Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai usaha untuk pembaharuan pendidikan umumnya dan pembelajaran
khususnya telah d an terus dilakukan oleh pemerintah. Namun perbaikan
yang dihasilkan umumnya bersifat sementara, belum berlanjut menjadi
kebiasaan baru yang menyegarkan. Banyak pemikiran
inovatif untuk
Aktif,
Mastery
Learning,
Contextual
Teaching
and
Learning,
ditegaskan oleh
Permen Pendidikan
Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang pada prinsipnya
memberikan beberapa inovasi baru antara lain:
1. Adanya
menyenangkan,menantang,
memotivasi
peserta
didik
untuk
kesempatan untuk
tumbuh utuh dengan rasa percaya diri, sebagai manusia yang bermartabat
sebagai insane individu maupun insan sosial yang cerdas, dan kompetitif.
Konsep tentang karakteristik pembelajaran yang berkualitas dan tentu saja
berguna untuk keberhasilan peserta didik telah dikembangkan dengan sangat
antusias dalam beberapa tahun terakhir ini, tetapi
implementasi masih
memerlukan kerja keras semua pihak, terutama guru dan tenaga kependidikan
lainnya.
1.2 Masalah-Masalah Pembelajaran.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran siswa, baik
secara eksternal maupun internal d ap at diidentifikasi sebagai berikut. Faktorfaktor eksternal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi,
situasi belajar, dan sistem. Masih ada guru yang kurang menguasai materi
pembelajaran, kurang memperhatikan karakter peserta didik,
kurang
kurang
itu
materi
pembelajaran
memberi peluang untuk pembentukan kompetensi utuh yang dituntut oleh jaman
yang serba kompleks ini.
pembelajaran yang
monoton, kaku,
semu, hanya
yang
rendah
ditandai
dengan
pikiran kita semua, terutama para guru, pengawas, kepala sekolah, dan tenaga
kependidikan lainnya tentang
tidak hanya menggugah pikiran semata, tetapi juga merangsang tindakan nyata
di sekolah sehari-hari. Melalui pelatihan ini para guru diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemui dalam tugasnya
sehari-hari.
2. Menganalisis praktek pembelajaran di sekolah dan membandingkan dengan
contoh-contoh model pembelajaran yang dilandasi oleh teori yang relevan.
3. Membangun perspektif baru tentang pembelajaran yang berkualitas.
4. Mengembangkan dan menerapkan inovasi model pembelajaran dengan
pendekatan yang baru yang lebih efektif dalam membangun insan peserta
didik yang cerdas berbudi luhur yang kompetitif.
Ruang lingkup
alternatif
pemecahannya
3. Berbagai contoh model pembelajaran matematika inovatif
4. Contoh Implementasi model pembelajaran inovatif dalam RPP
BAB II
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
2.1.Konsep Kualitas Pembelajaran
Konsep peningkatan kualitas berkelanjutan pendidikan
paradigma baru pengelolaan pendidikan
merupakan
semua pihak di Indonesia. Beberapa hal penting berkaitan dengana ini adalah
adanya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas,
adanya suasana akademik dan lingkungan kerja yang baik,
komitmen dan
tolok
ukur
dalam
perlu
dikaji
secara
terus
menerus,
kualitas
pada
karena
substansi
berkembang
sesuai
perlu
students learning capacity" adalah pendidik, kurikulum dan bahan ajar, iklim
pembelajaran, media belajar, fasilitas belajar, dan materi belajar. Sedangkan
masukan potensial adalah peserta didik dengan segala karakteristiknya seperti;
kesiapan belajar, motivasi, latar belakang sosial budaya, bekal ajar awal, gaya
belajar, serta kebutuhan dan harapannya.
Dari sisi guru, kualitas p embel aj a ran dapat dilihat dari seberapa optimal
mereka mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Sementara itu dari sudut
kurikulum dan bahan belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa luwes dan
relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimuli
dan
belajar
digunakan
untuk
meningkatkan
intensitas
belajar
kontribusi fasilitas
fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari
segi materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuaiannya dengan tujuan dan
kompetensi yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, kualitas pembelajaran
secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik
dan sinergis guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan model
pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang terus berkembang dan berubah.
2.2 Kriteria Kualitas Pembelajaran
Secara kasat mata indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara
lain dari perilaku pembelajaran
Masing-masing
belajar
media pembelajaran,
indikator
tersebut
siswa, iklim
dan
sistem
dan merepresentasikan
materi
sesuai
kebutuhan siswa.
c. Agar dapat memberikan layanan pendidikan yang berorientasi pada
kebutuhan siswa, Guru perlu memahami keunikan setiap siswa
dengan segenap
kelebihan,
kekurangan,
dan
kebutuhannya.
siswa
tercermin
dalam
kegiatan
merencanakan,
kepribadian
dan
keprofesionalan
sebagai
kemampuan untuk dapat mengetahui, mengukur, dan mengembangmutakhirkan kemampuannya secara mandiri.
2. Perilaku
dan
dampak
belajar
guru
dapat dicermati
dari
mendapatkan
dan
mengintegrasikan
pengetahuan
dan
membangun
kebiasaan
berpikir,
bersikap
dan
bekerja
produktif.
f. Mampu menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan bidang
studinya.
g. Mampu menguasai materi mata pelajaran
dala
kurikulum sekolah
penilaian
nilai
dan
semangat
kreatifitas guru.
c. Suasana sekolah latihan dan tempat berpraktek lainnya yang kondusif
bagi tumbuhnya penghargaan
profesional guru.
4. Materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari:
a. Kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan
kompetensi yang
10
rencana
dilaksanakan
operasional
secara
sekolah,
sinergis
agar
semua
oleh seluruh
upaya
komponen
dapat
sistem
rangka
menjaga
pendidikan di sekolah,
keselarasan
antar
komponen
sistem
dan
penjaminan
mutu
pengendalian
periodik
dan
berkelanjutan, misalnya:
i. sekali dalam setiap semester yang dilaksanakan oleh masingmasing sekolah
ii. sebelum awal setiap semester dimulai
c. Peningkatan kemampuan pembimbingan profesional guru oleh pakar
11
Melakukan
perbaikan
berdasarkan
hasil
pembelajaran
penelitian
secara
tindakan
terus menerus
kelas
atau
catatan
c.
mengkaji
penelitian dan
hasil
dan
kajian
memanfaatkan
konseptual
berbagai
untuk
temuan
meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Strategi di atas perlu direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik
dan sistemik, oleh karena itu, strategi apapun yang digunakan diperlukan
kegiatan sebagai berikut;
i. Melaksanakan siklus:merencanakan,mengerjakan, memeriksa
dan mengambil langkah-langkah
untuk
memacu
proses
pembelajaran.
ii. Menggunakan data empirik dan kerangka konseptual untuk
membangun
pengetahuan,mengambil
keputusan,
dan
12
BAB III
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
3.1 Pengertian
Sebenarnya makna teknik, metode, pendekatan, strategi, dan model
pembelajaran adalah berbeda. Namun istilah-istilah ini dalam prakteknya sering
dipertukarkan atau digunakan silih berganti. Istilah model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas daripada keempat istilah yang lain. Model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistimatis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu serta
berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Menurut Arends (1998), model pembelajaran mempunyai 4 (empat) ciri, yaitu:
1. rasional teoretik; pandangan dan landasan berpikir bagaimana hakikat peserta
didik dapat belajar dengan baik,
2. tujuan pembelajaran; apa tujuan peserta didik belajar
3. sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru dan
4. bagaimana lingkungan belajar yang mendukung
Sedangkan Sudiarta (2005) menguraikan lebih rinci mengenai model pembelajaran
sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistimatis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik yang meliputi hal-hal sbb:
1. rasional teoretik; landasan berpikir bagaimana hakikat peserta didik dapat
belajar dengan baik,
2. sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru
3. prinsip interaksi; bagaiman guru memposisikan diri terhadap siswa, maupun
sumber-sumber belajar
4. sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam komunitas
belajar
5. sistem pendukung; bagaimana lingkungan belajar yang mendukung
6. dampak pembelajaran; bagaimana hasil dan dampak pembelajaran yang
diharapkan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang
13
aktif dari
14
pembelajaran tersebut sudah sering dibahas dan dapat dengan mudah ditemukan
dalam literatur.
Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika-Terbuka
a. Rasional
Tak dapat dipungkiri adanya kenyataan, bahwa pembelajaran matematika di sekolah
sangat teoretik dan mekanistik. Proses pembelajaran biasanya dimulai dengan
penjelasan konsep disertai contoh, dilanjutkan dengan mengerjakan latihan soal-soal
matematika. Pendekatan pembelajaran ini
matematika
15
Sebaliknya, siswa akan mengalami masalah besar atau gagal mengerjakan tugas
matematika, jika soalnya sedikit saja diubah atau jika konteksnya dibuat sedikit
berbeda dari contoh-contoh yang telah diberikan. Keluhan guru-guru matematika
tentang hal ini bukanlah hal baru. Banyak pendapat ahli yang didukung oleh hasilhasil penelitian, bahwa pendekatan pembelajaran matematika seperti ini, cenderung
hanya melatih skill dasar matematika (mathematical basic skills) secara terbatas
dan terisolasi, yang akhirnya berujung pada rendahnya minat dan prestasi belajar
matematika siswa. Kenyataan ini menuntut adanya reorientasi, bahwa pembelajaran
matematika seharusnya tidak boleh berhenti pada penyajian masalah-masalah
matematika tertutup, yang hanya melatih routine basic skills saja. Sebaliknya, harus
dikembangkan pembelajaran matematika yang memberikan ruang yang cukup bagi
siswa, untuk membangun dan mengembangkan pemahaman konsep matematika
secara mendalam (depth understanding), khususnya untuk mengembangkan
kompetensi matematika siswa dalam; (1) menginvestigasi dan memecahkan masalah
(problem posing & problem solving), (2) berargumentasi dan berkomunikasi secara
matematis (mathematical reasoning and communication), (3) melakukan penemuan
kembali (reinvention) dan membangun (construction) konsep matematika secara
mandiri, (4) berfikir kreatif dan inovatif, yang melibatkan imajinasi, intuisi, dalam
mencoba-coba (trial and error), penemuan (discovery), prediksi (prediction) dan
generalisasi
(generalization)
melalui
pemikiran
divergen,
dan
orisinal.
Pembelajaran yang cocok untuk cita-cita ini adalah pembelajaran yang berorientasi
pada masalah matematika kontekstual terbuka (contextual open ended problem
solving), karena sesuai dengan kealamian dari masalah-masalah matematika open
ended,
yang
memang
memberikan
ruang
dan
dukungan
luas
terhadap
open-ended
dalam
pembelajaran
matematika
mula-mula
instructional
strategy
that
creates
interest
and
stimulates
creative
16
masalah matematika yang akan dijadikan bahan pengajaran. Jenis dan karakteristik
dari masalah matematika yang dijadikan focus pembelajaran adalah masalah
matematika yang tergolong open-ended, atau il-problem, yaitu masalah matematika
yang disusun sedemikian rupa sehingga
masuk akal (multiple reasonable solution), dan lebih dari satu cara pemecahan yang
masuk akal pula (multiple reasonable algoritms and procedures). Model
pembelajaran ini bertujuan untuk
mengembangkan
Masalah Matematika
metode
metode
solusi
solusi
metode
solusi
17
"experience in
finding something new in the process" (Shimada, 1997). Model pembelajaran ini
tepat
digunakan untuk melakukan evaluasi proses, sebab dalam hal ini siswa
dituntut bukan hanya untuk mencari solusi masalah itu, tapi juga dituntut untuk
menjelaskan bagaimana mereka sampai pada solusi itu, dan mengapa mereka
menggunakan cara tertentu untuk memecahkan masalah itu. Adapun strategi yang
dapat digunakan dalam model pembelajaran matematika berorientasi pemecahan
masalah matematika open-ended ini dapat mengadopsi strategi pembelajaran
Problem Based Learning biasa, misalnya dimulai dengan:
1)
2)
3)
hipotesis,
mengumpulan
dan
menganalisa
informasi,
kemungkinan
solusi
beserta
prosedur
pemecahannya,
dan
5)
kerja kolaboratif
untuk
18
c. Sintaksis
Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual
Open-Ended ini
terdiri dari lima tahap utama (sintaks) yang dimulai dari guru
memperkenalkan kepada siswa suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
analisi hasil kerja siswa. Jika masalah yang dikaji sedang-sedang saja, kelima
tahapan mungkin dapat diselesaikan dalam 1 pertemuan tatap muka. Namun bila
masalahnya kompleks mungkin akan memerlukan waktu lebih lama. Kelima tahapan
ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Pemecahan Masalah
Matematika Terbuka
Kegiatan Guru
Langkah-langkah
Kegiatan Siswa
Utama
Memaparkan tujuan
Tahap 1
Menginventarisasi dan
pembelajaran,
mempersiapkan logistik
masalah matematika
diperlukan, dan
open-ended
yangteah ditetapkan
pemecahan masalah
Membantu siswa
mendefinisikan dan
Tahap 2
Mengorganisasi siswa
Menginvestigasi konteks
masalah, mengembangkan
mengorganisasikan tugas
dalam belajar
pemecahan masalah
akal
dipecahkan
Mendorong siswa untuk
Tahap 3
mengumpulkan informasi
Membimbing
penyelidikan baik
merumuskan kembali
secara individual
masalah, untuk
maupun didalam
mendapatkan suatu
kelompok
investigasi, dan
kemungkinan pemecahan
untuk mendapatkan
19
kemungkinan pemecahan
digunakan untuk
memperkuat argumentasi
dan sekaligus untuk
menyusun kemungkinan
pemecahan dan jawaban
alternatif yang lain
Tahap 4
Mengembangkan dan
mempresentasikan
hasil karya
laporan, model-model
Tahap 5
Menganalisis dan
mengadakan evaluasi
mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
proses belajar.
Evaluasi dengan
mereka gunakan.
penilaian autentik
yang dilakanakan pada
setiap tahap.
d. Sistem Sosial
Sistem sosial dari model pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan sistem sosial
model pembelajaran kooepratif yang berlandaskan folosofi konstruktivisme terutama
konstruktivisme sosial menurut Vigotsky. Sistem sosial ini menekankan konstruksi
pengetahuan (knowledge construction) yang dilakukan setiap individu peserta didik
secara aktiv atas tanggungjawabnya sendiri, namun konstruksi individu tersebut
akan semakin kuat jika dilakukan secara berkolaboartif dalam kelompok kooperaif
yang mutual. Yaitu kelompok kooperatif yang menekankan pada upaya terjadinya
diskusi yang dilandasi rasa keterbukaan, sehingga timbul rasa nyaman dan rasa
persahabatan diantara kelompok peserta didik dalam berkolaborasi untuk
memecahkan masalah matematika yang dihadapi.
20
e. Prinsip Interaksi
Respon terhadap proses dan kinerja peserta didik dalam memecahkan masalah
didasarkan atas prinsip Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
Artinya sebagai fasilitator dalam membantu siswa dalam proses pemecahan masalah
open-ended. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa guru
sebaiknya:
dengan proses dan kinerja pemecahan yang dilakukan, (b) mencermati kapan harus
melakukan intervensi terhadap proses pemecahan masalah peserta didik, bantuan
dan nasehat apa yang terbaik yang harus diberikan, dengan tetap meninggalkan
substansi pemecahan masalah matematika tersebut sebagai tugas yang harus
dipecahkan sendiri oleh peserta didik, dan yang terpenting (c) selalu memposisikan
diri sebagai pebelajar yang juga seolah-olah belum tahu solusi dan prosedur
pemecahan masalah matematika tsb, tetapi tetap berberan aktiv bagaimana
memberikan rangsangan-rangsangan untuk meningkatkan rasa ingin tahu, rasa
penasaran dikalangan peserta didik untuk melakuan investigasi dan penyelidikan
yang menuju pada berbagai kemungkinan solusi dan pemecahan.
f. Sistem Pendukung
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan model pembelajaran yang dikembangkan
ini diperlukan perangkat pendukung yang paling tidak terdiri dari (a) kumpulan atau
bank masalah matematika open-ended, (b) rencana pembelajaran yang disusun atas
prinsip Problem based learning dikombinasikan dengan pendekatan kooperatif, (c)
Lembar kerja siswa (LKS) yang memuat masalah-masalah matematika open-ended
dan
(d)
asesmen
pembelajaran
open-ended,
lengkap
dengan
pedoman
21
berargumentasi
dan
berkomunikasi
secara
matematis
22
23
kegiatan
metakognitif
yaitu
merencanakan,
mengontrol
dan
(metacognitive
knowledge)
dan
pengalaman
metakognitif
yang
digunakan
untuk
mengontrol
proses-proses
kognitifnya
24
metakognitif
melibatkan
strategi-strategi
Evaluasi
diri
mempunyai
indikator-indikator
tentang
evaluasi
aktivitas
berpikirnya
secara
mandiri.
Strategi
ini
menimbulkan
kebermaknaan pada siswa terhadap apa yang dipelajarinya yang akan berpengaruh
positif terhadap prestasi belajar siswa.
Sudiarta (2006) menyatakan kegiatan-kegiatan metakognitif berpotensi untuk
menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi berpikir tingkat tinggi. Ini
25
26
Pengembangan
kemampuan
kognitif
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Merenungkan kesalahan-kesalahan
yang telah dilakukan dalam
menyelesaikan masalah dan
kesulitan-kesulitan yang dialami.
27
Fase
Pengembangan
kemampuan
metakognitif
1. Perencanaan
Kegiatan Guru
Menginisiasi siswa untuk
menyelesaikan masalah-masalah
tipe metakognitif yang terdapat
pada LKS.
2. Pemantauan
3. Refleksi
Penutup
Kegiatan Siswa
d. Prinsip Interaksi
Dalam model pembelajaran metakognitif, guru memposisikan diri sebagai
fasilitator yakni menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa untuk
belajar menyelesaikan masalah metakognitif, memberi ganjaran, dan memberikan
28
pengiring
yang
diperoleh
adalah
nilai-nilai
positif
dalam
Model
pembelajaran
metakognitif
dalam
pembelajaran
29
menyelesaikan
masalah
selama fase
30
Keterangan
31
Contoh Masalah
Keterangan
x = 50 5
x = 45
Jadi diperoleh nilai x = 45. Bagaimana
pendapatmu mengenai jawaban Happy?
Jawaban yang diharapkan :
Luas kolam = p l
50 = ( x 1 ) 5
50 = 5 x 5
45 = 5 x
x = 45 : 5
x=9
Jawaban yang dibuat Happy kurang
tepat. Happy sudah benar menggunakan
rumus luas kolam = p l. Namun Happy
melakukan kesalahan pada sifat
distributif perkalian terhadap
penjumlahan. Sifat distributif perkalian
terhadap penjumlahan yaitu :
(a + b) c = a c + a b sehingga
( x 1 ) 5 = x 5 + 1 5 = 5x 5 .
Jadi kesalahan Happy terletak pada
penyelesaian sifat distributif perkalian
terhadap penjumlahan.
32
matematika,
yakni
proses
untuk
menganalisis,
mensintesis,
33
matematika. Reorientasi
ini
dilakukan
untuk
mengembangkan
kompetensi
34
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
35
Kegiatan inti
a. Inisasi
b. KonstruksiRekonstruksi
c. Aplikasi
d. Refleksi
Penutup
d. Sistem Sosial
Dalam model IKRAR, dikembangkan suasana demokratis. Interaksi antar
siswa dalam melakukan aktivitas belajar dengan soal pemecahan masalah mendapat
penekanan penting dalam model ini. Demikian juga interaksi antar siswa dalam kelas
pada fase inisiasi dan konstruksi-rekontruksi, mendapat penekanan penting. Guru
berfungsi menfasilitasi
agar interaksi
dan
memberikan
bantuan
bagi
siswa
untuk
dapat
belajar
dan
36
mengkonstruksi
pemahamannya
secara
optimal. Sebagai
moderator,
guru
37
buku siswa, hand out, dan sebagainya), lembar kegiatan siswa (LKS), perangkat
evaluasi, dan media pembelajaran yang relevan.
g. Dampak Pembelajaran dan Dampak Pengiring
Pembelajaran dengan menggunakan model IKRAR menempatkan siswa
sebagai subyek dalam PEMBELAJARAN. Dalam model IKRAR, guru tidak lagi
berfungsi sebagai pemberi ilmu, tetapi lebih sebagai fasilitator. Guru menyiapkan
berbagai perangkat pembelajaran, mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok
kecil, mendorong siswa untuk dapat belajar lebih terfokus dan optimal, mengarahkan
diskusi
siswa,
serta
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
pembimbing
yang
38
39
dipecahkan,
siswa
diperhadapkan
pada
pertanyaan-pertanyaan
yang
satu
kemampuan
berpikir
yang
dapat
ditumbuhkan
melalui
40
salah
satu
kemampuan
dasar
umum
yang
perlu
diupayakan
41
belajar. Siswa tidak lagi menjadi orang yang pasif menunggu transfer pengetahuan
dari gurunya, tetapi akan lebih aktif mencari, mempelajari dan mengkonstruksi
pengetahuan melalui kelompok-kelompok kecil.
2). Sikap positif terhadap matematika
Dalam model IKRAR, siswa terlibat secara aktif dalalm PEMBELAJARAN, baik
dalam mempelajari bahan ajar, mengkonstruksi pengetahuan sendiri, maupun dalam
mengerjakan aktivitas hands-on dan memecahkan masalah. Kondisi ini akan
membuat
PEMBELAJARAN
menjadi
lebih
menyenangkan,
sehingga
kesan
matematika sebagai pelajaran yang sulit, bahkan menakutkan sedikit demi sedikit
dapat diubah. Dengan demikian belajar matematika dengan menggunakan model
IKRAR juga akan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap matematika. Dengan
demikian, dapat diyakini bahwa model IKRAR akan menghasilkan siswa yang
memiliki kompetensi matematis tingkat tinggi yang lebih baik daripada model
pembelajaran pemecahan masalah tanpa model IKRAR.
42
SATUAN PENDIDIKAN
MATA PELAJARAN
: SMK
: MATEMATIKA
KELAS / SEMESTER
: X/ GANJIL
ALOKASI WAKTU
: 2 x 40 MENIT
I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan ukurannya.
II. KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.
III.
INDIKATOR
1. Menentukan jumlah sudut-sudut segitiga.
2. Menentukan hubungan antara sudut dan panjang sisi suatu segitiga.
3. Menentukan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga.
IV.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat:
1. Menentukan jumlah sudut-sudut segitiga.
2. Menentukan hubungan antara sudut dan panjang sisi suatu segitiga.
3. Menentukan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga.
Alat/media:
Gunting
43
Pada sembarang segitiga berlaku jumlah ketiga sudutnya adalah 1800, sehingga
180 o
2. Hubungan antara sudut dan panjang sisi suatu segitiga
Untuk setiap segitiga berlaku
44
Kegiatan Siswa
Waktu
PENDAHULUAN
Mencermati tujuan
pembelajaran
Memperhatikan penjelasan dan
menjawab pertanyaanpertanyaan
10 menit
KEGIATAN INTI
Inisiasi
Menginisiasi diskusi dalam kelompok
mengenai substansi dari LKS, yaitu
menentukan sifat-sifat segitiga
berdasarkan sisi dan sudutnya.
Memotivasi siswa untuk memahami
maksud dari soal dan yang ingin
dipecahkan dalam soal yang ada pada
LKS dengan cara menimbulkan inisiatifinisiatif orisinil pada diri siswa.
Konstruksi-Rekonstruksi
Memfasilitasi siswa dalam
mengkonstruksi dan merekonstruksi
dalam kelompok mengenai substansi dari
LKS, yaitu dalam menemukan dan
memahami konsep-konsep yang akan
digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan.
Aplikasi
Membimbing siswa untuk
mengaplikasikan konsep yang sudah
ditemukan dalam melakukan pemecahan
masalah dengan kelompoknya untuk
menyelesaikan soal pada LKS.
60 menit
45
Alokasi
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Refleksi
Guru membuka kesempatan bagi
kelompok yang ingin mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas dan
memberikan kesempatan bagi kelompok
yang lain untuk memberikan
tanggapannya.
Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dan kelompok
yang lain memberikan
tanggapannya.
10 menit
IX. Penilaian
Teknik Penilaian
: Tes Tertulis
Bentuk Instrumen
: Tes Uraian
Contoh instrumen
1.
Layar sebuah perahu memiliki tiga buah sisi yang tidak sama panjang. Dua
sudut layar tersebut besarnya 55 dan 35 . Seperti gambar berikut
55
??
35
46
Rubrik Penskoran
Tahap
Memahami
masalah
Jawaban
Diketahui : ketiga sisi segitiga tidak sama panjang
Merencanakan
penyelesaiannya
Skor
Melaksanakan
x = J 55 - 35 = 180 - 90 = 90
rencana
penyelesaiannya Dengan demikian jenis segitiga istimewa dari layar
tersebut adalah segitiga siku - siku.
10
47
DAFTAR RUJUKAN
Arends,R. 1998. Learning to Teach. Fourth Edition. Ney York: Mc Graw Hill.
Blumenfeld, P., Soloway, E., Marx, R., Krajcik, J., Guzdial, M., & Palincsar, A. 1991.
Motivating project-based learning: Sustaining the doing, supporting the
learning. Educational Psychologist, 26 (3 & 4), 369-398.
Briker, D. & Cripe, J.J. 1992. An activity - based approach to early intervention.
Baltimore: Brokes.
Dewey,J.1972. Experience and Education.
Haniah.2004. Bandung: TERAJU.
(Pendidikan
Berbasis
Pengalaman).
48
Nur,M
Konstruktivis
dalam
49
50
51