Refrat
Refrat
Pembimbing:
dr. Julius R. Samban, Sp.PD
Disusun oleh:
Apriangga Sastriawan
(NIM: 111110300081)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya kami
dapat menyelesaikan makalah referat ini yang berjudul Regulasi Pengendalian
Gula Darah Pada Pasien DM Tipe-2.
Makalah referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di stase Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Bekasi.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada :
1. Dr. Julius R. Samban, Sp.PD selaku pembimbing referat ini.
2. Semua dokter dan staf pengajar di SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Bekasi.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Bekasi.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah referat ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun
guna penyempurnaan makalah referat ini sangat kami harapkan.
Demikian, semoga makalah referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan bisa membuka wawasan serta ilmu pengetahuan kita, terutama dalam bidang
ilmu penyakit dalam.
Jakarta, 7 Januari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover....1
Daftar isi...2
Kata Pengantar.3
BAB I PENDAHULUAN.......4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........5
DAFTAR PUSTAKA.......24
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai penyakit
kencing manis merupakan kumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
keadaan hiperglikemia. Penyebab Diabetes Mellitus tidak lepas dari interaksi
kompleks antara faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup.1 Gaya hidup serba
instan yang telah menjadi kebiasaan dewasa ini sangat mempengaruhi angka
peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus di berbagai belahan dunia.
Ancaman Diabetes Mellitus semakin nyata di dunia, termasuk di negara
negara berkembang seperti Indonesia. Diabetes Mellitus tipe 2 adalah tipe
Diabetes Mellitus yang umum dan paling banyak diderita dibandingkan Diabetes
Mellitus tipe 1. WHO memprediksi akan adanya peningkatan penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Indonesia hingga berjumlah 21,3 juta orang pada tahun 2030
dari tahun 2000 yang masih berjumlah 8,1 juta orang.Penelitian di Jakarta pada
rentang tahun 1980-2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang tajam. Pada
daerah urban tersebut, prevalensi Diabetes Mellitus meningkat dari 1,7% pada
tahun 1982, naik menjadi 5,7% pada tahun 1993 dan kembali meningkat tajam
menjadi 12,8% pada tahun 2001.1
Banyak komplikasi yang bisa disebabkan oleh Diabetes Mellitus, seperti
penyakit serebrovaskuler ataupun kardiovaskuler, gangguan ginjal, retinopati, dan
lain lain.1 Keadaan hiperglikemi pada pasien Diabetes Mellitus dapat
mengakibatkan disfungsi vaskular yang berperan besar terhadap timbulnya
berbagai komplikasi pada organ organ vital di tubuh.2
Penatalaksaan diabetes bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Hal ini disebabkan besarnya manfaat yang didapatkan
ketika gula darah dapat dikontrol dengan baik. Hasil penelitian UKDPS (the
United Kingdom Prospective Diabetes Study) menunjukkan setiap penurunan 1%
kadar A1C akan menurunkaan risiko komplikasi sebesar 37%.3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Prinsip Penanganan Diabetes Melitus Tipe-2
Dalam penanganan diabetes tipe 2, terdapat beberapa cara pendekatan.
Saat ini, yang dianjurkan para ahli diabetes di Eropa dan Amerika adalah dengan
memakai nilai A1c (HbA1C) sebagai acuan penentuan program pengendalian
diabetes. Pada beberapa negara termasuk Indonesia, pemeriksaan A1c masih
relatif sulit dilaksanakan terkait biaya yang tinggi serta belum masuknya
pemeriksaan ini ke daftar pemeriksaan yang ditanggung oleh BPJS kesehatan.
Untuk itu, maka dapat digunakan konversi A1c.3
HbA1C
GDS (mg/dL)
126
154
183
212
10
240
11
269
12
298
Tabel 1: Konversi nilai HbA1C berdasarkan nilai GDS
Sedang
Berat
80 109
110 125
126
110 144
145 179
180
6,5- 8
Kolesterol total
200
200 239
240
Kolesterol LDL
100
100 129
130
Kolesterol HDL
45
Trigliserida (mg/dL)
150
150 - 199
200
18,5 - 22,9
23 -25
200
130/80
130 - 140 / 80
140/90
A1C (%)
IMT (kg/m2)
Tekanan darah (mmHg)
90
Tabel 2: Target pengendalian gula darah pada penyandang diabetes
HbA1C (%)
GDP (mg/dL)
GDPP (mg/dL)
ADA
70 130
180
AACE
6,5
110
140
IDF
6,5
110
145
Diabetes tipe 1
6,5
108
135 160
Diabetes tipe 2
6,5
108
135
ESC/EASD
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja obat ini adalah dengan berikatan dengan ATP-sensitive
pottasium channel, sulfonylurea receptor 1 (SUR1) pada sel beta pankreas. Ikatan
ini mengakibatkan tertutupnya ATP-sensitive pottasium channel, SUR1 sehingga
terjadi peningkatan kadar potassium intrasel, depolarisasi sel-beta, yang diikuti
dengan terbukanya voltage-gated calcium dan menimbulkan infulks kalsium dan
pelepasan insulin.5 6
b. Farmakokinetik
Obat ini mudah diserap oleh saluran gastrointestinal. Namun, antar obat
memiliki perbedaan kecepatan metabolisme oleh hepar dan ginjal, serta durasi
kerja. Obat ini akan dieksresi melalui urin atau feses.
Acetohexamide
12-18
Chlorpropamide
60
Tolazamide
12-24
Tolbutamide
6-12
16-24
Glipizide
12-24
Glimepiride
>24
Tabel 4: Durasi kerja sulfonilurea
Efek Samping
Insidensi efek samping generasi pertama sekitar 4%, insidensi pada
generasi II lebih rendah lagi. Hipoglikemia dapat terjadi terutama pada pasien
dengan usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama pada
penggunaan sediaan obat dengan masa kerja panjang.
d. Interaksi Obat
Obat ini berinteraksi dengan salisilat, sulfonamid, warfarin, fenilbutazone
yang akan mengakibatkan peningkatan kadar sulfonilurea pada plasma sehingga
mengakibatkan hipoglikemia. Selain itu, obat ini juga berinteraksi dengan
warfarin, monoamin oksidase inhibitor, kloramfenikol, fenilbutazon yang
mengakibatkan metabolisme obat ini pada hepar, dan dengan salisilat, probenezid,
allopurinol yang akan menurunkan eksresi obat ini melalui ginjal, serta dengan
rifampin yang akan menurunkan konsentrasi obat ini pada plasma.
2. Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang mempunyai cara kerja yang sama
dengan sulfonilurea. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:Repaglinid
yang merupakan derivat asam benzoat, mempunyai efek hipoglikemik ringan
sampai sedang. Nateglinid, ia merupakan derivat dari fenilalanin. Walaupun
mempunyai cara kerja yang sama, namun kedua obat diatas memiliki keunggulan
berupa onset yang cepat, aman pada pasien dengan alergi sulfa yang mana
merupakan salah satu kontraindikasi penggunaan sulfonilurea. Selain itu, obat ini
juga efektif menurunkan kadar gula darah porprandial.8
a.
Mekanisme Kerja
Mekanisme obat ini sama dengan sulfonilurea yaitu menstimulasi
pelepasan insulin dengan menutup kanal K+ dependent ATP pada sel pankreas.9
b. Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi pada saluran gastrointestinal dengan cepat. Efek
puncak obat ini dapat dicapai dalam waktu sekitar 1 jam. Masa paruhnya 1 jam,
sehingga harus diberikan beberapa kali dalam sehari, sebelum makan.9
Proses metabolisme obat ini, terjadi terutama pada hepar, Namun, 10%
metabolisme obat ini berada pada pada ginjal.
c.
Efek samping
Hipoglikemia, gangguan saluran cerna.
d. Kontraindikasi
Obat ini dikontraindikasikan pada pasien dengan ketoasidosis diabetikum,
alergi pada obat ini.
b. Penghambat Glukoneogenesis
1.
Biguanid
Obat hipoglikemik yang termasuk dalam golongan biguanid adalah
metformin. Obat ini diberikan dalam dosis 2 X 500 mg untuk dosis awal. Untuk
pemeliharaan diberikan dalam dosis 3 X 500 mg, dosis maksimal adalah 2500
mg.7
a.
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja obat ini adalah dengan mengaktivasi AMPK (AMP
10
b. Farmakokinetik
Pada saluran pencernaan, absorbsi metformin diperantarai oleh plasma
membrane monoamine transporter (PMAT) yang berada pada permukaan
enterosit. Obat ini didistribusikan keseluruh jaringan. Pada hepar, absorbsi
metformin diperantarai oleh OCT1 dan OCT3 pada membran basolateral dari
hepatosit. Metformin tidak dimetabolisme oleh tubuh, ia dieksresi dalam bentuk
yang tidak berubah melalui urin.7
c.
Efek Samping
Hampir 20% pasien dengan pengobatan menggunakan metformin
mengalami mual, muntah, diare, namun dengan menurunkan dosis efek samping
tersebut teratasi. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau kardiovaskular,
pemberian obat ini dapat menimbulkan peningkatan asam laktat, sehingga
mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh.7
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan obat ini adalah pasien dengan gangguan ginjal,
gangguan hepar, riwayat asidosis laktat, gagal jantung, dan penyakit paru hipoksik
kronik.7
Thiazoledinedion
Obat anti diabetik oral yang termasuk golongan thiazoledinedion adalah
Mekanisme Kerja
Obat ini merupakan ligan dari peroxisome proliferator-activated receptor-
gamma (PPAR). Ketika berikatan, maka dapat memicu ekspresi gen yang terlibat
dalam metabolisme
adiposit.4
11
Efek Samping
Efek samping penggunaan obat ini meliputi:kenaikan berat badan,
gangguan hepar. Edema juga sering terjadi, sehingga dapat memperburuk keadaan
pada pasien dengan gagal jantung kongestif.
d. Kontraindikasi
Penggunaan obat dikontraindikasikan bagipenderita gagal jantung, gejala
angina.
12
Alfa-glukoseidase Inhibitor
Yang termasuk dalam golongan -glukosidase inhibitor adalah Acarbose. Ia
merupakan oligosakarida yang berasal dari mikroba, dan miglitiol suatu derivat
desoksi nojirimisin. Obat ini secara aktif menrunkan glukosan plasma posprandial
pada DM tipe1 dan tipe 2. Dosis pemberian obat ini adalah 25 mg saat mulai
terapi, kemudian setelah 4-8 minggu dianaikkan. Adapun dosis maksimal obat ini
adalah 75 mg.10
a.
Mekanisme Kerja
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja dari enzim -glukosidase
yang terdapat pada brush border dipermukaan membran usus halus. Enzim ini
berfungsi sebagai sebagai pemecah karbohidrat menjadi glukosa. Dengan
demikian, pemberian akarbose akan menurunkan pemecahan karbohidrat menjadi
glukosa, sehingga glukosa darah akan menurun.11
13
c.
Efek Samping
Efek samping obat ini berupa flatulen, diare, dan abdominal bloating.
e. Golongan Inkretin
1. DPP-IV Inhibitor
Obat antidiabetik oral yang termasuk dalam golongan DPP-IV inhibitor
adalah sitagliptin dan vildagliptin. Sitagliptin diberikan dengan dosis 100 mg satu
kali sehari. Adapun vildagliptin diberikan dengan dosis 25-100 mg perhari.12
a.
Mekanisme Kerja
Obat ini bekerja menghambat kerja DPP-4 sehingga mencegah degradasi
GLP-1. Akibatnya, dapat memicu peningkatan kadar insulin yang berujung pada
penurunan kadar gula darah posprandial dan gula darah puasa.7
b.
Farmakokinetik
Sitagliptin dan Vildagliptin diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna
14
Efek Samping
Sitagliptin dapat menimbulkan efek samping berupa mual dan gangguan
3.Insulin
Pada beberapa keadaan, pasien diabetes melitus tipe 2 harus diberikan
terapi insulin. Adapun indikasinya, meliputi:
Kendali glikemik yang buruk (GDP > 250 mg/dL, GDS >300 mg/dL, A1C
>10%, ditemukan ketonuria.
menirukan insulin basal dan insulin prandial. Untuk memenuhi kebutuhan basal,
maka diberikan insulin kerja menengah (intermediate-acting insulin) atau kerja
panjang (long acting insulin). Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan prandial,
maka diberikan insulin kerja cepat (short acting insulin) atau insulin kerja sangat
cepat (rapid atau ultra-rapid acting insulin). Selain itu, ada juga insulin yang
memiliki kerja keduanya (premixed insulin).
15
Insulin
Puncak
0.2-0.5
0.5-2
0.2-0.5
0.5-2
0.2-0.5
0.5-2
0.5-1
2-3
1.5-4
4-10
1-3
Tidak ada
puncak
Insulin detemir (Levemir)
1-3
Tidak ada
puncak
Campuran (premixed)
(mixtures, manusia)
70/30 Humulin Mixtard
0.5-1
3-12
50/50 Humulin
0.5-1
2-12
75/25 Humalog
0.2-0.5
1-4
50/50 Humalog
0.2-0.5
1-4
70/30 Novomix 30
0.2-0.5
1-4
(mixtures, analog)
16
4. Terapi DM tipe 2
ADA (American Diabetes Association) telah meluncurkan beberapa
rekomendasi dalam penatalaksanan pasien dengan DM tipe 2 yang terdiri dari
pilihan obat yang dapat digunakan, kelebihan dan kelemahan yang dimilki, biaya,
dan efek samping obat. Selain itu, ADA juga menekankan untuk menjadikan
pasien sebagai pusat pertimbangan strategi penatalaksanaan DM dengan
memperhatikan keadaan pasien, penyakit yang menyertai, karakteristik obat, dan
efek samping obat terutama hipoglikemia.13
a. Initial Therapy
Pasien diutamakan untuk melakukan perubahan gaya hidup meliputi pola makan,
olahraga dan lain-lain guna menurunkan kadar gula darah. Jika perubahan gaya
hidup belum dapat menurunkan gula darah, maka monoterapi dengan
menggunakan metformin mulai diberikan (jika tidak terjadi kontraindikasi). Jika
terjadi kontraindikasi, maka digunakan obat lain.13
b. Terapi Kombinasi
Jika didapatkan hasil Hb1C yang belum mencapai target setelah 3 bulan
pengobatan, maka mulai diberikan terapi kombinasi.Selain itu, terapi kombinasi
juga dapat langsung diberikan pada tatalaksana awal jika ditemukan kadar HbA1C
9. Selain itu,pasien dengan kadar HbA1C 10 12% direkomendasikan untuk
memulai terapi menggunakan insulin. Ketika penggunaan insulin > 30 U/hari,
maka penggunaan obat hipoglikemik oral dihentikan.13
17
Modifikasi asupan, kontrol berat badan, peningkatan aktivitas fisik, edukasi tentang diabetes
Metformin
Monoterapi
Efikasi
Resiko hipoglikemia
Berat badan
Efek samping
Biaya
tinggi
rendah
Netral / menurun
GI / asidosis laktat
rendah
c. Terapi Insulin
Insulin basal merupakan regimen yang paling sering digunakan untuk terai DM
Jika target HbA1C tidak tercapai setelah 3 bulan, mulai kombinasi 2 obat
tahap awal,Metformin
dosis terendah yang dapat digunakan
adalah 10
IU atau 0.1-0.2 U/kg,
Metformin
Metformin
Dualterapi*
Efikasi
Resiko hipoglikemia
Berat badan
Efek samping
Biaya
Metformin
+
+
+
+
tergantung derajat hiperglikemia.
Basal insulin
biasanya diberikan
bersamaan
Insulin (basal)
Thiazolidinedion
DPP 4-inhibitor
Sulfonilurea
dengan pemberian metformin.e Ketika pemberian basal insulin sudah dapat
tinggi
tinggi
medium
tinggi
rendah
resiko rendah
resiko rendah
resiko
medium
menurunkan
kadar
glukosaresiko
puasa
sampai kadar
yang diterima,
namun A1C masih
meningkat
netral
turun
meningkat
edema, HF
jarang
GI
hipoglikemia
belum menapai
target, maka
perlu penambahan
suntikan insulin
atau konsumsi
rendah
tinggi
tinggi
rendah
Metformin
+
Sulfonilurea
+
TZD
Metformin
+
Thiazolidinedion
Metformin
+
DPP 4-inhibitor
+
SU
SU
atau
atau
DPP-4-i
DPP-4-i
TZD
Insulin
Insulin
Insulin
atau
Metformin
+
Insulin
+
TZD
atau
DPP-4-I
Jika target HbA1C tidak tercapai setelah 3 bulan, mulai kombinasi dengan mealtime insulin
Kombinasi**
Metformin
+
18
Basal insulin
Awal
: 10 IU/hari atau 0.1-0.2 IU/kg/hari
Pengaturan : 10-15% atau 2-4 IU sekali seminggu hingga
mencapai kadar glukosa darah yg dinginkan.
Terjadi hipo: Tentukan penyebab, turunkan dosis 4 IU atau
10-20%
Awal
: 4 IU, 0.1 IU/kg, atau 10 % dosis basal
Pengaturan : naikkan dosis 1-2 IU atau 10-15% satu
dua kali seminggu hingga target tercapai.
Terjadi hipo: tentukan penyebab, turunkan dosis 2-4
IU atau 10-20%
Awal
gagal
Awal
: 4 IU, 0.1 /kgBB, atau 10% dosis basal
Pengaturan : naikkan dosis 1-2 IU atau 10-15% 1-2 kali
seminggu hingga target tercapai
Terjadi hipo: Tentukan penyebab, turunkan dosis 2-4 IU atau
10-20%
19
Obat
GFR terganggu
Hemodialisa
Kontraindikasi
Biguanid
Metformin
Tidak perlu
pengaturan ulang
dosis
Glimepirid
Disarankan 1 mg perhari
Disarankan 1 mg
perhari
Gliburid
Tidak digunakan
Tidak digunakan
Meglitinid
Repaglinid
eGFR <30/min/1.73m2
Nateglinide
eGFR <30/min/1.73m2
Tiazolidinedion
Pioglitazon
-glukosidase inhibitor
Acarbose
Tidak digunakan
<30mL/min/1.73 m2
Miglitol
Tidak digunakan
<25mL/min/1.73 m2
DPP-4 Inhibitor
Sitagliptin
25 mg/hari
mL/min/1.73 m2
50mg/hari jika eGFR 30-50
mL/min/1.73 m2
25 mg/hari jika eGFR <30mL/min/1.73
m2
20
Saxagliptin
2.5 mg/hari
m2
2.5 mg/hari jika eGFR 50
mL/min/1.73 m2
21
DAFTAR PUSTAKA
1.
Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia.
Konsensus
Pengelolaan
dan
Kodl CT, Seaquist ER. Cognitive Function and Diabetes Mellitus. Endocrine
reviews. 29(4):494511.2008
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lahiri Sharon W. Management of type 2 diabetes: what is the next step after
metformin?. Clinical Diabetes. 2012 February; Volume 30
9.
10.
11.
12.
22
13.
14.
15.
23