Anda di halaman 1dari 8

Transfusi adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari seorang donor ke

orang lain sebagai resipien. Bahan-bahan yang dapat ditranfusikan adalah:


I.

Darah (whole blood), 1 unit darah (250 450 ml) dengan anti-koagulan sebanyak
15 ml/100 ml darah. Dilihat dari masa penyimpanannya maka whole blood dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. darah segar (fresh blood): darah yang disimpan kurang dari 6 jam, masih
lengkap mengandung trombosit dan faktor pembeku.
b. darah yang disimpan (stored blood): darah yang sudah disimpan lebih dari 6
jam.
Darah dapat disimpan sampai dengan 35 hari. Darah simpan kandungan trombosit dan

sebagian faktor pembeku (terutama faktor labil) sudah menurun jumlahnya.


II.

Komponen darah:
1. Komponen darah seluler:
a. Preparat sel darah merah:
i.
sel darah merah yang dimampatkan (packed red cell = PRC). Darah
dipekatkan sehingga mencapai hematokrit 70-80% yang berarti
menghilangkan 125-150 ml plasma dari satu unitnya. PRC
merupakan pilihan utama untuk anemia kronik karena volumenya
ii.

yang lebih kecil dibandingkan dengan whole blood.


Washed red cell=leucocyte-platelet and plasma poor RBC. Preparat
ini berguna untuk mencegah reaksi febris. Dapat diberikan untuk

AIHA dan untuk mengurangi sensititasi terhadap antigen leukosit.


b. Konsentrat trombosit (platelet concentrate): preparat ini dipakai untuk
mengatasi keadaan trombositopenia berat, misalnya pada leukemia akut,
anemia aplastic atau ITP.
c. Konsentrat granulosit (granulocyte concentrate): dipakai untuk leukopenia
berat dengan netrofil <0,5x109/L
2. Komponen plasma:
a. Five percent albumin solution=plasma protein fraction: preparat ini
dipakai untuk penggantian volume plasma pada luka bakar, kedaruratan
abdomen dan trauma jaringan yang luas.
b. Fresh frozen plasma (plasma segar dibekukan): mengandung plasma dan
factor koagulasi labil (factor V dan factor VIII). Preparat ini dibuat dari
donor tunggal sehingga resiko penularan hepatitis rendah.
c. Cryoprecipitate (kriopresipitat): mengandung F.VIII (80-100 unit), faktor
von Willebrand, F.XIII, fibronectin dan fibrinogen. Digunakan untuk:
i.
Hemofili A;
ii.
Penyakit von Willebrand;
iii.
Sumber fibrinogen pada acute defibrination syndrome.

d. Lyophilized (freeze-dried) factor VIII concentrate: dipakai untuk terapi


hemofili A. Preparat ini dibuat dari pooled plasma sehingga ada resiko
penularan hepatitis dan HIV (AIDS).
e. Lyphilized (freeze-dried) factor IX-prothrombin complex concentrate:
mengandung prothrombin, F.IX, VII dan F.X. Dipakai untuk mengatasi
hemofili B.
f. Fibrinogen (freeze-dried): dipakai untuk mengatasi DIC.
g. Immunoglobulin (gamma globuline):
i.
immune gamma globulin
ii.
hyperimmune gamma globulin
iii.
Rh immunoglobulin
Golongan Darah
A. Antigenisitas yang menyebabkan reaksi imun pada darah
Ketika transfusi darah dari orang dicoba untuk pertama kali, timbul aglutinasi dan
hemolisis sel darah merah secara cepat atau lambat, yang menimbulkan reaksi transfusi yang
khas dan kadang-kadang meyebabkan kematian. Segera setelah itu, ditemukan bahwa darah
dari orang yang berbeda mempunyai sifat antigendan imunitas yang berbeda pula sehingga
antibodi dalam plasma darah seseorang akan bereaksi dengan antigen pada permukaan sel
darah merah orang lain yang golongan darahnya berbeda.

Bila dilakukan tindakan

pencegahan yang tepat, kita dapat menentukan sebelumnya apakah antibodi dan antigen yang
terdapat pada darah donor dan darah resipien akan menimbulkan reaksi transfusi atau tidak.
B.

Keragaman antigen dalam sel darah


Dalam sel darah manusia, paling sedikit dijumpai 30 antigen yang biasa ditemukan

dan ratusan antigen lain yang jarang ditemukan, yang masing-masing pada suatu saat dapat
menimbulkan reaksi antigen-antibodi, terutama pada permukaan membrane sel.
Terdapat dua golongan antigen yang sering menimbulkan reaksi transfusi darah
daripada golongan lainnya. Golongan ini dinamakan system antigen ABO dan system Rh.
Penggolongan darah
Sebelum melakukan transfusi, perlu untuk menentukan golongan darah resipien dan
golongan darah donor sehingga kedua darah tersebut dapat dicocokkan dengan benar. Ini
disebut penggolongan darah dan pencocokkan darah, dan dilakukan dengan cara berikut:
Mula-mula sel darah merah dipisahkan dari plasma dan diencerkan dengan saline. Kemudian
satu bagian dicampur dengan aglutinin anti-A sedangkan bagian yang lain dicampur dengan

aglutinin anti-B. Setelah beberapa menit, campuran tadi diperiksa di bawah mikroskop. Bila
sel darah merah menggumpal artinya, teraglutinasi kita tahu bahwa telah terjadi reaksi
antibodi-antigen.
Sel darah merah golongan O tidak mempunyai aglutinogen dan, oleh karena itu, tidak
bereaksi dengan aglutinin anti-A atau anti-B. Golongan darah A mempunyai aglutinogen A
dan, karena itu akan beraglutinasi dengan aglutinin anti-A. Golongan darah B mempunyai
aglutinogen B dan beraglutinasi dengan aglutinin anti-B. Golongan darah AB mempunyai
aglutinogen A dan B serta beraglutinasi dengan kedua jenis aglutinin.
A. Golongan darah ABO
I.
Antigen A dan BAglutinogen
Dua antigen tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah merah pada
sejumlah besar manusia. Antigen-antigen inilah (yang disebut juga aglutinogen karena
seringkali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi transfusi. Karena
aglutinogen tersebut diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen tersebut dalam
selnya, atau hanya mempunyai satu, atau keduanya.
II.

Golongan darah ABO yang utama


Dalam mentransfusi darah dari orang ke orang, darah dari donor dan darah resipien

normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe golongan darah ABO yang utama,
bergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B.
Genotip
OO
OA atau AA
OB atau BB
AB
III.

Golongan darah
O
A
B
AB

Aglutinogen
A
B
A dan B

Aglutinin
A dan B
B
A
-

Aglutinin
Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A dalam sel darah merah seseorang, maka

dalam plasmanya akan terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti-A.
demikian pula, bila tidak terdapat aglutinogen tipe B di dalam sel darah merah , maka
dalam plasmanya terbentuk antibodi yang dikenal sebagai agglutinin tipe-B.
B. Golongan darah Rh
Bersama dengan system golongan darah ABO, golongan darah system Rh juga penting
dalam mentransfusi darah. Perbedaan utama antara sistem ABO dan sistem Rh adalah sebagai
berikut: Pada sistem ABO, aglutinin plasma bertanggung jawab atas timbulnya reaksi

transfusi yang terjadi secara spontan, sedangkan pada sistem Rh; reaksi aglutinin spontan
hampir tidak pernah terjadi. Sebagai gantinya, orang mula-mula harus terpajan secara masif
dengan antigen Rh, misalnya melalui transfusi darah yang mengandung antigen Rh, sebelum
terdapat cukup aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfusi yang bermakna.
I.

Antigen Rh orang dengan Rh Positif dan Rh Negatif


Terdapat enam tipe antigen Rh yang umum, setiap tipe disebut faktor Rh. Tipe-tipe
ini ditandai dengan C, D, E, c, d, dan e. orang yang memiliki antigen C tidak mempunyai
antigen c, tetapi orang yang tidak memiliki antigen C selalu mempunyai antigen c.
Keadaan ini sama halnya untuk antigen D-d dan E-e. karena faktor-faktor ini diturunkan
dengan cara tersebut, setiap orang hanya mempunyai satu dari ketiga pasang antigen
tersebut.
Tipe antigen D dijumpai secara luas dalam populasi dan bersifat lebih antigenik
daripada antigen Rh lain. Seseorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh
positif, sedangkan orang yang tidak mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh negatif.
Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa pada orang-orang denga Rh-negatif,
beberapa antigen Rh lainnya masih dapat menimbulkan reaksi transfusi, walaupun reaksi
tersebut biasanya jauh lebih ringan.

II.

Respon imun Rh
a. Pembentukan aglutinin anti Rh
Bila sel darah merah yang mengandung faktor Rh disuntikkan ke tubuh orang
yang darahnya tidak memiliki faktor Rh yaitu ke orang dengan Rh-negatif
perlahan-lahan akan terbentuk aglutinin anti Rh, yang akan mencapai konsentrasi
maksimum aglutinin kira-kira 2 sampai 4 bulan kemudian. Respons inum ini
terjadi lebih hebat pada beberapa orang tertentu dibandingkan orang lain. Dengan
pajanan faktor Rh berulang kali, orang dengan Rh-negatif akhirnya menjadi sangat
tersensitisasi terhadap faktor Rh.
b. Karakteristik Reaksi Transfusi Rh
Bila seseorang dengan Rh-negatif sebelumnya tidak pernah terpajan dengan
darah Rh-positif, transfusi darah Rh-positif ke orang tersebut agaknnya tidak
segera menyebabkan reaksi. Meskipun demikian, antibodi anti-Rh dalam jumlah
yang cukup dapat terbentuk selama 2 sampai 4 minggu berikutnya, yang akan
menimbulkan aglutinasi jika sel-sel darah transfusi masih terdapat di dalam

sirkulasi. Sel darah transfusi ini kemudian akan dihemolisis oleh system makrofag
jaringan. Jadi timbul reaksi transfusi lambat, walaupun biasanya ringan. Pada
transfusi darah Rh-positif selanjutnya ke orang yang sama yang sudah terimunisasi
terhadap faktor Rh, maka reaksi transfusi menjadi sangat kuat dan dapat segera
timbul serta sehebat reaksi transfusi akibat ketidakcocokkan golongan darah A atau
B.

Beberapa jenis darah (indikasi dan cara pemberiannya):


A. Darah lengkap (whole blood)
- Indikasi
Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan
volum plasma dalam waktu yang bersamaan. Pemberian darah lengkap tidak
menjadi pilihan utama, karena pemulihan segera volum darah pasien jauh lebi
-

penting daripada penggantian sel darah merah.


Kontraindikasi
Darah lengkap sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan anemia kronik

yang normovolemik atau yang bertujuan meningkatkan sel darah merah.


Dosis dan Cara Pemberian
Dosis tergantung keadaan klinis pasien. Pemberian darah lengkap sebaiknya
melalui filter darah dengan kecepatan tetesan tergantung keadaan klinis
pasien, namun setiap unitnya sebaiknya diberikan dalam 4 jam.

B. Sel darah merah pekat (packed red blood cell)


- Indikasi
Sel darah merah pekat ini digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah pasien yang menunjukkan gejala anemia, yang hanya memerlukan
massa sel darah merah pembawa oksigen saja. Keuntungannya adalah
perbaikan oksigenasi dan jumlah eritrosit tanpa menambah beban volume
-

seperti pasien anemia dengan gagal jantung.


Kontraindikasi
Dapat menyebabkan hipervolemia jika diberikan dalam jumlah banyak dalam

waktu singkat.
Cara Pemberian
Pemberian darah ini harus melalui filter darah standar (170 ).

C. Sel darah merah lengkap dengan sedikit leukosit (packed red blood cell leucocytes
reduced)
- Indikasi
Produk ini dipakai untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien
yang sering mendapat/tergantung pada transfusi darah dan pada mereka yang
sering mendapat reaksi transfusi panas yang berulang dan rekasi alergi yang
-

disebabkan oleh protein plasma atau antibodi leukosit.


Perhatian
Komponen sel darah ini tidak dapat mencegah terjadinya graft versus host
disease (GVHD).
Cara Pemberian

Komponen sel darah ini paling baik di berikan dengan menggunakan filter
darah generasi ketiga.
D. Sel darah merah pekat yang dicuci (packed red blood cell washed)
- Indikasi
Pada orang dewasa komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi yang
berat atau alergi yang berulang, dapat pula digunakan untuk transfusi neonatal
-

atau transfusi intrauteri.


Perhatian
Hati-hati terhadap kontaminasi bakteri akibat cara pembuatannya terbuka,

masih dapat menularkan hepatitis dan infeksi bakteri lainnya.


Cara Pemberian
Sebaiknya smua proses transfusi melalui filter darah tanpa kecuali.

E. Sel darah merah pekat beku yang dicuci (packed red blood cell frozen, packed red
blood cell deglycerolized)
- Indikasi
Dapat dipakai untuk menyimpan darah langka.
- Perhatian
Hati-hati terhadap kontaminasi bakteri akibat cara pembuatannya terbuka,
masih dapat menularkan hepatitis namun tidak untuk Citomegalo virus
-

(CMV).
Cara Pemberian
Pemberian komponen darah ini melalui filter darah dan sediaan ini memilik
massa eritrosit yang rendah karena banyak sel darah yang hilang selama
proses pembuatan.

F. Albumin dan fraksi protein plasma (albumin and plasma protein fraction)
- Indikasi
Albumin digunakan untuk meningkatkan volume sirkulasi/resusitasi atau
-

untuk meningkatkan protein plasma.


Kontradiksi dan Perhatian
Larutan albumin 25% tidak boleh diberikan pada pasien dengan dehidrasi dan

hanya dapat diencerkan dengan salin normal dan dekstrosa 5%.


Cara Pemberian
Albumin dan fraksi protein plasma tidak memerlukan filter dalam
pemberiannya.

Komplikasi Transfusi

Reaksi imunologi ini disbabkan oleh rangsangan aloantigen asing yang terdapat pada
eritrosit, trombosit dan protein plasma. Bila resipien mendapat transfusi yang mengandung
antigen tersebut maka akan terjadi pembentukan antibodi sehingga kelak bila mendapat
transfusi dapat terjadi reaksi mediasi imunologi, misalnya reaksi hemolitik karena
ketidakcocokan eritrosit, panas atau reaksi pulmonal yang disebabkan oleh antigen leukosit
atau trombosit, alergi atau reaksi anafilaksis yang disebabkan antibodi yang bereaksi dengan
antigen terlarut di dalam bahan transfusi, biasanya protein plasma.
Komplikasi dapat digolongkan menurut:
A. Komplikasi Imunologi
Aloimunisasi:antigen eritrosit, antigen HLA
- Antigen trombosit
- Antigen netrofil
- Protein plasma
Reaksi transfusi hemolitik: segera, tertunda (delayed)
Reaksi febris transfusi
Kerusakan paru akut karena transfusi
Reaksi transfusi alergi
Purpura pasca transfusi
Pengaruh imunosupresi
Penyakit graft versus host
B. Komplikasi Non Imunologi
Kelebihan volume
Transfusi masif: metabolik, hipotermi, pengenceran, mikroembolisasi paru
Lainnya: plasticizier, hemosiderosis transfusi
Infeksi hepatitis A, B, C, delta dan lainnya; Human Immunodeficiency virus1/-2; Human T lympotropic vitus-I/-II; virus Epstein Barr; kontaminasi
bakteri; sifillis; parasit malaria; babesiosis; tripanosoma; organisme lain

Anda mungkin juga menyukai