang bisa kita lakukan adalah dengan menghimbau
petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan edukasi ke pasien sehingga pasien
dapat tahu pasti mengenai penyakitnya. Selain itu juga bisa dilakukan penyuluhan
bagi pasien , keluarga dan masyarakat menyeluruh mengenai penyakit alergi
seperti ini.
Permasalahan kedua adalah adalah dengan faktor lingkungan dimana pada
pasien ini memiliki rumah dengan tatanan yang bagus, ventilasi dan pencahayaan
sudah memenuhi kriteria rumah sehat. Akan tetapi yang menjadi permasalah
dalam lingkungan rumah adalah lingkungan kerja yang dimana mengharuskan
pasien kontak dengan timah. Selain itu sepatu yang dipakai berbahan karet kedua
18

hal tersebut dapat mencetuskan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergika


ini. Oleh karena itu untuk mengatasi dapat dengan menghindari kontak dengan
timah seperti memakai sarung tangan dan mengganti sepatu karet dengan bahan
yang lain seperti kulit.
Permasalahan yang lain meliputi faktor periilaku dari pasien sendiri yang
dimana dalam melakukan aktifitas sehari-hari pasien selalu memakai sepatu karet
yang dimana dapat mencetuskan penyakit dermatitis kontak alergi tersebut. Dan
juga di lingkungan kerja dimana pasien tidak mau menggunakan sarung tangan
untuk melindunginya. Penanganan dua hal diatas dapat dilakukan dengan
memakai sarung tangan dan mengganti sepatu karet dengan bahan yang lain
seperti kulit.
Selain itu kebiasaan penderita dinilai kurang sehat, seperti jadwal makan yang
tidak teratur hal ini mengakibatkan pertahanan tubuh tidak optimal dan
menyebabkan penyakit lainnya seperti gastritis. Selain itu juga pasien sering
mengkonsumsi makanan instant seperti mi goreng yang juga bisa menyebabkan
daya tahan tubuh menurun . Untuk penyelesaian permasalahan pasien dihimbau
untuk makan tepat pada waktu dan menghindari makanan instant, dengan cara
membawa bekal yang telat dibuatkan dari rumah tentu saja makanan yang lebih
bergizi ,hal ini akan membuat pasien dapat menghindari makanan instant dan juga
menghemat pengeluaran.

No
1

Permasalahan

Pemecahan masalah

Faktor

Pengetahuan yang

- Mengedukasi pasien dan

penduduk

kurang pasien dan

keluarga melalui kunjungan

keluarga terhadap

rumah pasien dan saat kontrol.

penyakit dermatitis
kontak alergika
19

Faktor

Pemakaian sepatu karet

lingkungan
3.

-mengganti sepatu karet dengan


bahan kulit.

Faktor

-tidak memakai alat

-menggunakan sarung tangan

perilaku

pelindung dari sewaktu

dalam melakukan pekerjaan

kerja pada saat


mengajar praktek
elektro.
-Makan tidak teratur

-Makan pagi dirumah sebelum

dan konsumsi mi

kerja dan Membawa bekal yang

instant berlebihan

dari rumah untuk makan siang .


-membuat jadwal makan yang baik
(07.00 12.00-17.00)

3.2 INTERVENSI PROMOTIF


a. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan bagi Pasien
Diberikan penjelasan tentang penyakit , hubunganya dengan faktor risiko
keturunan, komplikasi dan pengobatan pada penderita dan keluarga. Hal ini
bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui
kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh Yankes.
b.

Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

20

Perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa ia bisa
melewati berbagai kesulitan dan penderitaanya. Selain itu juga ditanamkan rasa
tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol,
keteraturan minum obat, dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan.
c. Pengobatan
Medika mentosa dan non medika mentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.
d.Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah promosi kesehatan berupa materi
tentang dermatitis kontak alergika , faktor risiko , dan pencegahan selain itu
juga perubahan tingkah laku , menghindari faktor yang bisa mencetuskan
reaksi alergi. Kebersihan lingkungan rumah, meningkatkan daya tahan tubuh
dan menjaga pola makan dan olah raga yang teratur
3.3 INTERVENSI PREVENTIF
Intervensi preventif dari pasien Tn. A ini adalah dengan
menghindari faktor pencetus alergi, untuk mengetahui faktor pencetus dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa Patch test , Prick test atau test
alergi lainnya, sehingga pasie dapat mengerti pencetus alergi yang harus
dihindari

sehingga pengobatan dapat lebih optimal dan tidak terjadi

berulangnya penyakit ini pada Tn.A.


Selain itu juga dengan menghindari faktor yang diduga pencetus
reaksi alergi, yang dimana pada penderita ini diharapkan mengganti sepatu
karet dan menggunakan sarung tangan jika mengajar praktek elektro
disekolah tempat penderita mengajar.
3.4 SKALA PRIORITAS PENYELESAIAN MASALAH YANG
DITEMUKAN
Intervensi penyelesaian masalah pada sekenario diatas diuraikan dalam
bentuk Gant Chart menggunakan sistem scoring. Hal ini dilakukan untuk

21

mempermudah penyelesaian masalah berdasarkan skala prioritas yang dari


yang tertinggi sampai yang terendah.
Tabel 2. Prioritas Penyelesaian Masalah
No

Penyelesaian Masalah

Efektivitas
M I
V

Efesiensi
C

Edukasi kepada pasien dan keluarga


5 4 4
3
mengenai dermatitis kontak alergika
2
Mengganti sepatu karet dan memakai 5 3
4
3
sarung tangan jika mengajar praktek.
3
Membuat bekal dan jadwal makan
4 3
4
4
pasien.
Keterangan :
P
: Prioritas jalan keluar
M
: Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
I
V
C

Hasil
P = MxIxV
C
26,7
20
12

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)


: Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
: Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
: Cost, biaya yang diperlukan
Berdasarakan skala prioritas di atas masalah didapatkan hasil
memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga mengenai definisi ,
patofisiologi, faktori risiko, tata laksana dan pencegahan dari penyakit
dermatitis atopik. sebagai prioritas penyelesaian masalah. Oleh karena itu,
rencana program penyelesaian masalah dapat digambarkan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 2. Rencana Kegiatan pemberian informasi

Mengenai

dermatitis atopik
N

Kegiatan

Sasaran

Volum

Target

Jadwal

Alat dan
baha

kegiat
an
1

Penyusuna

Tenaga

n materi

kesehatan

dermatitis

yang

1x

Terbentuk
materi .

Menyesu

Ruangan

aikan

dan alat
tulis

22

kontak

bertugas

alergika

diutamaka
n dokter

Kunjungan

Keluarga

rumah

pasien

1x

Pasien dan
keluarga

untuk

mengerti

edukasi

mengenai

pasien

dermatitis

Menyesu

aikan

Kendaraan
-Laptop
- leaflet

Menyesu

Kendaraan
Laptop

kontak
alergika
3

Evaluasi

Keluarga

1x

Post test

pasien

tanya
jawab
pasien
sudah
mengerti

23

aikan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
1. Segi biologis:
Tn.A (29 Thn) menderita dermatitis atopik
2. Segi Psikologis:
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat terjalin
cukup akrab.
3. Segi Sosial
Problem ekonomi baik
4. Segi Fisik
a. Lingkungan sekitar tempat tinggal dan tempat kerja Tn.A baik
b. Kurangnya keramik pada lantai tempat tidur
c. Kurangnya dapur yang memadai

4.2. SARAN
1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah:
a. Preventif: Pasien diharapkan agar dapat lebih memperhatikan
faktor pencetus alergi . termasuk menghindari penggunaan sepatu
karet dan memakai sarung tangan jika mengajar praktek (kontak
dengan timah)
b. Promotif: Edukasi penderita dan keluarga mengenai penyakit
dermatitis kontak alergika

24

c. Kuratif: Pengobatan dengan obat-obatan oral dan topikal


d. Rehabilitatif: mempertahankan semangat dan ketekunan Tn.A
agar dapat mengontrol penyakitnya.
2. Untuk masalah kesehatan dengan berbagai resiko yang ada dalam
kehidupan pasien, dilakukan langkah-langkah:
Faktor penduduk
a. Preventif: penderita dan masyarakat diharapkan lebih memahami
tentang pengetahuannya tentang penyakit dermatitis dermatitis kontak
alergika bahwa penyakit ini merupakan suatu penyakit alergi yang dimana
untuk mengontrol dan mencegah penyakit ini perlu diperiksa lebih lanjut
untuk mengetahui faktor pencetus, dan juga untuk mencegah terulangnya
kejadian penyakit ini penderita diharuskan untuk menghindari faktro
pencetus.
b. Promotif: Edukasi penderita dan masyarakat mengenai penyakit
dermatitis kontak alergika dan pengobatannya oleh petugas kesehatan.
Faktor pelayan kesehatan
a. Preventif: Diharapkan petugas pelayanan kesehatan lebih
memberikan informasi dan pemahaman agar masyarakat dan penderita
lebih memahami tentang dermatitis kontak alergika
b. Promotif: Memberikan edukasi bisa dengan cara penyuluhan
tentang penyakit, gejala, sampai cara pengobatan serta pencegahan untuk
penderita penyakit dermatitis kontak alergika

25

DAFTAR PUSTAKA

1.Kariosentono, harijono.2006.Dermatitis kontak alergika Dari gejala


klinis, Reaksi atopik, Peran eosinofil, Tungau debu rumah, Sitokin sampai
kortikosteroid pada penatalaksanaannya. UNS Press : Solo
2.Djuanda, adi.1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV. Balai
Penerbit FK UI: Jakarta
3.Siregar, R.S.2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC:
Jakarta

26

Teras depan rumah Tn.A

Ruang tamu rumah Tn.A

27

Kamar tidur 1 rumah Tn.A

Kamar tidur 2 rumah Tn.A

28

Kamar mandi rumah Tn.A

Ruang makan rumah Tn.A

29

Peralatan masak dan dapur Tn.A

Sumur Tn.A

30

Tn.A beserta keluarga

Keduan punggung kaki Tn.A lesi patch keabuan dengan likenifikasi

Punggung tangan kanan Tn.A


31

32

Anda mungkin juga menyukai