R RAFE
BEATRIX BARUT
MARISA APLUGI
KRISPINUS SEHANDI
JEANE J. KONDA MALIK
YAKOBUS R. LADJU
YUNITA A. NOPE
YOHANES PAKA LAKA
ROLENS BANI
( 1309012005)
(1309012006 )
(1309012008)
( 1309012010 )
( 1309012011 )
( 1309021017)
( 130902025)
( 1309012030)
( 1209017041 )
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
ETIOLOGI
Virus family Flaviviridae, genus Pestivirus
Berkaitan erat dengan virus bovine virus diarrhea (BVD)
PATOGENESIS
Setelah Proses
ingesti
Menyebar ke
limfonodus yang
berdekatan pada
Limpa, patch Peyer,
kelenjar getah
bening, timus,
endotel sel, sumsum
tulang dan leukosit
Menyebar ke sel
sel epitel dalam
3-4 hari
viremia
dalam
waktu
24 jam
GEJALA KLINIS
Dalam outbreak akut, gejala klinis yang tidak spesifik yaitu :
1. depresi (postur membungkuk dengan kepala terkulai dan
2.
3.
4.
5.
6.
PATOLOGI ANATOMI
Dalam CSF akut khas, lesi termasuk hemoragi petekie dan
HISTOPATOLOGI
Secara Mikroskopis, ada panencephalitis yang lebih
DIAGNOSIS
CSF akut khas harus dicurigai berdasarkan sejarah,
adalah:
1. Pemeriksaan antigen virus CSF pada jaringan beku
dengan imunofluoresensi dengan jaringan yang berada
di tonsil, limfonodus faring, limpa, ginjal dan ileum
distal
2. Isolasi virus dalam kultur sel dan identifikasi antigen
virus dalam kultur dengan uji fluorescent antibodi (FA)
3. Identifikasi antibodi untuk CSF dengan tes netralisasi
virus.
Teknik Antibodi monoklonal untuk membedakan CSF
dari BVD
TERIMA KASIH
(1309012005)
(1309012006 )
(1309012008)
(1309012010 )
( 1309012011 )
( 1309021017)
( 130902025)
( 1309012030)
( 1209017041 )
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
ETIOLOGI
SEJARAH
Africa swine fever pertama kali ditemukan di africa tahun 1921.
Kemudian ke portugal sebagai negara pertama non africa tahun
1957
selama periode28 tahun, ASF menyebar ke delapan negara Eropa,
Brazil, Kuba, Haiti dan Republik Dominika.
Di banyak negara lain, upaya pemberantasan telah berhasil.
Melarang impor babi dan daging babi dari negara-negara yang
terinfeksi, dan menghilangkan atau mengatur praktek pemberian
limbah makanan untuk babi merupakan dasar untuk program
pemberantasan yang paling sukses.
TRANSMISION
ASFV masuk kedalam tubuh
kontak langsung
tidak langsung
kontak tidak langsung pada fomites, dan oleh vektor kutu(terutama genus
Ornithodoros) bertindak sebagai reservoir dan vektor
PATOGENESIS
Virus masuk
Melalui
penapasan atas
viremia (satu
minggu
setelah
infeksi)
Gangguan pembentukan
monosit, makrofag, dan
trombosit
Kerusakan sel
endotel kerusakan
pembuluh darah
Kerusakan
organ
perdarahan, edema
dan pembentukan
transudat
GEJALA KLINIS
Akut :
Anoreksia,
suhu tinggi,
Inkoordinasi
Leukopenia
Subakut :
perdarahan petekie dan ecchymotic di banyak daerah (kulit,
ginjal, kelenjar getah bening, serosa dan permukaan mukosa,
epikardium, endocardium, laring, kandung kemih, kandung
empedu, paru-paru)
Edema
Hydrothorax
Hidropericardium dan ascites.
Hati dan limpa yang padat.
Limpa membesar,
ANATOMI PATOLOGI
HISTOPATOGI
Limpa.
A. Hemoragi parah dan nekrosis
pada pulpa merah dan putih
dan deplesi dari jaringan limfoid
B. Sisa nekrosis jaringan limfoid
Tonsil.
C dan D. Nekrosis dan karioreksis
limfosit interfolikuler
Long arrow : bagian kripta
Short arrow : bagian folikel
DIAGNOSA BANDING
Acute PRRS
Erysipelas
Salmonellosis
Eperythrozoonosis
Actinobacillosis
Glassers disease
Aujeszkys disease
(pseudorabies)
Thrombocytopenic purpura
Warfarin poisoning
Heavy metal toxicity
DIAGNOSIS
Dugaan ASF dengan :
Melihat gejala (Demam)
Pemeriksaan post mortem
dan gejala yang muncul
Pemeriksaan Limfonodus
Tes laboratorium :
Virus isolation
Viral antibody detection
PCR
Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA),
Komplemen Fiksasi (CF),
imunoblotting dan radioimmunoassa
TERIMA KASIH
( 1309012005)
(1309012006 )
(1309012008)
( 1309012010 )
( 1309012011 )
( 1309021017)
( 130902025)
( 1309012030)
( 1209017041 )
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
1. Etiologi
Genus : Arterivirus
Family : Arteriviridae
Virus PRRS diklasifikasi menjadi dua genotipe yang secara genetik
sangat berbeda
PRRS tipe 1 atau strain Eropa, dengan penyebaran utamanya di
benua Eropa
PRRS tipe 2 atau strain Amerika utara yang kebanyakan diisolasi di
benua Amerika (utara dan selatan) dan juga di Asia.
Ciri umum :
Virus RNA beramplop
Tahan pada lingkungan ekstrim
Inaktif oleh fenol, formaldehida, dan desinfektan umum
Menyukai sel-sel sistem kekebalan tubuh, termasuk pulmonary
intravascular macrophages (PIM) dan pulmonary alveolar
macrophages (PAM)
2. Patogenesis
virus masuk ke
sistem
pernafasan
bagian atas
pneumonia
interstitial
replikasi primer
terjadi pada
jaringan limfoid
menginfeksi
pulmonary alveolar
dan paru-paru
intravaskular
viremia selama
beberapa minggu
predileksi jaringan
limfoid (limpa,
timus, tonsil,
kelenjar getah
bening, patch Peyer)
3. Gejala Klinis
Gejala klinis dipengaruhi oleh:
- faktor virulensi dari virus
- infeksi awal atau berkelanjutan
- kelompok umur
- penyakit lainnya yang menyebabkan munculnya agen lain
dalam populasi
- ukuran kelompok serta praktek manajemen
Babi betina
Penurunan jumlah
kelahiran
Aborsi
Lahir mati
Mumifikasi fetus
4. Patologi Anatomi
Kulit bercak kebiruan (A)
Lesi interstitial pneumonia (B)
Perdarahan dan eksudasi cairan,
limfonodus bengkak & hemoragik (C)
Perdarahan bronkial, hemoragik di
sebagian besar daerah ginjal dan hati
(D)
Terlihat bercak-bercak berwarna
coklat pada paru-paru dengan bentuk
bervariasi
5. Histopatologi
- Difusi dan penebalan septa alveolar
- Infiltrasi makrofag
- Nekrosis Lumen alveolar dengan adanya
makrofag
6. Diagnosa
Isolasi virus (VI),
Uji fluorescent antibody (FAT)
Imunohistokimia (IHC),
Test PCR
Uji ELISA
ROTAVIRUS ENTERITIS
MARIA ASTI S. R RAFE
BEATRIX BARUT
MARISA APLUGI
KRISPINUS SEHANDI
JEANE J. KONDA MALIK
YAKOBUS R. LADJU
YUNITA A. NOPE
YOHANES PAKA LAKA
ROLENS BANI
( 1309012005)
(1309012006 )
(1309012008)
( 1309012010 )
( 1309012011 )
( 1309021017)
( 130902025)
( 1309012030)
( 1209017041 )
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
Rotavirus Enteritis
Rotavirus enteritis adalah penyakit yang umum
terjadi pada babi. Semua usia babi sangat rentan
terhadap penyakit ini, tetapi penyakit diare yang
singnifikan biasanya terjadi pada babi pascapenyapihan.
ETIOLOGI
Penyakit rotavirus enteritis disebabkan oleh virus rota (Rotavirus).
Virus rota termasuk kedalam genus rotavirus dari famili reoviridae.
Virus ini memiliki ukuran diameter virion 65 nm 75 nm, berbentuk
ikosahedral, tidak memiliki envelop, dan terdiri dari 3 lapisan
protein yaitu protein kapsid bagian luar (VP4 dan VP7), kapsid
bagian dalam (VP6) dan core (VP2). Berdasarkan susunan
proteinnya, virus ini memiliki 11 segmen RNA utas ganda (dsRNA)
terdiri dari VP1, VP2, VP3, VP4, NS53, VP6, NS34, NS35, VP7,
NS28 dan NS26.(LUDER et al., 1986).
PATHOGENESIS
Rotavirus
menginfeksi sel-sel
dalam vili usus halus
Virus-virus itu
berkembang biak
dalam sitoplasma
enterosit dan merusak
mekanisme
transportnya
GEJALA KLINIS
Infeksi virus rota pada hewan seringkali menimbulkan gejala klinis yang tidak tampak
(asymptomatic).
Akan tetapi pengamatan terhadap berbagai kasus diare oleh virus rotaditemukan gejalah klinis
sebagai berikut :
suhu tubuh hewan penderita tampak normal.
Hidung tampak kemerahan
terdapat saliva yang berlebihan keluar dari hidung.
hewan tampak stress yang berlebihan
nafsu makan berkurang.
Dari beberapa kasus penyakit diare, ternyata kematian dapat mencapai 50% akibat dari faktor
ketidak seimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga terjadi dehidrasi
HISTOPATOLOGI
HISTOPATOLOGI
Selain perubahan yang dipaparkan sebelumnya ditemukan juga infiltrasi limfosit
di lamina propria, selain itu di bagia sub mukosa terlihat adanya edema dan
hiperemi
PATOLOGI ANATOMI
Perubahan patologi anatomi yang ditemukan pada hewan yang di nekropsi sebagai
berikut:
Penampilan eksternal dari bangkai menunjukkan tanda-tanda dehidrasi parah
Daerah perianal ternoda dengan kotoran kuning-kehijauan.
Setelah diseksi dari perut, rongga perut mengandung jumlah berlebihan cairan
buram.
Perubahan yang paling parah yang diamati pada usus kecil dimana ditemukan isi
lumen usus yang berwarna kuning-kehijauan, dicampur dengan berbagai gelembung
gas.
kelenjar getah bening mesenterika yang membesar dan membengkak.
abomasum itu penuh dengan susu coagula, dan terjadi erosi dan beberapa ulserasi.
DIAGNOSA
Menurut HUSSEIN et al., (1996) untuk mendeteksi virus maka dapat digunakan
teknik Polyacrylamide gel electrophoresis (PAGE), Immuno-electron-microscopy
(IEM), Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), Agar gel immunodiffusion
(AGID), dan Latex agglutination test.
Sedangkan untuk mengasingkan virus rota (isolation) maka dapat dilakukan secara
in vitro yaitu dengan menumbuhkan pada sel Madin Durby Bovine Kidney
(MDBK), Bovine Kidney (BK), sel ginjal kera hijau (Vero cells), dan embryonic
rhesus monkey kidney cells (MA-104) (FERNELIUS et al., 1972).
Sementara itu, untuk karakterisasi group, subgroup dan serotipe virus rota maka
dapat digunakan teknik ELISA dengan menggunakan antibodi monoklonal.
Sedangkan untuk menentukan genotipe virus rota dapat digunakan teknik Reverse
transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR) (CHANG et al. 1996).
( 1309012005)
(1309012006 )
(1309012008)
( 1309012010 )
( 1309012011 )
( 1309021017)
( 130902025)
( 1309012030)
( 1209017041 )
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
Etiologi
Circovirus diketahui
menyebabkan penyakit
bulu, anemia menular
pada ayam, dan infeksi
mematikan pada merpati,
kenari dan finch.
Patogenesis
Gejala Klinis
Histopatologi
Patologi Anatomi
Diagnosa
Mikroskop
tes
imunohistokimia
atau hibridisasi
polymerase chain
reaction (PCR)
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
( 1309012005)
(1309012006 )
(1309012008)
( 1309012010 )
( 1309012011 )
( 1309021017)
( 130902025)
( 1309012030)
( 1209017041 )
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
SEJARAH
Tahun 1971-British veterinary temukan penyakit
diare pada babi yang dinamakan epidemic viral
diarrhea (EVD)
tahun 1978 ilmuwan dari Ghent University di
Belgium mengatakan bahwa ada dua virus corona
pada babi yaitu transmissible gastroenteritis virus
(TGEV)
dan hemaggultinating encephalomyelitits virus.
Kemudian, TGEV/EVD berubah nama menjadi
porcine epidemic diarrhea (PED).
ETIOLOGI
Agen etiologi dari PED , adalah virus RNA yang
merupakan anggota dari genus Alphacoronavirus
dalam keluarga Coronaviridae
Coronavirus dapat menginfeksi berbagai mamalia ,
termasuk manusia , kelelawar , paus , dan burung
coronavirus biasa menyerang sel-sel epitel
pernapasan dan saluran enterik , serta makrofag
TANDA KLINIS
Masa inkubasi 3 sampai 4 hari (Harris, 2012).
Temuan klinis utama adalah kotoran berair berwarna hijau
dan berbau busuk, muntah, dehidrasi dan asidosis metabolik
Babi dapat sembuh, biasanya dalam waktu 7 sampai 10 hari
PEDV dapat menginfeksi babi dari segala usia, menyebabkan
diare dan muntah disertai anoreksia dan depresi.
Morbiditas mendekati 100% pada anak babi
di feses, virus dapat bertahan selama 4 minggu.
PATOGENESIS
Virus masuk berespon dengan enzim Porcine
aminopeptidase N (pAPN) - (permukaan vili epitel usus
halus) - identifikasi reseptor untuk PEDV-N-terminal
mengikat spike PEDV protein S1 - PEDV masuk dengan
mengikat pAPN masuk ke sel target-fusi membranmelepaskan genom viral ke sitosol-PEDV bereplikasi dalam
sitoplasma sel epitel vili di seluruh usus halus ,
menghancurkan enterosit dan menyebabkan nekrosis masif
atau apoptosis .
patogenesis
PATOLOGI ANATOMI
Lesi pada saluran gastrointestinal dan akumulasi cairan
kekuningan di usus
HISTOPATOLOGI
Hemoragi di vili usus , nekrosis otot ( Pospischil et al . , 2002)
. Pada tingkat sel, PED menjadi terlokalisasi di retikulum
endoplasma dan dalam jumlah kecil ditemukan dalam inti sel
yang terinfeksi ( Xu et al . , 2013)
terdapat enteritis atrofi , enterocyte vili membesar dengan
vacuolisasi pada sitoplasma serta pengelupasan epitel vili
(jumlah vili berkurang).
DIAGNOSA
imunofluoresensi ( IF ) atau imunohistokimia ( IHC
) tes, hibridisasi in situ, mikroskop elektron, isolasi
virus, enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA
), dan reaksi berantai reversetranscription
polimerase ( RT - PCR )
PENCEGAHAN
Antibodi Imunitas maternal - kolostrum dari induk babi
kekebalan PED dapat melindungi neonatus terhadap infeksi
oral sampai sekitar 4 sampai 13 hari dari usia
Biosecurity " All-in - all-out
Vaksinasi - vaksin PED berlisensi saat ini tersedia di Korea
Selatan , Jepang , dan China ( The Center for Food Security
dan Kesehatan Masyarakat , 2013) .
ZOONOTIC POTENTIAL
PED tidak menular ke manusia sehingga tidak
menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia (
Pospischil et al . , 2002) .
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
( 1309012005)
(1309012006 )
(1309012008)
( 1309012010 )
( 1309012011 )
( 1309021017)
( 130902025)
( 1309012030)
( 1209017041 )
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
PENGANTAR
Swine influensa swine
(flu, hog flu, pig flu) atau
influensa babi adalah
penyakit saluran
Pernafasan akut pada
babi yang disebabkan
oleh virus influensa tipe
A (FENNER et al., 1987).
ETIOLOGI
Penyebab penyakit saluran pernafasan pada
babi adalah virus influensa tipe A yang
termasuk dalam Famili Orthomyxoviridae.
Virus ini erat kaitannya dengan penyebab
swine influenza, equine influenza dan avian
influenza (fowl plaque) (PALSE and YOUNG,
1992). Ukuran virus tersebut berdiameter 80120 nm.
PATOGENESIS
VIRUS MASUK
MELALUI SALURAN
PERNAFASAN ATAS
LEWAT UDARA
MENEMPEL PADA
TRAKEA
MENUJU BRONKUS
ADANYA INFEKSI
SEKUNDER
Pasteurella multocida
INFEKSI CEPAT
MENGHILANG PADA
HARI KE 9
BERKEMBANG
CEPAT DLM WAKTU
2 JAM PADA EPITEL
BRONKUS
MENYEBABKAN LESI
SEKUNDER YANG
BERTAHAN LAMA
DAPAT
MENYEBABKAN
KEMATIAN
GEJALA KLINIS
Pada kejadian wabah penyakit, masa inkubasi
sering berkisar antara 1-2 hari (TAYLOR, 1989),
tetapi bisa 2-7 hari dengan rata-rata 4 hari
(BLOOD dan RADOSTITS, 1989).
GAMBARAN PATOLOGI
SIV
PA
PA
Pada hewan yang terserang influensa tanpa komplikasi, jarang sekali terjadi
kematian. Jika dilakukan pemeriksaan bedah bangkai lesi yang paling jelas
terlihat pada bagian atas dari saluran pernafasan.
Lesi yang terlihat meliputi kongesti pada mukosa farings, larings, trakhea dan
bronkhus, pada saluran udara terdapat cairan tidak berwarna, berbusa, eksudat
kental dalam jumlah banyak pada bronkhi (BLOOD dan RADOSTITS, 1989).
GAMBARAN PATOLOGI
HP
HP
HP & PA
Pada beberapa kasus hanya terlihat kongesti. Adanya pembesaran dan edema
pada limfoglandula dibagian servik dan mediastinal. Pada limpa sering terlihat
pembesaran dan hiperemi yang hebat terlihat pada mukosa perut. Usus besar
mengalami kongesti, bercak dan adanya eksudat katharal yang ringan.
KETERANGAN GAMBAR :
Babi yang mati karena Swine
Influenza Virus
KETERANGAN GAMBAR :
SIV dengan pewarnaan IHC, (A)
Control negatif, (B) Sel dengan
warna cokelat gelap (anak
panah) dari SIV control positif,
(C) Pewarnaan pada sel epitel
alveolar-SIV control positif, dan
(D) sel epitel bronkus
DIAGNOSA
Diagnosis sementara terhadap penyakit influensa babi didasarkan pada gejala
klinis dan perubahan patologi. Diagnosis laboratorium dapat berdasarkan isolasi
virus pada alantois telur ayam berembrio dan dilihat hemaglutinasi pada cairan
alantois. Spesimen yang paling baik untuk isolasi virus pada influensa babi
adalah cairan hidung yang diambil sedini mungkin atau organ paru yang
diperoleh dari bedah bangkai (FENNER et al.,1987) dan tonsils (SANFORD et al.,
1989).
Pada kasus penyakit influensa babi yang khronis, diagnosis dapat dilakukan
secara serologi dengan memperlihatkan peningkatan antibodi pada serum ganda
(paired sera) yang diambil dengan selang waktu 3-4 minggu. Untuk memeriksa
antibodi terhadap virus influensa dapat
digunakan uji haemagglutination
inhibition (HI) (BLOOD dan RADOSTITS, 1989), Immunodifusi single radial dan
virus netralisasi. Kenaikan titer 4x lipatnya sudah dianggap adanya infeksi. Pada
uji serologis digunakan kedua antigen H1N1 dan H3N2 (OLSEN et al., 2002).
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH